Maret 2016 Investasi swasta diperlukan PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Investasi swasta diperlukan Maret 2016 Kata pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Diop, Lead Economist, dan Hans Anand Beck, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Elitza Mileva, Country Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri dari Magda Adriani, Arsianti, Masyita Crystallin, Ahya Ihsan, Taufik Indrakesuma, Yue Man Lee, dan Violeta Vulovic. Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Jerry Kurniawan, GB Surya Ningnagara dan Nugroho Sunjoyo dibawah bimbingan Dini Sari Djalal. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Mattia Makovec Maria Monica Wihardja (Kotak 1, Harga beras), Yus Medina, Ruth Nikijuluw, Indira Maulani Hapsari (Kotak 2, Belanja modal Pemda), Massimiliano Cali, Bertine Kamphius, Neni Lestari, Henry Sandee, Santi Santobari, Andre Simangunsong, Djauhari Sitorus, Brasukra Gumilang Sudjana, dan Daniel van Tuijl (Bagian B.1, Omissions), Taufik Indrakesuma (Bagian B.2, Persepsi ketimpangan), Massimiliano Cali, Peter Milne, Sjamsu Rahardja, Henry Sandee, dan Daniel van Tuijl (Part C.1, Logistik), Gailius J. Draugelis, Tendai Gregan, Sarah Moyer (Bagian C.2, Energi). Data dan masukan utama juga diterima dari Hamidah Alatas, I Gede Putra Arsana, Isaku Endo, Puguh Imanto, Michaelino Mervisiano, Nanda Nurridzki, Muchsin Chasani Abdul Qadir, and Daim Syukriyah. Laporan ini juga mendapat tambahan masukan yang penting dari Julia M. Fraser, Shudhir Shetty, Nikola L. Spatafore, Matthew Wai-Poi, David Nellor (Australia Indonesia Partnership for Economic Governance), Amanda Apsden dan Nikhilesh Bhattacharya (Australia Department of Foreign Affairs and Trade), Joane Evans (Australian Treasury, Australia-Indonesia Government Partnership Fund). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Photo merupakan Hak Cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta dilindungi Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi emileva@worldbank.org. Daftar isi RINGKASAN EKSEKUTIF: INVESTASI SWASTA DIPERLUKAN.................................... I A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ............................................... 1 1. Pertumbuhan ekonomi dunia, aliran perdagangan dan modal tetap lemah ................................. 1 2. Kenaikan belanja fiskal mendukung pertumbuhan pada tahun 2015 ............................................ 3 3. Inflasi diperkirakan akan tetap moderat pada jangka pendek ...................................................... 5 4. Defisit neraca berjalan menyempit pada tahun 2015 namun risiko-risiko eksternal masih bertahan ...................................................................................................................... .................... 8 5. Apresiasi rupiah dan penurunan inflasi memungkinkan pelonggaran moneter ..........................10 6. Kinerja pendapatan diperkirakan akan membebani perluasan fiskal...........................................12 7. Pengentasan kemiskinan terhenti .................................................................................................18 8. Risiko-risiko dari luar negeri tetap signifikan terhadap prospek makro-fiskal ............................19 B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA .......... 21 1. Di luar sepuluh paket ekonomi: mengatasi hambatan berat ........................................................21 a. Reformasi logistik ............................................................................................................................................ 22 b. Kebijakan perdagangan ......................................................................................................... .......................... 23 c. Iklim investasi ............................................................................................................... ................................... 24 d. Pasar keuangan ................................................................................................................ ................................ 25 2. Meningkatnya dukungan publik terhadap tindakan atas ketimpangan ......................................... 27 a. Keprihatinan publik tentang kenaikan ketimpangan meningkat dalam beberapa tahun terakhir ................ 27 b. Ketimpangan yang sesungguhnya ternyata lebih buruk dibanding persepsi penduduk Indonesia .............. 28 c. Terdapat dukungan yang kuat untuk kebijakan yang mampu mengatasi penyebab utama ketimpangan ... 29 C. INDONESIA TAHUN 2016 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN ................ 32 1. Meningkatkan sistem logistik pengiriman barang di Indonesia ................................................. 32 a. Beberapa akibat dari kegagalan mereformasi sistem logistik Indonesia ....................................................... 33 b. “Gejala-gejala” paling menonjol dari buruknya logistik di Indonesia............................................................ 34 c. Reformasi yang penting dan kerangka kebijakan ............................................................................................ 41 2. Menyelaraskan penetapan harga, peraturan dan investasi untuk mendukung pengembangan energi berkelanjutan .......................................................................................................... ........... 43 a. Penetapan Harga................................................................................................................ .............................. 45 b. Peraturan ..................................................................................................................... ..................................... 46 c. Investasi..................................................................................................................... ....................................... 47 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 51 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Perlemahan aliran perdagangan global ................................................................... 