65978 PERKEMBANGAN TRIWULANAN INDONESIA ECONOMIC QUARTERLY PEREKONOMIAN INDONESIA Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan December Desember 2011 PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Desember 2011 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menyajikan perkembangan utama ekonomi Indonesia dalam tiga bulan terakhir. Laporan ini menempatkan perkembangan tersebut dalam konteks jangka panjang dan global, serta memberikan penilaian terhadap prospek ekonomi dan kesejahteraan sosial Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan professional yang terlibat dalam ekonomi Indonesia. Laporan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia ini disusun dan dihimpun oleh tim analisa makroekonomi kantor perwakilan Bank Dunia di Jakarta dan dipandu oleh Shubham Chaudhuri (Lead Economist) dan Enrique Blanco Armas (Senior Economist): Magda Adriani (harga komoditas), Andrew Blackman (lingkungan internasional, sektor eksternal dan risiko), Andrew Carter (penerimaan pemerintah), Fitria Fitrani (sektor eksternal, tenaga kerja and manufaktur), Faya Hayati (harga), Ahya Ihsan (belanja fiskal dan APBN 2012), David Stephan (National Account) dan Ashley Taylor. Tambahan kontribusi diterima dari Mitchell Wiener and Lene Muliati (UU BJPS), Dwi Endah Abriningrum (APBN 2012), Sjamsu Rahardja, Deborah Winkler, Gonzalo Varela, Lili Yan Ing (Manufaktur) dan Pedro Cerdan-Infantes (R&D). Arsianti, Enrique Blanco Armas dan Ashley Taylor berbagi tugas penyuntingan dan produksi dengan bantuan dari Wahyoe Soedarmono, Yue Man Lee dan Elaine Tinsley. Jonas Arp Fallov, Hari Purnomo dan Djauhari Sitorus memberikan komentar dan masukan yang terperinci. Farhana Asnap, Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, Nugroho, Marcellinus Winata dan Randy Salim mengatur diseminasi dan Titi Ananto, Sylvia Njotomihardjo dan Nina Herawati memberikan bantuan administrasi. Untuk mendapatkan lebih banyak analisa Bank Dunia terhadap ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi terkait melalui e-mail, silakan menghubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan menghubungi ataylor2@worldbank.org. Daftar isi Kata Pengantar iii   Ringkasan Eksekutif: Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan viii   A .   PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI 1  1.  Masa bergejolak berlanjut pada ekonomi dan pasar keuangan dunia… 1  2.  …tetapi pertumbuhan Indonesia tetap stabil dan kuat pada triwulan ketiga 3  3.  Aliran keluar neraca pembayaran tercatat pada kuartal ketiga tahun 2011 5  4.  Pergerakan pasar keuangan internasional terus mempengaruhi Indonesia 8  5.  Inflasi headline terus menurun 10  6.  Selain pertanian, pertumbuhan pekerjaan masih tetap kuat 12  7.  Defisit fiskal tahun 2011 kemungkinan akan berada di bawah tingkat APBN-P 14  8.  Risiko-risiko jangka pendek dari perkembangan internasional membebani perkiraan outlook 17  B.   BEBERAPA PERKEMBANGAN TERBARU PEREKONOMIAN INDONESIA 19   1.  APBN 2012 menekankan pada kesiagaan menghadapi krisis dan pembangunan jangka menengah 19  a.  Menyeimbangkan belanja untuk kebutuhan pembangunan dengan kebijakan fiskal yang konservatif ..................................................................................................................................... 19  b.  Beberapa hal khusus dari APBN 2012 ......................................................................................... 20  c.  Defisit anggaran ditargetkan semakin menurun ke 1,5 persen dari PDB di tahun 2012 ......... 21  2.  UU BJPS dan transformasi struktur jaminan sosial Indonesia 26  a.  Program-program asuransi sosial saat ini terfragmentasi dengan cakupan yang terbatas ... 26  b.  UU BPJS menetapkan pengelolaan program-program jaminan sosial yang akan datang ..... 27  c.  Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan UU tersebut ................................ 30  C.   INDONESIA 2014 DAN SETERUSNYA: PANDANGAN SELEKTIF 32   1.  Sektor manufaktur Indonesia: Mengambang atau bangkit kembali? 32  a.  Dari peningkatan pesat ke resesi pertumbuhan ......................................................................... 32  b.  Faktor-faktor apa yang menjelaskan kinerja sektor manufaktur yang belakangan terjadi di Indonesia?...................................................................................................................................... 34  c.  Apakah kita melihat kesempatan baru sektor manufaktur Indonesia? .................................... 36  d.  Menjaga keberlanjutan pembangunan dengan memperluas kesempatan pertumbuhan manufaktur ..................................................................................................................................... 39  2.  Inovasi dan R&D di Indonesia 43  a.  Mengapa inovasi dan R&D itu penting? ...................................................................................... 43  b.  Rendahnya pengeluaran R&D Indonesia, terutama pada sektor swasta.................................. 45  c.  Pentingnya modal sumberdaya manusia dan kelembagaan bagi kinerja R&D........................ 46  LAMPIRAN: GAMBARAN EKONOMI INDONESIA 49   DAFTAR GRAFIK Gambar 1: Biaya pendanaan bagi negara-negara inti zona Eropa telah meningkat tajam pada kuartal terakhir ............................................................................................................... 1  Gambar 2: Indikator frekuensi tinggi menunjukkan perlemahan dalam kegiatan ekonomi dunia . 1  Gambar 3: Pasar ekuitas internasional telah bergerak turun naik dalam beberapa bulan terakhir3  Gambar 4: Harga komoditas non energi telah turun lebih jauh dan diproyeksikan akan menurun secara bertahap .............................................................................................................. 3  Gambar 5: Pertumbuhan kuartalan PDB bertahan di 6,5 persen pada kuartal ketiga thn 2011… .. 4  Gambar 6: …dengan pertumbuhan didorong oleh ekspor bersih dan konsumsi swasta .............. 4  Gambar 7: Aliran keluar neraca keuangan menggerakan neraca pembayaran secara keseluruhan menjadi defisit pada kuartal ketiga tahun 2011 ..................................... 6  Gambar 8: Nilai ekspor melemah pada bulan-bulan terakhir ............................................................ 7  Gambar 9: Harga ekuitas Indonesia telah mengalami naik-turun, sementara Rupiah mengalami depresiasi… .................................................................................................................... 8  Gambar 10: …dengan berlanjutnya aliran keluar portofolio investor asing, walaupun pada tingkatan yang jauh lebih rendah dibanding pada bulan September ........................ 8  Gambar 11: BI menurunkan BI Rate di bulan Oktober dan November ............................................. 9  Gambar 12: Inflasi headline terus menurun selama kuartal terakhir… .......................................... 11  Gambar 13: …dengan inflasi inti bulanan menurun pada beberapa bulan terakhir ...................... 11  Gambar 14: Pertumbuhan pekerjaan non-pertanian tetap kuat sampai bulan Agustus 2011… .. 13  Gambar 15: …dengan kontribusi yang luas terhadap peningkatan pekerjaan pada sektor non pertanian ....................................................................................................................... 13  Gambar 16: Lemahnya tingkat pencairan program inti dibanding tingginya realisasi subsidi energi............................................................................................................................. 15  Gambar 17: Secara nominal realiasi belanja modal meningkat tetapi tingkat pencairan masih di bawah tahun sebelumnya ............................................................................................ 15  Gambar 18: Belanja untuk personil, modal dan transfer kepada daerah diperkirakan akan meningkat di tahun 2012… .......................................................................................... 23  Gambar 19: …dengan peningkatan alokasi kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan.......................................................................................... 23  Gambar 20: Dibawah struktur jaminan sosial yang baru, manfaat akan diklasifikasikan berdasarkan program daripada jenis pekerja ............................................................ 27  Gambar 21: Setelah peningkatan pesat pada awal tahun 90an, sektor manufaktur Indonesia tumbuh jauh lebih lambat ............................................................................................ 32  Gambar 22: Sektor manufaktur Indonesia pulih lebih lambat dari krisis Asia dibanding negara se-kawasan ................................................................................................................... 32  Gambar 23: Kecuali peralatan transportasi, pertumbuhan output dari seluruh sub-sektor manufaktur telah menurun .......................................................................................... 33  Gambar 24: Pertumbuhan nilai ekspor manufaktur telah menurun, kecuali bagi produk-produk sumber daya ................................................................................................................. 33  Gambar 25: Ekspor produk manufaktur telah bergeser ke produk-produk yang berasal dari sumber daya alam ........................................................................................................ 34  Gambar 26: Rintangan utama usaha bervariasi antar jenis perusahaan dalam sektor manufaktur Indonesia....................................................................................................................... 35  Gambar 27: Kegiatan manufaktur menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada beberapa triwulan terakhir…....................................................................................................................... 37  Gambar 28: …bersama dengan pertumbuhan kegiatan manufaktur produk yang bukan berasal dari sumber daya alam................................................................................................. 37  Gambar 29: Rata-rata upah buruh di Indonesia telah turun di bawah upah di Cina & Vietnam ... 38  Gambar 30: Manufaktur menciptakan pekerjaan bernilai tinggi ..................................................... 40  Gambar 31: R&D domestik yang relatif rendah mengakibatkan perkiraan peningkatan produktivitas yang relatif rendah… ............................................................................ 42  Gambar 32: …tetapi peningkatan pendidikan atau iklim investasi dapat mendorong luapan produktivitas dari R&D asing ...................................................................................... 42  Gambar 33: Tingkat pengeluaran untuk R&D Indonesia terhadap PDB relatif rendah dan tidak tumbuh secepat negara pembandingnya… ............................................................... 45  Gambar 34: …dan persentase pengeluaran yang rendah oleh sektor swasta .............................. 45  Gambar 35: Publikasi adalah salah satu pengukur output kegiatan R&D ..................................... 46  Gambar 36: Indonesia memiliki jumlah peneliti yang rendah di dalam tenaga kerja… ................ 46  Gambar 37: …dan kualitas peneliti cenderung rendah.................................................................... 46  DAFTAR GRAFIK LAMPIRAN Gambar Lampiran 1: Pertumbuhan PDB triwulanan dan tahunan .................................................. 49  Gambar Lampiran 2: Kontribusi terhadap PDB (pengeluaran) ....................................................... 49  Gambar Lampiran 3: Kontribusi terhadap PDB (sektor) .................................................................. 49  Gambar Lampiran 4: Penjualan sepeda motor dan mobil ............................................................... 49  Gambar Lampiran 5: Indikator konsumen ........................................................................................ 49  Gambar Lampiran 6: Indikator kegiatan industri .............................................................................. 49  Gambar Lampiran 7: Aliran perdagangan riil ................................................................................... 50  Gambar Lampiran 8: Neraca pembayaran ........................................................................................ 50  Gambar Lampiran 9: Neraca perdagangan ....................................................................................... 50  Gambar Lampiran 10: Cadangan devisa dan dana modal asing .................................................... 50  Gambar Lampiran 11: Term of trade dan implisit ekspor- impor berdasarkan chained Fisher- Price indices ................................................................................................................. 50  Gambar Lampiran 12: Inflasi dan kebijakan moneter ...................................................................... 50  Gambar Lampiran 13: Rincian tingkat harga konsumen ................................................................. 51  Gambar Lampiran 14: Tingkat inflasi negara tetangga .................................................................... 51  Gambar Lampiran 15: Harga beras domestik & internasional ........................................................ 51  Gambar Lampiran 16: Tingkat kemiskinan & pengangguran .......................................................... 51  Gambar Lampiran 17: Indeks saham regional .................................................................................. 51  Gambar Lampiran 18: Indeks spot dolar dan rupiah........................................................................ 51  Gambar Lampiran 19: Yield obligasi pemerintah 5 tahunan mata uang lokal ............................... 52  Gambar Lampiran 20: Spread EMBI obligasi pemerintah dengan obligasi dollar amerika .......... 52  Gambar Lampiran 21: Tingkat kredit bank umum ............................................................................ 52  Gambar Lampiran 22: Indikator keuangan sektor perbankan ......................................................... 52  Gambar Lampiran 23: Hutang pemerintah ........................................................................................ 52  Gambar Lampiran 24: Hutang luar negeri ......................................................................................... 52  DAFTAR TABEL Tabel 1: Pertumbuhan sebesar 6,2 persen diproyeksikan untuk tahun 2012 ................................. ix  Tabel 2: Setelah revisi penurunan pada perkiraan eksternal, PDB diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,2 persen di tahun 2012 ................................................................................. 5  Tabel 3: Neraca berjalan diproyeksikan akan mencatat sedikit defisit di tahun 2012 dan aliran masuk keuangan akan menurun ................................................................................... 7  Tabel 4: Defisit APBN diproyeksikan akan turun di tahun 2012 ..................................................... 16  Tabel 4: Asumsi makro Pemerintah................................................................................................... 22  Table 6: Subsidi energy diperkirakan akan terus mengkonsumsi sebagian besar anggaran ...... 24  Tabel 7: Defisit APBN diproyeksikan untuk turun secara bertahap ............................................... 25  Tabel 8: Pergeseran orientasi pasar pada perusahaan manufaktur Indonesia ............................. 38  DAFTAR TABEL LAMPIRAN Lampiran Tabel 1: Realisasi dan estimasi anggaran belanja pemerintah ...................................... 53  Lampiran Tabel 2: Neraca Pembayaran ............................................................................................ 53  DAFTAR KOTAK Kotak 1: Pengesahan UU OJK.............................................................................................................. 10  Kotak 2: Upaya-upaya kesiagaan menghadapi krisis dalam APBN 2012 ............................................ 20  Kotak 3: Asumsi ekonomi makro APBN 2012 dan kerangka belanja jangka menengah .............. 22  Kotak 4: Bagaimana insentif ekonomi makro mempengaruhi ekspor produk manufaktur? ........ 35  Kotak 5: Peningkatan manufaktur belakangan ini disebabkan oleh kuatnya permintaan domestik dan perkembangan dunia internasional yang kondusif ........................... 39  Kotak 6: Iklim investasi yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas yang berasal dari luapan penelitian & pengembangan asing ................................................................. 41  Kotak 7: Dana Hibah Riset Kompetitif .................................................................................................. 48  SINGKATAN DAN AKRONIM APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara MP3EI : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia APBN-P : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara- MSME : Micro, Small, and Medium-sized enterprises Perubahan (Usaha Kecil dan Menengah Mikro) ASABRI : Asuransi ABRI MTP : Major Trading Partners (Mitra Perdagangan Utama) ASEAN : The Association of Southeast Nations MTEF : Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Perserikatan negara-negara Asia Tenggara) ASKES : Asuransi Kesehatan OECD : Organization for Economic Co-operation and Development BBM : Bahan Bakar Minyak OJK : Otoritas Jasa Keuangan BI : Bank Indonesia PDB : Produk Domestik Bruto BKPM : Badan Koordinasi Penanaman Modal PKH : Program Keluarga Harapan BOS : Bantuan Operasional Sekolah PMA : Penanaman Modal Asing BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial PNPM : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat BPS : Badan Pusat Statistik RASKIN : Beras untuk rakyat miskin BUMN : Badan Usaha Milik Negara R-APBN : Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara CMP : Crisis Management Protocol (Protokol Manajemen R&D : Research and Development (Penelitian dan Krisis) Pengembangan) CPI : Consumer Price Index (Indeks Harga Konsumer) RHS : Right Hand Side (Sisi Kanan) CRG : Competitive Research Grants (Hibah Riset RISTEK : Riset dan Teknologi Kompetitif) DAU : Dana Alokasi Umum Rp : Rupiah DJSN : Dewan Jaminan Sosial Nasional RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah DPR : Dewan Perwakilan Rakyat RUU : Rancangan Undang Undang DRN : Dewan Riset Nasional SBI : Sertifikat Bank Indonesia EU : European Union (Uni Eropa) SBN : Surat Berharga Negara FY : Fiscal Year (Tahun Fiskal) SAL : Sisa Anggaran Lebih IEQ : Indonesia Economic Quarterly Satker : Satuan Kerja Jamkesmas : Jaminan Kesehatan Masyarakat SJSN : Sistem Jaminan Sosial Nasional Jamsostek : Jaminan Sosial Tenaga Kerja SUNs : Surat Utang Negara JHT : Jaminan Hari Tua STI : Science, Technology and Innovation (Ilmu pengetahuan, Teknologi dan Inovasi) JS : Jaminan Sosial TASPEN : Tabungan Asuransi Pegawai Negeri KemenKeu : Kementerian Keuangan TCF : Textile, Clothing and Footwear (Tekstil, pakaian dan alas kaki) KIN : Komisi Inovasi Nasional TFP : Total Factor Productivity (Jumlah faktor produktivitas) LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia UNESCO : United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization LHS : Left Hand Side (Sisi kiri) US : United States (Amerika Serikat) LKPP : Laporan Keuangan Pemerintah Pusat USD : United States Dollar (dolar Amerika Serikat) LPNK : Lembaga Pemerintah non Kementerian UU : Undang Undang MG : Hibah yang disetarakan WB : World Bank (Bank Dunia) mKL : million kilolitre (juta kiloliter) WDI : World Development Indicator (Indikator Pembangunan Dunia) MoF : Ministry of Finance (Kementerian Keuangan) VA : Volt Amper Ringkasan Eksekutif: Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Ekonomi global masih Pasar keuangan internasional tetap bergejolak, didominasi oleh permasalahan politik dan bergejolak, membayangi ekonomi yang berasal dari krisis hutang zona Euro dan tanda-tanda perlambatan outlook perekonomian pertumbuhan ekonomi dunia. Akan tetapi hingga saat ini ekonomi dalam negeri Indonesia Indonesia masih bertahan kuat, walaupun telah terlihat adanya aliran keluar modal portofolio. Ekonomi Indonesia masih berada pada posisi yang relatif baik dalam menghadapi goncangan eksternal dimasa depan, dan langkah-langkah telah diambil untuk meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis, seperti peningkatan fleksibilitas dari tanggapan fiskal. Zona Euro masih terus Tanggapan politik dan kebijakan terhadap krisis hutang zona Euro terus berubah hampir bergulat dengan setiap hari, yang mempengaruhi pasar-pasar keuangan dunia, tingkat pengambilan risiko kebijakan tanggapan dan aliran modal ke ekonomi-ekonomi berkembang (emerging) seperti Indonesia. untuk menghentikan Peningkatan tekanan pembiayaan yang dialami oleh lembaga-lembaga keuangan Eropa krisis… telah ditanggapi dengan pengumuman yang terkoordinasi untuk pengaturan swap likuiditas oleh bank-bank sentral termasuk Bank Sentral Amerika Serikat dan Eropa. …dan berlanjutnya tanda- Indikator-indikator kepercayaan dunia usaha dan frekuensi tinggi menunjukkan tanda penurunan perlemahan kegiatan yang terus berlanjut di zona Euro yang PDB-nya diperkirakan akan kegiatan ekonomi global mengalami kontraksi pada dua kuartal berikut. Penyesuaian fiskal akan menghambat telah menekan harga- pertumbuhan ekonomi jangka menengah, yang makin menyoroti pentingnya dukungan harga komoditas untuk segera mengambil langkah reformasi struktural yang sudah sangat mendesak. Sementara laporan kinerja ekonomi Amerika Serikat terbaru menunjukkan sedikit peningkatan yang mengejutkan, terdapat tanda-tanda penurunan kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang Asia. Pertumbuhan output industri telah menurun, baik karena faktor regional, seperti dampak dari banjir Thailand, dan penurunan permintaan dunia. Harga-harga komoditas internasional semakin menurun, dengan harga komoditas non-energi telah jatuh sedikit di atas 10 persen antara bulan September dan November. Namun demikian, Kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2011 hanya menunjukkan ekonomi riil Indonesia sedikit pengaruh dari ketidakpastian prospek ekonomi internasional. PDB riil meningkat terus menunjukkan sebesar 6,5 persen tahun-ke-tahun selama tiga kuartal berturut-turut, walaupun kinerja yang kuat pada pertumbuhan kuartalan sedikit menurun menjadi 1,3 persen setelah dilakukan kuartal ketiga… penyesuaian musiman. Pertumbuhan konsumsi swasta masih bertahan kuat seperti juga pertumbuhan ekspor riil, walau sedikit lebih rendah pada kuartal kedua. Di sisi produksi, industri pengolahan masih terus menunjukkan prestasi yang baik. Pertumbuhan PDB terakhir juga diiringi dengan penciptaan lapangan kerja yang pesat, dengan lapangan pekerjaan non-pertanian meningkat hingga 5,4 persen di tahun berjalan hingga bulan Agustus 2011, walaupun lapangan kerja di bidang pertanian telah menyusut. …dengan proyeksi dasar Indikator-indikator perkiraan di dalam negeri menunjukkan gambaran positif, dengan pertumbuhan sebesar 6,2 sentimen konsumen yang didorong oleh inflasi telah turun ke tingkat paling rendah persen untuk tahun 2012 selama satu setengah tahun. Akan tetapi, mencerminkan hasil-hasil yang lebih rendah dari perkiraan awal dan berlanjutnya ketidakpastian perekonomian dunia, proyeksi pertumbuhan mitra dagang Indonesia untuk tahun 2012 telah diturunkan menjadi 3,5 persen dari 3,9 persen seperti yang tercantum pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Sebagai akibatnya, perkiraan pertumbuhan dasar (baseline) Bank Dunia untuk tahun 2012 bagi perekonomian Indonesia telah diturunkan menjadi 6,2 persen, sedikit lebih rendah dari 6,3 persen pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun 2011 tetap tidak berubah pada 6,4 persen. Tabel 1: Pertumbuhan diproyeksikan sebesar 6,2 persen untuk tahun 2012 2009 2010 2011 2012 Produk domestik bruto (% perubahan tahunan) 4,6 6,1 6,4 6,2 Indeks harga konsumen* (% perubahan tahunan) 2,6 6,3 4,1 5,6 Defisit anggaran** (Persen dari PDB) -1,6 -0,6 -2,1 -1,5 Pertumbuhan mitra dagang utama (% perubahan tahunan) -1,4 6,8 3,3 3,5 Catatan: * kuartal 4 pada laju inflasi kuartal 4. ** Angka 2011 dari APBN-P dan 2012 dari APBN Sumber: Kementerian Keuangan, BPS lewat CEIC, Consensus Forecasts Inc., dan Bank Dunia Risiko penurunan yang Sementara skenario dasar bagi prospek ekonomi jangka pendek masih berkisar kepada signifikanterhadap pertumbuhan yang lebih lemah di ekonomi negara maju, melambatnya harga-harga prospek ekonomi komoditas dan berlanjutnya gejolak pasar keuangan, ada beberapa skenario lain dengan internasional masih tetap risiko penurunan yang lebih buruk, tetapi dengan kemungkinan yang lebih kecil, seperti ada… diuraikan pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Bila salah satu dari kedua skenario yang lebih buruk itu – terhentinya pasar keuangan internasional atau bahkan penurunan yang lebih buruk dan berkelanjutan yang membayangi ekonomi-ekonomi berkembang (emerging) – maka goncangan yang menghantam Indonesia melalui saluran perdagangan, komoditas dan keuangan akan menjadi lebih kuat, yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi berada di bawah proyeksi dasar. Juga terdapat skenario dimana ketidakpastian di zona Euro akan selesai lebih cepat dari perkiraan, yang dapat memicu kembalinya aliran masuk modal yang kuat ke pasar-pasar berkembang (emerging) secara lebih cepat, beserta tantangan-tantangannya. …yang dapat memicu Setelah mengalami tingginya aliran masuk modal pada kuartal-kuartal yang lalu, neraca goncangan eksternal keuangan Indonesia bergerak menuju defisit yang tajam pada kuartal ketiga 2011 dengan negatif lebih lanjut aliran keluar modal portofolio yang disebabkan oleh peningkatan penghindaran risiko terhadap aliran portofolio dunia. Cadangan devisa juga mengalami penurunan yang cukup besar selama bulan dan terhadap harga dan permintaan komoditas September sementara penurunan yang lebih bertahap juga tercatat pada bulan Oktober dan November ketika aliran keluar portofolio investor asing mengalami perlambatan dan Rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar Amerika. Akan tetapi, jumlah cadangan devisa masih cukup besar dan dapat menutupi 2,3 kali jumlah hutang luar negeri jangka pendek yang jatuh tempo. Tanda-tanda awal pengaruh dari perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas terlihat pada penurunan yang belakangan tercatat pada nilai ekspor bulanan, dan penurunan pada neraca perdagangan. Aliran masuk penanaman modal asing (PMA) atau FDI juga menurun tetapi tetap bertahan kuat, dan dengan neraca berjalan yang hampir seimbang, aliran itu akan memiliki peran yang penting dalam menutupi kebutuhan pembiayaan luar negeri untuk Indonesia. Pencairan pinjaman swasta luar negeri dan tingkat roll-over tetap bertahan tetapi bila pembiayaan dalam dolar Amerika secara global mengalami pengetatan lebih lanjut, maka akan berdampak pada beberapa pengaruh yang penting, seperti bagi bank- bank dengan likuiditas valuta asing yang terbatas dan bagi ketersediaan pembiayaan perusahaan dari luar negeri yang lebih luas, termasuk kredit perdagangan. Namun Indonesia berada Kecuali biaya yang cukup besar bagi subsidi energi, defisit fiskal masih tetap dibatasi pada posisi yang cukup pada APBN 2012 dengan target sebesar 1,5 persen dari PDB, sedikit lebih rendah dari kuat untuk menghadapi perkiraan realisasi pada tahun 2011. Lebih penting lagi, APBN 2012 juga menetapkan goncangan tersebut dan sejumlah upaya untuk mengantisipasi berbagai situasi krisis yang mungkin terjadi, seperti upaya-upaya telah dilakukan untuk kerangka stabilisasi obligasi dan mekanisme penyesuaian belanja dan pembiayaan meningkatkan persiapan sesuai kebutuhan. Perencanaan dini dari tanggapan krisis tersebut juga dapat membantu, dalam menghadapi krisis dengan masih adanya masalah-masalah pada pencairan belanja pemerintah. Kebutuhan pembiayaan fiskal bruto untuk tahun 2012 berjumlah cukup besar tetapi Pemerintah memiliki beberapa penyangga dari saldo kasnya dalam hal terjadi kesulitan pendanaan sementara. Kebijakan moneter juga telah disesuaikan dengan lingkungan global, bersama-sama dengan inflasi domestik yang lebih rendah. Bank Indonesia memotong BI Rate sebesar 75 basis poin pada bulan Oktober dan November, walaupun dengan tingginya likuiditas dalam negeri, dampak sebenarnya dari pemotongan itu sendiri akan sulit dirasakan. ix Pertumbuhan pinjaman masih tetap kuat pada akhir bulan September dan sektor perbankan secara agregat berada pada kondisi yang sehat. UU Otoritas Jasa Keuangan yang telah lama ditunggu telah mendapatkan ratifikasi, yang membuka perkembangan pengaturan yang baru. Melihat ketidakpastian pasar yang terus berlangsung, adalah sangat penting untuk mengelola setiap risiko transisi dengan hati-hati dan juga menempatkan suatu UU jaring pengaman sektor keuangan sehingga kegagalan apapun yang akan dialami oleh lembaga-lembaga keuangan akan dapat diselesaikan secara cepat dan tepat. Kemajuan reformasi yang Selain mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk menangani dampak jangka pendek dari terus berlanjut terhadap goncangan apapun di masa depan, dengan melemahnya permintaan luar negeri yang iklim investasi dan tampaknya akan terus berlangsung, sekarang adalah waktu yang tepat untuk investasi investasi pada dan reformasi yang dapat meningkatkan produktivitas dan pertumbuhan dalam negeri dan infrastruktur dapat membantu menurunkan menarik aliran masuk modal yang lebih stabil dengan jangka yang lebih panjang. APBN rintangan-rintangan dunia 2012 sekali lagi meningkatkan belanja modal secara signifikan, walaupun tantangan usaha, mendukung pencairan anggaran yang masih terus terjadi dapat merintangi efektivitas dari peningkatan lingkungan penciptaan alokasi terhadap infrastruktur tersebut. inovasi dan memperkuat prospek pertumbuhan Peningkatan iklim investasi dan infrastruktur dapat mendorong kinerja positif baru-baru ini jangka menengah… padasektor manufaktur Indonesia, yang sebelumnya sempat melemah selama satu dekade setelah krisis Asia. Cakupan peningkatan produktivitas pada industri pengolahan dan sektor-sektor lain melalui penggunaan dan penyesuaian teknologi juga dapat ditingkatkan dengan penyempurnaan lebih lanjut pada kualitas pendidikan angkatan kerja dan lingkungan kelembagaan bagi riset dan pengembangan. …dan juga mendukung Upaya-upaya untuk mendukung pertumbuhan selanjutnya dari sektor industri pengolahan penciptaan lapangan dan jasa yang berkaitan dapat berperan penting dalam mendukung penciptaan lapangan kerja berkualitas untuk kerja yang berkualitas, yaitu pekerjaan dengan produktivitas dan upah yang lebih tinggi, pembagian manfaat yang dapat membantu menyerap sekitar dua juta penduduk yang masuk ke dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia masa depan angkatan kerja setiap tahun. Sehubungan dengan prospek pertumbuhan yang lebih secara lebih merata inklusif, UU BPJS yang baru ditetapkan mengenai badan penyelenggara jaminan sosial merupakan tahap yang penting dalam proses menuju suatu sistem jaminan sosial yang menyeluruh dan baru bagi seluruh rakyat Indonesia, walaupun masih banyak hal yang harus dilakukan pada sisi pelaksanaan. x A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI 1. Masa bergejolak berlanjut pada ekonomi dan pasar keuangan dunia… Perkembangan Perkembangan situasi eksternal Indonesia masih terus didominasi oleh dampak krisis pereekonomian dan hutang zona Euro dan berlanjutnya potensi melemahnya kegiatan ekonomi. Pasar keuangan internasional keuangan internasional masih sangat sensitif terhadap perkembangan politik yang masih terus bergejolak… berlangsung di kawasan Euro dan AS, dan juga terhadap setiap pergerakan cepat informasi yang terjadi di negara-negara ekonomi maju. Gejolak yang terus berlanjut ini terjadi sesuai estimasi skenario dasar (baseline) jangka pendek yang diuraikan pada Triwulanan edisi Oktober 2011. …didominasi oleh Kekhawatiran atas kebutuhan pembiayaan fiskal atau keberlangsungan hutang jangka tantangan ekonomi dan menengah makin menyebar ke negara-negara utama di zona Euro (Gambar 1). Yield politik krisis hutang zona (imbal balik) obligasi di Italia dan Spanyol meningkat makin tinggi dan yield negara- Euro… negara lain, seperti Prancis, juga turut meningkat, sebagian disebabkan oleh potensi beban yang akan mereka tanggung dalam mendukung negara-negara anggota lainnya. Tanggapan politik dan kebijakan terhadap krisis hutang berubah hampir setiap hari, yang mempengaruhi perkembangan pasar. Debat terus berlangsung berkenaan dengan kebijakan dan institusi apa yang seharusnya mengambil peran dalam menangani krisis ini. Pada awal bulan Desember kebijakan tanggapan yang diusulkan telah bergeser lebih dekat kepada kemungkinan kebijakan “penggabungan fiskal (fiscal union)� bagi zona Eropa, termasuk di antaranya kebijakan defisit fiskal, yang akan membuat penyesuaian fiskal yang sangat diperlukan menjadi kredibel. Akan tetapi, di saat yang bersamaan dengan penanganan krisis jangka pendek, semua negara berhadapan dengan tantangan untuk terus melakukan perbaikan dan kebijakan yang dianggap perlu dalam rangka mendorong reformasi struturual yang mendorong pertumbuhan, dan mampu mengimbangi efek kontraksi dari pengetatan fiskal. Gambar 1: Biaya pendanaan bagi negara-negara inti zona Gambar 2: Indikator frekuensi tinggi menunjukkan Eropa telah meningkat tajam pada kuartal terakhir perlemahan dalam kegiatan ekonomi dunia (yield obligasi pemerintah 10-tahun, persen) (indeks indikator leading komposit OECD, 100=tren kegiatan jangka panjang) Yield, persen Yield, persen Indeks Indeks 8 8 105 105 Italy Spain France Germany 6 6 100 100 4 4 95 95 Euro area Japan 2 2 90 90 US China 0 0 85 85 Dec-09 Jun-10 Dec-10 Jun-11 Dec-11 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Sumber: JP Morgan Catatan: Indeks dengan amplitudo yang disesuaikan (bertujuan memiliki waktu lead 6-9 bulan pada rangkaian produksi industri rujukan) Sumber: OECD …dan potensi semakin Indikator tingkat kepercayaan bisnis dan indikator high frequency utama lainnya melemahnya outlok menunjukkan pelemahan aktivitas ekonomi di kawasan Euro (Gambar 2). Zona Euro pertumbuhan dunia… tumbuh sebesar 0,8 persen pada kuartal ketiga tahun 2011 (a seasonally-adjusted annualized rate) dan, pada basis yang sama, perkiraan terbaru dari lembaga OECD (yang diterbitkan akhir November) menunjukan adanya kontraksi sebesar 1 persen dan 0,4 persen pada triwulan akhir tahun 2011 dan triwulan pertama tahun 2012. Kinerja ekonomi AS sedikit mengejutkan karena mencatat peningkatan, walaupun debat politik Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan mengenai konsolidasi fiskal akan terus mempengaruhi perkiraan. Pertumbuhan PDB di AS meningkat menjadi 2 persen ((a seasonally-adjusted annualized rate) di kuartal ketiga dari 1,3 persen kuartal 2. Pengangguran juga turun secara signifikan pada bulan November. …termasuk di kawasan Negara – negara berkembang di Asia memperlihatkan penurunan dalam pertumbuhannya Asia Timur pada kuartal ketiga 2011. Sebagai contoh, penurunan pertumbuhan seasionally adjusted dialami Korea dan Filipina, dan pertumbuhan India menurun. Faktor-faktor regional, seperti banjir di Thailand cukup memberikan pengaruh pada perekonomian, selain perkembangan yang terjadi di Eropa dan AS. Indikator high frequency lainnya juga menunjukan adanya momentum perlambatan di berbagai negara, dimana pertumbuhan output di sektor industri menurun seiring dengan melemahnya perekonomian global yang mempengaruhi keputusan produksi dan investasi. Melihat kedepan, laporan terakhir yang dirilis oleh Bank Dunia versi Asia Pasific memproyeksikan pertumbuhan kedepan dari negara-negara di kawasan asia Timur, termasuk Cina akan sedikit melambat ke 7.8 persen di tahun 2012 dari 8.2 persen di tahun 2011.1 Pasar keuangan Kuartal terakhir mencatat pergerakan naik-turun di pasar ekuitas internasional dengan menunjukkan pergerakan naik-turunnya pemberitaan ekonomi dan politik (Gambar 4). Secara keseluruhan, kinerja naik-turun dipengaruhi ekuitas di negara maju (dalam dolar Amerika) meningkat sebesar 7,6 persen dari 30 perubahan tingkat September hingga 2 Desember (walaupun turun sebesar 7,0 persen pada akhir tahun optimisme terhadap kebijakan tanggapan 2010). Peningkatan ekuitas di ekonomi berkembang (emerging) sedikit lebih tinggi, yaitu internasional sebesar 9,1 persen sejak akhir bulan September, tetapi penurunan yang dicatat sejak akhir tahun 2010 lebih besar, yaitu sebesar 16 persen. Spread obligasi pasar emerging telah turun sebesar 55 basis poin sejak akhir bulan September. Lembaga-lembaga keuangan internasional sangat terpengaruh oleh gejolak pasar, misalnya, seperti kegagalan yang dialami oleh sebuah perusahaan broker MF Global. Pembiayaan dalam dolar AS juga mengalami tekanan, terutama bagi lembaga-lembaga keuangan di Eropa, hampir menyerupai tingkatan yang terjadi di akhir tahun 2008. Hal yang sama juga terjadi di Jepang. Akan tetapi, pada akhir bulan November, dalam kondisi potensi keseriusan yang diperlihatkan oleh tekanan-tekanan tersebut, bank-bank sentral di Kanada, Inggris, Jepang, zona Euro, Amerika Serikat dan Swiss mengumumkan suatu kesepakatan dalam rangka berkoordinasi menurunankan biaya swap likuiditas dalam dolar AS dan membahas mekanisme pelaksanaannya, sebagai suatu upaya darurat, dalam pengaturan swap likuiditas antar negara (bilateral). Pasar bereaksi positif dengan pengumuman tersebut dan di saat yang bersamaan Cina juga menurunkan giro wajib minimumnya. Harga komoditas non- Harga-harga komoditas non-energi internasional terus jatuh, turun sebesar 10,6 persen energi semakin dalam dolar Amerika dari bulan September hingga November 2011 (dan turun hampir menuurun seiring dengan sebesar 20 persen dari titik tertingginya pada bulan Februari 2011). Dengan melemahnya menurunnya proyeksi perkiraan produksi industri, logam dan mineral dan bahan mentah mencatat penurunan produksi industri harga secara khusus dan pada bulan November masing-masing telah mencatatkan penurunan sebesar 24,9 persen dan 32,2 persen dari nilai tertingginya pada tahun 2011. Harga bijih besi menurun hampir seperempatnya dari harga pada bulan September (kelihatannya sebagian penyebabnya adalah perubahan dalam pengaturan kontrak) dengan harga tembaga juga turut jatuh. Harga energi mulai pulih pada bulan November, meningkat sebesar 4,5 persen, tetapi tetap berada 8,7 persen di bawah harga tertingginya pada bulan April 2011. Proyeksi dasar (baseline) adalah terus berlangsungnya penyesuaian turun harga komoditas secara bertahap, tetapi harga-harga tetap bertahan pada tingkat yang relatif tinggi (Gambar 4). 1 Bank Dunia (2011), East Asia and Pacific Economic Update - Navigating Turbulence, Sustaining Growth, http://go.worldbank.org/0B8QITE7U0 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 2 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 3: Pasar ekuitas internasional telah bergerak turun Gambar 4: Harga komoditas non energi telah turun lebih naik dalam beberapa bulan terakhir jauh dan diproyeksikan akan menurun secara bertahap (Indeks ekuitas dolar Amerika, 30 September 2011=100; (indeks nominal harga komoditas dolar Amerika, Januari spread obligasi negara EMBIG, basis poin) 2005=100) Indeks (30 Sep 2011=100) Basis poin Indeks (Jan 2005=100) Indeks (Jan 2005=100) 150 600 350 350 Spread Energi Indeks ekuitas dolar obligasi 300 300 140 500 AS pasar emerging negara EMBIG 130 400 250 250 200 200 120 300 150 150 110 200 Garis bertitik adalah ramalan 100 Non-energi Nov 2011 100 100 100 Indeks ekuitas dolar AS pasar maju (LHS) 50 50 90 0 Jan-05 Jan-07 Jan-09 Jan-11 Jan-13 Jan-15 Jul-11 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Catatan: Ekuitas adalah indeks MSCI. EMBIG adalah Indeks Sumber: World Bank Development Prospects Group Dunia Obligasi Pasar Emerging JP Morgan Sumber: MSCI, JP Morgan, Chicago Board Options Exchange dan perhitungan staf Bank Dunia Perkembangan yang Seperti diuraikan pada publikasi edisi bulan Oktober 2011, perkembangan krisis hutang terjadi di pasar keuangan zona Euro dan penurunan perkiraan dunia tampaknya akan mempengaruhi posisi internasional, harga- ekonomi dan fiskal Indonesia melalui beberapa mekanisme transmisi, termasuk arus harga komoditas dan perdagangan dan harga komoditas dan aliran keuangan dari bank dan investor portofolio. permintaan eksternal, menjadi faktor utama Bagian berikut meninjau perkembangan ekonomi dan keuangan terbaru di Indonesia, dan dalam outlook ekonomi menyoroti potensi tanda-tanda awal pengaruh krisis (spillover). Indonesia 2. …tetapi pertumbuhan Indonesia tetap stabil dan kuat pada triwulan ketiga Pertumbuhan PDB stabil Pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil pada kuartal ketiga 2011, dengan hanya sedikit pada 6.5 persen di kuartal tanda-tanda terpengaruh oleh ketidakpastian perekonomian internasional. PDB riil tumbuh ketiga tahun 2011… sebesar 6,5 persen tahun-ke-tahun selama tiga kuartal berturut-turut. Dengan penyesuaian musiman (seasionally adjusted), pertumbuhan kuartalan turun menjadi 1,3 persen, sedikit lebih rendah dari 1,6 persen yang dicatat di kuartal kedua. Pertumbuhan yang dicapai di kuartal ketiga sedikit lebih rendah dari perkiraan konsensus tetapi tetap sejalan dengan perkiraan yang dipublikasikan di edisi bulan Oktober. Menimbang semua ini, Bank Dunia menetapkan untuk tidak merupah perikraannya yaitu tetap di 6,4 persen untuk tahun 2011. Akan tetapi, pertumbuhan terbaru yang dicatatkan oleh mitra dagang utama Indonesia bersamaan dengan berlarutnya ketidakpastian di Eropa, sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan Indonesia di tahun 2012 menjadi 6,2 persen. Proyeksi ini sedikit di atas nilai rata-rata Konsensus yaitu sebesar 6,1 persen, yang juga diturunkan dari 6,4 persen pada tiga bulan yang lalu. …didorong oleh Konsumsi swasta terus menguat di kuartal ketiga, mengalami peningkatan sebesar 2,0 konsumsi swasta dan persen (seasionally adjusted). Pertumbuhan konsumsi didorong oleh menurunnya harga ekspor dan tingginya tingkat kepercayaan konsumen. Pertumbuhan ekspor tetap kuat di kuartal ketiga, di angka 2,4 persen, turun dari pertumbuhan kuartal yang lalu yang cukup kuat pada 4,9 persen. Hal ini berbeda dengan impor riil yang sedikit menurun di kuartal ini. Sebagai akibatnya, ekspor bersih memberikan kontribusi terbesar kepada pertumbuhan pada kuartal ini, serupa dengan kuatnya kinerja yang tercatat pada kuartal kedua. Pertumbuhan investasi riil mengalami perlambatan dan mencatat pertumbuhan sebesar 1,1 persen. Penurunannya didorong oleh sektor investasi gedung dan permesinan dan peralatan asing. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 3 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 5: Pertumbuhan kuartalan PDB bertahan di Gambar 6: …dengan pertumbuhan didorong oleh ekspor 6,5 persen pada kuartal ketiga 2011… bersih dan konsumsi swasta (pertumbuhan PDB riil, persen) (kontribusi ke pertumbuhan riil pada triwulan-ke-triwulan dengan penyesuaian musiman, persen) Persen Persen Discrepancy Net Exports Investment 4 8 Tahun-ke-tahun (RHS) Gov cons. Private cons. GDP Persen Persen 4 4 3 6 Triwulan-ke-triwulan 2 penyesuaian musiman 2 2 (LHS) 4 Rata-rata (LHS)* 0 1 2 0 -2 0 0 -2 -4 Sep-05 Sep-07 Sep-09 Sep-11 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Catatan: * Rata-rata pertumbuhan triwulan-ke-triwulan sejak Catatan: Kontribusi mungkin tidak berjumlah genap karena triwulan ketiga tahun 2001 penyesuaian musiman dari setiap rangkaian Sumber: BPS dan penyesuaian musiman staf Bank Dunia Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Pertumbuhan manufaktur Di sisi produksi, kuatnya permintaan domestik terus mendorong pertumbuhan dalam tetap kuat, dengan bidang perdagangan, perhotelan dan restoran, dan transportasi dan komunikasi. Kuatnya peningkatan produksi kinerja sektor manufaktur terus berlanjut (lihat Bagian C) dengan pertumbuhan non migas sekitar 7 manufaktur non migas meningkat sebesar 7,0 persen untuk pertama kali sejak awal tahun persen 2005. Hal ini juga dibantu dengan pulihnya produksi mesin dan peralatan transportasi dari gangguan pasokan yang berkaitan dengan gempa bumi dan tsunami Jepang. Secara keseluruhan, pertumbuhan pada sektor-sektor non-tradable sedikit meningkat pada kuartal ketiga, tumbuh sebesar 8,5 persen tahun-ke-tahun sementara pertumbuhan sektor tradable sedikit turun ke 4,4 persen tahun-ke-tahun. Indikator partial domestik Perkiraan kedepan, sejumlah indikator-indikator menunjukkan permintaan domestik yang tetap kuat, dengan sedikit kuat, dengan beberapa isyarat yang jelas, hingga saat ini, akan dampak dari penurunan tanda-tanda yang jelas perkiraan internasional akan ekonomi domestik Indonesia. Indikator-indikator akan dampak riil dari kepercayaan masih tetap kuat. Walaupun responden survei usaha kuartalan terbaru yang penurunan situasi eksternal dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi akan melambat pada kuartal keempat tahun 2011, indikator-indikator lain telah meningkat. Momentum pertumbuhan investasi diperkirakan akan kembali, dengan kuatnya pertumbuhan yang belakangan tercatat pada impor barang modal, penjualan semen dan produksi industri. Dengan lambatnya belanja pemerintah, terutama belanja barang dan modal, ada sedikit peningkatan terhadap pertumbuhan investasi kuartalan pada kuartal keempat tahun 2011. Indonesia diproyeksikan Akan tetapi, perkiraan untuk tahun 2012 masih diwarnai oleh ketidakpastian yang berasal akan mempertahankan dari Eropa. Sementara rasio perdagangan Indonesia terhadap PDB yang rendah akan pertumbuhan yang kuat memberi sedikit pelindungan, angka PDB terbaru yang dirilis oleh negara – negara Eropa sebesar 6,4 persen di bersama-sama dengan menurunnya harga-harga komoditas, menunjukkan bahwa tahun 2011 dan 6,2 persen di tahun 2012 Indonesia sama sekali tidak kebal terhadap segala efek yang mungkin terjadi lewat jalur perdagangan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi para mitra dagang Indonesia telah diturunkan lebih lanjut dari yang dipublikasikan di edisi bulan Oktober menjadi 3,5 persen di tahun 2012 (Tabel 2). Pertumbuhan para mitra dagang yang lebih rendah ini turut menurunkan proyeksi pertumbuhan dasar (baseline) Bank Dunia tahun 2012 untuk Indonesia menjadi 6,2 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi yang dibuat pada publikasi edisi bulan Oktober sebesar 6,3 persen. Mencerminkan revisi penurunan permintaan luar negeri, pertumbuhan ekspor telah diturunkan hampir sebesar satu poin persentase dan perkiraan menurun untuk sektor industri seperti manufaktur. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 4 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Tabel 2: Setelah revisi penurunan pada outlook eksternal, PDB diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,2 persen di thn 2012 (persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain) Tahun berjalan ke kuartal Tahunan Desember Revisi Tahunan 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2011 2012 1. Indikator ekonomi utama Total pengeluaran konsumsi 4.0 4.8 5.4 4.9 5.7 5.1 -0.3 0.0 Pengeluaran konsumsi swasta 4.6 4.9 4.7 4.4 5.5 4.6 0.0 0.0 Konsumsi pemerintah 0.3 4.5 10.1 7.3 6.9 7.5 -2.1 0.0 Pembentukan modal tetap bruto 8.5 8.7 9.6 8.7 10.9 7.5 -0.5 0.3 Ekspor barang dan jasa 14.9 14.1 7.9 16.1 8.7 7.3 0.0 -0.9 Impor barang dan jasa 17.3 12.9 9.7 16.9 8.5 8.6 -2.4 -0.3 Produk Domestik Bruto 6.1 6.4 6.2 6.9 6.1 6.0 0.0 -0.1 Pertanian 2.9 3.3 3.8 3.8 3.1 3.9 -0.1 0.0 Industri 4.7 5.2 4.8 5.3 5.3 4.2 0.1 -0.2 Jasa-jasa 8.4 8.6 8.0 9.2 8.2 8.2 0.0 0.0 2. Indikator eksternal Neraca pembayaran (miliar AS$) 30.3 16.5 11.8 n/a n/a n/a -7.4 -7.0 Neraca berjalan (miliar AS$) 5.6 3.1 -1.7 n/a n/a n/a 0.8 -2.0 Neraca perdagangan (miliar AS$) 21.3 24.8 17.9 n/a n/a n/a 3.1 -1.8 Neraca keuangan (miliar AS$) 26.2 15.9 13.5 n/a n/a n/a -7.4 -5.0 3. Ukuran ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 5.1 5.4 4.9 6.3 4.1 5.6 -0.3 -0.6 Indeks keranjang kemiskinan 8.4 8.1 6.7 11.1 5.9 6.6 0.0 0.0 Deflator PDB 8.0 8.4 8.5 8.0 8.5 8.8 0.1 -0.4 PDB nominal 14.6 15.3 15.3 15 15.2 15.4 0.1 -0.5 4. Asumsi ekonomi Kurs tukar valuta (Rupiah/ AS$) 9074 8742 8800 8977 8900 8800 80.1 150.0 BI Rate 6.4 6.6 6.0 6.5 6.0 6.0 -0.2 -0.8 Harga minyak Indonesia (AS$/barel) 79.4 111 110 86.2 110 110 6.2 10.0 Pertumbuhan mitra dagang utama 6.8 3.3 3.5 5.6 3.6 4.0 0.0 -0.4 Catatan: Proyeksi aliran perdagangan berkaitan dengan neraca nasional, yang dapat melebihkan pergerakan volume perdagangan sebenarnya, dan mengecilkan pergerakan harga karena perbedaan dalam penggunaan harga. Sumber: Kemenkeu, BPS, BI, CEIC dan proyeksi Bank Dunia 3. Aliran keluar neraca pembayaran tercatat pada kuartal ketiga tahun 2011 Aliran neraca Aliran keluar modal portofolio pada bulan Agustus dan September memberi kontribusi pembayaran Indonesia kepada defisit neraca pembayaran secara keseluruhan sebesar 4,0 miliar dolar Amerika secara keseluruhan pada kuartal ketiga tahun 2011. Defisit ini adalah defisit kuartalan pertama sejak puncak berbalik dengan tajam krisis keuangan pasca Lehman pada kuartal terakhir tahun 2008. Defisit ini didorong oleh pada kuartal ketiga tahun 2011, dari aliran masuk pembalikan yang tajam pada aliran portofolio neraca keuangan ketika para investor asing tertinggi menjadi aliran menjual saham dan obligasi pemerintah karena meningkatnya ketidakpastian yang keluar menyelimuti krisis hutang zona Euro. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 5 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Aliran keluar portofolio Aliran keluar neraca keuangan Gambar 7: Aliran keluar neraca keuangan adalah pendorong utama mencapai 3,4 miliar dolar Amerika menggerakan neraca pembayaran secara keseluruhan defisit neraca keuangan pada kuartal ketiga tahun 2011 menjadi defisit pada kuartal ketiga tahun 2011 walaupun aliran masuk (Gambar 7). Dibandingkan dengan (miliar dolar Amerika) FDI juga menurun dan Net direct investment Net portfolio aliran keluar bersih dari aliran masuk sebesar 13,1 miliar Net other capital Current account investasi lain dolar Amerika pada kuartal kedua Overall balance (dan aliran keluar sebesar 5,9 miliar dolar AS miliar dolar AS miliar dolar Amerika pada kuartal 16 16 keempat tahun 2008). Investasi portofolio mencatat aliran keluar 12 12 bersih sebesar 4,7 miliar dolar 8 8 Amerika (setelah aliran masuk sebesar 5,5 miliar dolar Amerika di 4 4 kuartal kedua), yang hampir 0 0 sepenuhnya disebabkan oleh penurunan kepemilikan SBI dan -4 -4 SUN. Nilai bersih investasi langsung juga melambat dengan -8 -8 aliran masuk FDI (PMA) turun Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 menjadi 3,7 miliar dolar Amerika dari 6,1 miliar pada kuartal kedua Catatan: Kesalahan dan penghilangan tidak diperlihatkan (walaupun nilainya masih di atas Sumber: BI rata-rata aliran masuk kuartalan yang tercatat pada dua tahun terakhir). "Investasi lain� juga berbalik menjadi aliran keluar bersih, dengan peningkatan pada tabungan sektor swasta dan aset lain yang berada di luar negeri. Pengambilan pinjaman asing oleh sektor swasta (6,8 miliar dolar Amerika) tetap bertahan kuat, dan dengan pembayaran kembali sebesar 4,7 miliar dolar Amerika, menunjukkan tingkat roll-over yang setara dengan yang tercatat pada kuartal kedua. Neraca berjalan terus Tren penurunan pada surplus neraca berjalan selama tahun 2011 terus berlanjut. Surplus menyempit pada kuartal bergerak menjadi 0,2 miliar dolar Amerika pada kuartal ketiga (0,1 persen dari PDB) dari ketiga tahun 2011 0,5 miliar dolar Amerika pada kuartal kedua (0,2 persen dari PDB). Surplus dari perdagangan barang-barang (9,6 miliar dolar Amerika) dan transfer berjalan (1,0 miliar dolar Amerika) sepenuhnya mengimbangi defisit pada perdagangan jasa (2,8 miliar dolar Amerika) dan defisit pendapatan (7,6 miliar dolar Amerika). Secara umum surplus barang relatif tidak berubah terhadap kuartal kedua. Neraca perdagangan migas kembali mencatat surplus yang tipis, setelah mencatat defisit yang signifikan pada kuartal yang lalu, dengan defisit minyak diimbangi oleh surplus gas. Ekspor lain sedikit meningkat dengan ekspor mineral dan tambang yang lebih tinggi mengimbangi penurunan dalam ekspor manufaktur. Nilai impor barang juga naik secara moderat dengan peningkatan barang modal dan konsumsi mengimbangi penurunan impor bahan setengah jadi. Defisit jasa menyusut sementara defisit pendapatan terus melebar, karena peningkatan repatriasi profit oleh perusahaan-perusahaan yang dimiliki asing dan pembayaran pendapatan investasi portofolio yang lebih tinggi. Transfer berjalan tetap bertahan stabil. Akhir-akhir ini, nilai Ekspor Indonesia mengalami penurunan selama bulan September dan Oktober, ekspor bulanan Indonesia mencerminkan permintaan eksternal yang melambat dan harga komoditas yang menunjukkan tanda-tanda menurun, (Gambar 8). Realisasi bulan tersebut pada umumnya disebabkan oleh ekspor pengaruh perlambatan migas yang lebih rendah, karena penurunan dalam harga dan permintaan. Sementara ekonomi global itu, nilai ekspor non-migas tetap relatif stabil, dengan peningkatan ekspor permesinan dan peralatan mekanis mengimbangi penurunan dalam sebagian besar komoditas. Dengan naiknya impor secara bertahap, surplus perdagangan barang bulanan menyusut dari 3,6 miliar dolar Amerika pada bulan Agustus menjadi 1,2 miliar dolar Amerika pada bulan Oktober 2011. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 6 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 8: Nilai ekspor melemah pada bulan-bulan terakhir Tabel 3: Neraca berjalan diproyeksikan akan mencatat (nilai ekspor barang, miliar dolar AS; pertumbuhan tahun- sedikit defisit di tahun 2012 dan aliran masuk keuangan ke-tahun dari nilai ekspor barang rata-rata bergerak 3- akan menurun bulanan, persen) (miliar dolar Amerika) Oil and gas export value (LHS) Non-oil and gas export value (LHS) 2008 2009 2010 2011 2012 Oil and gas export growth (RHS) Non-oil and gas export growth (RHS) Keseluruhan miliar dolar AS Persen Neraca Pembayaran -1,9 12,5 30,3 16,5 11,8 25 150 Neraca berjalan 0,1 10,6 5,6 3,1 -1,7 20 100 Perdagangan 9,9 21,2 21,3 24,8 17,9 15 50 Pendapatan -15,2 -15,1 -20,3 -26,0 -24,1 Transfer 5,4 4,6 4,6 4,1 4,4 10 0 Neraca Modal & Keuangan -1,8 4,9 26,2 15,9 13,5 5 -50 FDI 3,4 2,6 10,7 11,2 10,8 Portofolio 1,8 10,3 13,2 3,8 9,1 0 -100 Oct-08 Oct-09 Oct-10 Oct-11 Lain-lain -7,3 -8,1 2,2 1,5 -6,3 (a) Cadangan 51,6 66,1 96,2 111,3 (a) Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Errors and omissions tidak ditunjukkan. Cadangan 2011 per akhir bulan November Sumber: BI dan proyeksi staf Bank Dunia Proyeksi aliran Penurunan lebih lanjut pada harga-harga komoditas, revisi turun terhadap permintaan luar pembayaran yang masuk negeri dan potensi goncangan tambahan terhadap penghindaran risiko internasional, pada neraca keuangan semuanya menjadi pertimbangan terhadap proyeksi aliran neraca pembayaran. sangat sensitif terhadap Sensitivitas utama adalah besar dan lamanya tekanan pada kondisi pasar keuangan kondisi pasar global dunia, terutama bagi likuiditas dolar Amerika untuk membiayai perdagangan dan investasi. Menurut skenario dasar (baseline), aliran masuk FDI diperkirakan akan tetap kuat pada tahun 2012 (Tabel 3). Perusahaan-perusahaan asing akan tetap tertarik oleh pasar domestik Indonesia yang berkembang, walaupun aliran masuk FDI juga tampaknya akan bergantung pada kondisi negara-negara asal, dan harga komoditas yang lebih rendah dan permintaan luar negeri yang lebih lemah dapat mempengaruhi investasi yang berkaitan dengan sumberdaya alam. Aliran masuk portofolio diperkirakan akan kembali di tahun 2012, memutar balik arah aliran keluar yang belakangan terjadi, yang diperkirakan akan tetap bersifat fluktuatif dalam jangka pendek. Neraca berjalan Indonesia Proyeksi neraca berjalan tahun 2012 telah direvisi dari surplus kecil sebesar 0,3 miliar diproyeksikan akan dolar Amerika pada Triwulanan edisi Oktober menjadi defisit kecil sebesar 1,7 miliar dolar mencatat sedikit defisit Amerika (0,2 persen dari PDB). Revisi ini mencerminkan penurunan dalam surplus neraca pada tahun 2012 perdagangan karena perlemahan pada permintaan luar negeri dan harga komoditas dan juga kuatnya pertumbuhan impor, dengan defisit pendapatan yang berkelanjutan sejalan dengan peningkatan aliran FDI ke Indonesia dan repatriasi penerimaan perusahaan. Pergerakan neraca berjalan tahunan menjadi defisit di tahun 2012, yang pertama kali sejak krisis keuangan Asia, yang juga diperkirakan pada laporan Article IV dari IMF yang baru diterbitkan, yang sebagian mencerminkan kuatnya permintaan bagi impor barang- barang modal dan setengah jadi. Impor barang-barang itu merupakan input bagi investasi dan produksi oleh perusahaan-perusahaan domestik dan asing. Beberapa permintaan bagi impor-impor tersebut dapat memiliki kaitan dengan peningkatan dalam aliran masuk FDI ke Indonesia sejak pertengahan tahun 2009. Aliran masuk FDI itu juga membuat aliran masuk modal bagi Indonesia lebih stabil dan makin meningkat untuk mengimbangi kebutuhan pembiayaan eksternal bruto Indonesia. Diperkirakan akan menjadi 10,3 persen dari PDB di tahun 2012 oleh laporan Article IV IMF tahun 2011, kebutuhan pembiayaan ini mencakup amortisasi defisit yang kecil dan hutang luar negeri. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 7 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan 4. Pergerakan pasar keuangan internasional terus mempengaruhi Indonesia Harga ekuitas Indonesia Seperti di pasar internasional, ekuitas Indonesia telah mengalami periode pertumbuhan terus mengikuti gerakan dan penurunan pada kuartal yang lalu. Secara keseluruhan, indeks komposit pasar pasar internasional saham Indonesia meningkat sebesar 6,5 persen dari akhir bulan September hingga 2 sementara Rupiah telah Desember (Gambar 9). Akan tetapi, dengan penurunan pada bulan Agustus dan terdepresiasi terhadap dolar September mengimbangi peningkatan yang terjadi sebelumnya, peningkatan secara keseluruhan hanyalah 2,1 persen sejak akhir tahun 2010. Nilai rupiah berangsur-angsur turun terhadap dolar Amerika yang meningkat, dengan depresiasi sebesar 3,1 persen dari akhir bulan September hingga 2 Desember menjadi Rp 9.103 per dolar Amerika (atau sebesar 1,4 persen sejak akhir tahun 2010). Yield obligasi pemerintah lima-tahunan dalam rupiah telah turun sebesar 73 basis poin pada periode yang sama, walaupun sempat meningkat pada akhir bulan November. Gambar 9: Harga ekuitas Indonesia telah mengalami naik- Gambar 10: …dengan berlanjutnya aliran keluar portofolio turun, sementara Rupiah mengalami depresiasi… investor asing, walaupun pada tingkatan yang jauh lebih (indeks ekitas, 30 September 2011=100; rupiah per dolar rendah dibanding pada bulan September Amerika; yield, persen) (miliar dolar Amerika) Indeks (30 Sep 2011=100) Persen; ribuan Rp per dolar AS miliar dolar AS miliar dolar AS 120 10 150 5.0 Ribuan Rp per dolar AS (RHS) 110 9 125 2.5 100 8 100 0.0 Ekuitas IHSG (LHS) Cadangan (LHS) 90 7 75 -2.5 80 6 50 -5.0 Yield obligasi pemerintah Aliran masuk portofolio 5-tahunan dalam rupiah (RHS) asing (RHS): Equities SUN SBI 70 5 25 -7.5 Aug-11 Sep-11 Oct-11 Nov-11 Dec-11 Nov-07 Nov-08 Nov-09 Nov-10 Nov-11 Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia Catatan: “Aliran� bagi SUN (surat utang negara) dan SBI (sertifikat BI) menunjukkan perubahan kepemilikan Sumber: BI, CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia Aliran keluar portofolio Setelah mencapai 4,7 miliar dolar Amerika pada bulan September, aliran keluar portofolio investor asing di bulan investor asing dari Indonesia kembali turun di bulan Oktober dan November masing- September hampir sama masing sebesar 0,5 miliar dolar Amerika dan 1,3 miliar dolar Amerika. Penurunan dengan nilai tertinggi kepemilikan sekuritas dengan pendapatan tetap menjadi pendorong aliran keluar tersebut yang tercatat pada bulan Mei 2010 tetapi kemudian dengan pembelian ekuitas bersih oleh investor asing masih tetap bertahan positif turun kembali di bulan walaupun dalam jumlah yang kecil. Kepemilikan sertifikat Bank Indonesia (SBI) oleh Oktober dan November investor asing terus menurun dan walaupun sempat mendatar di bulan Oktober, kepemilikan surat utang negara (SUN) dalam rupiah semakin jatuh di bulan November setelah mengalami penurunan sebesar 3,3 miliar dolar Amerika pada bulan September. Sebagai akibatnya, investor asing memiliki 30 persen sekuritas pemerintah dalam rupiah yang dapat diperdagangkan pada akhir bulan November (turun dari catatan nilai tertinggi sebesar 39 persen di bulan Juli 2011). Kepemilikan SBI mereka telah menurun menjadi 16 persen dari catatan nilai tertinggi sebesar 39 persen pada bulan Mei 2011. Cadangan devisa Cadangan devisa turun sebesar 10,1 miliar dolar Amerika, atau 8 persen, menjadi 114,5 Indonesia telah turun miliar dolar Amerika di bulan September, karena Bank Indonesia (BI) melakukan dengan tajam di bulan intervensi untuk menyokong nilai Rupiah. Sebagai pembanding, cadangan devisa turun September tetapi kini sebesar 6,5 miliar dolar Amerika, atau 11 persen, pada bulan Oktober 2008 dan turun telah stabil kembali sebesar 4,0 miliar dolar Amerika pada bulan Mei 2010 (penurunan sebesar 5 persen). Dengan kembali stabilnya aliran keluar portofolio, cadangan devisa hanya turun sebesar 0,5 miliar dolar Amerika di bulan Oktober tetapi diikuti dengan penyusutan sebesar 2,6 miliar dolar Amerika di bulan November menjadi 111.3 miliar dolar Amerika. Cadangan devisa tetap berada pada kisaran 2,3 kali tingkat hutang luar negeri yang jatuh tempo pada akhir bulan September. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 8 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Bank Indonesia Bank Indonesia (BI) Gambar 11: BI menurunkan BI Rate di bulan Oktober dan menurunkan BI Rate di menurunkan BI Rate pada November bulan Oktober dan bulan Oktober dan November (persen; triliun rupiah) November karena BI overnight standing facility deposit value (RHS) (Gambar 11). Setelah penurunan inflasi dan BI policy rate (LHS) penurunan sebesar 25 basis memburuknya outlook BI overnight deposit facility rate (LHS) dunia poin di bulan Oktober, Overnight interbank call money rate (LHS) tanggapan kebijakan yang Persen triliun rupiah paling awal di wilayah Asia 8 125 Timur, penurunan 50 basis poin satu bulan kemudian di 7 100 bulan November merupakan sesuatu yang tidak 6 75 diperkirakan oleh pasar. BI menyatakan bahwa penurunan 5 50 itu disebabkan oleh penurunan inflasi, harapan untuk 4 25 membatasi potensi pengaruh 3 0 negatif terhadap ekonomi Dec-09 Jun-10 Dec-10 Jun-11 Indonesia dari prospek ekonomi dunia yang makin Sumber: BI dan CEIC memburuk, bersama-sama dengan kestabilan relatif pada pasar keuangan dalam negeri di bulan Oktober dan harapan untuk menurunkan struktur suku bunga. Suku bunga overnight telah mengikuti batas bawah koridor operasional BI (suku bunga simpanan overnight) yang sejak bulan September diperluas menjadi 150 basis poin di bawah BI Rate. Likuiditas perbankan yang ditempatkan pada fasilitas penyimpanan overnight BI juga telah meningkat pada dua bulan terakhir. Seperti pada periode awal gejolak pasar internasional, sangatlah penting untuk mencermati adanya tanda-tanda yang menunjukkan peningkatan tekanan likuiditas secara agregat, atau per tiap-tiap bank, terutama yang berkaitan dengan dana dalam dolar Amerika. Pertumbuhan kredit Sejalan dengan kuatnya angka-angka PDB pada kuartal ketiga, pertumbuhan pinjaman berangsur-angsur tetap kuat hingga akhir bulan September, meningkat ke 25,3 persen tahun-ke-tahun dari meningkat sampai akhir 23,0 persen pada akhir bulan Juni. Dengan turunnya inflasi, pertumbuhan kredit riil September meningkat menjadi 19,8 persen dari 16,5 persen tiga bulan sebelumnya. Kredit modal kerja tetap menjadi pendorong utama pertumbuhan (memberi kontribusi sebesar 11,8 poin persentase kepada pertumbuhan ini) dengan diikuti oleh kredit konsumsi dan investasi. Per sektor, pertumbuhan kredit tahun-ke-tahun yang paling besar dicatat oleh utilitas, pertambangan dan jasa bisnis. Dalam perhitungan biaya pendanaan, rata-rata nominal suku bunga kredit tetap bertahan stabil di kisaran 13 persen, bergerak naik ke 8,3 persen dalam perhitungan riil dengan adanya penurunan inflasi. Indikator keseluruhan Indikator keseluruhan sektor perbankan terus menunjukkan kinerja yang sehat dan stabil. sektor perbankan tetap Pada akhir bulan September nilai pengembalian aset secara agregat berada pada 3,1 sehat… persen, rasio kredit macet, di luar penyaluran, berjumlah 2,7 persen dengan rasio kecukupan modal pada 16,7 persen. Dengan pertumbuhan kredit yang melampaui pertumbuhan simpanan sebesar 18,7 persen tahun-ke-tahun, rasio agregat pinjaman- terhadap-simpanan (loan-to-deposit) telah meningkat, mencapai 82 persen pada akhir bulan September, naik dari 76 persen pada akhir bulan Januari 2011. …dan DPR telah Perkembangan penting dalam struktur peraturan sektor keuangan Indonesia yang akan mengesahkan UU datang, DPR mengesahkan Undang-Undang yang menetapkan Otoritas Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan yang memiliki tanggung jawab atas bank, lembaga keuangan non bank dan pasar modal yang telah lama ditunggu (Kotak 1). Dalam perkembangan peraturan perundangan yang lain, Bank Indonesia memberi isyarat ada rencana untuk menerbitkan aturan baru bagi rekening kartu kredit, yang misalnya, mengatur suku bunga maksimum dan membatasi jumlah kartu bagi mereka dengan penghasilan yang berada di bawah suatu tingkat tertentu, dengan tujuan untuk meningkatkan disiplin di dalam pemasaran dan penerbitan kartu kredit. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 9 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Kotak 1: Pengesahan UU OJK Setelah pembahasan yang panjang, DPR akhirnya mengesahkan Undang-Undang OJK (Otoritas Jasa Keuangan) pada tanggal 27 Oktober 2011. Proses pembahasan RUU telah dimulai dari bulan Agustus 2010 dan pengesahannya telah mengakhiri ketidakpastian selama lebih dari satu dekade terhadap pembentukan OJK, setelah adanya dua amandemen terhadap UU Bank Sentral No 13/1968 di tahun 1999 dan 2004. Amandemen tahun 1999, UU No 23/1999, menyatakan bahwa pengawasan perbankan akan dilakukan oleh suatu lembaga independen dan amandemen kedua, UU No 3/2004, memandatkan pendirian lembaga tersebut pada akhir tahun 2010. OJK yang baru akan mengatur dan mengawasi sektor perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan non bank. OJK akan dipimpin oleh suatu Dewan Komisaris dengan sembilan komisaris, tujuh diantaranya akan dipilih oleh DPR, dari daftar nama yang diusulkan oleh Presiden, dan dua yang lain adalah anggota ex-officio dari Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia. Dewan itu harus dibentuk dalam waktu tujuh bulan setelah UU OJK disahkan dan dua bulan setelah itu, suatu tim transisi harus dibentuk. OJK akan mengambil alih fungsi pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan non bank dari Bapepam-LK (yang merupakan bagian dari Kementerian Keuangan) mulai akhir tahun 2012. Hal ini akan diikuti dengan pemindahan tanggung jawab Bank Indonesia atas pengawasan dan pengaturan bank-bank pada akhir tahun 2013. Selain menetapkan pembentukan OJK, UU itu juga menetapkan pembentukan suatu Forum Koordinasi Sistem Keuangan yang terdiri dari Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Kepala Dewan OJK dan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan. Pengesahan UU OJK mengakhiri ketidakpastian akan otoritas pengawas yang baru dan memberikan kesempatan bagi pengawasan sektor keuangan yang lebih terkoordinasi. Akan tetapi, seperti ditekankan pada tinjauan sistem keuangan Indonesia yang dilakukan oleh Bank Dunia dan IMF (lihat IMF, 2011), patut dicatat bahwa, seperti pada negara-negara lain, terdapat risiko-risiko yang berkaitan dengan pemindahan fungsi pengawasan tersebut, terutama pada periode transisi, yang relatif cukup singkat. Sebagai contoh hilangnya beberapa konsistensi atau keberlanjutan pengawasan. Dengan demikian terdapat suatu kebutuhan untuk lebih meningkatkan kerangka peraturan dan pengawasan yang ada (dengan pengalaman lintas negara yang menunjukkan bahwa perubahan struktur saja tidak akan meningkatkan pengawasan). Seperti terlihat di banyak negara selama berlangsungnya krisis keuangan global yang lalu, juga penting untuk memastikan bahwa terdapat koordinasi yang erat antara otoritas yang baru, yang memiliki tanggung jawab bagi pengawasan mikro-prudential, dengan fungsi pengawasan makro Bank Indonesia. Selain itu, dalam kaitannya dengan terus berlangsungnya ketidakpastian pada pasar keuangan internasional, akan menjadi penting untuk melangkah ke depan dengan menempatkan UU jaring pengaman sektor keuangan yang memberikan mandat dan kerangka yang memadai kepada pihak berwenang di Indonesia dalam menghadapi lembaga keuangan yang dalam kondisi krisis. Catatan: Untuk mendapatkan ringkasan tinjauan IMF dan Bank Dunia atas sektor keuangan Indonesia lihat pada IMF (2010), Indonesia: Financial System Stability Assessment, http://www.imf.org/external/pubs/ft/scr/2010/cr10288.pdf 5. Inflasi headline terus menurun Inflasi headline bergerak Pada kuartal terakhir inflasi headline IHK terus bergerak turun dari nilai puncaknya pada makin rendah mencapai bulan Januari 2011. Pada 4,2 persen tahun-ke-tahun di bulan November 2011, nilai inflasi 4,2 persen pada bulan itu telah turun ke nilai terendah selama satu setengah tahun terakhir (Gambar 12). November 2011, nilai Penurunan inflasi ini didorong oleh peningkatan harga yang lebih rendah dari biasanya di terendah selama 19 bulan terakhir bulan Ramadan dan Idul Fitri pada tahun ini. Inflasi diantara komponen-komponen IHK bervariasi. Setelah turun hingga setengahnya selama masa panen menjadi sekitar lima persen, inflasi harga bahan pangan tetap bertahan pada kisaran angka tersebut pada beberapa bulan terakhir. Kuatnya pertumbuhan harga beras telah diimbangi dengan penurunan dari lonjakan naik harga bumbu dapur pada tahun yang lalu. Inflasi keranjang kemiskinan turun dari 6,8 persen di bulan Agustus menjadi 6,4 persen di bulan November. Melihat komponen lain dari IHK, biaya pendidikan, yang umumnya meningkat pada kuartal ketiga setiap tahun, telah naik sebesar tujuh persen sejak bulan Juli, peningkatan terbesar sejak tahun 2007. Sementara itu, inflasi harga pakaian telah turun sejak meningkat pada bulan Agustus karena penurunan harga emas telah mendorong laju inflasi harga untuk asesoris pribadi. Tidak adanya reformasi dalam harga energi subsidi pada tahun ini telah menyebabkan inflasi transportasi dan energi rumah tangga meningkat jauh dibawah inflasi headline masing-masing sebesar 2,0 persen dan 3,4 persen di bulan November. Harga beras internasional Harga beras dalam negeri terus meningkat selama triwulan terakhir dengan harga jual dan domestik terus beras berkualitas rendah mencapai nilai tertinggi sebesar Rp 7.977 per kg di bulan meningkat memasuki November, meningkat sebesar 5,1 persen sejak bulan Agustus, dan sebesar 13,3 persen tahun 2012 selama setahunn. Produksi beras dalam negeri di tahun 2011 diperkirakan akan turun sebesar 2 persen menjadi 66 juta MT padi (sekitar 37 juta MT beras) karena penundaan penanaman yang disebabkan oleh buruknya cuaca dan hama. Untuk tahun 2012, pemerintah telah memperkirakan bahwa produksi beras dapat mencapai 74,1 juta MT padi (setara dengan 40-41 juta ton beras) atau meningkat sebesar 12,2 persen dari tahun 2011.Di pasar internasional, rata-rata harga beras international (berat Vietnam dengan 25 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 10 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan persen tingkat kerusakan) selama September dan November meningkat 10 percent dari 3 bulan sebelumnya dan dan 19 persen selama tahun berjalan. Dampak banjir di Thailand terhadap pasar internasional diperkirakan bersifat sementara, dengan produksi beras Thailand diperkirakan akan kembali normal pada tahun 2012 dan kembalinya India ke pasar ekspor. Gambar 12: Inflasi headline terus menurun selama kuartal Gambar 13: …dengan inflasi inti bulanan menurun pada terakhir… beberapa bulan terakhir (pertumbuhan tahun-ke-tahun) (kontribusi poin persentase pada inflasi bulanan) Persen Persen Kontribusi poin Kontribusi poin 16 16 persentase bulanan persentase bulanan 2.0 2.0 Inflasi pangan Volatile Administered 12 12 1.5 Core (excl gold) 1.5 Gold Inflasi Headline Inflation keranjang 1.0 1.0 8 8 kemiskinan Inflasi 0.5 0.5 headline 4 4 Inflasi inti 0.0 0.0 0 0 Nov 09 Nov 10 Nov 11 -0.5 -0.5 May-09 Nov-09 May-10 Nov-10 May-11 Nov-11 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Inflasi inti, yang Inflasi inti, yang mencapai nilai tertinggi selama dua setengah tahun meningkat menjadi meningkat tajam di bulan 5,1 persen tahun-ke-tahun di bulan Agustus, turun menjadi 4,4 persen di bulan Agustus menjadi 5,1 November. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga-harga setelah bulan Ramadan persen, telah menurun dan juga melambatnya harga emas (Gambar 13). Karena inflasi harga emas dipengaruhi menjadi 4,4 persen di bulan November karena oleh pergerakan harga internasional, yang pada gilirannya berkaitan dengan perubahan jatuhnya harga emas sentimen investor, penyertaan emas di dalam inflasi inti mungkin tidak memberi gambaran yang akurat akan tekanan inflasi yang sebenarnya. Inflasi inti tanpa menyertakan emas adalah sebesar 3,8 persen di bulan November, 0,6 poin persentase lebih rendah dari inflasi inti dengan menyertakan emas dengan perbedaan tidak mencapai satu poin persentase di bulan Agustus. Perkiraan inflasi konsumen, seperti diukur oleh Bank Indonesia, juga bergerak naik pada tiga bulan terakhir. Para responden memperkirakan harga-harga akan mulai turun pada bulan Februari 2012 tetapi akan meningkat pada tiga bulan berikutnya menjelang permulaan masa panen. Juga terdapat kekhawatiran terhadap dampak inflasi terhadap upaya reformasi pemerintah terhadap harga bahan bakar dan tarif listrik bersubsidi. Inflasi diperkirakan akan Dengan hanya satu bulan yang tersisa di tahun 2011, inflasi IHK pada akhir tahun 2011 meningkat di tahun 2012 tampaknya akan berada pada batas bawah target inflasi Bank Indonesia sebesar 5 ±1 dari nilai rendahnya saat persen. Proyeksi Bank Dunia untuk inflasi IHK pada bulan terakhir tahun 2011 adalah ini dan akhir tahun 2012 sebesar 3,6 persen tahun-ke-tahun dan 4,1 persen tahun-ke-tahun untuk kuartal tersebut, sebesar 5,6 persen walaupun adanya dengan terjaganya peningkatan harga komponen-komponen yang rentan terhadap ketidakpastian terhadap gejolak. Jika demikian, ini akan akan menjadi pertama kali bagi Indonesia untuk mencatat outlook tersebut pertumbuhan rata-rata PDB di atas nilai historis dengan inflasi di bawah 5 persen pada akhir tahun sejak Krisis Keuangan Asia. Pada tahun 2012, memburuknya outlook dunia diperkirakan akan mempengaruhi proyeksi inflasi melalui perlemahan permintaan dan kredit. Inflasi tahunan diperkirakan akan meningkat menjadi 4,9 persen di tahun 2012, turun sebesar 0,6 poin persentase dari proyeksi pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Sebagian besar penyebabnya adalah dasar yang lebih rendah karena hasil inflasi kuartal keempat tahun 2011 yang lebih lemah dari perkiraan (yang memberi kontribusi sebesar 0,5 poin persentase kepada revisi tersebut) dan sebagian dari lebih lemahnya pertumbuhan domestik (0,1 poin persentase). Kebijakan BI Rate juga menjadi faktor utama, dalam hal perubahan policy rate THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 11 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan mempengaruhi ekspektasi harga dan kondisi kredit (tingkat bunga pinjamana sedikit menurun sejak policy rate BI diturunkan sebesar 75 basis poinHarga-harga bersubsidi membawa risiko peningkatan yang paling besar terhadap perkiraan dasar (baseline) dengan asumsi tidak ada kenaikan harga pada reformasi subsidi (lihat Bagian B pada usulan APBN 2012 tentang pembatasan volume BBM bersubsidi). Seperti biasa, kualitas panen beras pada awal tahun 2012 juga sangat menentukan perkiraan inflasi dan sebagian akan didukung oleh impor sebesar 1,6 juta MT yang akan tiba pada awal tahun 2012. Perkembangan harga beras dalam dan luar negeri juga akan berperan penting terhadap outlook inflasi keranjang kemiskinan, yang menurut perkiraan dasar, diperkirakan akan terus menurun pada kuartal terakhir tahun 2011 sebelum meningkat menjadi 6,6 persen pada kuartal terakhir tahun 2012. Pertumbuhan harga- Tingkat harga-harga yang lebih luas di dalam ekonomi telah sedikit meningkat. Inflasi harga yang lebih luas di deflator PDB berada pada 8,2 persen tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga tahun 2011, dalam ekonomi juga terus meningkat dari 7,7 persen pada kuartal kedua. Harga-harga meningkat sebesar 2,4 berada cukup jauh di persen (seasionally adjusted) relatif terhadap kuartal kedua, pada kisaran rata-rata bawah rata-rata dua dekade yang lalu pertumbuhan kuartalan pada lima tahun terakhir. Pertumbuhan harga investasi sedikit walaupun terjadi sedikit meningkat dari 5,2 persen menjadi 5,4 persen dan tetap berada pada kisaran tingkat peningkatan pada kuartal paling rendah sejak tahun 2002, karena disebabkan oleh jatuhnya inflasi harga bahan- ketiga bahan konstruksi. Inflasi deflator PDB diperkirakan akan meningkat pada kuartal terakhir tahun 2011 menjadi 8,5 persen. Proyeksi rata-rata pertumbuhan deflator untuk tahun 2012 telah diturunkan menjadi 8,6 persen dengan adanya revisi turun terhadap harga konsumen dan lebih lemahnya outlook pertumbuhan PDB. Tingkat ini adalah tingkat yang sama dengan yang tercatat di tahun 2009 dan cukup jauh di bawah rata-rata nilai sebelum krisis keuangan internasional sebesar 14,5 persen untuk periode tahun 2005-2008. 6. Selain pertanian, pertumbuhan pekerjaan masih tetap kuat Pertumbuhan pekerjaan Sementara PDB riil Indonesia meningkat sebesar 6,5 persen tahun-ke-tahun pada kuartal selain di bidang pertanian 3 tahun 2011, jumlah pekerjaan yang terisi meningkat sebesar 1,5 juta jiwa pada bulan tetap kuat sejak awal Agustus 2011 relatif terhadap tahun yang lalu, peningkatan sebesar 1,4 persen. Namun tahun hingga bulan laju pertumbuhan ini agak menurun, hampir setengahnya, dari laju sebesar 3,2 persen Agustus 2011… yang dicatat pada bulan Agustus 2010 dan 3,6 persen di bulan Februari 2011. Penurunan itu terutama disebabkan oleh penurunan lapangan pekerjaan di bidang pertanian di bulan Agustus sebesar lima persen tahun-ke-tahun sementara pekerjaan di bidang non pertanian mencatat pertumbuhan yang stabil sebesar 5,4 persen, atau 3,6 juta pekerjaan (Gambar 14). Selain tekanan pada lapangan pekerjaan di bidang transportasi dan komunikasi, kontribusi berbagai sektor non pertanian terhadap jumlah lapangan kerja umumnya bersifat luas (Gambar 15). Sebagai contoh, walaupun mewakili sebagian kecil jumlah lapangan pekerjaan, pesatnya peningkatan pekerjaan di bidang keuangan dan real estate mencatat pertumbuhan tertinggi yang pernah tercatat sebesar 51 persen tahun-ke-tahun. Pekerjaan di sektor konstruksi meningkat sebesar 13,4 persen sementara pekerjaan di bidang manufaktur tumbuh sebesar 5,2 persen, sejalan dengan pertumbuhan PDB-nya yang relatif kuat akhir-akhir ini (lihat Bagian C untuk uraian lebih lanjut tentang kinerja sektor manufaktur Indonesia). Peningkatan produksi garmen sebelum masa libur Lebaran di akhir bulan Agustus dapat menjadi salah satu sebab akan peningkatan permintaan untuk pekerja manufaktur temporer. …dan tingkat Pertumbuhan pekerjaan sebesar 1,4 persen melebihi peningkatan angkatan kerja sebesar pengangguran telah 0,7 persen tahun-ke-tahun. Sebagai akibatnya laju pengangguran terbuka menurun menurun dan rasio menjadi 6,6 persen di bulan Agustus 2011 dari 7,1 persen satu tahun sebelumnya. pegawai yang memiliki Penurunan ini melanjutkan laju pengangguran yang terus berangsur turun pada beberapa gaji telah meningkat… tahun terakhir (Gambar 14) setelah melonjak hingga sekitar sepuluh persen pada tahun 2001 hingga 2006 setelah terjadinya krisis tahun 1997-1998. Melihat keseluruhan angkatan kerja, tingkat pengangguran bagi lulusan sekolah menengah atas atau lebih tinggi telah turun. Tingkat pengangguran bagi angkatan kerja dengan diploma turun menjadi 7,2 persen di tahun 2011 dari 12,8 persen di tahun 2010. Bagi lulusan universitas, tingkat pengangguran turun ke 8,0 persen dari 11,9 persen. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 12 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 14: Pertumbuhan pekerjaan non-pertanian tetap Gambar 15: …dengan kontribusi yang luas terhadap kuat sampai bulan Agustus 2011… peningkatan pekerjaan pada sektor non pertanian (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen; tingkat (kontribusi ke pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase) pengangguran, persen) Total employment growth (LHS) Finance Trans & Comm Const, Mining & Elec Manufacturing Real GDP growth (LHS) W'sale, Trade, Rest Agriculture Non-agri employment growth (LHS) Public Service Total employment Persen Unemployment rate (RHS) Persen Persen Persen 8 16 6 6 4 4 6 12 2 2 4 8 0 0 -2 -2 2 4 -4 -4 0 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Catatan: Laju pertumbuhan tahun-ke-tahun. Data pasar Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia tenaga kerja untuk bulan Agustus, pertumbuhan PDB riil untuk kuartal 3 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia …tetapi perlu Mayoritas populasi pekerja Indonesia yang berjumlah sebesar 109,7 juta masih terpusat peningkatan lebih lanjut pada sektor pertanian dan informal. Walaupun bagian pekerjaan bidang pertanian telah terkait penciptaan berangsur turun dari di atas 50 persen pada awal tahun 90an, sekarang berada pada lapangan pekerjaan yang kisaran 36 persen. Sejalan dengan itu, angka BPS menunjukkan bahwa sektor informal berkualitas jika manfaat dari pertumbuhan mewakili 62 persen dari jumlah pekerjaan, yang sebagian besar berada di dalam sektor ekonomi Indonesia pertanian, sementara sektor formal adalah 38 persen sisanya. Terdapat peningkatan dirasakan oleh seluruh bagian pekerja dengan gaji yang tetap secara bertahap, yaitu mereka yang memiliki penduduk status sebagai ‘pegawai tetap’, yang dapat dipandang sebagai pekerjaan dengan kualitas yang lebih baik. Sekitar sepertiga dari seluruh pekerja memiliki status pegawai pada bulan Agustus 2011, naik dari sekitar seperlima pada tahun 2009. Pertumbuhan lapangan kerja yang kuat dan berkelanjutan dibutuhkan untuk menyerap hampir dua juta pekerja baru yang masuk ke dalam angkatan kerja Indonesia setiap tahun. Pada beberapa tahun terakhir, elastisitas pertumbuhan pekerjaan terhadap pertumbuhan PDB berada pada besaran 0,5 (yaitu setiap satu poin persentase pertumbuhan PDB berkaitan dengan 0,5 poin persentase pertumbuhan pekerjaan atau sekitar 500.000 hingga 600.000 pekerjaan). Angka tersebut untuk bulan Agustus 2011 sedikit lebih rendah, yaitu sekitar 224.000 pekerjaan setiap satu poin persentase pertumbuhan PDB. Akan tetapi, bila pertumbuhan ekonomi hendak diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, maka yang perlu diperhatikan bukan hanya jumlah pekerjaan yang diciptakan, tetapi juga kualitas pekerjaan yang tersedia bagi mereka yang masuk ke angkatan kerja atau bagi pekerja yang pindah dari sektor dengan produktivitas yang lebih rendah, penghasilan yang lebih kecil, sektor informal maupun pertanian. Sektor non-tradisional seperti keuangan, real estate, dan manufaktur telah meningkatkan kontribusi mereka terhadap pertumbuhan pekerjaan pada dua tahun terakhir dan secara potensial dapat memberikan sumber-sumber yang penting bagi pekerjaan dengan produktivitas yang lebih tinggi dan upah yang lebih besar. Secara lebih luas, realisasi pertumbuhan dengan penciptaan pekerjaan berkualitas akan membutuhkan, misalnya, dukungan peningkatan keahlian, pendidikan dan pelatihan, pemberian jasa yang lebih baik untuk menjembatani pencari dan pemberi pekerjaan, dan lingkungan peraturan perundangan yang mendukung. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 13 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan 7. Defisit fiskal tahun 2011 kemungkinan akan berada di bawah tingkat APBN-P Pemerintah Pemerintah telah menyatakan bahwa defisit fiskal tahun 2011 diperkirakan akan 2 memperkirakan tingkat mencapai 1,7 persen dari PDB, lebih rendah dari perkiraan APBN-P pada 2,1 persen dari defisit fiskal 2011 akan PDB atau Rp 151 triliun. Revisi turun itu pada umumnya disebabkan oleh penerimaan lebih rendah dari proyeksi yang lebih kuat dari perkiraan dan pengeluaran modal yang lebih rendah, yang pada APBN-P… mengimbangi pengeluaran yang lebih besar untuk subsidi energi. APBN 2012 yang telah ditetapkan, dengan pembahasan secara lebih mendalam pada Bagian B, memproyeksikan penurunan defisit yang tipis menjadi 1,5 persen dari PDB, atau Rp 124 triliun. …dengan posisi Pada akhir bulan Oktober, anggaran masih memperlihatkan surplus kumulatif sebesar Rp anggaran pada akhir 4,8 triliun. Dengan asumsi bahwa kinerja penerimaan dan realisasi pengeluaran saat ini bulan Oktober terus berlanjut hingga akhir tahun, Bank Dunia memproyeksikan defisit sebesar 1,6 memperlihatkan sedikit persen dari PDB, sedikit di atas proyeksi 1,5 persen dari PDB yang tercantum pada surplus Triwulan edisi bulan Oktober 2011. Perbedaan dengan proyeksi Triwulan yang lalu disebabkan oleh pengeluaran yang lebih besar untuk subsidi karena peningkatan tipis dalam asumsi harga minyak yang mencerminkan realisasi selama tahun berjalan. Penerimaan pemerintah Tren-tren terakhir dalam penerimaan pemerintah pusat terus berlanjut, walaupun terdapat di tahun 2011 umumnya sedikit penurunan pada penerimaan migas non pajak. Penerimaan pemerintah pusat pada sejalan dengan tren 10 bulan pertama tahun ini mencapai Rp 897 triliun, naik 19,1 persen dibanding periode terakhir, dengan sedikit yang sama pada tahun 2010. Penerimaan pajak meningkat sebesar 20,4 persen, penurunan pada penerimaan migas non sementara penerimaan non pajak meningkat sebesar 15,6 persen. pajak Bank Dunia memperkirakan penerimaan untuk tahun 2011 akan sedikit lebih rendah secara agregat dari angka pada Triwulan edisi bulan Oktober, yang disebabkan oleh perlemahan pada penerimaan migas non pajak tersebut. Proyeksi penerimaan pajak tetap tidak berubah. Penurunan pada penerimaan migas non pajak tersebut berkaitan dengan tingkat lifting minyak yang jauh lebih rendah dari nilai asumsi pada APBN-P. Realisasi lifting minyak tahun 2011 kemungkinan mencapai 900.000 barel per hari, dibanding dengan asumsi pada APBN-P sebesar 945.000 barel per hari. Lemahnya pencairan Pada sisi pengeluaran, Pemerintah telah mencairkan sekitar 68 persen dari alokasi anggaran untuk program- APBN-P pada akhir bulan Oktober, sedikit di atas tingkat pencairan tahun 2010 sebesar program inti dan 65 persen. Pengeluaran pemerintah pusat dan transfer ke daerah mencatatkan kinerja tingginya realisasi untuk yang sejalan dengan yang dicatat pada tahun lalu (Gambar 16). Akan tetapi tingkat kinerja subsidi energi terus berlanjut pengeluaran pemerintah pusat antar kategori bervariasi. Pencairan untuk program-program inti tetap lemah sementara realisasi subsidi energi relatif tinggi. Pada akhir bulan Oktober, pencairan pengeluaran material dan modal masing-masing hanya mencapai 51 persen dan 38 persen dari alokasi dalam APBN-P, lebih rendah dibanding pencairan yang dicatat pada tahun 2010 sebesar 56 persen dan 41 persen. Akan tetapi, dalam jumlah nominal, kedua jenis pengeluaran itu telah meningkat secara signifikan relatif terhadap sepuluh bulan pertama tahun 2010, dengan pengeluaran modal meningkat sebesar 16 persen dan material meningkat sebesar 38 persen. Pengeluaran untuk bidang sosial hingga bulan Oktober hanya mencapai 47 persen dari alokasi APBN-P, di bawah kinerja tahun 2010 yang mencapai 66 persen. Hal ini disebabkan oleh tambahan tak terduga anggaran pendidikan dalam program sosial dalam APBN-P untuk memenuhi aturan 20 persen serta lambatnya proses pemeriksaan penerima dana dan sifat dari program-program seperti jaminan kesehatan Jamkesmas bagi masyarakat miskin yang akan dicairkan berdasarkan realisasi pada akhir tahun. Sebaliknya, pengeluaran untuk subsidi energi pada akhir bulan Oktober telah mencapai 85 persen atau Rp 165 triliun dari alokasi APBN-P sebesar Rp 195 triliun, dengan pengeluaran nominal yang meningkat sebesar 84 persen dari tahun 2010. 