2 Gambar 2: Obligasi Indonesia menawarkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi ............ 2 Gambar 3: Belanja publik mendorong pertumbuhan PDB pada kuartal empat 2015 .............. 4 Gambar 4: Sektor pertambangan masih mengalami tekanan yang signifikan ......................... 4 Gambar 5: Indikator bulanan menunjukkan sejumlah peningkatan kegiatan ekonomi .......... 4 Gambar 6: Inflasi IHK mengalami moderasi, namun tekanan harga bahan pangan masih bertahan .................................................................................................................. 5 Gambar 7: Beras semakin mahal di Indonesia dibanding luar negeri… .................................. 7 Gambar 8: …dengan harga yang lebih tinggi dimulai dari tingkat petani ............................... 7 Gambar 9: Defisit neraca berjalan menyusut secara signifikan selama tahun 2015 ................. 8 Gambar 10: Manufaktur adalah kontributor terbesar dari penurunan ekspor pada kuartal empat 2015 .............................................................................................................. 9 Gambar 11: Impor kemungkinan sudah mengalami posisi terendah pada kuartal tiga 2015 ... 9 Gambar 12: Rupiah menjadi stabil pada tiga bulan terakhir…................................................ 11 Gambar 13: …dan performa ekuitas Indonesia melampaui sebagian besar ekuitas pasar berkembang ........................................................................................................... 11 Gambar 14: Walau biaya pendanaan telah turun, suku bunga pinjaman bank masih tetap tinggi ...................................................................................................................... 1 1 Gambar 15: Pendapatan dari migas menjadi pendorong utama penurunan pendapatan 201513 Gambar 16: Belanja modal paruh dua 2015 melampaui level historis ......................................13 Gambar 17: Pengentasan kemiskinan memburuk belakangan ini ..........................................18 Gambar 18: Penduduk paling miskin Indonesia berada jauh di bawah garis kemiskinan .....18 Gambar 19: Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga dalam akses penduduk dewasa ke rekening bank ..................................................................................... 26 Gambar 20: Ketimpangan telah meningkat tajam sejak tahun 2000… ................................... 27 Gambar 21: …namun survei-survei terdahulu tentang persepsi penduduk Indonesia menemukan hanya sedikit yang menghendaki ketimpangan yang lebih rendah 27 Gambar 22: Rakyat Indonesia berpendapat bahwa distribusi pendapatan tidaklah setara ... 28 Gambar 23: Separuh responden percaya bahwa ketimpangan telah meningkat belakangan ini .......................................................................................................................... 28 Gambar 24: Sementara penduduk melihat tingginya tingkat ketimpangan, kenyataannya bahkan lebih timpang ........................................................................................... 29 Gambar 25: Mayoritas penduduk berpendapat bahwa penurunan ketimpangan adalah prioritas mendesak ............................................................................................... 29 Gambar 26: Responden percaya dalam perlindungan kaum miskin dan pembagian kekayaan yang adil................................................................................................................ 30 Gambar 27: Rantai pasokan laut Indonesia panjang dan terfragmentasi ............................... 36 Gambar 28: Lama waktu pengapalan berkorelasi kuat dengan lama waktu perputaran (turnaround time) di pelabuhan… ....................................................................... 37 Gambar 29: ... sementara volume barang muatan tidak menjelaskan lamanya waktu tunggu peti kemas ............................................................................................................. 37 Gambar 30: Pembangkit listrik berdasarkan sumber energi primer, 2014 .............................. 44 Gambar 31: Proyeksi pembangkit listrik berdasarkan sumber energi primer, 2015-2024 ....... 44 DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB.................................................................................51 Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran .................................................51 Lampiran Gambar 3: kontribusi terhadap produksi PDB .......................................................51 Lampiran Gambar 4: Penjualan sepeda motor dan mobil .......................................................51 Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen ..............................................................................51 Lampiran Gambar 6: Indikator industri penjualan ..................................................................51 Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .............................................................................. 52 Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ................................................................... 52 Lampiran Gambar 9: ekspor barang ....................................................................................... 52 Lampiran Gambar 10: Impor barang ...................................................................................... 52 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk modal ............................................ 52 Lampiran Gambar 12: Inflasi dan Kebijakan moneter ............................................................ 52 Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK .......................................................................... 53 Lampiran Gambar 14: Berbandingan Inflasi beberapa negara ............................................... 53 Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional ............................................ 53 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ............................................. 