2 http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/76706 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 14 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 16: Lemahnya tingkat pencairan program inti Gambar 17: Secara nominal realiasi belanja modal dibanding tingginya realisasi subsidi energi meningkat tetapi tingkat pencairan masih di bawah tahun (pengeluaran aktual secara kumulatif pada 10 bulan pertama sebelumnya tahun ini sebagai bagian dari alokasi APBN-P) (pengeluaran modal bulanan, triliun rupiah; pengeluaran modal kumulatif sebagai bagian alokasi APBN-P) Persen alokasi APBN-P Pencairan bulanan Pencairan kumulatif sebagai 100 100 (triliun Rp) bagian dari APBN-P setahun 2008 2009 60 120% 2010 2011 Garis - Pencairan kumulatif (RHS) 80 80 Batang - Pencairan bulanan (LHS) 50 100% 60 60 2009 2010 2011 40 80% 40 40 30 60% 20 20 20 40% 0 0 10 20% 0 0% Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Sumber: Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Dunia Dunia Pelaksanaan anggaran Lemahnya belanja modal yang terus berlanjut pada umumnya berkaitan dengan proyek- masih menjadi tantangan proyek infrastruktur. Walaupun Pemerintah telah menetapkan infrastruktur sebagai besar, terutama belanja prioritas utama dan meningkatkan pengeluaran modal sebesar 28 persen di tahun 2011, modal, yang menghambat tantangan pelaksanaan anggaran yang sulit dipecahkan merintangi tingkat efektivitas upaya percepatan pembangunan pelaksanaan belanja. Beberapa masalah lama masih menjadi rintangan utama, seperti infrastruktur proses pembebasan tanah yang rumit terutama bagi proyek-proyek infrastruktur yang baru (dalam hal ini dilaporkan bahwa ada kemajuan dalam pembahasan UU Pembebasan Tanah di DPR) dan revisi anggaran yang panjang terutama bagi proyek-proyek yang menerima tambahan alokasi anggaran. Beberapa reformasi yang diluncurkan untuk mempercepat pelaksanaan anggaran di tahun 2010, seperti proses pengadaan lebih awal (sebelum dimulainya tahun fiskal) dan penunjukkan satuan kerja (Satker) yang tidak terikat tahun anggaran, hanya membawa hasil yang terbatas karena tidak adanya sosialisasi dan petunjuk pelaksanaan yang dibutuhkan, atau ketidakselarasan dengan peraturan yang lain atau yang lebih tinggi. Selain itu, di tahun 2011 muncul suatu tantangan baru dengan terbatasnya sumberdaya manusia dan infrastruktur yang disiapkan bagi penerapan suatu sistem pengadaan yang baru. Subsidi energi tampaknya Tingkat realisasi rata-rata harga minyak dan konsumsi bahan bakar bersubsidi tampaknya akan melampaui alokasi akan melampaui nilai asumsi yang tercantum pada APBN-P. Pada akhir bulan November, APBN-P rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) adalah 111.6 dolar Amerika per barel, jauh di atas asumsi APBN-P pada 95 dolar Amerika. Sebagai akibatnya volume dan biaya subsidi energi tampaknya akan melampaui nilai pada APBN-P, dengan perbedaan harga yang besar antara harga pasar dan harga dengan subsidi mendorong peningkatan konsumsi bahan bakar bersubsidi dan penyimpangan penggunaan dari tujuan sebenarnya. Melihat ke tahun 2012, Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal untuk tahun 2012 akan mencapai 1 persen dari Bank Dunia PDB (Tabel 4). Perbedaan dengan angka APBN tahun 2012 yang menyatakan defisit memperkirakan defisit sebesar 1,5 persen dari PDB mencerminkan asumsi dasar (baseline) dari berlanjutnya fiskal sebesar 1 persen kinerja penerimaan yang kuat, walaupun dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah dari PDB dibanding tahun 2011, dan berlanjutnya hambatan pencairan anggaran. Penurunan dalam pertumbuhan penerimaan disebabkan oleh perkiraan yang lebih rendah akan penerimaan yang berkaitan dengan migas dan melambatnya perkiraan nominal pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas. Yang juga patut diperhitungkan adalah dampak dari usulan peningkatan bea cukai yang diumumkan pada APBN 2012, jika usulan tersebut mendapat pengesahan dari DPR sebelum akhir tahun. Pencairan program inti yang lemah tampaknya akan mengimbangi pengeluaran yang lebih besar bagi subsidi energi relatif THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 15 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan terhadap proyeksi Pemerintah dengan asumsi harga minyak yang lebih tinggi. Proyeksi ini mengasumsikan adanya penerapan bertahap dari reformasi subsidi bahan bakar dalam bentuk apapun, dengan dampak yang terbatas terhadap pengeluaran subsidi bahan bakar di tahun 2012. Tabel 4: Defisit APBN diproyeksikan akan turun di tahun 2012 (Triliun rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2010 2011 2011 (p) 2011 (p) 2012 2012 (p) Perkiraan Perkiraan Perkiraan Hasil APBN-P APBN BD Sept BD Des BD Des A. Penerimaan dan hibah negara 1.014,0 1.169,8 1.185,8 1.179,4 1.311,4 1.329,6 1. Penerimaan pajak 744,1 878,6 857,1 857,4 1.310,6 985,8 a, Pajak dalam negeri 715,2 831,7 801,5 802,1 989,6 931,9 i. Pajak penghasilan 356,6 431,9 419,7 419,1 520,0 487,3 - Migas 58,9 65,2 65,4 64,9 60,9 66,7 - Non migas 297,7 366,7 354,4 354,2 352,9 420,6 ii. Pajak DN lainnya 358,6 399,8 381,8 383,0 469,7 444,6 b. Pajak perdagangan int’l 28,9 46,9 55,5 55,3 42,9 53,9 i. Bea impor 20,0 21,5 25,4 25,2 23,7 27,5 ii. Bea ekspor 8,9 25,4 30,1 30,1 19,2 26,4 2. Penerimaan non-pajak 267,5 286,5 328,7 322,0 278,0 343,8 o/w sumberdaya alam 170,1 192,0 213,1 204,3 177,3 212,7 i. Migas 152,7 173,2 192,8 184,3 159,5 190,2 ii. Non migas 17,3 18,8 20,2 20,0 17,8 22,5 B. Pengeluaran 1.053.5 1.320,8 1.296,7 1.295,1 1.435,4 1.414,1 1. Pemerintah pusat 708,7 908,3 878,6 872,8 952,5 944,7 - Belanja pegawai 147,7 182,9 181,9 175,6 215,7 214,5 - Belanja material 94,6 142,8 121,8 121,4 142,2 125,0 - Belanja modal 75,5 141,0 122,6 119,8 168,3 154,6 - Pembayaran bunga 88,3 106,6 104,2 106,6 122,2 120,7 - Subsidi 214,1 237,2 256,8 276,3 208,9 235,4 - Belanja hibah 0,1 0,4 0,4 0,2 1,8 1,8 - Belanja sosial 68,4 81,8 76,8 63,2 64,9 59,7 - Belanja lainnya 20,0 15,6 14,1 9,7 28,5 33,0 2. Transfer ke daerah 344,7 412,5 418,1 422,2 470,4 469,4 C. Neraca primer 48,9 -44,4 -6,8 -9,1 -1,8 36,2 D. SURPLUS / DEFICIT (39,5) (151,0) (111,0) (115,7) (124,0) (84,5) Defisit (persen dari PDB) (0,6) (2,1) (1,5) (1,6) (1,5) (1,0) Asumsi/hasil ekonomi Produk domestik bruto (PDB) 6.423 7.227 7.401 7.409 8.120 8.542 Pertumbuhan ekonomi (persen) 6,1 6,5 6,4 6,4 6,7 6,2 IHK (persen) 5,1 5,7 5,7 5,6 5,3 5,5 Kurs tukar valuta (Rp/dolar AS) 9.074 8.700 8.662 8.742 8.800 8.800 Suku bunga SBI (rata-rata %) 6,4 5,6 6,8 6,6 6,0 6,0 Harga minyak mentah (AS$/barel) 79 95 105 111 90 110 Produksi minyak (ribu barel/hari) 954 945 945 900 950 920 Catatan: * Perkiraan penerimaan Bank Dunia menggunakan metodologi yang berbeda dari yang digunakan Pemerintah untuk mendapatkan proyeksi PDB nominal (lihat pembahasan lengkap pada Bagian C dari Triwulan edisi bulan Juni 2010). ** Suku bunga untuk APBN 2010 dan 2011 adalah suku bunga 3 bulan SBI, dan untuk APBN-P 2011 dan R-APBN 2012 adalah suku bunga 3 bulan SBN. Bank Dunia menggunakan BI Rate. Sumber: Kemenkeu dan proyeksi Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 16 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Harga komoditas dan Risiko utama terhadap anggaran masih tetap berupa keterkaitan yang erat dengan volume lifting minyak gejolak harga komoditas, terutama karena besarnya proporsi pos-pos yang berkaitan masih menjadi risiko pada sisi penerimaan maupun pengeluaran. Lifting minyak juga sangat penting. Asumsi utama bagi proyeksi APBN 2012 sebesar 950.000 barel per hari terlihat relatif optimis dibanding kemungkina APBN rata-rata tingkat lifting aktual tahun 2011 sebesar 900.000 barel per hari seperti disinggung di atas dan dibandingkan dengan pendapat dari kalangan industri yang menyebut kisaran lifting pada 920.000 hingga 930.000 barel per hari untuk tahun 2012. Pemerintah telah Dengan jumlah pembiayaan yang telah berhasil dicapai, dan dengan defisit tahun 2011 menyelesaikan tampaknya akan berada di bawah APBN-P, Kementerian Keuangan telah mengumumkan penerbitan surat-surat pada awal bulan Desember bahwa penerbitan surat-surat berharga pemerintah untuk berharga untuk tahun tahun 2011 telah selesai dan membatalkan rencana lelang obligasi dalam negeri sebesar 2011 Rp 6,5 triliun. Jumlah pembiayaan bersih telah mencapai Rp 97,5 triliun pada akhir bulan November dengan penerbitan bersih sekuritas negara sebesar Rp 121,1 triliun (relatif terhadap target APBN-P tahun 2011 sebesar Rp 126,7 triliun). Pembiayaan bersih dari sekuritas selama bulan Oktober dan November mencapai sedikit di bawah Rp 40 triliun, setelah penerbitan bersih yang negatif selama bulan September (dengan pembelian kembali atau buy back yang mendukung harga obligasi pada periode kuatnya aliran keluar modal portofolio). Penerbitan yang terbaru mencakup Sukuk internasional pada pertengahan bulan November sebesar 1 miliar dolar Amerika dengan yield sebesar 4 persen, yang mendapat pesanan hingga 6,5 miliar dolar Amerika. Kebutuhan pembiayaan bruto untuk tahun 2012 diperkirakan akan mencapai Rp 287,6 triliun yang termasuk amortisasi sebesar Rp 153,0 triliun (angka dari Dirjen Pengelolaan Utang berdasarkan usulan defisit APBN). Rencana pembiayaan Pemerintah sekali lagi bertumpu pada sekuritas pemerintah dalam negeri (lihat Bagian B untuk pembahasan lebih lanjut). Sementara akumulasi saldo kas memberikan penyangga pembiayaan untuk Pemerintah, pengaruh dari perkembangan pasar internasional terhadap biaya dan ketersediaan pendanaan obligasi harus terus dipantau secara cermat. 8. Risiko-risiko jangka pendek dari perkembangan internasional membebani perkiraan outlook Perkembangan pasar Risiko terhadap outlook ekonomi Indonesia masih terus akan berpengaruh negatif. keuangan dan ekonomi Seperti telah disinggung di atas, pasar keuangan global dan aliran portofolio ke Indonesia dunia tetap menjadi risiko masih tetap fluktuatif, dengan outlook ekonomi global yang sangat tidak pasti. Skenario yang berpengaruh negatif dasar (baseline) tetap melihat adanya perlambatan pertumbuhan pada ekonomi-ekonomi terhadap outlook jangka pendek Indonesia… berpenghasilan tinggi, moderasi harga-harga komoditas dan berlanjutnya gejolak pasar keuangan. Dampak langsung dari penurunan pertumbuhan di Uni Eropa dan Amerika Serikat terhadap ekonomi Indonesia tampaknya akan bersifat terbatas. Akan tetapi terdapat beberapa skenario lain dengan risiko penurunan yang lebih buruk, walau dengan kemungkinan yang lebih kecil, seperti telah diuraikan pada Triwulanan edisi Oktober 2011. Bila salah satu dari kedua skenario yang lebih buruk– berhentinya pasar keuangan utama internasional atau bahkan penurunan yang buruk dan berkelanjutan pada ekonomi negara-negara berkembang – maka goncangan yang menghantam Indonesia melalui saluran perdagangan dan komoditas dan keuangan akan menjadi lebih kuat, yang menyebabkan pertumbuhan berada di bawah proyeksi dasar. Tetapi jika ternyata ketidakpastian pada zona Euro dapat selesai lebih cepat dari perkiraan, maka aliran masuk modal yang kuat dapat kembali mengalir ke pasar-pasar berkembang (emerging markets), beserta tantangan-tantangannya. …dan penurunan lebih Walaupun bukan pada skenario dasar, pergerakan menuju suatu skenario krisis lanjut terhadap kondisi internasional yang buruk, yang mengeringkan likuiditas dolar dunia, dapat membawa pembiayaan internasional implikasi yang serius terhadap sektor keuangan Indonesia, dan memiliki potensi untuk atau harga dan mempengaruhi ekonomi riil, melalui pendanaan perdagangan dan investasi, dan terhadap permintaan komoditas akan menjadi perhatian biaya pembiayaan pemerintah. Risiko dari pengetatan tersebut meningkat selama bulan khusus November, tetapi kemudian berkurang dengan adanya kebijakan terkoordinasi dari bank- bank sentral. Pergerakan harga komoditas masih menjadi risiko utama terhadap outlook. Harga-harga komoditas yang lebih rendah karena penurunan kondisi di luar negeri dapat mempengaruhi pertumbuhan PDB Indonesia melalui dampaknya terhadap perdagangan dan melalui konsumsi dan investasi dalam negeri. Pengaruhnya juga dapat menurunkan penerimaan fiskal dari sektor sumberdaya alam (lihat Bagian B dari Triwulanan edisi Juni 2010). THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 17 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Namun Indonesia berada Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk menghadapi goncangan riil dan keuangan dalam posisi yang kuat yang berasal dari luar negeri karena berhasil menjaga kekokohan kinerja dan kebijakan untuk menghadapi ekonomi, tingkat hutang pemerintah yang rendah dan cadangan devisa yang memadai. goncangan-goncangan Defisit fiskal dibatasi dan yang lebih penting adalah sejumlah upaya kebijakan yang tersebut dan upaya-upaya telah dilakukan untuk disiapkan dalam APBN 2012 untuk menghadapi berbagai situasi krisis yang dapat terjadi, meningkatkan persiapan termasuk diantaranya suatu kerangka stabilisasi obligasi dan mekanisme penyesuaian dalam menghadapi krisis belanja dan pembiayaan sesuai dengan kebutuhan (seperti dibahas pada Bagian B). Seperti telah disinggung di atas, kinerja sektor perbankan tetap sehat dan suatu langkah penting dalam perkembangan peraturan perundangan telah diambil dengan pengesahan UU Otoritas Jasa Keuangan yang telah lama dinantikan. Akan tetapi masih terdapat risiko transisi yang harus dikelola dan kemajuan UU jaring pengaman sektor keuangan akan makin memperkuat kemampuan otoritas untuk menghadapi goncangan ekonomi berikutnya. Terdapat risiko positif Perkiraan berlanjutnya moderasi bertahap pada harga-harga komoditas dunia, dan dan negatif terhadap potensi pertumbuhan kegiatan domestik yang lebih lemah, menjadi faktor pendukung outlook inflasi domestik untuk outlook inflasi yang relatif terkendali. Akan tetapi, goncangan pasokan beras dalam negeri dapat memberi tekanan naik kepada harga-harga. Bila goncangan tersebut terjadi, maka sangatlah penting untuk memilih kebijakan tanggapan yang tepat untuk meredam inflasi. Peningkatan harga-harga energi bersubsidi juga dapat menyebabkan risiko inflasi, bergantung kepada sifat dan besarannya. Namun, dengan proyeksi inflasi yang rendah, tahun 2012 dapat menjadi kesempatan yang berharga untuk terus mendorong upaya reformasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Menangani faktor yang Melihat pada jangka menengah, faktor-faktor yang membatasi kapasitas domestik dan membatasi kapasitas iklim usaha merupakan tantangan pembangunan utama yang bila berhasil dipecahkan, domestik dan mendorong akan dapat meningkatkan outlook pertumbuhan Indonesia dan mendorong penciptaan iklim investasi dapat lapangan pekerjaan yang berkualitas, seperti dibahas pada Bagian C mengenai kinerja meningkatkan outlook pertumbuhan jangka sektor manufaktur. Meskipun APBN tahun 2011 dan 2012, mengakomodasi peningkatkan menengah alokasi belanja pemerintah untuk pengeluaran modal, hambatan-hambatan pada proses pencairan anggaran dapat membawa risiko bahwa alokasi dana itu tidak dicairkan sepenuhnya atau tidak digunakan secara efisien. Perbaikan-perbaikan pada sisi ini dapat memberikan potensi positifbagi outlook pertumbuhan jangka menengah dan juga mendukung kepercayaan investor jangka pendek pada fundamental ekonomi Indonesia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 18 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERBARU PEREKONOMIAN INDONESIA 1. APBN 2012 menekankan pada kesiagaan menghadapi krisis dan pembangunan jangka menengah APBN tahun 2012 DPR mengesahkan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) tahun 2012 pada disahkan pada akhir tanggal 28 Oktober, setelah melalui serangkaian pembahasan. Anggaran yang disahkan bulan Oktober 2011, secara umum sejalan dengan usulan-usulan yang disampaikan oleh Presiden pada dengan memasukkan tanggal 16 Agustus. Pemerintah dan DPR menekankan pada langkah-langkah kesiagaan upaya-upaya meningkatkan kesiagaan menghadapi krisis, dengan semakin memburuknya keadaan ekonomi internasional sejak dalam menghadapi krisis pertengahan bulan Agustus, dan juga belanja untuk mendukung pertumbuhan jangka di antara kebijakan baru menengah. Bagian ini memberikan tinjauan singkat akan APBN tersebut, menyoroti sejalan dengan tujuan-tujuan kebijakan tingkat tinggi dan beberapa bidang kebijakan yang menarik, juga memburuknya menyertakan hal-hal tentang kesiagaan krisis dan upaya-upaya untuk meningkatkan perekonomian global kerangka penganggaran seperti anggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah, bersama-sama proyeksi utama bagi pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan. a. Menyeimbangkan belanja untuk kebutuhan pembangunan dengan kebijakan fiskal yang konservatif APBN bertujuan untuk Keseluruhan tema APBN adalah “percepatan dan perluasan pertumbuhan ekonomi yang mendorong pertumbuhan berkualitas, inklusif dan berkeadilan bagi peningkatan kesejahteraan rakyat.� Kebijakan ekonomi dan juga fiskal tahun 2012 diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi melalui peningkatan menjaga stabilitas alokasi anggaran terhadap belanja modal dan infrastruktur, sementara menjaga stabilitas fiskal… ekonomi dan keberlanjutan fiskal. Peningkatan efisensi dan efektivitas belanja dan transfer pemerintah pusat ke daerah juga merupakan fokus utama dari APBN, seperti terlihat pada instruksi Presiden untuk meningkatkan efisiensi belanja barang-barang dan jasa (termasuk perjalanan dinas) dan dialokasikan kembali kepada program-program yang diprioritaskan dan prakarsa-prakarsa baru untuk mendukung Masterplan tahun 2011-2025 (MP3EI) dan rencana pembangunan jangka menengah (RPJMN) tahun 2010- 2014 yang sedang berjalan. Keseluruhan defisit anggaran masih terkendali sebesar Rp 124 triliun atau 1,5 persen dari PDB; lebih rendah dari defisit tahun 2011 sebesar Rp 151 triliun atau 2,1 persen dari PDB pada APBN-P tahun 2011 (yang seperti dibahas pada Bagian A, tampaknya akan lebih rendah dari anggaran). …dan menyertakan Sejalan dengan tema dan prioritas nasionalnya, prakarsa APBN 2012 diarahkan melalui kebijakan yang sesuai empat pilar strategi pembangunan yaitu pro-growth (pertumbuhan), pro-poor (masyarakat dengan empat pilar – pro- miskin), pro-job (penciptaan lapangan kerja) dan pro-environment (lingkungan). Strategi growth, pro-poor, pro-job pro-growth bertujuan untuk mempercepat dan mempeluas pertumbuhan ekonomi melalui dan pro-environment pembangunan infrastruktur, yang tetap menjadi prioritas utama di tahun 2012, dan melalui beberapa prakarsa baru sebagai bagian dari MP3EI untuk meningkatkan konektivitas domestik. Strategi pro-job menyertakan kebijakan insentif fiskal untuk menarik investasi dan mendorong industri ekspor dan bertujuan untuk menurunkan pengangguran hingga satu juta orang per tahun. Kebijakan pro-poor akan diterapkan melalui penerusan program-program sosial dan prakarsa-prakarsa baru termasuk program kemiskinan “cluster 4� seperti membangun perumahan dan transportasi publik yang terjangkau, meningkatkan pasokan air bersih, tenaga listrik yang efisien dan terjangkau, peningkatan mata pencaharian nelayan dan penurunan kemiskinan perkotaan. Akhirnya, kebijakan pro-environment melibatkan peningkatan mitigasi dan kapasitas adaptasi untuk menanggapi perubahan iklim. Sejalan dengan pilar-pilar tersebut, pemerintah telah menetapkan target-target pembangunan yang akan dicapai pada akhir tahun 2012, antara lain, penurunan tingkat kemiskinan nasional ke 10,5-11,5 persen (dari 12,5 persen pada bulan Maret 2011) dan tingkat pengangguran ke 6,4-6,5 persen (dari 6,6 persen pada bulan Agustus 2011). Pilar pro-job memiliki target penciptaan 450.000 pekerjaan setiap penambahan pertumbuhan ekonomi sebesar satu persen. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 19 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan b. Beberapa hal khusus dari APBN 20123 APBN 2012 memasukkan Selain garis besar prioritas kebijakan yang diuraikan di atas, APBN tahun 2012 beberapa hal baru menyertakan beberapa kebijakan positif lainnya yang menarik dari sudut pandang kesiagaan menghadapi kebijakan jangka pendek dan menengah. Memburuknya situasi internasional belakangan krisis dan reformasi ini dan gejolak harga bahan pangan yang terjadi pada tahun 2008 dan 2010 telah pengelolaan keuangan publik menyebabkan Pemerintah dan DPR untuk menyusun upaya-upaya yang memberikan fleksibilitas kepada Pemerintah untuk mengelola dan memitigasi risiko-risiko tersebut dengan lebih baik. Selain itu, sebagai bagian dari reformasi pengelolaan keuangan publik yang lebih luas, Pemerintah telah memperkenalkan mekanisme anggaran berbasis kinerja dan kerangka pengeluaran jangka menengah dalam APBN 2011 dan RPJMN 2010-14. Dalam APBN 2012, pemerintah telah memasukkan informasi yang lebih lengkap tentang perkiraan maju pengeluaran dalam dokumen-dokumen anggaran, memeasukkan perkiraan sampai 2015. Selanjutnya, format pengajuan anggaran secara umum telah sejalan dengan reformasi, mencerminkan antara lain pemisahan antara kegiatan yang sedang berjalan dengan inisiatif baru. UU APBN 2012 Indonesia mencatat aliran masuk modal yang kuat pada beberapa tahun terakhir; menyertakan upaya- terutama mengalir kepada surat-surat berharga negara dalam rupiah (lihat Triwulan edisi upaya yang bulan Desember 2010). Akan tetapi, kebergantungan kepada sumber-sumber memungkinkan pembiayaan internasional dapat menimbulkan risiko fiskal, terhadap biaya dan Pemerintah untuk bertindak cepat dalam hal ketersediaan pembiayaan, ketika sentimen berbalik, seperti yang terjadi pada akhir tahun terjadi krisis keuangan 2008. Untuk memitigasi dampak goncangan tersebut, Pemerintah telah menetapkan dan ekonomi dan untuk kerangka stabilisasi obligasi dan prosedur pengelolaan krisis lainnya dalam UU APBN mengurangi risiko (lihat Kotak 2 untuk lebih detail). fiskal… …dan juga memberikan UU APBN 2012 juga memberikan fleksibilitas yang lebih tinggi bagi Pemerintah untuk fleksibilitas yang lebih memitigasi risiko-risiko yang timbul dari goncangan harga bahan pangan. Dalam hal tinggi untuk memitigasi terjadi peningkatan tajam dalam harga bahan pangan dunia (seperti yang terjadi pada risiko-risiko yang timbul tahun 2008 dan paruh kedua tahun 2010), Pemerintah dapat segera menerapkan upaya dari goncangan harga bahan pangan kebijakan tanggapan dan juga mencari pembiayaan yang dibutuhkan. Kotak 2: Upaya-upaya kesiagaan menghadapi krisis dalam APBN 2012 Di masa lalu, Pemerintah harus melalui proses persetujuan DPR yang panjang ketika menanggapi situasi krisis, yang memperlambat pengambilan keputusan sehingga mempengaruhi potensi efektivitas kebijakan tanggapan tersebut. APBN tahun 2012 memasukkan beberapa upaya penting yang dapat membantu Pemerintah untuk mengelola dan memitigasi risiko dari goncangan keuangan dan harga komoditas dengan lebih baik. Termasuk diantaranya adalah: Penyiapan crisis management protocol (CMP): Kementerian Keuangan menyusun suatu protokol pengelolaan krisis untuk memandu proses pengambilan keputusan dalam hal terjadi krisis keuangan. Protokol ini akan ditetapkan sebagai Keputusan Kementerian Keuangan. Bond stabilization framework: Kerangka ini bertujuan untuk menstabilkan pasar obligasi pemerintah ketika terjadi pembalikan arah aliran modal atau goncangan (Pasal 40 dan 43). Kerangka tersebut menyertakan sejumlah potensi tindakan seperti pembelian kembali obligasi pada pasar sekunder dengan menggunakan alokasi dana anggaran atau sumber-sumber lain seperti saldo fiskal Pemerintah yang belum digunakan (SAL) dan atau pembelian kembali obligasi oleh BUMN di bawah koordinasi Kementerian BUMN. Pemerintah juga sedang mempelajari pembentukan suatu dana stabilisasi obligasi, rekening khusus untuk menstabilkan pasar obligasi pemerintah jik aterjadi krisis. Rencana-rencana kontingensi dalam menghadapi krisis atau keadaan darurat: UU APBN menyertakan upaya-upaya yang memungkinkan Pemerintah untuk menanggapi krisis keuangan secara cepat, dengan persetujuan DPR, yang harus diberikan dalam waktu 24 jam (pasal 43). Klasifikasi situasi darurat termasuk (i) pertumbuhan yang lebih rendah minimum 1 persen dari asumsi APBN dan penyimpangan asumsi-asumsi ekonomi makro lainnya minimum 10 persen atau 5 persen untuk lifting minyak bumi, yang dapat menyebabkan penurunan pendapatan dan/atau peningkatan pengeluaran yang signifikan; (ii) suatu krisis sistemik di dalam sistem keuangan dan perbankan yang membutuhkan tambahan dana sebagai jaminan terhadap deposit lembaga keuangan dan non-keuangan; (iii) peningkatan biaya pinjaman yang signifikan, seperti peningkatan yield (imbal balik) obligasi pemerintah. Sebagai tanggapan dari peristiwa-peristiwa tersebut Pemerintah, dengan persetujuan DPR, dapat, misalnya, mengeluarkan belanja yang belum dianggarkan atau yang akan melampaui anggaran yang telah ditetapkan, mengalokasikan kembali dana-dana di dalam program-program dan jenis-jenis pengeluaran dan memotong belanja melalui peningkatan efisiensi, sementara masih tetap meraih hasil-hasil (output) program tersebut. Pemerintah juga dapat menggunakan saldo fiskal yang belum digunakan (SAL) untuk menutup celah pembiayaan, meningkatkan penerbitan obligasi yang melampaui tingkat yang direncanakan di APBN dan mencari sumber-sumber pembiayaan alternatif dari kreditor bilateral dan multilateral. 3 Bagian ini berdasarkan Rancangan Undang-Undang APBN 2012 yang telah disepakati oleh DPR. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 20 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Pemerintah menerapkan Seperti dimandatkan oleh Undang-Undang Keuangan Negara (UU 17/2003), pemerintah sejumlah reformasi sedang menjalankan reformasi pengelolaan keuangan pemerintah untuk meningkatkan pengelolaan keuangan efektivitas, efisiensi, transparansi dan akuntabilitas dari sistem anggaran. Termasuk di yang penting termasuk dalamnya adalah penerapan anggaran terpadu (unified budget), kerangka pengeluaran perluasan penerapan anggaran berbasis kinerja jangka menengah (Medium Terms Expenditure Framework atau MTEF) dan anggaran dan penyajian kerangka berbasis kinerja (Performance Based Budgeting atau PBB). PBB bertujuan untuk pengeluaran jangka meningkatkan hubungan antara kinerja – yang ditunjukkan melalui output atau outcome - menengah… dan alokasi anggaran untuk meningkatkan efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi.PBB dipilotkan pada tahun 2009 di 6 kementrian dan diperkenalkan di dalam APBN 2011 bersama dengan kerangka pengeluaran jangka menengah. MTEF bertujuan untuk menyelaraskan perkiraan jangka menengah yang disusun oleh kementerian-kementerian utama (pendekatan bottom-up) dengan perkiraan batasan sumberdaya (top-down). Akan tetapi hanyadi APBN 2012, pemerintah memasukkan MTEF didalam dokumen anggaran resmi dengan menyajikan perkiraan pengeluaran yang detail dan menyesuaikan format pengajuan anggaran. MTEF juga disajikan dalam Nota Keuangan APBN 2012 dengan pengeluaran yang diproyeksikan untuk tiga tahun ke depan sebagai proyeksi dasar (baseline) jangka menengah. …dan juga mekanisme Pasal 20 dari UU APBN juga menguraikan mekanisme insentif, yang disebut “reward dan insentif yang bertujuan punishment�, yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas belanja dan mempercepat untuk meningkatkan pelaksanaan anggaran. Kementerian dapat menggunakan penghematan yang diperoleh kualitas belanja dan dari optimalisasi anggaran mereka pada tahun fiskal berikutnya. Kementerian yang tidak mempercepat pelaksanaan anggaran dapat merealisasikan anggarannya tanpa penjelasan yang baik akan mendapatkan alokasi anggaran yang lebih rendah pada tahun berikutnya, yang besarnya dapat berupa jumlah maksimum dari anggaran yang tidak digunakan. Akhirnya, untuk meningkatkan tingkat efektivitas dari proyek-proyek yang dibiayai oleh hutang domestik, Pasal 25 dari UU APBN menyatakan bahwa proyek tersebut dapat diterapkan dengan kerangka tahun jamak, sedangkan kerangka tahun jamak untuk proyek yang dibiayai oleh pinjaman luar negeri telah diterapkan. Juga terdapat peraturan yang membolehkan kontrak tahun jamak untuk proyek yang dibiayai dengan rupiah murni, tetapi dibawah aturan yang ketat, dan hanya sebagian kecil dari total belanja modal telah disetujui sebagai kontrak tahun jamak, Untuk Kementrian Pekerjaan Umum, sebagai contoh, jumlah nilai kontrak dalam tahun jamak hanya berkisar 5-11 persen di tahun 2010-2011 c. Defisit anggaran ditargetkan semakin menurun ke 1,5 persen dari PDB di tahun 2012 Rasio pajak terhadap Pemerintah memperkirakan bahwa rasio pajak terhadap PDB akan meningkat dari 12,2 PDB Indonesia persen di tahun 2011 (angka APBN-Perubahan) menjadi 12,7 persen di tahun 2012. diproyeksikan akan Penerimaan pajak diproyeksikan akan meningkat sebesar 18 persen dari APBN-P tahun meningkat dari 12,2 2011. Kuatnya pertumbuhan pajak pendapatan non minyak, PPN dan cukai menjadi persen di tahun 2011 menjadi 12,7 persen dari pendorong pertumbuhan utama tahun 2012, diikuti oleh kuatnya pertumbuhan ekonomi PDB di tahun 2012 secara keseluruhan (dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 6,7 persen, seperti diuraikan pada Kotak 3) dan sedikit perlambatan dalam harga-harga komoditas. Perlu dicatat bahwa pajak pendapatan minyak diperkirakan akan menurun sesuai dengan asumsi harga minyak yang lebih rendah. Sensus pajak telah Kementerian Keuangan menggelar sensus pajak nasional di bulan September yang akan dilakukan dengan tujuan berlangsung hingga bulan Desember 2012. Tujuannya adalah untuk melibatkan untuk memperluas basis setidaknya 1,5 juta wajib pajak, baik perorangan maupun badan, untuk lebih memahami jumlah wajib pajak dan mengarahkan kebijakan pajak masa depan untuk meningkatkan ketaatan wajib pajak, yang merupakan tantangan yang berkelanjutan bagi Indonesia. Sebagai contoh, laporan media menunjukkan bahwa hanya 466.000 perusahaan dari 12,9 juta usaha yang aktif dan 22,6 juta perusahaan yang aktif di Indonesia membayar pajak di tahun 20104. Sejalan dengan itu, hanya 8,5 juta orang yang membayar pajak penghasilan pribadinya di tahun 2010, dibandingkan dengan 100 juta pekerja yang aktif. 