53 Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional ........................................................................ 53 Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dolar AS............................................................................. 53 Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal .. 54 Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS pemerintah EMBI ...................................... 54 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito .................... 54 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan ................................................................ 54 Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ............................................................................... 54 Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ................................................................................ 54 DAFTAR TABEL Tabel 1: Pada kasus dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan 5,1 persen untuk tahun 2016 ................................................................................................................... iii Tabel 2: Pada skenario dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan akan meningkat ke 5,1 persen pada tahun 2016 ..................................................................................... 6 Tabel 3: Defisit neraca berjalan diperkirakan akan meningkat ................................................ 9 Tabel 4: Sasaran defisit fiskal pada APBN 2016 mencapai 2,2 persen dari PDB.....................16 Tabel 5: Pemerintah daerah menyampaikan lebih dari setengah dari seluruh investasi publik .............................................................................................................................. ......17 Tabel 6: Penduduk Indonesia mendukung jaminan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan pemberantasan korupsi ............................................................................................. 30 DAFTAR LAMPIRAN TABEL Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah ............................................ 55 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran ................................................................................. 55 Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia .............................. 56 Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia ............................................. 57 DAFTAR KOTAK Kotak 1: Mengapa harga beras dalam negeri lebih tinggi dari harga internasional?................ 7 Kotak 2: Pemerintah daerah berperan penting dalam penyampaian investasi publik ............17 Kotak 3: Potret industri logistik di Indonesia ......................................................................... 40 Kotak 4: Kebijakan energi bersih di Indonesia dapat memberi manfaat secara lokal dan global ....................................................................................................................... 43 Kotak 5: Pelajaran dalam perencanaan sektor kelistrikan yang baik dari Amerika Latin ...... 47 Kotak 6: Efisiensi energi - sumber daya dalam negeri yang paling bersih, tetapi kurang dihargai .................................................................................................................... 4 9 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Ringkasan eksekutif: Investasi swasta diperlukan Indonesia perlu Pertumbuhan dunia kurang menggembirakan pada tahun 2015 dan pemulihan beradaptasi dengan bertahap diproyeksikan untuk tahun 2016. Pergerakan ekonomi global dalam perubahan ekonomi beberapa tahun ke depan akan diwarnai dengan pertumbuhan negara-negara dunia dengan berkembang besar yang lebih rendah, harga komoditas yang lebih rendah dan aliran pertumbuhan yang modal dan perdagangan yang melemah dibanding dekade yang lalu sebelum krisis melambat dan keuangan dunia. Dengan menurunnya pendapatan ekspor selama empat tahun lemahnyaharga berturut-turut, ekonomi Indonesia turut melambat pada tahun 2015. PDB tumbuh komoditas serta sebesar 4,8 persen, suatu tingkat pertumbuhan yang cukup baik, terutama bagi aliran modal dan negara eksportir komoditas, namun masih tidak mencukupi untuk menyerap jumlah perdagangan angkatan kerja dan untuk mempercepat pengentasan kemiskinan yang belakangan ini juga mencatat tren perlambatan. Untuk mempercepat laju pertumbuhan, Indonesia harus mampu beradaptasi terhadap kondisi global yang kurang menjanjikan, mengandalkan pada ekspansi fiskal untuk jangka pendek namun tetap memfokuskan pada pengembangan investasi dan menurunkan biaya usaha pada jangka menengah. Stimulus fiskal dapat Dengan peningkatan momentum pada paruh kedua tahun 2015, investasi membantu dalam pemerintah pusat meningkat sebesar 42 persen tahun-ke-tahun (yoy) pada tahun jangka pendek, 2015. Pergeseran komposisi belanja dari subsidi BBM yang kurang tepat sasaran, namun pemulihan yang menghabiskan 20 persen belanja pemerintah pusat pada tahun 2014, yang lebih kuat akan menciptakan ruang fiskal bagi kenaikan investasi publik secara signifikan yang membutuhkan mendukung ekonomi tahun lalu. Pada tahun 2016, stimulus fiskal akan dibutuhkan investasi swasta yang untuk mendukung pemulihan ekonomi. Penerimaan tampaknya akan lebih lemah lebih tinggi dibanding sasaran APBN 2016, yang sebagian besar disebabkan oleh harga-harga migas yang lebih rendah dari perkiraan. Karenanya, menjaga belanja modal membutuhkan defisit fiskal yang lebih besar pada 2,8 persen dari PDB dan pemotongan alokasi belanja non priortias. Namun di tahun 2016, ekspansi fiskal saja March 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA i Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mungkin tidak mampu mendorong pertumbuhan hingga melampaui 5 persen, karena akan bergantung pada peningkatan kegiatan sektor swasta, terutama dalam bidang investasi. Pertumbuhan Didorong oleh belanja publik, seperti disinggung di atas, pertumbuhan PDB meningkat pada meningkat menjadi 5,0 yoy pada kuartal empat tahun 2015, dari 4,7 persen pada tiga