4 The Jakarta Post, 22 Agustus 2011, Tax office counts on census to meet revenue target, http://www.thejakartapost.com/news/2011/08/22/tax-office-counts-census-meet-revenue-target.html. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 21 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Penerimaan Negara Secara nominal PNBP diperkirakan akan turun sebesar tiga persen di tahun 2012 relatif Bukan Pajak (PNBP) terhadap APBN-P tahun 2011 (dari 4 persen PDB di tahun 2011 menjadi 3,4 persen PDB diperkirakan akan sedikit di tahun 2012). Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan asumsi harga minyak melemah di tahun 2012, menjadi 90 dolar Amerika per barel dari 95 dolar Amerika di tahun 2011. Akan tetapi, terutama karena asumsi harga minyak yang lebih terdapat risiko penurunan terhadap PNBP yang berasal dari lifting minyak dengan rendah realisasi yang cenderung rendah dan asumsi yang cenderung terlalu tinggi dalam APBN beberapa tahun terakhir (lihat Triwulan edisi bulan Juni 2011). Akan tetapi, upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan investasi eksplorasi minyak walaupun hal ini hanya akan membawa dampak yang tertunda pada pendapatan. Kotak 3: Asumsi ekonomi makro APBN 2012 dan kerangka belanja jangka menengah Asumsi makro yang mendasari penetapan APBN tahun 2012 sejalan dengan RAPBN yang diusulkan, dengan pengecualian revisi turun yang tipis kepada suku bunga SBN dari 6,5 ke 6,0 persen. Asumsi pertumbuhan sebesar 6,7 persen tidak diubah walaupun terdapat peningkatan risiko penurunan yang diuraikan pada Bagian A. Inflasi diproyeksikan akan mengalami moderasi menjadi 5.3 persen di tahun 2012. Asumsi harga minyak untuk tahun 2012 tidak berubah dari RAPBN, sebesar 90 dolar Amerika per barel sementara asumsi lifting minyak sebesar 950.000 barel per hari (bph) mengharuskan peningkatan yang cukup besar dari tren yang tercatat terakhir (dengan lifting minyak dalam 12 bulan hingga September 2012 dilaporkan berjumlah 897.600 bph). Tabel 5: Asumsi makro Pemerintah 2011 2012 2013 2014 2015 APBN-P RAPBN APBN Proyeksi Proyeksi Proyeksi Pertumbuhan PDB riil (persen) 6,5 6,7 6,7 6,7-7,4 7,0-7,7 7,0-8,0 Inflasi (persen) 5,7 5,3 5,3 3,5-5,5 3,5-5,5 3,5-5,5 Kurs tukar valuta (IDR/USD) 8.700 8.800 8.800 8.800-9.200 8.800-9.200 8.900-9.300 Suku bunga (SBN, persen) 5,6 6,5 6,0 5,0-7,0 5,0-7,0 5,0-7,0 Harga minya mentah (dolar Amerika per barel) 95 90 90 80-100 80-100 80-100 Lifting minyak (ribuan barels per hari) 945 950 950 970-990 970-1.000 1.000-1.010 Sumber: Kementerian Keuangan Melihat ke depan ke tahun 2015, pertumbuhan diproyeksikan akan meningkat secara ambisius sebesar 7 hingga 8 persen. Inflasi diperkirakan akan terus mengalami moderasi dan berada pada kisaran 5,3 hingga 5,5 persen sementara Rupiah bertahan stabil pada sekitar Rp 9.000 per dolar Amerika. Lifting minyak juga diperkirakan akan berangsung meningkat hingga melampaui 1.000 bph, yang sekali lagi akan membutuhkan iklim dan infrastruktur investasi yang mendukung. APBN tahun 2012 sekali Secara keseluruhan, anggaran belanja meningkat sebesar 8,7 persen di tahun 2012 dari lagi meningkatkan APBN-P tahun 2011. Jumlah belanja pemerintah pusat meningkat sebesar lima persen belanja modal walaupun sementara transfer ke daerah meningkat sebesar 14 persen, terutama karena tantangan dalam peningkatan Dana Alokasi Umum sebesar 21 persen. Belanja untuk pegawai meningkat pelaksanaan anggaran dapat menghambat sebesar 18 persen yang mencerminkan peningkatan gaji sebesar rata-rata 10 persen, efektivitas peningkatan pembayaran gaji ke-13 dan terus berlangsungnya proses reformasi birokrasi (Gambar alokasi terhadap 18). Belanja material sedikit turun dalam jumlah nominal, yang mencerminkan upaya infrastruktur tersebut peningkatan efisiensi yang terus berlangsung. Setelah meningkat secara signifikan pada tahun 2011, belanja modal sekali lagi meningkat cukup besar (naik sebesar 19 persen relatif terhadap APBN-P tahun 2011), yang mencerminkan prioritas Pemerintah dalam menangani hambatan- hambataninfrastruktur, meningkatkan konektivitas dalam negeri dan ketahanan energi, dan mencapai “essensial minimum force� dalam pertahanan. Sebagai akibatnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Perhubungan menerima peningkatan alokasi dan termasuk di dalam peringkat sepuluh lembaga dengan belanja terbesar untuk tahun 2012 (Gambar 19). Akan tetapi, seperti diuraikan pada Triwulan edisi yang lalu, hambatan pelaksanaan anggaran harus segera ditangani agar peningkatan alokasi anggaran terhadap belanja modal itu dapat menjadi efektif dan memberi kontribusi kepada upaya Pemerintah dalam mencapai targetnya untuk meningkatkan kualitas dan akses terhadap infrastruktur utama. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 22 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 18: Belanja untuk personil, modal dan transfer Gambar 19: …dengan peningkatan alokasi kepada kepada daerah diperkirakan akan meningkat di tahun 2012… Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian (triliun rupiah) Perhubungan (triliun rupiah) triliun rupiah triliun rupiah triliun rupiah 500 500 0 25 50 75 2010 Actual Home Affairs 400 400 Agriculture 2011 2011 revised Budget (APBN-P) 300 300 Finance revised 2012 Budget (APBN) Transportation Budget 200 200 Health 2012 proposed 100 100 National Police Budget Religious Affairs 0 0 Education Public Works Defense 0 25 50 75 IDR trillion Sumber: Kementerian Keuangan Sumber: Kementerian Keuangan Sektor-sektor utama Kenaikan belanja yang tinggi padata tahun 2011 pada sektor-sektor utama seperti seperti infrastruktur, infrastruktur, pertanian, dan pertahanan tetap berlanjut melalui sedikit kenaikan di tahun pendidikan, dan pertanian 2012. Transportasi, air bersih dan sanitasi, dan irigasi masing-masing mengalami mendapatkan sedikit kenaikan sebesar 5 persen, Seperti dibahas sebelumnya, hal ini merefleksikan prioritas kenaikan alokasi anggaran ditahun 2012, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dan sejalan dengan rencana pembangunan jangka setelah mengalami menengah. Sebaliknya, belanja pemerintah pusat terhadap sektor kesehatan masih kenaikan besar di 2011 sangat kecil sebesar Rp 14.7 triliun atau hanya 9 persen dari belanja untuk subsidi energi. Belanja sosial ditujukan Alokasi belanja sosial pemerintah pusat sebesar Rp 65 triliun mencerminkan penurunan untuk melanjutkan upaya sebesar 20 persen secara relatif terhadap APBN-P tahun 2011. Namun, penurunan ini pemerintah menurunkan disebabkan oleh kenaikan diluar perkiraan belanja pendidikan dalam bentuk belanja tingkat kemiskinan, dan sosial seperti BOS untuk memenuhi aturan minimum 20 persen, setelah revisi APBN melindungi masyarakat miskin dan rentan pada bulan Juli. Sisa belanja mencakup program-program sosial seperti beasiswa bagi pelajar miskin, Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Untuk meningkatkan distribusi bantuan BOS, pada tahun 2012 pemerintah pusat akan menyalurkan melalui pemerintah provinsi yang selanjutnya akan menstransfer dana ke sekolah-sekolah. Pada tahun 2011, bantuan BOS disalurkan melalui pemerintah kabupaten/kota yang dilaporkan sangat lambat karena fragmentasi penyaluran melalui pemerintah kabupaten/kota. Besar belanja untuk Belanja untuk subsidi energi di tahun 2012 diproyeksikan pada 12 persen dari jumlah subsidi energi tetaplah belanja atau 2,1 persen dari PDB. Bagi subsidi bahan bakar, telah disepakati bahwa kuota signifikan di tahun 2012 BBM adalah 40 juta kiloliter (juta KL) untuk tahun 2012, sedikit lebih rendah dari kuota pada 12 persen dari tahun 2011 sebesar 40,4 juta KL. Potensi reformasi subsidi BBM di tahun 2012 akan jumlah belanja atau 2,1 persen dari PDB difokuskan pada pembatasan konsumsi BBM bersubsidi daripada penyesuaian harga. Pemerintah telah menyatakan sekali lagi opsi pembatasan penggunaan BBM bersubsidi oleh mobil pribadi di Jawa dan Bali mulai bulan April 2012. Rencana ini pada awalnya akan diterapkan pada bulan April 2011 tetapi ditunda karena tidak adanya infrastruktur untuk mendukung kebijakan tersebut. Terdapat risiko terhadap belanja anggaran dari subsidi bahan bakar baik dari sisi volume maupun harga. Tanpa pembatasan jumlah yang diusulkan tersebut, Pemerintah memperkirakan bahwa konsumsi akan mencapai 43,7 juta KL, 10 persen di atas anggaran (termasuk 2,5 juta KL alokasi cadangan). Asumsi harga minyak APBN sebesar 90 dolar Amerika per barel di tahun 2012 juga sedikit konsevatif seperti pada tahun 2011. Akan tetapi sebagian besar perkiraan harga minyak untuk tahun 2012 akan bergantung kepada kekuatan permintaan global, yang masih sangat tidak pasti. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 23 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Pemerintah juga menyatakan akan menyesuaikan tarif listrik meningkat rata-rata sebesar 10 persen pada bulan April 2012 bagi pelanggan dengan daya di atas 450 VA. Akan tetapi, hal ini harus mendapatkan persetujuan dari DPR, yang pertimbangannya dijadwalkan untuk bulan Januari 2012. Penetapan peningkatan tarif tersebut belum pasti; di tahun 2011, Pemerintah juga mengusulkan peningkatan tarif rata-rata sebesar 15 persen yang tidak disetujui oleh DPR. Table 6: Subsidi energy diperkirakan akan terus mengkonsumsi sebagian besar anggaran (triliun rupiah kecuali dinyatakan lain) 2008 2009 2010 2011 2012 LKPP LKPP LKPP APBN-P RAPBN APBN Total pengeluaran 986 937 1,042 1,321 1,418 1,435 Subsidi energi 223 95 140 195 169 169 Subsidi BBM 139 45 82 130 124 124 Subsidi listrik 84 50 58 66 45 45 Memo: Subsidi energi sebagai bagian dari: Total pengeluaran (persen) 22.6 10.1 13.4 14.8 11.9 11.7 PDB (persen) 4.5 1.7 2.2 2.7 2.1 2.1 Sumber: Kementrian Keuangan Seperti tahun 2011, Kebijakan pembiayaan tahun 2012 adalah untuk memprioritaskan sumber-sumber sumber utama pembiayaan dalam negeri, terutama penerbitan obligasi dalam rupiah, sementara pembiayaan fiskal di pembiayaan bilateral dan multilateral luar negeri umumnya akan digunakan bagi proyek- tahun 2012 diproyeksikan proyek investasi, termasuk melalui pinjaman subsider kepada BUMN dan pemerintah akan berasal dari surat berharga pemerintah daerah. Proyeksi kebutuhan pembiayaan bersih untuk tahun 2012 adalah sebesar Rp 124 dalam negeri triliun (1,5 persen dari PDB), seperti pada tahun 2011, akan dibiayai melalui penerbitan surat berharga pemerintah (sebesar Rp 135 triliun versus Rp 127 triliun pada APBN-P tahun 2011). Seperti pada tahun 2011, pembiayaan bersih resmi eksternal di tahun 2012 sedikit negatif sebesar Rp 2 triliun. Data dari Dirjen Pengelolaan Utang berdasarkan defisit di RAPBN menunjukkan kebutuhan pembiayaan bruto tahun 2012 (yaitu defisit, kebutuhan pembiayaan non hutang dan amortisasi) pada Rp 288 triliun (3,5 persen dari PDB) dengan Rp 240 triliun ditargetkan dari sekuritas pemerintah dan masing-masing Rp 17 triliun dan Rp 39 triliun dari pinjaman program dan proyek. Perkiraan pembiayaan tersebut didukung oleh persediaan kas Pemerintah dan kemungkinan terjadinya kelebihan pembiayaan kembali di tahun 2011. Akan tetapi, ukuran kebutuhan pembiayaan bruto dan proyeksi kebergantungan kepada penerbitan obligasi menunjukkan sensitivitas dari perkiraan pembiayaan bila keadaan internasional berkembang ke skenario yang lebih buruk yang melibatkan makin meningginya penghindaran risiko. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 24 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Melihat ke tahun 2015, MTEF memproyeksikan gerakan secara bertahap menuju anggaran berimbang di tahun saldo anggaran 2015 dengan asumsi pendapatan yang meningkat rata-rata sebesar 11,5 persen per diproyeksikan akan tahun dibanding pertumbuhan belanja sebesar 7,4 persen. Untuk mencapai target bergerak menuju surplus pembangunannya yang ambisius seperti diuraikan dalam MP3EI dan RPJMN (termasuk pergerakan menuju jaminan sosial universal yang dibicarakan pada bagian berikut), sementara juga memperkecil defisit ke menuju anggaran surplus, maka Pemerintah harus mengambil kebijakan-kebijakan yang berani dalam melakukan re-alokasi dan meningkatkan efisiensi belanja. Dalam skenario penurunan defisit seperti demikian, biaya kesempatan (opportunity cost) dari tingkat subsidi energi sekarang yang cukup besar sangat mendapat sorotan dengan adanya kebutuhan belanja infrastruktur dan sosial yang sangat mendesak di Indonesia. Tabel 7: Defisit APBN diproyeksikan turun secara bertahap (triliun rupiah kecuali dinyatakan lain) 2011 2012 2013 2014 2015 APBN-P RAPBN APBN Proyeksi Proyeksi Proyeksi A. Penerimaan dan Hibah 1,170 1,293 1,311 1,438 1,614 1,815 (persen dari PDB) 16.2 15.9 16.2 16.0 14.7 14.3 1. Penerimaan Pajak 879 1,019 1,033 1,165 1,335 1,530 2. Penerimaan Non Pajak 287 273 278 272 278 285 B. Belanja 1,321 1,418 1,435 1,546 1,681 1,777 (persen dari PDB) 18.3 17.5 17.7 17.2 15.3 14.0 I. Pemerintah Pusat melalui 908 954 953 1,025 1,107 1,134 Kementerian Utama 548 586 591 568 624 675 Kementerian Non Utama 360 368 361 457 483 459 II. Transfer ke Daerah 413 464 470 521 574 643 C. Anggaran Primer -44 -3 -2 33 81 184 D. Seluruh Anggaran (A-B) -151 -126 -124 -108 -66 38 (persen dari PDB) -2.1 -1.5 -1.5 -1.2 -0.6 0.3 E. Pembiayaan bersih 151 126 124 108 66 -38 I. Pembiayaan dalam negeri 154 126 126 123 91 -9 II. Pembiayaan luar negeri -3 0 -2 -15 -25 -29 Sumber: Kementerian Keuangan THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 25 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan 2. UU BJPS dan transformasi struktur jaminan sosial Indonesia Penetapan Undang- Pada tanggal 28 Oktober 2011, Dewan Perwakilan Rakyat menyetujui Rancangan Undang Badan Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). UU ini selanjutnya Penyelenggara Jaminan ditetapkan oleh Presiden menjadi UU No. 24/2011 pada tanggl 25 November 2011. Sosial atau UU BJPS Penetapan UU ini menandai berakhirnya debat panjang mengenai pengaturan lima merupakan tahap yang penting menuju sistem program jaminan sosial nasional yang dibentuk oleh Undang-Undang Sistem Jaminan jaminan sosial yang Sosial Nasional No. 40/2004 (UU SJSN) dan membuka jalan bagi rancangan dan menyeluruh di Indonesia penerapan suatu sistem jaminan sosial yang baru yang pada akhirnya akan melindungi seluruh rakyat Indonesia. Bagian ini merupakan tinjauan singkat UU BPJS yang baru tersebut, berikut latar belakangnya, isinya dan beberapa hal yang dapat menghambat proses penerapannya. a. Program-program asuransi sosial saat ini terfragmentasi dengan cakupan yang terbatas UU Sistem Jaminan Bila seluruh ketentuan UU SJSN yang ditetapkan pada tahun 2004 tersebut diterapkan, Sosial Nasional tahun maka struktur jaminan sosial Indonesia akan berubah secara drastis. UU itu membentuk 2004 membentuk lima lima program jaminan sosial (JS) yang berbeda – jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan program asuransi sosial kerja, jaminan pensiun, jaminan hari tua dan jaminan kematian – yang melindungi yang berbeda dengan cakupan universal dan seluruh rakyat Indonesia. Program-program itu akan mencakup pekerja sektor formal manfaat yang serupa maupun informal, dan memberikan manfaat yang sama untuk semua. Asuransi sosial untuk seluruh akan mengumpulkan iuran dari para pekerja, perusahaan maupun pemerintah untuk penduduk… mendanai jaminan yang dijanjikan. Iuran para pekerja sektor formal dan perusahaan tempat mereka bekerja ditetapkan sebagai persentase dari upah, para pekerja sektor informal membayar iuran dengan besar yang tetap dan pemerintah juga akan membayar iuran bagi fakir miskin dengan jumlah besaran yang tetap. Suatu badan hukum publik yang baru yang disebut sebagai BPJS akan menyelenggarakan program-program dan mengelola dana asuransi sosial tersebut. …berlainan dengan Untuk memahami pentingnya UU BPJS, perlu dipahami terlebih dahulu struktur program- program asuransi sosial program asuransi sosial yang kini berjalan di Indonesia (Gambar 20). Program-program yang berlaku sekarang yang kini berjalan hanya mencakup sebagian kecil penduduk Indonesia dan manfaat, yang hanya melindungi skema iuran dan penyelenggaraannya berbeda-beda berdasarkan kelompok pekerja. sebagian kecil penduduk dan berbeda-beda antar Semua program bersifat wajib dan badan penyelenggaranya adalah perusahaan persero kelompok pekerja yang berbasis pencari laba yang berada di bawah Kementerian BUMN. Organisasi- organisasi itu membayar pajak dan dividen kepada Pemerintah, walaupun pelaksanaan pembayaran pajak dan dividen itu baru-baru ini telah ditunda berdasarkan peraturan. Terdapat skema manfaat Program pensiun bagi pegawai negeri dikelola oleh PT Taspen. Program tersebut dan badan penyelenggara merupakan program manfaat pasti yang mencakup tunjangan cacat tubuh dan keluarga yang berbeda bagi yang ditinggalkan dan program asuransi jiwa pra dan paska pensiun dan tunjangan yang pegawai negeri dan dibayarkan sekaligus pada waktu pensiun. Program kesehatan bagi pegawai negeri militer… dikelola oleh PT Askes. Pihak militer juga memiliki program-program pensiun serupa yang dikelola oleh PT Asabri. Akan tetapi, program kesehatan untuk pihak militer dikelola oleh unit khusus di bawah Kementerian Pertahanan, milter dan polisi, bukan oleh PT Askes. …program-program Program untuk pekerja sektor formal dikelola oleh PT Jamsostek. Terdapat empat untuk pekerja sektor program – jaminan hari tua, jaminan kematian, jaminan kecelakaan kerja dan jaminan formal dikelola oleh pemeliharaan kesehatan. Walaupun partisipasi dalam program bersifat wajib, tingkat badan lain yang ketidakpatuhan sangatlah tinggi. Dari sekitar 33 juta pekerja yang memenuhi syarat, terpisah… hanya sekitar sembilan juta pekerja yang membayar iuran secara aktif. Program kesehatan PT Jamsostek bahkan memiliki jumlah peserta yang lebih rendah karena perusahaan-perusahaan memiliki pilihan untuk tidak turut serta asalkan mereka memiliki program kesehatan dengan manfaat yang serupa atau lebih baik. Akibatnya, hanya sekitar 2 juta pekerja dan keluarganya yang menjadi anggota program kesehatan PT Jamsostek. …dan terdapat asuransi Akhirnya, Pemerintah telah menetapkan program asuransi kesehatan Jamkesmas bagi kesehatan Jamkesmas fakir miskin dan tidak mampu (lihat evaluasi di Bagian B dari Triwulan edisi bulan bagi fakir miskin dan Desember 2010). Program ini didanai lewat pajak dan memberikan layanan kesehatan tidak mampu bebas biaya pada fasilitas pemerintah bagi para anggota yang berhak. Beberapa jasa administrasi untuk program ini diberikan oleh PT Askes, dan sebelum tahun 2008, THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 26 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan program ini berjalan dengan dasar asuransi sosial oleh PT Askes. Beberapa pemerintah daerah juga membentuk program jaminan kesehatan yang disebut sebagai Jamkesda. Cakupan dan manfaat yang diberikan oleh Jamkesda sangat bervariasi sesuai dengan lokasinya. Gambar 20: Dibawah struktur jaminan sosial yang baru, manfaat akan diklasifikasikan berdasarkan program daripada jenis pekerja Sekarang Kedepan PT T a s PT p J PT PT PT e a A Taspen Asabri n m s s J a o a PT b s m A r BPJS Program Pekerjaan t k s i e e k k s e m BPJS Kesehatan s a s PNS Militer Sektor Sektor PNS Militer Sektor Sektor Formal Informal Formal r Informal Sumber: Staff Bank Dunia b. UU BPJS menetapkan pengelolaan program-program jaminan sosial yang akan datang UU SJSN menetapkan Sejak UU SJSN ditetapkan pada tahun 2004, salah satu hal yang menjadi kontroversi pendirian badan adalah siapa yang akan mengelola program-program yang baru dibentuk. Secara khusus, penyelenggara jaminan UU SJSN menetapkan beberapa persyaratan pengelolaan kelima program baru tersebut. sosial (BPJS) untuk mengelola program- program barunya… Pasal 5(1) menetapkan bahwa badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) harus ditetapkan berdasarkan UU. Pasal 5(2) kemudian menetapkan bahwa badan penyelenggara yang ada akan dinyatakan sebagai BPJS pada tanggal penetapan UU SJSN sementara Pasal 5(3) menyatakan bahwa BPJS adalah empat badan penyelenggara asuransi sosial yang ada. Upaya pendirian BPJS makin dipersulit oleh Keputusan Mahkamah Konstitusi No. 007/PUU-III/2005, yang membatalkan Pasal 5(2) dan 5(3). Akhirnya, Pasal 52 dari UU SJSN menyatakan bahwa para badan penyelenggara harus menyesuaikan diri terhadap persyaratan UU SJSN dalam waktu lima tahun. Batas waktu lima tahun tersebut telah terlewati pada bulan Oktober 2009 yang lalu. …dan terdapat penolakan Empat badan penyelenggara program yang ada menyatakan kekhawatiran akan wacana reformasi dari para badan penyatuan mereka (Taspen, Asabri, Jamsostek dan Askes) menjadi satu lembaga dan penyelenggara yang ada perubahan badan hukum dari badan usaha milik negara menjadi badan hukum publik berbasis nirlaba. Setiap badan penyelenggara memilih untuk tetap mengelola aset, program-program dan para anggota mereka. Masalah mengenai badan penyelenggara ini menutupi upaya-upaya yang menekankan pada rancangan dan pendanaan program- program jaminan yang baru dan menjadi salah satu penghalang utama untuk penerapan UU SJSN. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 27 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Tetapi pada akhirnya RUU Menjelang akhir tahun 2010, DPR mengambil alih kendali dalam mendorong penerapan BPJS disetujui oleh DPR UU SJSN dengan menyusun suatu UU tentang pengelolaan. Presiden lalu menunjuk pada bulan Oktober 2011 suatu kelompok beranggotakan 8 Menteri yang dipimpin oleh Menteri Keuangan untuk membantu DPR dalam penyusunan RUU tersebut. Setelah bekerja keras selama satu tahun, pada akhirnya RUU BPJS disetujui oleh DPR pada bulan Oktober 2011. Aturan- aturan utama di dalam UU itu berkaitan dengan transformasi para badan penyelenggara yang ada ke dalam BPJS, struktur pengelolaan BPJS, pemisahan antara aset dana jaminan sosial dan aset BPJS dan tanggung jawab BPJS. Menurut UU tersebut, BPJS akan menjadi badan hukum publik yang bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS akan menjadi Salah satu perubahan penting dalam kaitannya dengan bentuk badan yang lalu adalah badan hukum publik dan bahwa BPJS tidak akan berbentuk persero, yaitu BUMN yang bersifat mencari laba, dan tidak lagi BUMN yang Kementerian BUMN tidak lagi bertanggung jawab untuk memantau kegiatan badan mencari laba … tersebut. Dengan demikian, Indonesia telah menyesuaikan diri dengan praktik yang berlaku secara internasional. Program-program asuransi sosial sebaiknya tidak menjadi pusat laba bagi pemerintah, melainkan harus dibentuk untuk melindungi warga negara terhadap risiko-risiko keuangan dan ekonomi makro. …dan akan dibentuk dari UU tersebut menetapkan pembentukan dua BPJS – BPJS Kesehatan dan BPJS perubahan para Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan akan mengelola jaminan asuransi kesehatan SJSN pengelola yang ada saja dan akan dibentuk dengan mengubah PT Askes. Seluruh program-program kesehatan yang dikelola oleh Askes dan Jamsostek, program Jamkesda dan program Jamkesmas yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan akan dipindahkan ke BPJS Kesehatan. Perubahan secara hukum harus dilakukan sebelum tanggal 1 Januari 2014 dan seluruh program kesehatan lainnya akan berakhir pada tanggal tersebut. BPJS Ketenagakerjaan akan dibentuk dengan mengubah PT Jamsostek. BPJS ini akan mengelola jaminan kecelakaan kerja, kematian, pensiun dan hari tua. Perubahan juga harus dilakukan sebelum tanggal 1 Januari 2014, tetapi keempat program SJSN memiliki tenggat waktu hingga tanggal 1 Juli 2015 untuk mulai beroperasi. Sebelum saat itu, BPJS Ketenagakerjaan akan mengelola program-program yang sebelumnya dikelola oleh PT Jamsostek. PT Taspen dan PT Asabri, program asuransi, dan manfaat cacat tubuh dan manfaat bagi keluarga yang ditinggalkan bagi pegawai negeri dan militer akan diubah pada waktu yang lebih jauh lagi, mendekati tahun 2029. Pada banyak negara, pegawai negeri dan militer memiliki program-program yang terpisah dari penduduk umum dan Indonesia akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyatukan kelompok-kelompok tersebut ke dalam sistem jaminan sosial nasional. Terdapat debat yang panjang tentang jumlah badan penyelenggara yang tepat bagi program-program SJSN. Pada akhirnya, pemerintah memutuskan untuk membentuk dua BPJS. Pemerintah tidak ingin menciptakan suatu monopoli dengan menempatkan seluruh program di bawah satu badan penyelenggara saja. Pemerintah juga ingin memisahkan program asuransi dari program pensiun karena mereka memiliki profil risiko yang berbeda dan membutuhkan keahlian dan keterampilan yang berlainan pula untuk dapat dikelola secara efektif. Akan tetapi, pada akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyatukan berbagai program-program kesehatan di bawah satu BPJS dan memberikan program-program lainnya kepada BPJS kedua. Jamsostek kini telah mengelola jaminan kecelakaan kerja, kematian dan hari tua sehingga merupakan pilihan yang logis untuk menempatkan program pensiun pada BPJS ini. Dalam pembentukan BPJS, aset, kewajiban, pegawai, hak-hak dan tanggung jawab para badan penyelenggara yang ada juga akan dipindahkan ke BPJS. Pemerintah juga akan membayar modal awal paling banyak sebesar Rp 2 triliun bagi tiap BPJS. UU BPJS juga UU BPJS menetapkan suatu struktur pengelolaan dengan pengaturan dua Dewan yang menetapkan struktur umum. Dewan Pengawas akan terdiri dari tujuh anggota termasuk dua wakil dari pengelolaan badan-badan pemerintah, dua wakil dari kalangan pegawai, dua wakil dari kalangan perusahaan dan yang baru tersebut satu tokoh masyarakat. Direksi akan terdiri dari setidaknya lima anggota yang dipilih berdasarkan kualifikasi profesionalnya. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 28 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Suatu Komite seleksi akan mengusulkan calon-calon kedua Dewan tersebut kepada Presiden. Presiden kemudian menyampaikan dua calon bagi setiap jabatan anggota Dewan Pengawas yang bukan berasal dari pemerintah kepada DPR dan DPR akan memilih anggota dewan tersebut. Presiden akan membuat keputusan akhir bagi para calon Dewan Pengawas yang berasal dari pemerintah dan seluruh anggota Direksi. Masa kerja anggota kedua Dewan tersebut adalah lima tahun dan dapat dipilih untuk masa lima tahun kedua. Untuk dua tahun pertama, Dewan BPJS akan sama dengan Dewan untuk Askes dan Jamsostek. Pengawasan terhadap kegiatan BPJS akan dilakukan secara internal maupun eksternal. Badan-badan penyelenggara tersebut akan diawasi secara internal oleh Dewan Pengawas dan satuan pengawas internal. Selain itu, para badan itu juga akan diawasi secara eksternal oleh Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang baru dibentuk dan Badan Pemeriksa Keuangan. BPJS juga harus membentuk suatu unit pengendali mutu untuk menangani pengaduan dan harus menanggapi pengaduan-pengaduan tersebut dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Aset-aset BPJS akan UU BPJS meningkatkan struktur legal dan keuangan sistem asuransi sosial dengan dipisahkan dari dana secara hukum memisahkan aset-aset BJPS dari aset-aset dana jaminan sosial. jaminan sosial yang Pemerintah sebelumnya harus menentukan manfaat-manfaat yang akan diberikan oleh dikelolanya setiap program dari kelima program itu dan iurannya. Iuran tersebut harus dapat mencukupi pembayaran seluruh manfaat dan biaya administrasi untuk program tersebut. Subsidi silang antar jaminan sosial tidak diperbolehkan. Pemerintah diminta untuk membuat formulasi dan menerapkan kebijakan-kebijakan untuk menjaga kesehatan keuangan dan kelangsungan program. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat mencakup penyesuain tingkat manfaat, iuran, dan usia pensiun, sebagai upaya terakhir. Walaupun UU tidak mengatakan secara langsung bahwa pemerintah bertanggung jawab untuk menjamin solvabilitas dana, UU mengisyaratkan tanggung jawab ini, dan dalam praktiknya, pertimbangan politis dan moral selalu mengacu pada hal ini. Hal ini tentu saja dalam koridor kepentingan pemerintah untuk menerapkan kebijakan manajemen risiko yang efektif untuk menjamin bahwa iuran akan dapat memenuhi pembayaran atas manfaat yang telah dijanjikan dan dana jaminan akan tetap dapat mencukupi kelangsungan program. Iuran dari pekerja, pegawai dan pemerintah dan pendapatan dari investasi iuran tersebut akan ditempatkan pada dana jaminan sosial yang tepat. Aset-aset ini hanya dapat digunakan untuk membayar manfaat kepada peserta dan membayar biaya administrasi. Aset-aset dalam dana jaminan ini dikelola oleh BPJS tetapi tidak dimiliki oleh BPJS. Aset- aset dana jaminan sosial akan ditempatkan pada bank kustodian milik pemerintah. Aset-aset BPJS berasal dari beberapa sumber – modal yang disetor oleh pemerintah, aset-aset yang dipindahkan dari PT Askes dan PT Jamsostek, dan biaya yang dikutip oleh BPJS dari dana jaminan sosial untuk jasa administrasinya. BPJS dapat mengutip biaya sebagai persentase dari iuran dan/atau sebagai persentase dari pendapatan investasi untuk menutupi biaya administrasinya untuk setiap program dari kelima program tersebut. Hal ini serupa dengan struktur reksa dana dan dana pensiun swasta di Indonesia. Pemisahan aset-aset badan penyelenggara dan dana jaminan pada badan hukum yang berbeda dan penggunaan kustodian untuk menyimpan aset-aset dana jaminan merupakan fasilitas pengaman yang penting bagi dana para anggota dan sesuai dengan praktik terbaik praktik yang berlaku secara internasional. Secara teori, hal ini menjamin bahwa para kreditur BPJS tidak dapat menyita aset-aset dana jaminan, menjaga BPJS dari pengendalian langsung terhadap aset-aset yang dimiliki oleh para anggota dan memungkinkan bank kustodian untuk meninjau transaksi-transaksi keuangan yang diminta oleh BPJS untuk menjamin ketaatannya terhadap undang-undang. Akan dibutuhkan peraturan tambahan untuk memastikan bahwa sistem tersebut bekerja sebagaimana dimaksud. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 29 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Tanggung jawab BPJS Tanggung jawab BPJS seperti ditetapkan oleh UU termasuk pendaftaran para pemberi termasuk pendaftaran, pekerja dan pegawai (pada sektor formal dan informal) dan pemberian nomor identifikasi pemberian nomor bagi seluruh anggota. BPJS juga bertanggung jawab untuk mengumpulkan iuran identifikasi, pengumpulan bersama-sama dengan badan pemerintahan yang lain, pemerintah daerah dan BUMN iuran dan penerapan sanksi bagi penunggak (hanya organisasi pemerintah yang diperkenankan untuk terlibat dalam pengumpulan iuran, memproses klaim, iuran). BPJS dapat memberi sanksi administratif bagi penunggak iuran, termasuk pemeriksaan, peringatan tertulis, denda atau tidak mendapat pelayanan publik tertentu. BPJS akan pemantauan dan mengelola sistem pemeriksaan dan pemantauan tertanggung dan manfaatnya dan akan pelaporan melakukan proses klaim dan pembayaran kepada fasilitas kesehatan (BPJS Kesehatan) dan perorangan. BPJS juga harus mengelola investasi aset-aset dana jaminan sosial dan membentuk cadangan teknis berdasarkan standar praktik aktuaria. Akhirnya, prosedur- prosedur pelaporan BPJS mencakup laporan setiap enam bulan kepada Presiden dan juga laporan tahunan setiap tanggal 30 Juni tahun berikutnya (yang ringkasan eksekutifnya juga harus dipublikasikan di media oleh BPJS). BPJS juga harus menginformasikan para peserta akan hak-hak mereka dan setidaknya satu tahun sekali, manfaat-manfaat pensiun dan hari tua yang telah menjadi hak para anggota. Pada setiap waktu, BPJS harus menjalankan program-program jaminan sosial tersebut demi kepentingan terbaik dari para peserta. Selain UU itu sendiri, Juga perlu dicatat bahwa UU BPJS memberikan pedoman umum tetapi meninggalkan aturan dan ketetapan sebagian besar hal-hal spesifik kepada peraturan pelaksanaan, dan sejumlah informasi yang berkaitan akan yang signifikan terdapat pada bagian penjelasan UU tersebut dibanding pada batang berperan penting dalam tubuh UU itu sendiri. UU BPJS mengharuskan penerbitan 18 peraturan dan/atau menentukan pengaturan BPJS yang akan datang ketetapan yang berbeda. Seluruh peraturan bagi program kesehatan harus diterbitkan dalam waktu satu tahun dari penetapan UU dan peraturan bagi ketenagakerjaan harus diterbitkan dalam waktu dua tahun. c. Terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan UU tersebut Beberapa hal yang perlu Sementara BPJS melapor kepada Presiden, belum dijelaskan bagian kantor diperhatikan dalam Kepresidenan yang akan bertanggung jawab atas pemantauan dan pengendalian operasi penerapan UU BPJS yang BPJS. Dewan Jaminan Sosial Nasional atau DJSN bertanggung jawab untuk melakukan baru berkaitan dengan sinkronisasi administrasi sistem SJSN, tetapi fungsi-fungsi khususnya belumlah jelas. UU struktur pengelolaan… BPJS menyatakan bahwa DJSN menerbitkan suatu laporan pemantauan dan evaluasi setiap enam bulan dan menerima laporan pemantauan dan evaluasi dari Dewan Pengawas setiap enam bulan. Mereka juga menerima salinan laporan tahunan dan laporan pertanggungjawaban. UU tersebut juga menyatakan bahwa Otoritas Jasa Keuangan atau OJK yang baru dibentuk akan bertanggung jawab atas pemantauan eksternal, tetapi fungsinya tidak dijelaskan. Dengan sangat besarnya jumlah uang yang akan mengalir kepada kedua BPJS tersebut dan peran penting kedua badan itu di dalam sistem jaminan sosial negara ini, pemantauan dan pengendalian yang kuat sangatlah penting untuk melindungi hak-hak peserta dan mencegah penggelapan maupun korupsi. …pengumpulan iuran… Hal lain yang perlu diperhatikan adalah yang berkaitan dengan pengumpulan iuran. Masalah pertama adalah penghindaran duplikasi bila kedua organisasi tersebut, BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, mengumpulkan iuran dari perusahaan dan orang- orang yang sama. Masalah kedua adalah kesulitan dalam memastikan bahwa iuran yang harus dibayar telah dibayarkan. Adalah hal yang baik bahwa BJPS berwenang untuk memberi sanksi dalam hal-hal mengenai ketaatan. Jamsostek tidak memiliki kewenangan seperti itu sehingga menghambat pelaksanaannya dan berakibat kepada tingkat ketidakpatuhan yang sangat besar. Walaupun dengan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi, pelaksanaan penarikan iuran dari jutaan pekerja sektor informal secara perorangan dan dari perusahaan-perusahaan berukuran mikro akan menjadi suatu tantangan yang amat besar. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 30 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan …perubahan struktur Akan dibutuhkan perubahan yang signifikan atas struktur organisasi, proses bisnis dan organisasi dan proses sistem teknologi imformasi bagi PT Askes dan PT Jamsostek sewaktu berubah dari bisnis… persero yang mengelola program-program untuk suatu segmen pasar tenaga kerja tertentu menjadi BPJS yang mengelola program-program berskala nasional. BPJS Kesehatan harus menerapkan paket manfaat dasar yang baru, skema iuran, jaringan pemberi layanan dan skema pembayaran pemberi layanan dan juga menyerap tiga program kesehatan yang ada. BPJS Ketenagakerjaan harus menerapkan program pensiun yang baru dan mengelola jaminan hari tua yang pada kemudian akan berukuran lebih besar dari program Jaminan Hari Tua (JHT) yang sekarang masih dikelolanya. …pemberian nomor Untuk dapat mengelola program jaminan sosial dengan baik, sangatlah penting untuk identifikasi… memastikan bahwa semua orang menerima sebuah nomor identifikasi dan tidak terdapat duplikasi dalam pemberian nomor identifikasi pribadi tersebut. Kementerian Dalam Negeri saat ini sedang melaksanakan program identifikasi elektronik, tetapi jadwal pelaksanaannya tidaklah jelas. Tampaknya program itu belum akan siap pada saat program kesehatan SJSN dimulai. Hal ini berarti bahwa BPJS tampaknya harus menyusun suatu nomor identifikasi khusus hanya untuk sistem SJSN. Sekali lagi, tidaklah beralasan bila kedua BPJS mengeluarkan nomor identifikasi yang berbeda untuk satu orang. Keduanya harus bekerja sama untuk memastikan nomor identifikasi yang diterbitkan tidaklah sama dan unik – dan semua orang hanya memiliki satu nomor untuk dirinya sendiri. ….dan manajemen risiko Akhirnya, sangatlah penting bagi pemerintah Indonesia untuk memastikan bahwa risiko- dan pengawasan risiko keuangan dari program-program asuransi sosial tersebut dikelola dengan baik. Jika pemerintah Indonesia iuran ditetapkan pada tingkat yang terlalu rendah dibanding manfaat yang diberikan, atau yang kuat jika iuran dan/atau manfaat tidak disesuaikan secara teratur, atau jika jaminan program tidak dikelola dengan baik, maka dana jaminan sosial tersebut dapat menjadi kekurangan dana. Hal ini dapat menyebabkan kewajiban kontingen yang sangat besar terhadap anggaran negara, APBN, sebagai penjamin akhir dari solvabilitas dana. Oleh karena itu, pemerintah memiliki alasan yang kuat untuk memastikan bahwa program-program tersebut dikelola dengan baik. Hal ini membutuhkan pembentukan satuan manajemen risiko di dalam pemerintahan dan pengawasan dan pengendalian yang kuat atas kerja operasi BPJS untuk mencegah penggelapan maupun korupsi, memastikan pengelolaan keuangan yang baik dan pengendalian atas biaya-biaya operasi. Penetapan UU BPJS merupakan langkah yang penting dalam penerapan suatu sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Akan tetapi masih banyak pekerjaan yang masih harus dikerjakan dalam penyusunan masing-masing program, penghitungan tingkat iuran yang tepat dan pengelolaan risiko pengelolaan dan keuangan yang berkaitan dengan program-program tersebut dengan tepat. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 31 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan C. INDONESIA 2014 DAN SETERUSNYA: PANDANGAN SELEKTIF 1. Sektor manufaktur Indonesia: Mengambang atau bangkit kembali? a. Dari peningkatan pesat ke resesi pertumbuhan Setelah kinerja yang Sejak tahun 1990 hingga 1996, pertumbuhan sektor manufaktur Indonesia , di luar minyak sangat kuat pada awal dan gas bumi, mencapai 12 persen per tahun dan memberi kontribusi hingga sepertiga tahun 1990an, tingkat dari keseluruhan pertumbuhan PDB riil (Gambar 21). Angka pertumbuhan yang tinggi ini pertumbuhan kegiatan 5 mempercepat transformasi Indonesia dari ekonomi pertanian ke semi-industri. Akan manufaktur yang lebih rendah pasca krisis tetapi, setelah suatu periode krisis ekonomi dan politik pada akhir tahun 1990an, kegiatan ekonomi dan politik pada manufaktur jatuh ke suatu ‘resesi pertumbuhan’ dan memberi kontribusi yang jauh lebih penghujung tahun 1990an kecil terhadap pertumbuhan PDB dan penciptaan lapangan kerja yang bernilai tinggi. menarik perhatian Kinerja sektor manufaktur mulai meningkat kembali baru-baru ini, sehingga menimbulkan khusus… pertanyaan apakah sektor itu mulai bangkit. Mengingat pentingnya sektor manufaktur bagi dinamika pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, bagian ini menganalisis tren jangka pendek dan menengah ini dan menimbang bagaimana menangani hambatan- hambatan yang dijumpai di sektor tersebut sehingga membuat sektor itu memberi kontribusi terhadap pembangunan Indonesia di kemudian hari. …dengan sektor Indonesia pernah menjadi salah satu “naga� Asia Timur yang bangkit dengan sektor manufaktur pulih lebih manufaktur yang bertumbuh sama cepatnya dengan Malaysia, Korea dan Thailand. Dari lambat di Indonesia pertengahan tahun 1980an hingga pertengahan 1990an, laju pembangunan sektor dibandingkan dengan manufaktur di Indonesia hampir sama dengan laju pembangunan sektor manufaktur di negara-negara Asia lainnya yang juga Malaysia dan Thailand sewaktu negara-negara tersebut menerapkan strategi mengalami kiris Ekonomi pertumbuhan berorientasi ekspor sebagai cara untuk melakukan transformasi ekonomi mereka. Walaupun menerima dampak buruk dari krisis Asia pada akhir tahun 1990an, Gambar 22 menunjukkan bahwa sektor manufaktur pada negara-negara Asia Timur yang lain mengalami resesi selama satu hingga dua tahun dan kemudian kembali bangkit dan mengimbangi jalur pertumbuhan mereka seperti sebelum krisis. Akan tetapi, sejak tahun 1998, sektor manufaktur Indonesia tidak saja menapaki jalur pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan jalur sebelum krisis, tetapi pertumbuhannya juga makin tertinggal di belakang negara-negara Asia lainnya. Gambar 21: Setelah peningkatan pesat pada awal tahun Gambar 22: Sektor manufaktur Indonesia pulih lebih lambat 90an, sektor manufaktur Indonesia tumbuh jauh lebih lambat dari krisis Asia dibanding negara se-kawasan (laju pertumbuhan PDB riil, persen) (rill PDB sektor manufaktur, 1997=100) Persen GDP Persen Indeks (1997=100) Indeks (1997=100) Non-Oil and Gas Manufacturing 250 250 16 16 Pre krisis 1997-98 Malaysia Korea, Rep. 14 14 200 200 12 12 Thailand Indonesia 10 10 150 150 Pasca krisis 1997-98 8 8 6 6 100 100 4 4 2 2 50 50 0 0 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 0 0 1990 1993 1996 1999 2002 2005 2008 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: World Development Indicators (WDI) Bank Dunia dan perhitungan staf Bank Dunia 5 Hill, H., 1995, “The Indonesian Economy Since 1966: Southeast Asia’s Emerging Giant�, Cambridge University Press. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 32 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Penurunan pertumbuhan Dibandingkan dengan awal tahun 1990an, pertumbuhan output manufaktur Indonesia output terlihat pada sejak krisis Asia telah menurun pada hampir seluruh sub-sektor (Gambar 23). Penurunan hampir seluruh sub- pertumbuhan output yang tajam terlihat pada beberapa sub-sektor yang didorong oleh kategori kegiatan ekspor, seperti tekstil, pakaian dan alas kaki (TCF) dan produk-produk kayu. Permintaan manufaktur domestik yang lebih rendah sejak kontraksi tajam PDB sebesar 14 persen di tahun 1998 dan memburuknya lingkungan usaha pada tahun-tahun pasca krisis Asia juga menjadi 6 penyebabnya. Akan tetapi, kuatnya permintaan domestik pasca krisis membantu beberapa sub-sektor untuk tetap bertumbuh, walaupun pada tingkat yang lebih rendah. Setelah kinerja yang kuat Pertumbuhan ekspor manufaktur juga telah melemah sejak pertengahan tahun 1980an. selama sepuluh tahun, Laju pertumbuhan ekspor produk manufaktur non minyak mencapai 29 persen per tahun pertumbuhan ekspor pada tahun 1985-1990 dan 21 persen antara tahun 1990 dan 1995, sebagian besar manufaktur mulai didorong oleh produk-produk TCF. Ekspor produk manufaktur tidak runtuh sepenuhnya melemah pasca Krisis Asia selama krisis Asia karena devaluasi Rupiah yang tajam memberikan dorongan bagi perusahaan-perusahaan yang bertahan, terutama yang bergerak pada bidang tekstil, garmen dan perabotan, untuk menempatkan fokus pada pasar ekspor.7 Dari tahun 1996 hingga 2000, ekspor produk manufaktur masih bertumbuh sebesar 8.8 persen per tahun, sebelum turun menjadi 5.1 persen pada periode tahun 2001-2005. Tren-tren tersebut mencerminkan penurunan dalam daya saing ekspor, terutama dalam garmen dan alas kaki, yang memiliki bagian hingga 31 persen dari ekspor manufaktur pada awal tahun 1990an (Gambar 24). Gambar 23: Kecuali peralatan transportasi, pertumbuhan Gambar 24: Pertumbuhan nilai ekspor manufaktur telah output dari seluruh sub-sektor manufaktur telah menurun menurun, kecuali bagi produk-produk sumber daya (rata-rata pertumbuhan PDB riil tahunan, persen) (rata-rata pertumbuhan tahunan per 5 tahun, persen) Persen 1993-96 2001-10 Persen Manufacturing 20 20 Resource-based Low-tech 15 15 Persen Textiles, footwear & clothing Persen Machinery & processed 10 10 60 60 5 5 50 50 0 0 40 40 -5 -5 30 30 20 20 10 10 0 0 -10 -10 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Catatan: FBT adalah makanan, minuman dan tembakau, Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia semen dan mineral termasuk dalam mineral non baja (metal) Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Peningkatan harga Ekspor produk-produk manufaktur yang berasal dari sumber daya alam, seperti karet dan komoditas berdampak minyak sawit, meningkat dengan signifikan sebagai akibat dari pesatnya peningkatan kepada pergeseran harga komoditas dunia yang berlangsung pada periode tahun 2003 hingga 2008. Bagian ekspor Indonesia menuju dari produk yang berasal dari sumber daya alam pada keseluruhan ekspor non migas produk manufaktur berbasis komoditas dan meningkat dari 34 persen di tahun 1995 menjadi 47 persen di tahun 2010 (Gambar 25). sumber daya alam Menarik untuk diketahui bahwa peningkatan ekspor produk manufaktur yang berasal dari sumber daya alam akan mengurangi produk-produk manufaktur yang lain, seperti TCF, mesin dan produk yang telah mengalami proses (seperti elektronika, kecuali suku cadang otomotif); dan produk-produk dengan teknologi sederhana (seperti logam dasar dan baja). Bagian TCF dalam ekspor non migas turun dari 24 persen di tahun 1995 menjadi hanya 11 persen di tahun 2008. 6 Aswicahyono, H., Hill, H. dan Narjoko, D., 2010, Industrialization after a deep economic crisis: Indonesia, Journal of Development Studies, 46(6):1084–1108. 7 Wie, T. K., 2000, The impact of the economic crisis on Indonesia’s manufacturing sector, The Developing Economies, XXXVIII(4):420–53. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 33 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 25: Ekspor produk manufaktur telah bergeser ke produk-produk yang berasal dari sumber daya alam (bagian dari ekspor non migas Indonesia, persen) 100% Bahan baku 90% 80% Manufaktur dari sumber 70% pertanian Manufaktur dari sumber 60% daya alam manufaktur dari 50% sumber lain 40% permesinan, elektronik, manufaktur olahan 30% manufaktur bukan dari 20% sumber alam tekstil, alas kaki dan pakaian 10% manufaktur bertekhnologi rendah 0% 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia b. Faktor-faktor apa yang menjelaskan kinerja sektor manufaktur yang belakangan terjadi di Indonesia? Hambatan utama bagi Survei tingkat perusahaan dapat membantu memberikan diagnosa akan faktor-faktor pertumbuhan dan penghambat utama terhadap kegiatan perusahaan pada sektor manufaktur Indonesia. investasi tingkat mikro Temuan-temuan dari Survei Perusahaan Bank Dunia tahun 2009 menunjukkan bahwa berbeda-beda antar terdapat variasi faktor penghambat yang besar pada berbagai jenis perusahaan berbagai jenis perusahaan manufaktur manufaktur (Gambar 26). Sebagai contoh, perusahaan manufaktur kecil (yang memiliki 5 hingga 19 pegawai) memandang akses terhadap pendanaan dan praktik informal dalam persaingan usaha sebagai penghalang utama kegiatan mereka. Buruknya informasi kredit dan ketidakpastian dalam pelaksanaan kontrak tampaknya akan menimbulkan biaya yang tinggi bagi perusahaan manufaktur kecil dalam memperoleh kredit, terutama untuk kredit investasi. Sebagian besar temuan itu juga sejalan dengan laporan Doing Business tahun 2012 terbitan Bank Dunia yang menempatkan Indonesia pada urutan 126 dari 183 negara dalam hal akses perusahaan kepada kredit. Dibandingkan dengan ekonomi-ekonomi lain di Asia Timur, Indonesia masih tidak memiliki biro kredit swasta yang berfungsi dengan baik sebagai suatu bursa informasi dan mekanisme penyortiran bagi pemberi pinjaman. Hak-hak legal untuk melindungi peminjam dan pemberi pinjaman dalam perjanjian pinjaman di Indonesia juga dipandang sebagai yang paling lemah di wilayahnya. Di lain pihak manufaktur dengan jumlah pegawai lebih dari 100 orang lebih memperhatikan kualitas tenaga listrik, korupsi, dan peraturan tenaga kerja. Eksportir juga lebih memperhatikan kualitas tenaga listrik, korupsi, dan infrastruktur transportasi. Gangguan dan infrastruktur yang tidak diandalkan dapat merugikan bagi eksportir dan perusahaan besar karena mereka lebih banyak menghabiskan dana untuk pemakaian tenaga listrik dan bergantung kepada transportasi dalam kegiatannya. Perhatian terhadap infrastruktur juga mencerminkan kenyataan bahwa kinerja logistik Indonesia berada pada tingkat yang relatif rendah dibanding negara-negara pembandingnya di wilayah yang sama. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 34 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Namun demikian, Korupsi, pemadaman listrik, ketidakpastian dari peraturan tenaga kerja, dan temuan-temuan itu ketidakpastian dari hambatan transportasi dipandang sebagai faktor penghambat utama menegaskan bahwa bagi para perusahaan manufaktur di Indonesia. Sebagian besar dari contoh-contoh di “risiko usaha� tampaknya atas sejalan dengan laporan Bank Dunia yang lalu yang menyoroti bahwa “unsur-unsur� memang mempengaruhi kegiatan manufaktur di risiko seperti gangguan pasar tenaga kerja dan ketidakpastian peraturan memiliki dampak 8 Indonesia negatif yang paling besar terhadap produktivitas perusahaan-perusahaan manufaktur. Karena ketidakpastian menyulitkan penilaian hasil-hasil dari suatu keputusan usaha, skenario dengan risiko yang lebih besar dapat berdampak negatif kepada dorongan manufaktur dan menyebabkan penundaan investasi atau investasi proyek yang lebih singkat dan lebih kecil. Gambar 26: Rintangan utama usaha bervariasi antar jenis perusahaan dalam sektor manufaktur Indonesia (persentase perusahaan dalam tiap kelompok memandang hal-hal berikut sebagai hambatan atau hambatan utama usaha ) Percent Percent 40 40 Large firms Small firms Exporting firms 30 30 20 20 10 10 0 0 Customs administration Electricity Courts Access to finance licensing and Access to land Corruption Labor regulations Political instability Crime, theft and informal sector Tax rate Transport Inadequately competitors in Practices of workforce educated Business permits disorder Tax Sumber: Enterprise Survey Bank Dunia (2009) dan perhitungan staf Bank Dunia Kotak 4: Bagaimana insentif ekonomi makro mempengaruhi ekspor produk manufaktur? Baru-baru ini Bank Dunia meneliti dampak dari insentif ekonomi makro terhadap ekspor produk manufaktur berdasarkan data perdagangan dan output dari 16 sub-sektor pada periode tahun 1990-2008. Hasilnya menunjukkan bahwa eksportir membutuhkan waktu untuk menanggapi insentif harga, dan telah dipengaruhi oleh peningkatan biaya tenaga kerja yang melampaui tingkat produktivitas, peningkatan harga non-tradable dan oleh ketidakpastian kurs tukar valuta. Penelitian itu menemukan bahwa eksportir menanggapi insentif harga, tetapi mereka membutuhkan waktu. Suatu peningkatan harga ekspor sebesar satu persen memiliki dampak positif jangka pendek terhadap jumlah yang diekspor sebesar kira-kira 0,6-0,7 persen, secara rata-rata, yang kemudian akan meningkat menjadi satu persen pada jangka panjang. Hal ini disebabkan karena peningkatan umumnya akan menyebabkan pencarian pasar-pasar yang baru – yang membutuhkan waktu, tetapi juga karena rintangan terhadap pasokan di Indonesia juga dapat memperlambat proses penyesuaian output. Sebagai contoh seperti ditunjukkan pada Gambar 26, 35 persen perusahaan-perusahaan eksportir menyatakan bahwa tenaga listrik adalah penghambat yang besar terhadap usaha mereka sementara 22 persen mengatakan bahwa penghambatnya adalah faktor transportasi. Peningkatan biaya buruh satuan sebesar 8 persen per tahun selama periode itu menyebabkan penurunan rata-rata dalam tingkat pertumbuhan ekspor sebesar 1,6 poin persentase per tahun. Peningkatan upah di atas pertumbuhan produktivitas tenaga kerja sebesar satu persen menyebabkan penurunan ekspor, secara rata-rata, sebesar 0,2 persen. Hasil yang serupa didapatkan dengan menggunakan perhitungan upah dolar per buruh dibanding biaya buruh satuan. Sensitivitas ekspor terhadap biaya buruh masih relatif rendah. Namun peningkatan biaya buruh yang tajam dan heterogen lintas sektor tampaknya telah mempengaruhi pertumbuhan ekspor sektoral secara berbeda-beda. Yang menarik, ekspor pada sektor-sektor yang menggunakan tenaga buruh secara intensif tidak peka terhadap biaya buruh satuan. Penyebabnya mungkin karena pada sektor-sektor di mana tenaga buruh merupakan faktor input utama, para perusahaan memiliki pengaturan kelembagaan – seperti kontrak tenaga buruh – yang membantu melindungi perusahaan dari variasi biaya tersebut. Seperti disinggung di atas, peningkatan dalam harga non-tradable telah membatasi cakupan pertumbuhan ekspor. Harga-harga non- tradable menangkap perubahan biaya non-buruh yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Selain itu, peningkatan harga-harga non- tradable menimbulkan alokasi ulang sumber daya yang berada di luar perusahaan, yang mempengaruhi kapasitas ekspor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap peningkatan harga non-tradable sebesar satu persen akan menurunkan jumlah ekspor secara rata-rata sebesar 0,55 hingga 0,75 persen. Pada akhirnya, penelitian itu, seperti telah diperkirakan, juga menunjukkan hubungan yang positif antara kurs tukar valuta yang stabil dan mudah diperkirakan dengan pertumbuhan ekspor. Gejolak kurs tukar valuta meningkatkan kadar ketidakpastian yang dihadapi oleh eksportir, sehingga mereka menunda rencana-rencana investasi, dan melepaskan kegiatan-kegiatan yang mengandung risiko. Analisis menunjukkan bahwa peningkatan gejolak kurs tukar valuta sebesar satu persen akan menyebabkan penurunan ekspor sebesar 0,04 persen secara rata-rata, dengan asumsi semua hal lain tetap sama. 8 Bank Dunia, 2005 “Raising Investment in Indonesia: A Second Generation of Reforms�. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 35 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Pergeseran lingkungan Selain faktor-faktor tingkat mikro seperti diuraikan di atas, tren ekonomi makro juga ekonomi makro, seperti memberi pengaruh yang penting terhadap kegiatan perusahaan-perusahaan manufaktur harga relatif yang dapat (Kotak 4). Sebagai contoh, penurunan harga relatif produk-produk manufaktur yang tidak dan yang tidak dapat berasal dari sumber daya alam adalah salah satu pendorong turunnya marjin keuntungan diperdagangkan, juga berdampak terhadap bagi perusahaan manufaktur. Penurunan ini sebabkan oleh gabungan dari berkurangnya operasi manufaktur di pertumbuhan harga-harga output dan cepatnya peningkatan harga produk-produk yang Indonesia tidak dapat diperdagangkan (non-tradable), seperti jasa-jasa. Di lain pihak, lambatnya pertumbuhan harga produk manufaktur, yang dimulai pada akhir tahun 1990an hingga awal tahun 2000an, juga bertepatan dengan makin meningkatnya tekanan persaingan di pasar internasional karena negara-negara lain makin meningkatkan pangsa pasar ekspor dunianya relatif terhadap Indonesia. Lingkungan dengan persaingan yang lebih ketat akan membatasi kemampuan perusahaan- perusahaan dalam menentukan harga, sehingga perusahaan hanya dapat menerima harga yang diberikan. Rata-rata harga output eksportir Indonesia bertumbuh lebih rendah sebesar 17 persen dibanding harga non-eksportir selama periode tahun 1998-2008. Selain itu, sektor-sektor yang berorientasi kepada pasar-pasar domestik juga mencatatkan pertumbuhan harga-harga output yang lebih lambat karena menghadapi persaingan dari produk-produk impor. Suatu analisis akan faktor penentu harga output manufaktur menunjukkan bahwa peningkatan penetrasi impor sebesar 10 persen akan 9 menurunkan tingkat pertumbuhan harga output sebesar 2,5 persen. Di sisi lain, harga non-tradable di Indonesia meningkat lebih dari tiga kali lipat pada periode tahun 2000 - 2010. Terus meningkatnya harga non-tradable tampaknya disebabkan oleh gabungan dari pertumbuhan yang terus berlangsung selama satu dekade (yang menekan infrastruktur yang ada dan memicu tekanan harga) dan melonjaknya harga komoditas. Peningkatan harga non-tradable relatif terhadap harga tradable dicerminkan oleh kurs tukar valuta riil yang telah meningkat sekitar 42 persen pada periode tahun 2000 hingga 2010. c. Apakah kita melihat kesempatan baru sektor manufaktur Indonesia? Terdapat beberapa alasan Walaupun di tengah keadaan yang tidak kondusif bagi kegiatan sektor manufaktur bagi optimisme masa Indonesia selama dekade yang lalu seperti telah dijelaskan di atas, terdapat beberapa depan sektor manufaktur alasan untuk bersikap optimis bagi kinerja masa depan sektor manufaktur. Faktor Indonesia… demografis yang mendukung dan kelas menengah yang meningkat pesat (seperti dijelaskan pada Laporan Triwulanan edisi Maret 2011) sedang menarik investasi dari perusahaan-perusahaan ‘pencari pasar’ yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Tren jangka panjang ini juga ditambah oleh keunggulan jangka pendek yang dimiliki oleh sektor manufaktur di Indonesia dengan lebih rendahnya upah buruh dibanding dengan negara-negara Asia lainnya, terutama India dan Cina, di mana upah telah meningkat dengan pesat pada beberapa tahun terakhir. Kegiatan manufaktur Setelah mengalami penurunan pertumbuhan selama krisis keuangan dunia, pertumbuhan mulai meningkat dengan output pada perusahaan manufaktur berukuran menengah dan besar meningkat sebesar kuat belakangan ini… 5,6 persen tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga tahun 2011 (Gambar 27). Pendorong utama peningkatan tersebut adalah sektor bahan kimia, yang meningkat sebesar 19,8 persen tahun-ke-tahun; logam dasar, yang naik sebesar 14,2 persen; dan mesin dan suku cadang otomotif yang mengalami peningkatan tertinggi sebesar 29,8 persen (Gambar 28). Peningkatan yang belakangan tercatat dalam investasi permesinan juga mencerminkan kuatnya pertumbuhan di sektor manufaktur, bersama-sama dengan peningkatan pada sektor-sektor lainnya (sumber daya alam, jasa-jasa). Investasi dalam mesin-mesin telah pulih dengan cepat setelah krisis keuangan dunia tahun 2008-2009, yang mencatat pertumbuhan sebesar 17 persen tahun-ke-tahun pada tiga kuartal pertama tahun 2011. 