kuartal terakhir kuartal sebelumnya. Investasi tetap pemerintah pusat diperkirakan akan mengalami tahun 2015, peningkatan sebesar 74,0 persen yoy secara riil pada kuartal empat, dibanding 49,5 didukung oleh persen yoy pada kuartal sebelumnya. Namun kuatnya kinerja investasi publik ini belanja publik… menunjukkan bahwa pembentukan modal swasta semakin melemah pada kuartal akhir tahun 2015. Pertumbuhan konsumsi swasta masih tetap moderat, sementara volume ekspor dan impor terus mengalami penurunan. …sementara Penyesuaian eksternal yang signifikan tercatat pada tahun 2015, dengan defisit pendapatan ekspor, neraca berjalan turun ke 2,1 persen dari PDB, dari 3,1 persen pada tahun 2014. dari komoditas Namun perbaikan dalam neraca perdagangan adalah karena kontraksi impor yang maupun manufaktur, signifikan, sementara pendapatan ekspor turun sebesar 14,4 persen dibanding tahun terus mencatat 2014. Pada kuartal empat, lemahnya pertumbuhan global dan apresiasi kurs tukar riil penurunan sebesar 6,0 persen membebani ekspor, dengan percepatan penurunan secara yoy pada ekspor barang dan jasa. Ekspor manufaktur, kontributor terbesar kepada penurunan perdagangan secara keseluruhan, mengalami penyusutan sebesar 13,4 persen yoy. Dengan terus menurunnya harga-harga komoditas, pendapatan komoditas tetap menjadi penghambat ekspor, dengan harga migas, batubara dan minyak kelapa sawit masing-masing pengalami penurunan sebesar 42,1, 26,5 dan 19,3 persen yoy. Investasi asing ke Pada tahun 2015, saldo neraca keuangan Indonesia mengalami penurunan yang obligasi pemerintah tajam, karena modal yang mengalir keluar dari pasar-pasar berkembang pada membendung aliran pertengahan tahun. Jumlah aliran modal yang mengalir masuk ke Indonesia pada keluar modal dari tahun 2015 mengalami penurunan menjadi 17,1 miliar dolar AS dari 45 miliar dolar Indonesia pada AS pada tahun 2014. Dengan penurunan volatilitas keuangan global pada akhir kuartal empat tahun tahun lalu, aliran masuk modal portfolio bersih kuartal empat meningkat ke 4,8 2015… miliar dolar AS, di mana 3,5 miliar dolar AS merupakan investasi dalam obligasi global pemerintah. Secara keseluruhan Indonesia mencatat kinerja yang lebih baik dibanding 30 ekonomi-ekonomi berkembang yang dicatat oleh Institut Keuangan Internasional (Institute of International Finance), yang secara kumulatif (kecuali Indonesia, dan Tiongkok yang mencatat aliran keluar modal yang kuat sebesar 676 miliar dolar AS) mencatat jumlah aliran keluar modal sekitar 70 miliar dolar AS pada tahun 2015. Walau baru-baru ini minat investor asing untuk Indonesia telah membaik, risiko-risiko pendanaan luar negeri dari lemahnya perdagangan dan aliran modal masih tetap tinggi dalam jangka pendek. …menstabilkan Kenaikan aliran masuk modal ke obligasi pemerintah sejak bulan November Rupiah dan disertai mendorong apresiasi Rupiah. Selain itu, inflasi IHK, sebesar 4,4 persen yoy pada dengan penurunan bulan Februari, diperkirakan akan sejalan dengan sasaran Bank Indonesia (BI) untuk inflasi, tahun 2016. Apresiasi Rupiah dan penurunan inflasi memungkinkan BI untuk mulai memungkinkan ada melonggarkan kebijakan moneter pada bulan Januari dengan menurunkan suku nya pelonggaran bunga, masing-masing sebesar 25 basis poin. Walau dengan kondisi pendanaan kebijakan moneter dalam dan luar negeri yang lebih baik, kredit bank masih tetap ketat dan suku bunga pada tahun 2016 pinjaman masih belum mengikuti pemotongan suku bunga acuannya. Namun demikian, pelonggaran moneter tampaknya akan berjalan secara bertahap karena dua faktor berikut. Pertama, terdapat risiko inflasi IHK yang lebih tinggi dibanding March 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA ii Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia perkiraan karena harga bahan pangan dalam negeri masih tetap bergejolak, sebagian karena penundaan panen yang terkait dengan El Nino. Kedua, BI diperkirakan akan tetap memperhatikan stabilitas Rupiah di tengah terus berlanjutnya volatilitas pasar keuangan dunia. Proyeksi dasar Bank Dunia Tabel 1: Pada kasus dasar (base case), pertumbuhan PDB (baseline) memproyeksikan diproyeksikan 5,1 persen untuk tahun 2016 pertumbuhan PDB pertumbuhan PDB 2015 2016p 2017p sebesar 5,1 persen sebesar 5,1 persen (Persen PDB riil perubahan 4,8 5,1 5,3 untuk tahun 2016, pada tahun 2016 dan tahunan) direvisi turun dari 5,3 persen untuk (Persen Indeks harga proyeksi pada tahun 2017, dengan konsumen perubahan 6,4 4,0 4,6 Triwulanan edisi prospek tahunan) bulan Desember pertumbuhan yang Saldo neraca (Persen dari -2,1 -2,3 -2,5 berjalan PDB) 2015… terus bergantung (Persen dari pada ekspansi fiskal Saldo anggaran PDB) -2,5 -2,8 n.a. (Tabel 1). Proyeksi Catatan: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia pertumbuhan untuk tahun ini mengalami revisi turun sebesar 0,2 poin persentase dibanding Triwulanan edisi bulan Desember 2015. Satu alasan revisi itu adalah kondisi luar negeri yang lebih lemah dibanding perkiraan sebelumnya. Faktor kedua adalah lemahnya pertumbuhan pendapatan yang tampaknya akan menghambat kemampuan Pemerintah untuk meningkatkan belanja secara signifikan dibanding tahun lalu untuk mendukung pertumbuhan. Proyeksi kenaikan kegiatan ekonomi pada tahun 2016 juga bergantung kepada kenaikan belanja sektor swasta menjelang akhir tahun. …sementara risiko- Risiko-risiko penurunan, baik dalam maupun luar negeri, terus mendominasi risiko global yang proyeksi Bank Dunia untuk Indonesia. Harga komoditas dan permintaan impor mengarah pada dunia yang lebih rendah dibanding perkiraan dapat semakin memperlemah penurunan dan pendapatan ekspor dan keuangan negara. Walau reformasi subsidi energi lemahnya menurunkan dampak harga minyak terhadap belanja, penerimaan negara masih tetap pendapatan tetap terpengaruh secara signifikan oleh siklus harga komoditas dunia. Pendapatan migas menjadi tantangan turun dengan tajam dari 3,4 persen dari PDB pada tahun 2012 menjadi 1,1 persen besar kebijakan pada tahun 2015, yang menurunkan rasio pendapatan terhadap PDB menjadi 13,0 persen tahun lalu. Pada tahun 2014 dan 2015, Pemerintah mengambil sejumlah