9 Angka ini didapat dari pengamatan faktor penentu dan evolusi marjin keuntungan dan harga output dari 32.000 perusahaan selama periode pasca krisis (1998-2008) dengan menggunakan data sensus manufaktur Indonesia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 36 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 27: Kegiatan manufaktur menunjukkan Gambar 28: …bersama dengan pertumbuhan kegiatan pertumbuhan yang kuat pada beberapa triwulan terakhir… manufaktur produk yang bukan berasal dari sumber daya (pertumbuhan riil, persen) alam (pertumbuhan PDB riil, persen) Manufacturing production index (LHS) Textiles Garment Domestic demand (LHS) Shoes Chemicals Auto and parts Persen Investment in machinery (RHS) Persen Persen Persen 8 40 50 50 6 30 25 25 4 20 2 10 0 0 0 0 -25 -25 -2 -10 -4 -20 -50 -50 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC dan perhitungan staf Bank Dunia …didorong oleh pulihnya Kuatnya pemulihan harga komoditas dari kejatuhan yang dialami pada akhir tahun 2008 harga komoditas dari dan awal tahun 2009 menuju pertengahan 2011 telah meningkatkan nilai ekspor produk- tahun 2009 hingga produk yang berasal dari sumber daya alam. Pertumbuhan nilai ekspor produk dari pertengahan 2011… sumber daya alam tersebut meningkat masing-masing sebesar 43 persen dan 67 persen tahun-ke-tahun pada kuartal pertama dan kedua tahun 2011. Sementara itu, kuatnya peningkatan yang belakangan terjadi pada ekspor produk-produk yang bukan berasal dari sumber daya alam menunjukkan kepercayaan pembeli dalam menggunakan produk- produk yang dibuat di Indonesia dan adanya peningkatan biaya produksi pada negara- negara lain. Nilai ekspor bahan kimia meningkat sebesar 45 persen tahun-ke-tahun pada paruh pertama tahun 2011 karena adanya peningkatan permintaan serat sintetis (lihat Kotak 5). Ekspor TCF meningkat sebesar 27 persen tahun-ke-tahun pada paruh pertama tahun 2011 yang mencerminkan upaya diversifikasi para pembeli dan relokasi industri manufaktur yang berkaitan dari Cina, seperti dibahas di bawah. Sementara itu, peningkatan ekspor mesin-mesin pada umumnya didorong oleh naiknya ekspor komponen otomotif dengan semakin pentingnya kedudukan Indonesia dalam sektor otomotif regional. …dan juga didukung oleh Permintaan dalam negeri menjadi semakin penting bagi sebagian besar kegiatan kuatnya permintaan manufaktur di Indonesia. Permintaan domestik telah menunjukkan ketahanan yang domestik Indonesia… mengagumkan selama periode perlemahan eksternal yang belakangan terjadi (Gambar 27) dan meningkat sebesar 5,4 persen tahun-ke-tahun pada tiga kuartal pertama tahun 2011. Pertumbuhan permintaan dalam negeri yang berkelanjutan telah memberi kontribusi kepada kuatnya pertumbuhan sektor logam dasar, bahan pangan, bahan kimia, dan komponen otomotif, sektor-sektor industri yang mendominasi pasar domestik. …yang dapat Peningkatan peran permintaan dalam negeri tersebut juga dapat merupakan cerminan mencerminkan dari pergeseran orientasi pasar pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia. pergeseran dalam Penurunan daya saing internasional dan daya tarik pasar dalam negeri yang bertumbuh orientasi pasar dari pesat dapat menjadi penyebab pergeseran orientasi pasar, bersamaan dengan buruknya perusahaan-perusahaan manufaktur Indonesia resesi dunia yang mengikuti krisis keuangan global. Antara periode tahun 2002-2004 dan 2007-2009, bagian dari perusahaan manufaktur yang juga eksportir (yaitu melakukan ekspor setidaknya 10 persen hasil output mereka baik secara langsung maupun tidak langsung) turun dari 14,4 persen ke 11,6 persen sementara bagian dari output yang diekspor juga turun dari 18,3 persen ke 15,9 persen (Tabel 8). Bagian perusahaan yang melakukan ekspor TCF turun secara drastis dari 13,4 persen di tahun 2002-2004 menjadi 8,3 persen di tahun 2007-2009. Sementara itu peran ekspor tampaknya telah meningkat pada industri otomotif dan permesinan. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 37 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Tabel 8: Pergeseran orientasi pasar pada perusahaan manufaktur Indonesia Perusahaan yang mengekspor Rata-rata output yang diekspor (persen jumlah perusahaan) (persen jumlah output) Sub-sektor 1994-96 2002-04 2007-09 1994-96 2002-04 2007-09 Pangan, minuman 9,7 8,2 7,1 20,9 13,9 11,8 Tekstil, pakaian, alas kaki 18,6 13,4 8,3 39,1 24,6 25,3 Kayu dan produk kayu 36,7 33,9 27,7 69,9 48,8 39,4 Kertas & percetakan 6,3 3,5 3,5 11,6 12,2 17,6 Bahan kimia, karet 17,1 12,6 11,7 23,4 19,3 16,9 Mineral, logam non-besi 3,9 7,2 5,3 8,7 14,9 7,3 Logam dasar & produksi 11,1 9,4 8,8 18,5 12,0 13,6 Mesin & elektronik 24,4 11,2 13,8 21,2 16,5 22,4 Industri otomotif 8,1 5,8 7,7 5,4 7,3 6,4 Lain-lain 37,0 38,9 31,6 45,2 37,0 30,3 Jumlah 16,5 14,4 11,6 27,3 18,3 15,9 Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia dari Sensus Manufaktur ukuran Menengah-Besar Kegiatan manufaktur di Laporan terbaru menunjukkan Gambar 29: Rata-rata upah buruh di Indonesia telah Indonesia tampaknya adanya peningkatan investasi turun di bawah upah di Cina & Vietnam juga akan didorong oleh asing pada sektor manufaktur (Indeks biaya satuan buruh, Dolar AS, 2005=100) investasi dari Indonesia bagi pasar dalam 150 150 perusahaan-perusahaan Cina yang pindah ke Indonesia maupun luar negeri. Laporan- laporan media telah menyoroti bahwa peningkatan upah di Cina, 125 125 terutama pada kota-kota industri, Indonesia telah memicu perusahaan- perusahaan yang padat karya seperti TCF, untuk melakukan 100 100 relokasi ke Kamboja dan Vietnam Indonesia. Indeks biaya satuan buruh dalam Dolar Amerika di 75 75 Indonesia hanya meningkat tipis antara tahun 2000 dan 2010. Upah di Cina diperkirakan telah meningkat jauh lebih cepat, 50 50 terutama pada daerah-daerah 2000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 industri di Delta Sungai Pearl dan Sungai Yang Tze. Sumber: Economist Intelligence Unit, 2010, dan perhitungan staf Bank Dunia Setelah mulai beroperasi, perusahaan-perusahaan yang pindah ke Indonesia itu tampaknya akan memainkan peran yang penting dalam mendorong ekspor produk- produk TCF. Produsen otomotif Jepang juga diperkirakan akan meningkatkan keberadaannya di Indonesia dengan pembangunan jaringan pemasok yang baru oleh perusahaan-perusahaan manufaktur Jepang. Data BKPM yang terbaru menunjukkan bahwa realisasi investasi asing pada kegiatan manufaktur di Indonesia telah mencapai 5,2 miliar Dolar Amerika atau tumbuh sebesar 107 persen tahun-ke-tahun pada kuartal ketiga tahun 2011, peningkatan terbesar selama lima tahun terakhir. Data BKPM itu juga menunjukkan peningkatan investasi asing yang signifikan dalam bidang TCF dan permesinan dan industri elektronika. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 38 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Kotak 5: Peningkatan manufaktur belakangan ini disebabkan oleh kuatnya permintaan domestik dan perkembangan dunia internasional yang kondusif Kini industri otomotif Indonesia merupakan salah satu sektor pendorong utama dalam manufaktur. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, yang dalam waktu dekat akan membuat Indonesia sebagai pasar mobil terbesar di ASEAN. Sekarangpun Indonesia telah menjadi pasar sepeda motor nomor tiga terbesar di dunia (menurut laporan dari produsen sepeda motor dari a Jepang, Honda). Pasar domestik telah menjadi daya tarik utama bagi produsen mobil, walaupun juga terdapat insentif pajak yang cukup berarti yang membantu pertumbuhan sektor tersebut di Indonesia. Berbagai peristiwa yang terjadi pada negara- negara tetangga (seperti gejolak politik maupun bencana alam) juga membantu meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai negara tujuan investasi bagi industri otomotif, seperti tercermin dengan pengumuman terakhir akan adanya investasi berukuran besar oleh Astra Daihatsu, Toyota, Hyundai, dan banyak merek-merek lainnya. Yang lebih menarik adalah investasi yang signifikan untuk fasilitas riset dan pengembangan (R&D), di luar investasi bagi fasilitas perakitan (seperti dibicarakan pada bagian berikut, tingkat R&D dan terutama R&D sektor swasta di Indonesia adalah relatif rendah dibanding negara pembandingnya di wilayah yang sama). Bahan kimia, tekstil, dan garmen juga memberi kontribusi kepada peningkatan kegiatan manufaktur tersebut. Peningkatan output industri bahan kimia didorong oleh pertumbuhan permintaan bagi produk-produk serat. Pertumbuhan industri bahan kimia yang mendekati 20 persen hanya di bawah pertumbuhan pada sektor otomotif. Industri bahan kimia Indonesia memiliki ketersediaan pasokan bahan derivatif petrokimia seperti asam tereftalat yang dimurnikan, dan para produsen serat sintetisnya juga berada dalam posisi yang baik untuk melayani permintaan bahan baku seperti poliester dan rayon dari industri tekstil dunia. Lonjakan harga katun dunia yang hampir mencapai 100 persen di tahun 2010, harga tertinggi dalam 15 tahun terakhir, telah menggeser permintaan produsen garmen dalam dan luar negeri ke serat sintetis. Konsumsi dunia untuk serat pokok sintetis meningkat sebesar enam persen di tahun 2010 sementara konsumsi serat filamen sintetis meningkat sebesar delapan persen. Sementara itu, masing-masing output tekstil dan garmen tumbuh sebesar 9,3 persen dan 5,3 persen tahun-ke-tahun. a Catatan: Lihat http://search.japantimes.co.jp/cgi-bin/nb20081008a2.html dan http://sg.news.yahoo.com/honda-vietnam- build-third-motorbike-plant-140837582.html d. Menjaga keberlanjutan pembangunan dengan memperluas kesempatan pertumbuhan manufaktur Indonesia dapat Di dalam ekonomi yang kaya sumber daya alam seperti Indonesia, sektor manufaktur memperkuat kemajuan memiliki peran yang penting dalam melakukan diversifikasi produksi, membuka pembangunannya dengan kesempatan kerja yang produktif dan mendorong peningkatan produktivitas pada menjaga keberlanjutan keseluruhan ekonomi. Konsentrasi yang berlebihan pada pemanfaatan sumber daya alam pertumbuhan dalam sektor manufakturnya atau sektor manufaktur dapat meningkatkan eksposur suatu ekonomi terhadap siklus peningkatan drastis yang diikuti oleh penurunan dramatis yang merugikan yang berkaitan dengan harga-harga komoditas, sehingga menyebabkan pertumbuhan yang lebih volatil. Seperti telah disinggung, ekspor Indonesia pada umumnya didominasi oleh komoditas yang berasal dari sumber daya alam, terutama komoditas pertanian dan pertambangan dan mineral. Penelitian empiris terbaru menunjukkan bahwa ekonomi-ekonomi yang menunjukkan keunggulan komparatif dalam produksi produk-produk primer dirugikan dalam hal pembangunan sektor-sektor sumber daya alam yang umumnya berkaitan dengan lebih rendahnya pertumbuhan dan peningkatan pada keseluruhan ekonomi 10 dibanding dengan pembangunan pada industri-industri manufaktur. Hal yang utama adalah bahwa sumber daya alam pada umumnya tidak membuka banyak lapangan kerja, tidak seperti industri manufaktur dan jasa-jasa yang berkaitan dengannya. Walaupun sektor-sektor tersendiri itu umumnya bekerja pada tingkat produktivitas yang sangat tinggi, mereka tidak dapat menyerap surplus tenaga kerja dari bidang pertanian. 10 McMillan, M. and D. Rodrik, 2011, Globalization, Structural Change and Productivity Growth, NBER Working Paper No. 17143. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 39 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Pertumbuhan kegiatan Menjaga keberlanjutan Gambar 30: Manufaktur menciptakan pekerjaan manufaktur dapat pertumbuhan di sektor manufaktur bernilai tinggi meningkatkan membantu Indonesia untuk (upah bulanan riil bagi lulusan Sekolah Menengah ketersediaan pekerjaan menciptakan lebih banyak Pertama atau setingkatnya, per sektor, ribuan Rp), bernilai tinggi di Indonesia lapangan kerja, terutama 2000 sebagai tahun dasar) pekerjaan bernilai tinggi yang IDR '000 Agriculture IDR '000 dapat mengangkat standar hidup Manufacturing dan memberikan lapangan kerja Services 500 500 produktif bagi angkatan kerja yang jumlahnya semakin bertambah. Dengan sekitar 1,5 juta pekerja 400 400 baru yang masuk ke pasar tenaga kerja setiap tahun, sektor 300 300 manufaktur yang kuat dan berkembang merupakan sumber pekerjaan formal yang sangat 200 200 penting yang menawarkan peningkatan penghasilan yang 100 100 relatif stabil. Upah bulanan riil (dalam harga - tahun 2000) pada sektor manufaktur, yang secara 0 0 rata-rata lebih tinggi dari sektor 1995 2000 2005 2009 jasa, meningkat dari Rp 154.000 per bulan di tahun 1995 menjadi Sumber: Sensus Tenaga Kerja, tahun 1995-2009, dan Rp 469.000 di tahun 2009. Lebih perhitungan staf Bank Dunia dari itu, di dalam angkatan kerja, terdapat peningkatan bagian dari tenaga dengan pendidikan sekolah menengah umum, dari 12 persen di tahun 1995 menjadi 22 persen di tahun 2009, dan kelompok ini diperkirakan akan menjadi pendorong utama angkatan tenaga kerja Indonesia dalam waktu dekat. Bagi angkatan kerja dengan pendidikan SMP atau setingkatnya, sektor manufaktur juga menawarkan tingkat upah riil yang paling tinggi yang jumlahnya naik dua kali lipat dari Rp 193.000 di tahun 1995 menjadi Rp 376.000 di tahun 2009, bila dihitung dengan menggunakan harga tahun 2000 (Gambar 30). Peningkatan selanjutnya Survei mengenai pandangan dunia usaha terhadap hambatan-hambatan utama dalam dari keberlanjutan iklim investasi di sektor manufaktur seperti disebutkan di atas memberikan panduan bagi pertumbuhan manufaktur reformasi kebijakan dan investasi yang dapat mendorong pertumbuhan lebih lanjut dari bergantung pada sektor tersebut. Selain itu, untuk mendorong pertumbuhan berjangka panjang, para kebijakan dan investasi yang bertujuan untuk penyusun kebijakan dapat juga menyertakan faktor-faktor lain, seperti kualitas pendidikan melonggarkan beberapa angkatan kerja atau dukungan kepada inovasi, yang dapat meningkatkan dorongan untuk hambatan bagi melakukan inovasi dan meningkatkan kapasitas perusahaan untuk menyerap perusahaan- pengetahuan yang mereka dapatkan dari kegiatan-kegiatan internasional mereka (lihat perusahaan… Kotak 6 …dan walau tidak ada Perubahan kebijakan untuk memperbaiki iklim investasi di Indonesia mungkin tidak satu kebijakan yang tepat membawa manfaat yang sama besarnya kepada seluruh perusahaan. Pasokan tenaga bagi semua masalah, listrik yang lebih baik dan berkurangnya korupsi akan menguntungkan perusahaan terdapat beberapa berukuran besar, menengah, dan yang melakukan ekspor, sementara akses yang lebih potensi quick win baik terhadap pendanaan dan tambahan aturan terhadap praktik persaingan pada sektor informal akan menguntungkan perusahaan-perusahaan berukuran kecil, domestik dan yang tidak melakukan ekspor. Beberapa contoh termasuk transportasi yang lebih baik dan bea cukai yang lebih efisien akan menguntungkan bagi sebagian besar perusahaan tetapi lebih kepada perusahaan asing dan yang melakukan ekspor, sementara pengelolaan pajak yang lebih efisien dan akses yang lebih baik kepada tenaga kerja yang terlatih akan sangat tepat bagi kebutuhan perusahaan-perusahaan asing. Perubahan kebijakan peraturan tenaga kerja akan memecahkan masalah utama perusahaan-perusahaan berukuran besar dan yang melakukan ekspor – dan sedikit banyak – juga masalah yang dihadapi oleh perusahaan berukuran menengah, seperti perusahaan yang menyerap bagian terbesar dari angkatan kerja manufaktur. Sebaliknya, perusahaan-perusahaan berukuran kecil, yang merupakan 90 persen dari seluruh perusahaan manufaktur di Indonesia – memandang peraturan tenaga kerja sebagai hambatan yang paling tidak penting. Dukungan akses terhadap pertanahan akan sangat bermanfaat bagi perusahaan berukuran kecil, domestik dan yang tidak melakukan ekspor, walaupun akses pertanahan THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 40 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan ini berada pada urutan yang rendah dari rintangan-rintangan usaha yang dihadapi oleh perusahaan berukuran besar, yang melakukan ekspor dan perusahaan asing. Para penyusun kebijakan harus menempatkan fokus pada penyelesaian masalah-masalah yang dapat meningkatkan iklim investasi bagi sebagian besar jenis perusahaan. Kotak 6: Iklim investasi yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas yang berasal dari luapan penelitian & pengembangan asing Seperti telah disinggung sebelumnya, Indonesia memiliki anggaran pengeluaran penelitian dan pengembangan (R&D) terhadap PDB yang paling kecil di kawasannya. Sementara hal ini berhubungan langsung dengan kapasitas Indonesia untuk melakukan inovasi, hal lain yang berpotensi meningkatkan perekonomian Indonesia adalah melalui integrasi yang lebih erat dengan ekonomi dunia, di mana Indonesia dapat mencari manfaat dari ketersediaan pengetahuan dari seluruh dunia. Transfer ilmu pengetahuan melalui perdagangan dapat diterima melalui berbagai cara, seperti dengan cara mengimpor berbagai jenis bahan setengah jadi serta mengimpor barang modal yang secara tak langsung mengadopsi teknologi asing berikut informasi-informasi yang terkandung di dalamnya; yang kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih mahal bila mengadopsi cara lainnya. Selain itu terdapat cara-cara lain untuk mengakses persediaan pengetahuan asing, diantaranya melalui penanaman modal asing, migrasi internasional dan aliran informasi lintas perbatasan. Penelitian empiris di negara-negara OECD menunjukan bahwa tingkat pendidikan angkatan kerja, iklim investasi dan kualitas sistem peradilan memainkan peranan penting dalam menentukan sejauh mana penelitian dan pengembangan (R&D) yang dibawa oleh pihak asing akan menghasilkan peningkatan produktivitas agregat terhadap ekonomi domestik (Coe dkk., 2009). Sejalan dengan itu, di Indonesia, perusahaan-perusahaan yang memiliki pegawai yang berpendidikan tinggi menggunakan lebih banyak teknologi dibanding yang lain (Blalock dan Gertler, 2009). Iklim investasi menjadi penting dikarenakan penerapan teknologi di suatu negara pasti membutuhkan realokasi sumberdaya yang cukup mahal, dan makin rendah biaya relokasi yang ada, maka makin mudah bagi perusahaan untuk melakukan inovasi. Sistem peradilan yang efektif dan terpercaya juga berperan penting. Penegakan hukum pada setiap kontrak tanpa memilah kegiatan atau lokasi ekonomi akan menfasilitasi para investor dalam mengatur dan menempatkan permodalan sesuai dengan kegunaannya, yang tentunya mempermudah proses pengadopsian teknologi. Sebagai gambaran sederhana tentang pentingnya faktor-faktor tersebut di negara-negara Asia Timur, hasil dari analisis di atas dapat digunakan untuk melihat seberapa besar ukuran jumlah faktor produktivitas (TFP) secara agregat, dalam hal ini bagaimana efisiensi penggunaan input dalam produksi, dapat dijelaskan melalui ketersediaan modal R&D yang dimiliki sendiri dan melalui jumlah luapan yang diterima yang dikarenakan oleh adanya interaksi R&D asing lewat perdagangan. Simulasi ini kemudian dapat digunakan untuk meneliti sejauh mana manfaat peningkatan dalam kualitas pendidikan atau iklim investasi dapat meningkatkan ukuran luapan (spillovers). Berdasarkan manfaat produktivitas yang diterima dari kegiatan R&D domestik, negara-negara di kawasan seperti Cina, Korea dan India, menempati posisi perolehan produktivitas yang jauh lebih tinggi dibanding Indonesia karena adanya stok modal R&D yang jauh lebih besar pula (Gambar 31). Interaksi melalui perdagangan internasional terhadap persediaan pengetahuan asing dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada tingkat produktivitas Indonesia secara agregat, yang diperkirakan memberikan tambahan 25 persen dari efek yang berasal dari R&D sendiri. Dibutuhkan penerapan kerangka kerja Coe dkk. untuk mendapatkan perkiraaan – perkiraan tersebut, dimana Indonesia dalam hal ini harus memperhitungkan persediaan modal R&D dari mitra-mitra dagangnya, tingkat interaksi perdagannya dengan para mitra tersebut, dan kemampuan ekonominya dalam menyerap pengetahuan – yang terlefleksi dalam kualitas pendidikan dan iklim investasi. Kemudian kami membandingkan persediaan modal R&D yang dimilikiIndonesia sendiri. Sebagai pembandingnya, Korea, yang dengan kemampuannya yang lebih baik dalam menyerap pengetahuan asing, menikmati peningkatan produktivitas luapan R&D asing sebesar sekitar 155 persen karena adanya R&D miliknya sendiri. Simulasi ini menunjukkan bahwa jika kualitas pendidikan di Indonesia naik ke tingkat yang dimiliki Korea, maka Indonesia akan menikmati manfaat luapan, yaitu peningkatan produktivitas sebesar dua kali lipat dari sekarang berkat persediaan modal R&D milik sendiri (Gambar 32). Sejalan dengan itu, peningkatan dalam iklim investasi juga dapat mendorong peningkatan yang cukup besar dalam menfaat luapan tersebut. Cakupan peningkatan produktivitas karena luapan R&D internasional dapat berukuran cukup besar dan dapat melengkapi peningkatan R&D domestik di masa depan. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 41 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar 31: R&D domestik yang relatif rendah Gambar 32: …tetapi peningkatan pendidikan atau iklim mengakibatkan perkiraan peningkatan produktivitas yang investasi dapat mendorong luapan produktivitas dari R&D relatif rendah… asing (normalisasi perkiraan peningkatan produktivitas dari (Peningkatan produktivitas Indonesia yang disimulasikan dan modal R&D sendiri relatif terhadap yang ada di Indonesia) diperkirakan dari luapan internasional R&D asing relatif terhadap peningkatan produktivitas dari persediaan modal R&D milik sendiri)) Estimated productivity gains (gains from own R&D Estimated productivity gains (Indonesia=1) 1.6 1.6 capital stock=1) 2.5 2.5 1.4 1.4 2.0 2.0 1.2 1.2 1.0 1.0 1.5 1.5 0.8 0.8 1.0 1.0 0.6 0.6 0.5 0.5 0.4 0.4 0.0 0.0 0.2 0.2 Current gains due Simulated gains Simulated gains 0.0 0.0 to spillovers from spillovers from spillovers via international if education if "Ease of Doing exposure improves to Business" Korea's levels improves to mid- rank Catatan: Angka-angka ini didapat dari penyusunan Catatan: Peningkatan luapan internasional yang ada dihitung persediaan modal R&D dan menggabungkannya dengan berdasarkan persediaan modal R&D milik mitra-mitra dagang perkiraan elastisitas TFP dalam kaitannya dengan Indonesia, eksposur terhadapnya dan kemampuan persediaan modal R&D penyerapan dari ekonomi negara Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan perkiraan perkiraan elastisitas Coe dkk. (2009) dan Data WDI elastisitas Coe dkk. (2009) dan data dari WDI, Comtrade, tentang persediaan R&D World Economic Forum dan pangkalan data Doing Business Catatan: Untuk mendapatkan rincian lebih lanjut lihat Coe, D., E. Helpman dan A. Hoffmaister (2009) “International R&D spillovers and institutions�, European Economic Review, 53, pp.: 723-741. dan Blalock, G. dan P. Gertler (2009) “How firm capabilities affect who benefits from foreign technologies�, Journal of Development Economics, 90, pp.: 192-199 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 42 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan 2. Inovasi dan R&D di Indonesia Produktivitas adalah inti Produktivitas, atau kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak dengan jumlah input dari pembangunan yang sama, adalah inti dari pembangunan ekonomi, yang menjelaskan hingga setengah ekonomi… 11 dari perbedaan pendapatan per kapita antar negara. Negara-negara yang memiliki sumber daya input yang sama memiliki tingkat produksi yang berbeda-beda yang sebagian penyebabnya adalah perbedaan dalam kualitas sumber daya dan perbedaan dalam teknologi. Peningkatan produktivitas dapat diwujudkan dalam sebuah rangkaian proses baru untuk menciptakan produk yang sama dengan penggunaan input yang lebih hemat, juga dapat diwujudkan dalam sebuah perkenalan produk baru atau pun perbaikan sebuah produk dengan nilai yang lebih tinggi, cara baru untuk menjual suatu produk atau membuka pasar baru, atau perubahan organisasi untuk memperbaiki penyampaian produk atau jasa. Aspek-aspek produksi, distribusi dan konsumsi produk-produk adalah apa yang kita kenal sebagai “teknologi� dan peningkatannya, secara sederhana kita sebut sebagai “inovasi�. …dan perbaikan Jika Indonesia hendak mencapai target pertumbuhannya yang tinggi maka investasi pada lingkungan yang modal fisik dan infrastruktur dan sumberdaya manusia harus disertai oleh peningkatan mendukung tumbuhnya produktivitas. Hal ini diakui oleh Pemerintah seperti tertera dalam Master Plan 2011-2025 R&D di Indonesia dapat (lihat Laporan Triwulan Perekomian Indonesia edisi bulan Juni 2011), dengan adanya berperan penting dalam meningkatkan pencanangan target investasi penelitian & pengembangan (R&D) yang tinggi dan dengan produktivitas dan beberapa perubahan kebijakan yang dijumpai belakangan ini. Belanja untuk R&D dapat mendorong pertumbuhan mendukung dan mendorong proses kemajuan teknologi, tetapi pengeluaran itu harus jangka menengah disalurkan secara efektif. Pengembalian terbesar dalam hal inovasi dalam negara-negara menjadi 7 persen ke atas berkembang datang dari adaptasi teknologi dan penggunaan teknologi yang ada. Inilah sebabnya mengapa pengeluaran saja tidaklah cukup, dan memiliki saluran yang tepat untuk memanfaatkan pengeluaran itu adalah sangat penting untuk memetik manfaat- manfaat dari investasi R&D. Sebagai pengantar singkat untuk masalah yang penting ini, bagian ini memberikan tinjauan singkat atas kinerja R&D terbaru dan menyoroti pentingnya pengaturan keahlian dan kelembagaan untuk mendorong peningkatan kinerja yang akan datang. a. Mengapa inovasi dan R&D itu penting? Di negara-negara Kemajuan teknologi dapat dicapai melalui sejumlah jalur yang berbeda. Di satu sisi, berkembang, komponen kemajuan dapat dicapai dengan penggunaan dan adaptasi teknologi yang ada yang terbesar dalam digunakan pada negara atau perusahaan lain. Di sisi yang lain, kemajuan juga dapat perkembangan teknologi dicapai melalui inovasi yang meningkatkan ambang batas pengetahuan yang ada. berasal dari mengadopsi teknologi yang ada dan Pembangunan teknologi baru atau percobaan proses produksi yang baru merupakan kemampuan usaha yang penuh risiko dan memakan biaya. Dengan menggunakan pengetahuan yang mengadaptasikannya ke ada, upaya penemuan dan komersialisasi teknologi yang baru akan membutuhkan dalam konteks lokal sumberdaya manusia yang sangat terlatih yang cukup besar, peralatan yang canggih (yang umumnya berbiaya tinggi), manajemen risiko yang efektif yang memberikan insenif bagi lahirnya penemuan baru, dan sistem pendanaan yang matang untuk memastikan ketersediaan modal bagi upaya komersialisasi. Syarat-syarat tersebut umumnya kurang memadai di banyak negara-negara berkembang. Tetapi bukan berarti bahwa negara- negara berkembang tidak dapat menghasilkan teknologi-teknologi baru yang dapat bersaing dalam kancah pengetahuan internasional, seperti yang dimiliki oleh Brasil dalam keahliannya melakukan pengeboran minyak yang di wilayah laut sangat dalam. Bagi negara-negara berkembang, komponen terbesar dari perkembangan teknologinya secara historis bergantung pada penggunaan teknologi yang ada dan kemampuan beradaptasinya dalam konteks lokal (Bank Dunia, 2008). Pengeluaran untuk R&D, Sementara transfer teknologi terjadi melalui beberapa jalur (seperti melalui Penanaman bila disalurkan dengan Modal Asing atau PMA, lisensi dan impor barang-barang modal), investasi R&D efisien, dapat menjadi memegang peranan penting dalam mempercepat proses penggunaan teknologi ketika alat yang efektif untuk 12 hubungan antara badan-badan R&D dan sektor produktif telah dibangun. Investasi R&D mendorong inovasi… dapat memiliki tiga bentuk: Riset Dasar (tidak ada penerapan yang dirancang untuk 11 World Bank (2008), Global Economic Prospects: Technology and Technological Diffusion in Developing Countries. http://go.worldbank.org/TC26UFESJ0 12 World Bank (2008) menyoroti pentingnya investasi R&D dan hubungan antara badan-badan R&D dan sektor produktif sebagai salah satu saluran utama penerapan teknologi. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 43 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan penelitian yang dilakukan), Riset Terapan (penyusunan penerapan baru dari teknologi yang ada) dan Pembangunan (secara khusus membangun dan melakukan komersialisasi proses baru atau produk baru). Susunan belanja R&D berbeda-beda antar negara, tetapi pengeluaran untuk riset terapan dan pembangunan biasanya merupakan bagian terbesar pada negara-negara berkembang, dengan dua per tiga pengeluaran umumnya dihabiskan untuk pembangunan. Bagian pengeluaran riset dasar hanyalah kecil, bahkan pada negara-negara OECD (OECD Science, Technology and Industry). …dan telah menunjukkan Berdasarkan pengembalian (return) dari pengeluaran R&D yang diestimasi pada tingkat menghasilkan pabrik, perusahaan, industri dan negara, dimana ukuran pengembalian itu sangat pengembalian ekonomis berbeda-beda bergantung pada data dan metodologi yang digunakan, biasanya selalu yang positif dan didapati estimasi korelasi positif antara keduanya dan secara konsisten berukuran signifikan secara konsisten besar.13 Estimasi dari pengembalian R&D swasta menunjukan bahwa manfaat ekonomi yang dinikmati oleh perusahaan yang melakukan investasi R&D berada pada kisaran 10- 20 persen dan cenderung melampaui pengembalian dari modal fisik mereka. Pengembalian secara sosial, yang di dalamnya termasuk pengaruh luapan investasi R&D, menunjukan angka yang lebih besar dan signifikan, bahkan melampaui 100 persen pada beberapa estimasi. Akan tetapi sebagian besar penelitian itu menggunakan data yang berasal dari negara-negara maju. Di tingkat negara, sebagian besar estimasi pengembalian R&D negara berkembang, diukur sebagai elastisitas per PDB per kapita terhadap investasi R&D, menghasilkan pengembalian yang besar, yang bahkan melampaui pengembalian di negara-negara 14 maju. Lederman dan Maloney (2003) , sebagai contoh, menemukan tingkat pengembalian pada kisaran 78 persen secara keseluruhan negara-negara sampel, dan negara-negara berkembang menunjukkan tingkat yang bahkan lebih tinggi dari itu. Dengan perbedaan pengembalian per tingkat pendapatan, tingkat pengembalian bagi negara-negara berpenghasilan menengah diperkirakan berada pada kisaran 60 persen, sementara tingkat pengembalian bagi negara-negara miskin mendekati 100 persen. Perkiraan tingkat pengembalian di negara-negara yang kaya akan sumberdaya alam berada pada tingkat yang lebih tinggi, tetapi negara-negara tersebut cenderung memiliki pengeluaran R&D yang kecil, seperti yang ditunjukkan oleh Indonesia. Informasi mengenai Literatur yang berkembang saat ini umumnya bersifat deskriptif, menjumlahkan karakteristik investasi sumberdaya dan lembaga yang ada dan sebagian besar berfokus pada R&D di sektor R&D di Indonesia saat ini pertanian.15 Gert-Jan Stads, Haryono dan Siti Nurjayanti (2007) memberikan gambaran masih sulit didapatkan yang menyeluruh akan R&D pertanian di Indonesia hingga tahun 2003, menyoroti dan belum ditemukan informasi mengenai fragmentasi dan rendahnya ketersediaan peneliti dan sumberdaya dan keterlibatan sektor perkiraan tingkat swasta yang relatif tinggi di dalam R&D pertanian (dibanding R&D pada sektor lain). pengembalian dari Hanya sedikit informasi yang tersedia mengenai penggunaan teknologi oleh sektor investasi R&D produktif, baik dalam bidang pertanian dan manufaktur atau tentang komersialisasi teknologi di Indonesia. Wie (2005) membahas pentingnya jalur yang berbeda-beda dalam melakukan transfer teknologi, dan menyoroti penanaman modal langsung, perjanjian lisensi teknis tanpa penyertaan modal dari pemberi lisensi asing, impor barang modal dan partisipasi dalam perdagangan dunia sebagai saluran-saluran utama bagi transfer, tetapi menggunakan data dari tahun 1990an dan tidak memberikan informasi mengenai pengunaan teknologi yang sebenarnya yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Kesadaran teknologi yang rendah dipertanyatakan oleh Simmamora dan Rahayu (2009) sebagai penghalang utama bagi penggunaan teknologi, menurut survei para pelaksana perusahaan pada 53 asosiasi industri. Akhirnya, Survei Iklim Investasi 13 Lihat Hall, B.H. dan Rosenberg, N., 2011, Handbook of the Economics of Innovation for a comprehensive survey of estimates of the return to R&D investment. 