kebijakan jangka pendek, seperti penurunan tarif pajak untuk mendorong revaluasi aset dan meningkatkan penerimaan pajak, namun pengaruhnya tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan dari sumber daya alam. Pemerintah juga merencanakan sejumlah reformasi jangka menengah, termasuk revisi UU pajak penghasilan dan PPN. Karena terdapat jeda waktu dari kebijakan tersebut dan pengumpulan penerimaan, perubahan terhadap APBN 2016 mungkin terjadi jika pemerintah hendak mempertahankan momentum belanja modal. Setelah tahun 2016, Meskipun stimulus fiskal diperkirakan akan mendukung pertumbuhan jangka pemulihan akan pendek, pemulihan Indonesia akan bergantung pada upaya Pemerintah untuk bergantung pada menarik investasi swasta. Sejak bulan September 2015, sepuluh paket kebijakan kebijakan untuk ekonomi dengan reformasi yang komprehensif dan mencakup berbagai sektor telah meningkatkan iklim diumumkan. Bagian B.1 dari Triwulanan ini membahas langkah-langkah tambahan usaha, menarik pada sejumlah sektor utama terpilih yang memiliki potensi untuk meringankan investasi swasta yang hambatan-hambatan penting pertumbuhan di Indonesia. Sebagai contoh, lebih lebih besar, dan rendahnya persyaratan modal untuk mendirikan perusahaan logistik yang bertujuan untuk meningkatkan persaingan dan memperjelas peran otoritas pelabuhan serta March 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA iii Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia diversifikasi operator pelabuhan untuk mendukung kenaikan investasi akan meningkatkan ekonomi efisiensi logistik. Suatu sistem kajian yang terpusat akan membantu meningkatkan kualitas peraturan-peraturan perdagangan Indonesia. Pendekatan yang lebih obyektif dan sistematis untuk mencatat, menilai dan membatalkan peraturan-peraturan usaha, investasi dan perdagangan yang saling bertentangan dan tidak dibutuhkan, dan juga catatan perizinan dan pelonggaran persyaratan kandungan lokal, akan berkontribusi dalam peningkatan iklim investasi. Akhirnya, pendidikan keuangan, koordinasi kelembagaan yang lebih baik, dan perbaikan skema penjaminan kredit mikro Pemerintah dapat meningkatkan tabungan dan akses ke pendanaan. Reformasi sektor Bagian C.1 dari Triwulanan ini menyelidiki secara lebih dalam tentang masalah logistik sangat reformasi sektor logistik. Perkembangan sistem logistik pengiriman tidak dapat dibutuhkan bagi mengikuti pesatnya perkembangan ekonomi Indonesia sejak tahun 2000. Biaya perkembangan logistik lebih tinggi dibanding negara-negara tetangga akibat rendahnya pemanfaatan daerah terpencil di aset-aset logistik. Tingginya biaya tersebut juga diperburuk oleh rantai pasokan di Indonesia dan untuk daerah timur Indonesia yang panjang dan terfragmentasi. Sektor ini juga diversifikasi menghadapi waktu penyelesaian di pelabuhan (turnaround time) yang panjang, tingkat ekonomi efisiensi pelabuhan yang rendah, dan kemacetan jalan. Persyaratan birokrasi yang berat mendorong buruknya fasilitasi perdagangan dan panjangnya waktu tunggu peti kemas. Ketidakefisienan logistik semakin diperburuk dengan peraturan-peraturan yang terfrakmentasi, aturan investasi yang rumit dan pembatasan FDI. Integrasi dalam negeri Indonesia (daerah-daerah terpencil berupaya agar terhubung dengan daerah-daerah pendorong pertumbuhan), integrasi ke rantai nilai dunia (global value chain), dan diversifikasi produksi dan ekspor akan bergantung pada reformasi sistem logistik pengiriman. Transisi Indonesia Sasaran energi terbarukan Pemerintah sebesar 23 persen memberikan kesempatan ke jalur energi yang untuk mengevaluasi ulang komposisi energi (energy mix) di Indonesia demi masa lebih berkelanjutan depan energi yang lebih berkelanjutan. Pencapaian sasaran itu membutuhkan dapat didukung oleh kebijakan harga, peraturan dan investasi yang lebih tajam dan terkoordinasi. harmonisasi Penetapan harga yang lebih baik dapat mendorong insentif bagi efisiensi, produksi kebijakan harga, dan penggunaan terbarukan, dengan memperhatikan tentang bagaimana tambahan peraturan dan biaya energi terbarukan itu ditanggung. Kebijakan energi berkelanjutan investasi membutuhkan peraturan-peraturan pendukung untuk memaksimalkan efektivitasnya, seperti pada UU Panas Bumi tahun 2014. Di atas semuanya itu, pemenuhan sasaran energi pemerintah membutuhkan investasi yang direncanakan dan dipersiapkan secara hati-hati melalui proses konsultatif. Pada sektor gas, krisis kurangnya investasi dapat dijawab dengan tindakan pada tiga bidang: perencanaan investasi, revisi syarat kontrak hulu, dan peraturan usaha tengah (mid-stream). Akhirnya, Pemerintah dapat mempercepat penyelesaian sasaran akses universalnya dengan pendekatan nasional yang terkoordinir yang dapat mengidentifikasi kesempatan-kesempatan energi yang lebih bersih. Sasaran akhir dari Pada akhirnya, ukuran keberhasilan dari agenda reformasi jangka pendek dan agenda reformasi menengah Pemerintah adalah peningkatan dalam hasil-hasil pembangunan. adalah memutar Moderasi pertumbuhan ekonomi, lebih lemahnya penciptaan lapangan kerja, balik arah tren depresiasi Rupiah yang signifikan sejak tahun 2013, dan tetap tingginya inflasi harga perlambatan konsumen (terutama bahan pangan) telah mendorong perlambatan laju pengentasan pengentasan kemiskinan pada beberapa tahun terakhir, dengan kenaikan tingkat kemiskinan kemiskinan dan sebesar 0,2 poin persentase antara tahun 2014 dan 2015, menjadi 11,1 persen. Selain kenaikan itu, ketimpangan telah meningkat dengan tajam sejak awal tahun 2000an, dengan koefisien Gini, suatu ukuran kesenjangan pendapatan dengan 0 mewakili kesetaraan March 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA iv Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia ketimpangan yang yang sempurna dan 100 merupakan ketimpangan yang sempurna, meningkat dari 30 belakangan terjadi pada tahun 2000 menjadi 41 pada 2014. Survei tahun 2014 menemukan bahwa 88 persen penduduk Indonesia berpendapat bahwa penurunan ketimpangan merupakan prioritas pemerintah yang penting. Selain program-program jaminan sosial dan pemberantasan korupsi, kebijakan-kebijakan yang menciptakan