14 Lederman, D.dan Maloney, W.F., 2003, R&D and Development. World Bank Policy Research Working Paper No. 3024. 15 Lihat, contohnya, Gert-Jan Stads, H. and Nurjayanti, S., 2007, “Agricultural R&D in Indonesia: Policy, Investments and Institutional Profile November�, International Food Policy Research Institute and Indonesian Agency for Agricultural Research and Development; Wie, T.K., 2005, “The Major Channels of International Technology Transfer to Indonesia: An Assessment" Journal of the Asia Pacific Economy, Vol. 10, No. 2, pp. 214–236; Simmamora, N. and Rahayu, S., 2010, “Do Indonesian Entrepeneurs Have Science and Technology Awareness to enhance their Innovation?� Center for Science and Technology Development Studies, Indonesian Institute of Sciences. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 44 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Bank Dunia untuk Indonesia (2009) menunjukkan bahwa kurangnya sertifikasi kualitas dapat menjadi salah satu rintangan bagi penerapan teknologi asing melalui perjanjian lisensi. Namun secara keseluruhan, tidak ada pembahasan yang memberikan gambaran penggunaan teknologi secara menyeluruh atau perkiraan-perkiraan pengembalian investasi R&D secara spesifik di Indonesia. b. Rendahnya pengeluaran R&D Indonesia, terutama pada sektor swasta Jumlah pengeluaran Penelitian terakhir dari berbagai lembaga riset publik, universitas negeri dan sektor untuk R&D Indonesia manufaktur menunjukkan bahwa tingkat belanja R&D Indonesia terhadap PDB berada sangat rendah (0,08 16 pada 0,08 persen dari PDB di tahun 2009 , lebih rendah secara signifikan dibanding persen dari PDB di tahun negara-negara pembanding sewilayahnya, seperti Cina (1,44 persen di tahun 2007), 2009) dan secara signifikan lebih rendah Malaysia (0,63 persen di tahun 2006) dan Thailand (0,26 persen di tahun 2006). Angka itu dibandingkan dengan juga jauh di bawah tingkat pengeluaran dari negara-negara utama di Amerika Latin negara tetangganya dan (Brasil, Chili atau Argentina) atau Rusia (Gambar 33). Walaupun akhir-akhir ini telah dibandingkan dengan terjadi peningkatan , yaitu dari 0,06 menjadi 0,08 persen terhadap PDB, peningkatan perkiraan tingkat belanja itu masih jauh di bawah tingkat belanja negara-negara tetangga. Sementara di pembangunannya periode yang sama, Cina dan Malaysia telah meningkatkan investasi R&D mereka sebanyak tiga kali lipat, bahkan negara-negara dengan tingkat investasi awal yang jauh lebih rendah dari Indonesia juga makin meningkatkan investasi R&D-nya (Singapura dan Korea telah meningkatkan belanja R&D mereka sebesar 40 persen pada periode yang sama). Gambar 33: Tingkat pengeluaran untuk R&D Indonesia Gambar 34: …dan persentase pengeluaran yang rendah oleh terhadap PDB relatif rendah dan tidak tumbuh secepat sektor swasta negara pembandingnya… (pengeluaran untuk R&D sebagai persentase dari PDB) (pengeluaran untuk R&D sebagai persentase dari PDB) Persen dari PDB Persen dari PDB Government Higher Education Business 3.5 3.5 0 20 40 60 80 100 3.0 3.0 Malaysia 1996 Korea, Rep. 2.5 2.5 USA 2000 2.0 2.0 China Most recent Singapore 1.5 1.5 Russian Fed. 1.0 1.0 Philippines Chile 0.5 0.5 Mexico 0.0 0.0 Thailand Brazil Singapore India Chile Brazil Thailand Mexico Malaysia Philippines Indonesia Korea, Rep. Russian Fed. China Argentina United States Argentina India Indonesia 100 0 20 40 60 80 Persen Catatan: Tahun terakhir adalah 2007 kecuali Amerika Serikat Sumber: UNESCO Science & Technology (S&T) Indicators dan Rusia (2008), Malaysia (2006) dan Indonesia (2009) (2009), kecuali Indonesia dari LIPI Status of S&T in Indonesia Sumber: UNESCO Science & Technology (S&T) Indicators (2011) (2009), kecuali Indonesia dari LIPI Status of S&T in Indonesia (2011) Di Indonesia sekitar 80 Selain memiliki tingkat R&D yang rendah, sebagian besar pelaksanaan R&D di Indonesia persen kegiatan R&D dilakukan oleh lembaga R&D pemerintah dan universitas. Hal ini sangat berbeda dengan dilaksanakan oleh partisipasi sektor swasta yang besar yang tidak hanya terjadi di negara-negara yang lembaga pemerintah, memiliki ekonomi pengetahuan yang sangat maju seperti Korea, Singapura dan Amerika dimana sekitar setengahnya dikelola Serikat, tetapi juga di negara-negara berkembang (emerging) yang berada pada tahapan oleh universitas awal pengembangan ilmiah (seperti Cina, Malaysia dan Brasil). Di sektor swasta, sektor sementara setengahnya manufaktur hanya melakukan penelitian yang sangat sedikit, di mana hanya kurang dari lagi dikelola oleh lembaga lima persen perusahaan manufaktur di Indonesia yang melaporkan memiliki pusat R&D R&D milik pemerintah (LIPI 2011). Bagi perusahaan yang melaporkan adanya biaya R&D, keseluruhan investasi yang ditujukan untuk kegiatan R&D berjumlah kurang dari 0,1 persen. 16 Indonesian Institute of Sciences LIPI, 2011, Study on the Status of Science and Technology in Indonesia. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 45 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Kinerja Indonesia dalam Beralih ke output R&D, salah satu Gambar 35: Publikasi adalah salah satu pengukur output R&D tradisional ukuran yang paling mudah adalah output kegiatan R&D juga relatif rendah publikasi ilmiah. Baik ketika (jumlah publikasi berdasarkan negara si penulis) dibanding negara-negara 0 5,000 10,000 15,000 20,000 dinormalisasi dengan ukuran lain dengan tingkat pembangunan yang populasi atau dengan jumlah peneliti, Indonesia menempati India setara urutan yang sangat rendah bila Brazil dibandingkan dengan negara- negara berpenghasilan menengah Thailand lainnya (Gambar 35). Tidak mengejutkan, indikator-indikator Malaysia lain yang umum digunakan untuk Indonesia mengukur penciptaan pengetahuan yang lebih tinggi Philippines seperti biaya yang diterima dari royalti dan lisensi (31 juta dolar 0 5,000 10,000 15,000 20,000 Amerika, atau 0,14 sen per orang) Catatan: Jumlah artikel jurnal ilmiah dan teknis, tahun atau hak paten yang diberikan 2007 oleh Kantor Hak Paten dan Merek Sumber: World Bank World Development Indicators Dagang Amerika Serikat (18 paten pada periode tahun 2003-07) juga jauh lebih rendah dibanding misalnya Brasil (biaya royalti/lisensi sebesar 53 dolar Amerika per orang dan 141 paten), Cina (31,9 dolar Amerika per orang dan 758 paten) maupun India (13,3 dolar Amerika per orang dan and 446 paten). Indikator-indikator tersebut mengukur posisi relatif terhadap batas teknologi dan tidak selalu berupa penggunaan teknologi dan adanya perbedaan yang besar antar negara menunjukkan kebutuhan untuk memindahkan fokus investasi R&D dari riset dasar ke dukungan penggunaan teknologi yang ada. c. Pentingnya modal sumberdaya manusia dan kelembagaan bagi kinerja R&D Ketersediaan Pada tahun 2009 terdapat sekitar 65.000 staf peneliti di Indonesia, dua per tiga dari sumberdaya manusia jumlah itu adalah peneliti dan sepertiga adalah teknisi (LIPI 2011). Bagi sebuah negara yang berkualitas tinggi seukuran Indonesia, angka itu sangatlah rendah, seperti ditunjukkan pada Gambar 36 merupakan tantangan sebagai pembanding dengan jumlah populasi. Selain itu, mereka memiliki kualifikasi yang bagi kegiatan R&D di Indonesia… rendah, terutama pada sektor swasta. Universitas memiliki jumlah peneliti dengan gelar PhD atau Master yang paling banyak, diikuti oleh lembaga peneliti pemerintah lainnya (Gambar 37). Sementara itu, sebagian besar peneliti di sektor swasta memiliki gelar sarjana muda. Karena sebagian besar peneliti yang terlatih baik berada pada lembaga- lembaga pemerintah, sangatlah penting untuk menggerakkan sumberdaya itu dengan meningkatkan hubungan antara lembaga-lembaga itu dan sektor produktif. Gambar 36: Indonesia memiliki jumlah peneliti yang rendah Gambar 37: …dan kualitas peneliti cenderung rendah di dalam tenaga kerja… (jumlah peneliti) (jumlah peneliti per seribu di dalam tenaga kerja) 0 2000 4000 6000 8000 Researchers PhD Researchers Masters Researchers Bachelors Researchers Non-Degree Singapore Technicians Other support staff Korea, Rep. 30,000 30,000 Russian Fed. Argentina 25,000 25,000 Chile 20,000 20,000 Brazil Malaysia 15,000 15,000 Thailand 10,000 10,000 Vietnam Mexico 5,000 5,000 Indonesia 0 0 Philippines Manufacturing Government Higher Industry Education 0 2000 4000 6000 8000 Sumber: Unesco Institute for Statistics Sumber: Study of the Status of Science and Technology in Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) 2011 THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 46 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan …bersama dengan Sementara Kementerian Riset dan Teknologi (RISTEK) mendapat mandat untuk pengaturan kelembagaan menyusun dan melakukan koordinasi atas kebijakan ilmu pengetahuan dan teknologi dan fragmentasi sistem nasional, saat ini kapasitasnya dalam mempengaruhi penerapan kebijakan ilmu R&D, baik dalam hal pengetahuan dan teknologi menemui hambatan. Pengaruh yang paling langsung adalah sumber pendanaan maupun luasnya jajaran perannya sebagai lembaga koordinasi bagi tujuh Lembaga Pemerintah Non Kementerian, lembaga R&D (LPNK), yang merupakan pelaksana utama bagi prioritas kebijakan pemerintah dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain lembaga-lembaga riset pemerintah tersebut, kegiatan R&D juga dilaksanakan oleh sejumlah lembaga di bawah perlindungan kementerian-kementerian lainnya. Sementara hampir setiap kementerian memiliki bagian penelitiannya sendiri, yang paling menonjol adalah Kementerian Pendidikan (universitas), Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perhutanan. Pendanaan terbagi secara merata ke berbagai kementerian, yang umumnya menyalurkan pendanaan itu kepada lembaga-lembaga dengan tidak berdasarkan pada basis persaingan dan dengan rumusan pendanaan yang tidak langsung berhubungan dengan tingkat produktivitas lembaga tersebut atau dalam kaitannya dengan suatu strategi R&D yang saling mengisi dalam konteks prioritas Pemerintah yang lebih luas. Sifat sistem yang terpencar dan tidak adanya alat kebijakan yang efektif untuk melakukan koordinasi seluruh pemangku kepentingan mempersulit upaya koordinasi dan penerapan dari agenda penelitian yang terintegrasi. Tantangan lain yang berkaitan dengan fragmentasi kelembagaan adalah fragmentasi pendanaan, yang umumnya tidak berbasis pada dasar persaingan. Bermacam-macam pengalaman yang didapat dari persaingan dana hibah di Indonesia. Program persaingan hibah dana riset yang dikelola oleh RISTEK melalui Dewan Riset Nasional (DRN) telah dikelola dengan baik dan memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan cakupannya yang meningkatkan keseluruhan hasil penelitian. Rencana dan tren yang ada menunjukkan bahwa R&D secara umum sedang bergeser dari riset dasar menuju pada penerapan praktis dan penyebaran teknologi. Selain itu, terdapat kesadaran yang makin tinggi akan pentingnya peran sektor swasta serta komunitas setempat sebagai jalan untuk meningkatkan relevansi penelitian dan peningkatn pengadaan sumberdaya. Akan tetapi, program hibah yang ada hanya merupakan sebagian kecil dari keseluruhan belanja R&D, yang biasanya hanya terbatas kepada proyek satu tahun dan tidak menyertakan dana hibah yang setara dari mitra sektor swasta dan tersebar terlalu luas hingga tiap alokasi hanya mendaptkan bagian yang sangat kecil, sehingga setiap proyek hanya mendapatkan jumlah yang sangat rendah (lihat kotak di bawah untuk jenis dukungan pemerintah yang dapat diberikan untuk inovasi). Pemerintah Indonesia Indonesia telah mengambil beberapa langkah awal untuk menangani rintangan-rintangan telah menempatkan yang ada terhadap tingkat efektivitas dari sistem inovasi: ketersediaan sumberdaya inovasi sebagai bidang manusia yang berkualitas, koordinasi kebijakan yang efektif dan insentif bagi partisipasi yang diprioritaskan dan sektor swasta. Untuk meningkatkan sumberdaya manusia, Indonesia telah memperluas telah mengambil langkah- langkah yang penting akses ke pendidikan yang lebih tinggi dan melakukan investasi dalam beasiswa untuk menuju pembangunan mengirimkan para pelajar ke luar negeri dengan syarat harus kembali ke Indonesia sistem Ilmu Pengetahuan, setelah masa belajarnya usai. Akan tetapi, hal ini hanya membawa dampak jangka Teknologi dan Inovasi menengah dan panjang kepada sistem. Sementara itu, pada tingkat koordinasi kebijakan, (STI) yang efektif, tetapi pembentukan Komisi Inovasi Nasional17 (KIN) dan Master Plan 2011-2025 telah masih banyak yang harus mendorong pembangunan suatu sistem inovasi yang efektif. Pembentukan KIN sebagai dilakukan badan penasihat independen tingkat tinggi yang langsung melapor kepada Presiden menunjukkan adanya komitmen dari tingkat politik tertinggi dan pemahaman bahwa koordinasi kebijakan yang efektif merupakan hal yang amat penting. KIN telah menyusun suatu rancangan strategi STI, yang telah diserahkan kepada Presiden. Masterplan juga akan memberikan panduan yang jelas untuk mengarahkan investasi R&D. selain itu, RISTEK telah mulai melakukan revisi kepada kerangka hukum “Sistem Inovasi Nasional.� Hal-hal tersebut bergerak ke arah yang tepat, tetapi pengalaman internasional menunjukkan bahwa reformasi sistem inovasi membutuhkan waktu, upaya dan visi jangka panjang. Akan tetapi, semuanya akan memberi hasil yang baik. Jika upaya reformasi ini berhasil, maka hal itu akan merupakan suatu langkah yang besar menuju pencapaian tujuan ambisius yang ditetapkan oleh Pemerintah Indonesia bagi dirinya sendiri dan yang akan dapat membantu mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan. 17 Terdiri atas anggota dari Kementerian Riset dan Teknologi (RISTEK), Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK), kalangan akademia dan perwakilan dari sektor swasta. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 47 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Kotak 7: Dana Hibah Riset Kompetitif Dana hibah riset dapat digolongkan menjadi tiga bentuk: i) alokasi langsung kepada lembaga riset atau konsorsium penelitian, ii) hibah riset kompetitif, iii) hibah yang disetarakan (umumnya diberikan berdasarkan pertimbangan persaingan). Bila digunakan secara efektif, dana hibah itu dapat mendorong kegiatan yang beragam, seperti riset yang didorong oleh permintaan, penelitian adaptif, yang meningkatkan keterkaitan dan penyebaran teknologi baru, layanan yang didorong oleh adanya permintaan, kemitraan yang produktif dan hubungan ke pasar. Alasan pemberian hibah umumnya diasosiasikan dengan sifat barang publik dari investasi; dukungan kepada inovasi, pembelajaran atau kemitraan; atau pembalikan kegagalan pasar. Sebagai alat dari kebijakan pemerintah, hibah harus dikoordinasi dengan instrumen kebijakan lain, dan manfaatnya harus melebihi biayanya. Dalam hal dampak, hibah riset kompetitif dan hibah yang disetarakan telah menunjukkan kemampuan menghasilkan dampak-dampak yang positif dalam literatur, baik dalam kualitas 18 maupun komersialisasi riset tersebut Beberapa jenis hibah yang berbeda dapat diberikan. Hibah riset kompetitif (CRG) memberikan dana riset melalui persaingan berdasarkan penelitian ilmiah dari rekan sejawat. Dana hibah ini dapat mendorong inovasi dengan menekankan kepada upaya peneliti terhadap riset dengan prioritas yang tinggi atau bidang ketrampilan yang baru; meningkatkan relevansi dan kualitas penelitian, mendorong kemitraan riset dan menggerakkan sumberdaya penelitian. Hibah yang disetarakan (MG) adalah ketika dana dari organisasi pemberi (umumnya badan pemerintah) ditandingi dengan dana dari pihak penerima. Penggunaan hibah yang demikian makin berkembang di dunia internasional untuk mendorong generasi teknologi yang sudah mendekati tahapan pemasaran, penggunaan dan transfer teknologi, kegiatan ekonomi swasta dan keseluruhan inovasi, umumnya dengan menyertakan beberapa pemangku kepentingan. Dengan menarik pengguna teknologi dan pengetahuan di dalam kemitraan, tingkat efektivitas MG dapat melampaui CRG dalam meningkatkan penggunaan teknologi dan pengetahuan oleh para petani dan pengusaha lain. Kedua jenis hibah tidaklah bersifat ekslusif, sehingga cukup penting untuk mengetahui gabungan yang memadai dari pendanaan kompetitif, yang disetarakan dan kelembagaan untuk memberikan tanggapan yang efektif terhadap tantangan, pelaku dan kesempatan di dalam konteks yang ada. Sebagai contoh, dana hibah kompetitif umumnya dipilih untuk mendukung riset dasar atau adaptif berkualitas tinggi yang relevan atau untuk mendukung tujuan-tujuan komplementer, seperti penyebaran riset, penetapan prioritas riset, pembangunan budaya riset dan pengembangan peneliti dengan tingkat keahlian yang tinggi. Kriteria pemilihan penerima dana hibah harus mencerminkan tujuan skema dana hibah: penekanan pada relevansi, kualitas, keragaman dan pertimbangan ekonomi; dan harus relevan dengan tujuan nasional yang lebih luas. Kemitraan juga merupakan suatu kriteria yang makin meningkat. Dengan CRG, kemungkinan keberlanjutan akan meningkat ketika kriteria pemilihan menyertakan pembangunan rencana untuk menyebarkan hasil, transfer teknologi dan/atau melanjutkan riset ketika pendanaan dari hibah berakhir. MG adalah pilihan yang lebih tepat dibanding CRG ketika tujuannya adalah untuk mendorong (i) keberagaman dalam pembangunan, transfer dan penggunaan teknologi terapan (terutama antar pemberi riset dan sektor swasta); (ii) keseluruhan pembangunan sektor agribisnis (terutama melalui kemitraan yang produktif dan bantuan teknis dan jasa-jasa); atau (iii) kegiatan produktif kelompok petani, kegiatan bernilai tambah, dan infrastruktur berskala kecil, yang seringkali berkaitan dengan pendekatan pembangunan yang didorong oleh komunitas. Kriteria bagi banyak MG menekankan kepada konteks lokal, penambahan dalam investasi, penyertaan kelompok yang beragam sebagai pemangku kepentingan, dan suatu sikap untuk kemitraan (syarat utama bagi MG untuk mendorong inovasi). Tindakan yang berguna adalah memberi bobot kepada kriteria dibanding hanya memberi nilai. Bagaimanapun campuran pendanaannya, suatu langkah yang kritis dalam merancang suatu skema dana hibah adalah menentukan tema dan intervensi strategis yang mana yang akan didukung dan memastikan bahwa sumberdaya tidak disebarkan terlalu tipis, menekankan kepada intervensi prioritas dan memperkenankan pendanaan terbatas bagi kegiatan inovatif lainnya. Sumber: Diadaptasi dari Designing and Implementing Agricultural Research Grants: Lessons from Competitive Research and Matching Grants, Bank Dunia (2010) 18 Sebagian besar evaluasi dampak pada negara-negara berkembang dilakukan di Amerika Latin. Sebagai contoh Hall B dan Maffioli A (2008) “Evaluating the impact of technology development funds in emerging economies: Evidence from Latin America�, NBER Working Paper 13835. THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 48 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan LAMPIRAN: GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Gambar Lampiran1: Pertumbuhan PDB triwulanan & Gambar Lampiran 2: Kontribusi terhadap PDB (pengeluaran) tahunan (pertumbuhan trimulan-ke-triwulan, seasonally adjusted) (persen pertumbuhan) Persen Persen Persen Persen 4 8 4 4 Tahun-ketahun (RHS) 2 2 3 6 Tw-k-Tw, peny. musiman 0 0 2 (LHS) 4 Rata-rata (LHS)* -2 -2 1 2 -4 -4 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 0 0 Discrepancy Net Exports Investment Sep-04 Jun-06 Mar-08 Dec-09 Sep-11 Gov cons. Private cons. GDP * Rata-rata pertumbuhan Tw-k-Tw sejak Q3 2004 Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS dan perhitungan staf Bank Dunia Gambar Lampiran 3: Kontribusi terhadap PDB (sektor) Gambar Lampiran 4: Penjualan sepeda motor dan mobil (pertumbuhan trimulan-ke-triwulan, seasonally adjusted (bulanan, unit) Persen Persen '000 '000 3 3 900 100 Sepeda motor 2 2 (LHS) 700 80 1 1 500 60 0 0 -1 -1 300 40 Sep-07 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Mobil (RHS) Other (incl services) Trade, Hotel & Rest. Communication & transport Manufacturing Mining and Construction Agriculture 100 20 GDP Oct-08 Oct-09 Oct-10 Oct-11 Sumber: BPS melalui CEIC Sumber: CEIC Gambar Lampiran 5: Indikator konsumen Gambar Lampiran 6: Indikator kegiatan industri (indeks) (pertumbuhan tahun-ke-tahun) Indeks Indeks Persen Persen 125 350 15 60 Indeks Survey konsumen BI (LHS) Semen (RHS) 10 40 105 275 Indeks produksi industri (LHS) Indeks penjualan ritle BI (RHS) 5 20 85 200 0 0 65 125 -5 -20 Oct-08 Oct-09 Oct-10 Oct-11 Oct-08 Oct-09 Oct-10 Oct-11 Sumber: BI melalui CEIC Sumber: CEIC THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 49 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar Lampiran 7: Aliran perdagangan riil Gambar Lampiran 8: Neraca pembayaran (pertumbuhan trimulan-ke-triwulan) (miliar USD) Persen Persen Milliar USD Milliar USD 20 20 16 16 Neraca perdagangan 12 12 10 10 Impor Neraca transaksi berjalan 8 8 0 0 4 4 Ekspor 0 0 -10 -10 Errors and omissions -4 -4 Neraca modal dan Keuangan (LHS) -20 -20 -8 -8 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Sep-08 Sep-09 Sep-10 Sep-11 Sumber: CEIC Sumber: BI dan Bank Dunia Gambar Lampiran 9: Neraca perdagangan Gambar Lampiran 10: Cadangan devisa & dana modal asing (miliar USD) (miliar USD) Milliar USD Milliar USD Milliar USD Milliar USD 20 5.0 150 5.0 Surplus/deficit perdagangan Aliran masuk porfolio oleh asing (RHS) (RHS) Ekspor (LHS) 125 2.5 10 2.5 100 0.0 0 0.0 75 -2.5 -10 -2.5 Impor (LHS) 50 -5.0 Cadangan devisa (LHS) -20 -5.0 25 -7.5 Oct-08 Oct-09 Oct-10 Oct-11 Nov-08 Nov-09 Nov-10 Nov-11 Sumber: BPS dan Bank Dunia Sumber: BI dan Bank Dunia Gambar Lampiran 11: Term of trade dan implisit ekspor- Gambar Lampiran 12: Inflasi dan kebijakan moneter impor berdasarkan chained Fisher-Price indices (pertumbuhan bulan-ke-bulan & tahun-ke-tahun) (indeks 2000=100) Indeks (2000=100) Indeks (2000=100) Persen Persen 300 300 3 12 Inflasi total, tahun-ke-tahun (RHS) Terms of trade 250 250 Suku bunga BI Chained export (RHS) Inflasi inti, tahun-ke-tahun price 2 8 (RHS) 200 200 150 150 1 4 100 100 0 0 Chained import 50 50 Inflasi, triwulan-ke-triwulan price (LHS) 0 0 -1 -4 Aug-05 Aug-07 Aug-09 Aug-11 Nov-08 Nov-09 Nov-10 Nov-11 Sumber: BPS dan Bank Dunia Sumber: BPS dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 50 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar Lampiran 13: Rincian tingkat harga konsumen Gambar Lampiran 14: Tingkat inflasi negara tetangga (persentasi dari kontribusi inflasi bulanan) (pertumbuhan tahun-ke-tahun, Nopember 2011 Persen Persen Persen 1.8 1.8 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 Volatile Administered China* Core 1.2 1.2 Singapore* Headline Inflation Philippines Thailand 0.6 0.6 Indonesia Korea* 0.0 0.0 USA* Malaysia* Japan* -0.6 -0.6 Nov-08 Nov-09 Nov-10 Nov-11 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 Persen Sumber: BPS dan Bank Dunia *October merupakan data terkini Sumber: National statistics melalui CEIC, dan BPS Gambar Lampiran 15: Harga beras domestik & internasional Gambar Lampiran 16: Tingkat kemiskinan & pengangguran (Rupiah per kg) (data tahunan, persen) Rp/Kg Rp/Kg Persen Persen 11,000 11,000 25 25 Kualitas medium 9,000 Muncul I (domestic) 9,000 20 20 Thai 100% B 2nd grade Tingkat kemiskinan (international) 7,000 7,000 15 15 5,000 5,000 10 10 Tingkat pengangguran 3,000 3,000 5 5 Kualitas rendah: IR 64 III (domestic); Thai A1 Super (international) 0 0 1,000 1,000 Feb-08 Jan-09 Dec-09 Nov-10 Oct-11 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Catatan: Titik-titik adalah harga beras Thailand (cif) Catatan: Data tenaga kerja dari Sakernas Agustus Garis adalah harga beras domestic tingkat grosir Sumber: BPS, dan Bank Dunia Sumber: PIBC, FAO dan Bank Dunia Gambar Lampiran 17: Indeks saham regional Gambar Lampiran 18: Indeks spot dolar dan rupiah (indeks harian) (indeks dan tingkat harga harian) Indeks (Jan 2009=100) Indeks (Jan 2009=100) Indeks (5 Jan 2009100) IDR per USD 300 300 120.0 8,000 JCI IDR/USD (RHS) 250 250 SET 110.0 9,000 200 200 BSE Dollar Index (LHS) 100.0 10,000 150 150 Shanghai 90.0 11,000 100 100 SGX IDR Appreciation 50 50 80.0 12,000 Jan-09 Dec-09 Nov-10 Oct-11 Jan-09 Dec-09 Nov-10 Oct-11 Sumber: Bank Dunia dan CEIC Sumber: Bank Dunia dan CEIC THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 51 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Gambar Lampiran 19: Yield obligasi pemerintah 5 tahunan Gambar Lampiran 20: Spread EMBI obligasi pemerintah mata uang lokal dengan obligasi dollar amerika ( persen, harian) ( basis poin, harian) Persen Persen Basis poin Basis poin 15 15 1000 250 Indonesia 750 125 10 10 Indonesia spreads less overall EMBIG Index spreads (RHS) Philippines 500 0 5 5 Malaysia 250 -125 Thailand United States Indonesia EMBIG bond spreads (LHS) 0 0 0 -250 Jan-09 Aug-09 Mar-10 Oct-10 May-11 Dec-11 Jan-09 Sep-09 May-10 Jan-11 Sep-11 Sumber: Bank Dunia Sumber: Bank Dunia dan CEIC Gambar Lampiran 21: Tingkat kredit bank umum Gambar Lampiran 22: Indikator keuangan sektor perbankan (indeks, bulan Januari 2008=100) (bulanan, persen) Indeks (Jan 2008=100) Indeks (Jan 2008=100) Persen Persen 225 225 100 10 Indonesia 200 200 Loan to Deposit Ratio (LHS) 80 8 India 175 175 Singapore 60 6 Return on Assets 150 150 Ratio (RHS) Non-Performing Malaysia Loans (RHS) 40 4 125 125 Thailand 20 2 100 100 USA Capital Adequacy Ratio (LHS) 75 75 0 0 Jan-08 Dec-08 Nov-09 Oct-10 Sep-11 Oct-07 Oct-08 Oct-09 Oct-10 Oct-11 Sumber: CEIC dan Bank Dunia Sumber: BI dan Bank Dunia Gambar Lampiran 23: Hutang pemerintah Gambar Lampiran 24: Hutang luar negeri (persentasi dari PDB; miliar dolar) (persentasi dari PDB; miliar dolar) Persen Milliar USD Persen Milliar USD 50 250 50 250 Rasio hutang pemerintah Rasio hutang luar negeri terhadap PDB (LHS) terhadap PDB (LHS) 40 200 40 200 30 150 30 150 20 100 20 100 10 50 10 50 0 0 0 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011* Domestic debt, RHS * debt data for Oct and Public external debt, RHS * debt data for Oct and External debt, RHS projection for 2011 GDP Private external debt, RHS projection for 2011 GDP Sumber: BI dan Bank Dunia Sumber: BI dan Bank Dunia THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 52 Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Meningkatkan kesiagaan, memastikan ketahanan Lampiran Tabel 1: Realisasi dan estimasi anggaran belanja pemerintah (triliun rupiah) 2009 2010 2011 2011 (p) 2011 (p) 2012 2012 (p) Revised WB Sept WB Dec WB Dec Outcome Outcome Budget budget estimates* estimates* estimates* A. State revenue and grants 848.8 1,014.0 1,169.8 1,185.8 1,179.4 1,311.4 1,329.6 1. Tax revenue 619.9 744.1 878.6 857.1 857.4 1,310.6 985.8 a. Domestic tax 601.3 715.2 831.7 801.5 802.1 989.6 931.9 i. Income tax 317.6 356.6 431.9 419.7 419.1 520.0 487.3 - Oil and gas 50.0 58.9 65.2 65.4 64.9 60.9 66.7 - Non oil and gas 267.5 297.7 366.7 354.4 354.2 352.9 420.6 2. Non-tax revenue 227.2 267.5 286.5 328.7 322.0 278.0 343.8 o/w natural resources 139.0 170.1 192.0 213.1 204.3 177.3 212.7 i. Oil and gas 125.8 152.7 173.2 192.8 184.3 159.5 190.2 ii. Non oil and gas 12.8 17.3 18.8 20.2 20.0 17.8 22.5 B. Expenditure 937.4 1,053.5 1,320.8 1,296.7 1,295.1 1,435.4 1,414.1 1. Central government 628.8 708.7 908.3 878.6 872.8 952.5 944.7 2. Transfers to the regions 308.6 344.7 412.5 418.1 422.2 470.4 469.4 C. Primary balance 5.2 48.9 -44.4 -6.8 -9.1 -1.8 36.2 D. SURPLUS / DEFICIT (88.6) (39.5) (151.0) (111.0) (115.7) (124.0) (84.5) Deficit (percent of GDP) (1.6) (0.6) (2.1) (1.5) (1.6) (1.5) (1.0) Catatan: * Untuk penghitungan proyeksi PDB nominal, Bank Dunia menggunakan metoda perhitungan perkiraan penerimaan yang berbeda dengan perhitungan pemerintah (penjelasan lengkap lihat bagian C pada IEQ December 2011). Sumber: Depkeu dan Bank Dunia Lampiran Tabel 2: Neraca Pembayaran (milliar USD) 2009 2010 2011 2008 2009 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Balance of Paym ents -1.9 12.5 30.3 4.0 6.6 5.4 7.0 11.3 7.7 11.9 -4.0 Percent of GDP -0.4 2.3 4.3 2.6 4.1 3.1 3.7 6.1 3.9 5.6 -1.8 Current Account 0.1 10.6 5.6 3.8 1.9 1.4 1.2 1.1 2.1 0.5 0.2 Percent of GDP 0.0 2.0 0.8 2.5 1.2 0.8 0.6 0.6 1.1 0.2 0.1 Trade Balance 9.9 21.2 21.3 7.1 4.8 4.6 5.4 6.4 6.6 6.3 6.7 Net Income & Current Transfers -9.8 -10.6 -15.7 -3.3 -2.9 -3.2 -4.2 -5.4 -4.5 -5.8 -6.5 Capital & Financial Accounts -1.8 4.9 26.2 2.4 5.6 3.7 7.4 9.5 6.4 13.1 -3.4 Percent of GDP -0.4 0.9 3.7 1.6 3.5 2.1 4.0 5.1 3.3 6.2 -1.5 Direct Investment 3.4 2.6 10.7 0.8 2.5 2.3 1.7 4.2 3.2 3.5 2.4 Portfolio Investment 1.8 10.3 13.2 3.5 6.2 1.1 4.5 1.4 3.6 5.5 -4.7 Other Investment -7.3 -8.2 2.3 -1.9 -3.1 0.3 1.2 3.8 -0.4 4.1 -1.1 Errors & Om issions -0.2 -3.0 -1.6 -2.2 -0.9 0.3 -1.6 0.6 -0.8 -1.7 -0.8 Foreign Reserves* 51.6 66.1 96.2 66.1 71.8 76.3 86.6 96.2 105.7 119.7 114.5 Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode Sumber: BI danBPS THE WORLD BANK | BANK DUNIA Desember 2011 53 Investing in Indonesia’s Institutions for Inclusive and Sustainable Development