kesempatan kerja yang lebih baik merupakan hal-hal teratas pada daftar kebijakan yang menurut para responden dapat memecahkan masalah ketimpangan. March 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA v Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Pertumbuhan ekonomi dunia, aliran perdagangan dan modal tetap lemah Penurunan revisi Pertumbuhan dunia kembali mengecewakan pada tahun 2015, dengan penurunan pertumbuhan dunia menjadi 2,4 persen dari 2,6 persen pada tahun 2014 (Gambar 1).1 Bank Dunia kini berarti hambatan memproyeksikan pertumbuhan dunia di bawah 3,0 persen pada tahun 2016. yang semakin besar Penyebab utama dari perlambatan pertumbuhan berkepanjangan adalah perlemahan bagi Indonesia kegiatan ekonomi di negara-negara berkembang. Perkonomian Tiongkok diperkirakan akan terus melambat dan mencapai keseimbangan baru, dengan pertumbuhan sebesar 6,7 persen pada tahun ini. Pertumbuhan ekonomi Brasil dan Russia diperkirakan akan turun untuk tahun kedua. Diantara negara-negara BRICS, hanya India yang menunjukkan pertumbuhan yang menjanjikan. Pengaruh perlambatan yang dialami negara-negara BRIC ke negara-negara lain dapat menjadi signifikan. Bank Dunia memperkirakan bahwa penurunan satu poin persentase pada laju pertumbuhan Tiongkok akan turut menurunkan laju pertumbuhan di Indonesia – melalui keterkaitan perdagangan dan keuangan – sebesar sekitar 0,4 poin persentase setelah dua tahun.2 Harga komoditas Dengan tren pertumbuhan yang lebih rendah di negara-negara berkembang utama, terus menurun… Indonesia harus beradaptasi terhadap ekonomi global dengan harga komoditas yang tetap rendah dan aliran perdagangan internasional yang lebih lemah dibanding dekade sebelum krisis keuangan dunia. Harga energi telah turun ke sekitar 50 persen dan harga non-energi ke 70 persen dari nilai-nilai tertingginya pada tahun 2011. Pada bulan Januari, Bank Dunia merevisi turun proyeksi harganya untuk komoditas- komoditas ekspor utama Indonesia tahun 2016, kecuali batubara: sebesar 19 persen untuk gas alam LNG (liquefied natural gas), 16 persen untuk karet, 13 persen untuk tembaga, dan 5 persen untuk minyak kelapa sawit.3 Perkembangan ini tampaknya 1 Bank Dunia, Januari 2016, “Global Economic Prospects: Spillovers amid weak growth.” 2 Lihat catatan kaki 1. 3 Bank Dunia, Januari 2016, “Commodity Price Outlook.” Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 1 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia akan menekan pendapatan ekspor dan pembiayaan pemerintah di Indonesia untuk jangka pendek. …dan aliran Perdagangan barang dunia mengalami kontraksi pada paruh pertama 2015, yang perdagangan sebagian besar didorong oleh penurunan permintaan impor dari negara-negara internasional telah berkembang.4 Walau perdagangan diperkirakan akan meningkat, hubungan antara menyusut perdagangan dunia dan pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan tetap lemah dibanding tahun-tahun sebelum krisis keuangan dunia (Gambar 1). Salah satu alasannya termasuk adanya perlambatan laju spesialisasi vertikal internasional, hilangnya momentum liberalisasi perdagangan, dan lebih rendahnya bagian investasi (yang memiliki kandungan impor yang lebih besar dibanding, misalnya, konsumsi swasta) dalam keseluruhan permintaan pada masa pasca krisis.5 Aliran portofolio ke Aliran keluar modal dari negara-negara berkembang, yang dimulai sejak bulan Juli Indonesia cukup 2015, telah melambat pada beberapa bulan terakhir. Menurut Institut Keuangan tinggi secara relatif Internasional (IIF), aliran modal portofolio yang masuk ke Amerika Latin kembali di tahun 2016, ke posisi positif pada bulan Januari 2016, sementara aliran keluar modal masih namun tercatat pada wilayah-wilayah lain. Indonesia kembali menarik pasar keuangan dunia ketidakpastian pada beberapa bulan terakhir, dengan aliran modal asing yang positif ke obligasi masih tetap tinggi negara sejak bulan Oktober 2015 dan ke ekuitas pada bulan Februari 2016 (setelah mengalami aliran keluar bersih selama enam bulan berturut-turut). Aset-aset Indonesia menarik bagi investor karena prospek pertumbuhan yang lebih baik dibanding negara-negara pembandingnya dan tingkat pengembalian (return) riil yang lebih besar (Gambar 2). Walau dengan penurunan yang belakangan terjadi dalam penghindaran risiko global, masih terdapat risiko pembaruan volatilitas pasar keuangan dan kenaikan biaya pinjaman. Gambar 1: Perlemahan aliran perdagangan global Gambar 2: Obligasi Indonesia menawarkan tingkat (pertumbuhan tahunan, persen) pengembalian yang lebih tinggi (imbal hasil obligasi pemerintah 1-tahun pada Januari 2016, persen) 14 10 Perdagangan global 12 8 10 8 6 6 4 4 2 2 0 0 -2 PDB global -4 -2 -6 -4 -8 -10 -12 2001 2004 2007 2010 2013 2016f Catatan: Data tahun 2016 dan 2017 adalah perkiraan. Catatan: Imbal hasil (yield) riil = yield nominal – perkiraan inflasi Sumber: World Bank; proyeksi staf Bank Dunia Consensus 2016. Sumber: Consensus; Haver; perhitungan staf Bank Dunia 4 Lihat juga Constantinescu, C., A. Mattoo, dan M. Ruta, Maret 2016, “Global trade watch: Trade developments in 2015.” 5 Lihat, misalnya, IMF, 2015, “The global trade slowdown: Cyclical or structural?”, IMF Working Paper 15/6. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2. Kenaikan belanja fiskal mendukung pertumbuhan pada tahun 2015 Sektor publik Pertumbuhan PDB secara keseluruhan untuk tahun 2015 mengalami penurunan ke berkontribusi pada 4,8 persen, dari 5,0 persen pada tahun 2014, karena kondisi luar negeri masih tetap kenaikan tidak mendukung dan lebih lemahnya daya beli yang membebani konsumsi rumah pertumbuhan tangga. Namun, karena didorong oleh kenaikan investasi publik dan belanja ekonomi di kuartal konsumsi, kegiatan ekonomi tumbuh sebesar 5,0 persen tahun ke tahun (yoy) pada empat… kuartal empat, dibanding 4,7 persen yoy pada masing-masing tiga kuartal sebelumnya (Gambar 3). Ke depannya, Bank Dunia memproyeksikan peningkatan PDB secara bertahap menjadi 5,1 persen untuk tahun 2016 dan 5,3 persen pada tahun 2017, lebih rendah dibandingkan Laporan Ekonomi Triwulanan edisi bulan Desember 2015. Dalam keadaan pertumbuhan dan perdagangan dunia yang lemah, penguatan kegiatan ekonomi di Indonesia pada jangka pendek akan bergantung pada pemeliharaan momentum belanja sektor publik selama tahun 2016. Namun pertumbuhan jangka menengah akan bergantung pada jenis reformasi struktural seperti yang dibahas pada Bagian B dan Bagian C dari Triwulanan ini. …melalui kenaikan IPeningkatan nvestasi tetap sebesar 6,9 persen yoy pada kuartal empat, yang yang signifikan sebagian besar didorong oleh belanja publik, memberikan kontribusi 2,3 poin dalam belanja persentase terhadap pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun. Laju pertumbuhan investasi modal… ini adalah yang terbesar sejak kuartal pertama tahun 2013. Menurut data realisasi anggaran sementara, belanja modal publik mencapai Rp 132,1 triliun pada kuartal empat, naik dari Rp 49,9 triliun pada kuartal sebelumnya dan Rp 26,9 triliun pada enam bulan pertama tahun 2015. Secara riil (yaitu dideflasikan dengan deflator investasi tetap implisit dari neraca nasional), investasi tetap pemerintah pusat meningkat sebesar 74,0 persen yoy pada kuartal empat dibanding 49,5 persen yoy pada kuartal sebelumnya. Namun kuatnya kinerja investasi publik tersebut menyiratkan bahwa pembentukan modal swasta semakin melemah pada kuartal terakhir tahun 2015. …dengan Belanja konsumsi swasta meningkat sebesar 5,0 persen yoy, laju yang sama seperti peningkatan pada kuartal ketiga. Prestasi itu sedikit lebih baik dibanding laju pertumbuhan konsumsi swasta sebesar 4,7 persen pada paruh pertama tahun 2015 namun masih berada di bawah dengan laju yang pertumbuhan rata-rata sebear 5,4 persen yoy selama periode 2012-2014. Pendapatan relatif moderat… rumah tangga menghadapi kendala akibat penurunan penciptaan lapangan kerja, depresiasi Rupiah yang signifikan sejak tahun 2013, dan tetap tingginya inflasi harga konsumen (terutama bahan pangan). Sebaliknya, belanja konsumsi pemerintah meningkat sebesar 7,3 persen yoy, naik dari 7,0 persen yoy pada kuartal yang lalu dan lebih dari dua kali lipat laju kenaikan pada paruh pertama tahun 2015. Konsumsi publik memberikan kontribusi sebesar 0,9 poin persentase terhadap pertumbuhan tahun-ke-tahun pada kuartal terakhir tahun 2015. …dan volume Ekspor bersih memberikan kontribusi sebesar 0,4 poin persentase terhadap ekspor dan impor pertumbuhan pada kuartal empat, turun dari 1,1 poin persentase pada kuartal tiga. yang menurun Ekspor riil kembali mengecewakan, dengan kontraksi sebesar 6,4 persen yoy secara signifikan dibanding -0,6 persen yoy pada kuartal tiga. Volume impor mengalami penurunan sebesar 8,1 persen yoy (-5,9 persen yoy pada kuartal tiga). Untuk setahun penuh, ekspor bersih berkontribusi 0,9 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB, terutama karena kompresi impor yang signifikan yang didorong oleh lemahnya permintaan dalam negeri secara keseluruhan. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 3 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 3: Belanja publik mendorong pertumbuhan Gambar 4: Sektor pertambangan masih mengalami PDB pada kuartal empat 2015 tekanan yang signifikan (kontribusi ke pertumbuhan PDB yoy, poin persentase) (kontribusi ke pertumbuhan PDB yoy, poin persentase) Stat. discrepancy* Tax-subsidy Services Net exports Financial services Transport & comm Investment Trade, hotel & rest Construction Electricty, gas & water Manufacturing 10 Government consumption Mining & quarrying Agriculture Private consumption 7 8 GDP 6 6 5 4 4 3 2 2 0 1 -2 0 -1 -4 -2 Dec-12 Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Jun-15 Dec-15 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Catatan: * Perbedaan statistik termasuk perubahan persediaan. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Produksi Dari sudut pandang produksi, produksi pertambangan dan penggalian terus pertambangan mencatat penurunan pada kuartal empat, sementara jasa dan konstruksi meningkat menurun selama (Gambar 4). Lemahnya permintaan global bagi komoditas Indonesia terus menekan empat kuartal produksi pertambangan dan penggalian yang berkontraksi sebesar 7,9 persen yoy berturut-turut, pada kuartal empat, yang membawa pertumbuhan rata-rata tahunan pada sektor itu sementara El Niño menjadi -5,1 persen. Karena pengaruh buruk El Niño dan kebakaran hutan pada menghambat paruh kedua tahun 2015, pertumbuhan sektor pertanian mengalami penurunan produksi pertanian menjadi 1,6 persen yoy, laju kuartalan paling lambat yang tercatat sejak kuartal pertama 2007. Data berfrekuensi Walau indikator-indikator Gambar 5: Indikator bulanan menunjukkan sejumlah tinggi terakhir yang terkini masih berada peningkatan kegiatan ekonomi menunjukkan di bawah tingkatnya pada (indeks dengan penyesuaian musiman, Januari 2015=100) sejumlah perbaikan tahun lalu, terdapat BI consumer confidence 115 sentimen sejumlah tanda-tanda Cement sales peningkatan kepercayaan 110 Car sales Motorcycle sales usaha dan konsumen 105 secara bulanan (Gambar 100 5). Indeks kepercayaan 95 konsumen Bank Indonesia (BI) mencatat pemulihan 90 bertahap dari penurunan 85 tajam pada bulan 80 September 2015, ketika 75 kurs Rupiah mendekati 15.000 per dolar AS, 70 namun masih tetap berada 65 di bawah tingkatnya pada Jan-15 Apr-15 Jul-15 Oct-15 Jan-16 tahun lalu. Sejalan dengan Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia itu, indikator kegiatan usaha BI meningkat secara signifikan pada bulan Januari, dari tingkatan yang sangat rendah pada tahun 2015. Walau indeks manager pembelian (purchasing managers index, PMI) Nikkei/Markit masih tetap di bawah 50, yang Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 4 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menandakan lemahnya kegiatan ekonomi, indeks itu telah meningkat dari 46,9 pada bulan November 2015 ke 48,9 pada bulan Januari 2016. Namun berlawanan dengan indikator-indikator sentimen yang sedikit membaik, realisasi penjualan dari mobil dan sepeda motor masih mencatat perlambatan. Dengan skenario Melihat ke depan, Bank Dunia memproyeksikan PDB akan meningkat menjadi 5,1 dasar, pertumbuhan persen pada tahun 2016 dan 5,3 persen pada tahun 2017. Proyeksi pertumbuhan PDB diproyeksikan tersebut telah direvisi turun sebesar 0,2 poin persentase dari proyeksi pada akan meningkat ke Triwulanan edisi bulan Desember 2015, terutama karena perlemahan kondisi luar 5,1 persen pada 2016 negeri yang lebih besar dari perkiraan (lihat Bagian 1) dan lemahnya pertumbuhan dan 5,3 persen pada penerimaan yang menghambat kemampuan Pemerintah untuk secara memadai 2017… meningkatkan belanja secara signifikan dibanding tahun lalu untuk mendukung pertumbuhan. Namun demikian, Bank Dunia memperkirakan bahwa prospek pertumbuhan tahun 2016 akan bergantung pada ekspansi fiskal, dengan peningkatan belanja sektor swasta menjelang akhir tahun. Pemeliharaan stimulus fiskal selama tahun 2016 akan membutuhkan perluasan dari defisit fiskal hingga 2,8 persen dari PDB dan pemotongan belanja-belanja yang bukan prioritas (lihat Bagian 4). …dengan Terdapat dua risiko utama yang terkait dengan skenario dasar (baseline). Pertama, bergantung pada pengumpulan penerimaan negara yang lebih rendah dari perkiraan karena kondisi risiko pendapatan luar negeri yang tidak mendukung, termasuk tetap rendahnya harga komoditas, fiskal dan sentimen dapat merintangi rencana belanja pemerintah. Kedua, tidak terdapat tanda usaha yang menjadi peningkatan dalam investasi sektor swasta baik sebagai hasil dari dorongan lebih lemah infrastruktur publik (seperti meningkatkan investasi swasta), maupun pengumuman dibanding perkiraan dan penerapan sebagian dari paket kebijakan ekonomi pemerintah (melalui peningkatan kepercayaan usaha). 3. Inflasi diperkirakan akan tetap moderat pada jangka pendek Secara keseluruhan Inflasi IHK meningkat ke Gambar 6: Inflasi IHK mengalami moderasi, namun tekanan inflasi 4,4 persen yoy pada bulan tekanan harga bahan pangan masih bertahan masih terbatas, Februari, dari 3,4 persen (perubahan yoy, persen; pengamatan terakhir November 2015) namun harga bahan yoy pada bulan Desember 12 pangan tetap volatil 2015 (Gambar 6). Inflasi inti, yang tidak menyertakan 10 Bahan pangan mentah harga energi dan bahan pangan yang lebih volatil, 8 IHK terus melambat dari 4,0 persen yoy pada akhir 6 tahun 2015 ke 3,6 persen yoy pada bulan Februari. 4 Inti Walau harga bahan pangan mengalami penurunan 2 secara bulanan pada bulan Februari, inflasi harga 0 bahan pangan mentah Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Jan-16 meningkat ke 7,6 persen Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia yoy dari 4,9 persen yoy pada bulan Desember. Terpengaruh oleh terlambatnya panen akibat El Niño, inflasi harga beras tetap signifikan, walau telah sedikit melambat, ke 4,3 persen yoy pada bulan Februari, setelah Pemerintah membuka keran impor (lihat juga Kotak 1). Apresiasi Rupiah yang akhir-akhir ini terjadi dan penurunan harga minyak dunia Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 5 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia memungkinkan PLN untuk menurunkan tarif yang tidak disubsidi sebesar Rp 100 per kWh pada bulan Januari dan Rp 20 pada bulan Februari, sehingga berkontribusi kepada penurunan inflasi. Inflasi IHK Bank Dunia memproyeksikan inflasi IHK tahunan sebesar rata-rata 4,0 persen diproyeksikan akan untuk tahun 2016, dan meningkat menjadi rata-rata 4,6 persen pada tahun 2017 tetap berada dalam sejalan dengan peningkatan bertahap dari kegiatan ekonomi. Tanggapan Pemerintah batas sasaran BI terhadap kekurangan persediaan beras pada paruh kedua tahun 2015 – yang membuka keran impor untuk sekitar 1,5 juta ton beras dari Thailand dan Vietnam – berhasil membantu membatasi tekanan harga bahan pangan. Namun, tertundanya musim panen beras utama dan harga bahan pangan diperkirakan akan tetap volatil sampai beberapa bulan ke depan. Risiko inflasi IHK yang lebih tinggi dari perkiraan dan keharusan menjaga stabilitas Rupiah di tengah volatilitas pasar keuangan dunia tampaknya akan mendorong pelonggaran moneter yang bertahap. Tabel 2: Pada skenario dasar (base case), pertumbuhan PDB diproyeksikan akan meningkat ke 5,1 persen pada tahun 2016 (persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain) Revisi Tahunan YoY pada kuartal empat terhadap tahunan 2015 2016 2017 2015 2016 2017 2016 1. Indikator ekonomi utama Jumlah pengeluaran konsumsi 4,9 5,0 5,2 5,4 4,9 5,4 0,1 Pengeluaran konsumsi swasta 4,8 4,9 5,2 5,0 5,3 5,2 -0,3 Konsumsi pemerintah 5,4 6,0 5,2 7,3 3,0 6,1 2,8 Pembentukan modal tetap bruto 5,1 5,1 5,2 6,9 4,3 5,3 0 Ekspor barang dan jasa -2,0 -3,9 3,6 -6,4 2,0 3,6 -6,2 Impor barang dan jasa -5,8 0,2 2,8 -8,1 2,3 2,8 -1,6 Produk Domestik Bruto 4,8 5,1 5,3 5,0 5,0 5,4 -0,2 2. Indikator luar negeri Neraca pembayaran (Miliar AS$) -1,1 1,5 7,7 - - - -18,5 Saldo neraca transaksi berjalan -17,8 -21,1 -26,0 - - - 1,1 (miliar AS$) Sebagai bagian dari PDB (persen) -2,1 -2,3 -2,5 - - - 0,2 Neraca perdagangan (Miliar AS$) 4,8 2,1 -1,9 - - - 0,2 Saldo neraca keuangan & modal 17,1 22,6 33,7 - - - -19,6 (miliar AS$) 3. Indikator fiskal Pendapatan pem. pusat (% dari PDB) 13,1 12,2 - - - - Pengeluaran pem. pusat (% dari PDB) 15,6 15,1 - - - - Neraca fiskal (% dari PDB) -2,5 -2,8 - - - - Neraca primer (% dari PDB) -1,2 -1,4 - - - - 4. Pengukuran ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 6,4 4,0 4,6 6,5 4,7 5,0 -0,6 Deflator PDB 4,2 4,6 4,9 4,2 4,6 4,9 0,1 PDB nominal 9,2 9,9 10,5 9,2 10,0 10,4 -0,2 5. Asumsi ekonomi Kurs tukar (Rp/AS$) 13389 13800 13800 - - - 0 Harga minyak mentah Indonesia (AS$/barel) 49 40 47 - - - -14 Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Semua angka-angka berdasarkan PDB yang direvisi dan diubah tahun dasarnya. Asumsi nilai tukar dan harga minyak mentah adalah berdasar rata-rata terbaru. Revisi-revisi adalah relatif dibanding proyeksi pada IEQ edisi bulan Oktober 2015. Sumber: BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 6 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 1: Mengapa harga beras dalam negeri lebih tinggi dari harga internasional? Pada tahun 1970an hingga 1990an, Pemerintah berhasil menstabilkan harga beras dalam negeri, yang mengikuti tren dunia jangka panjang dan relatif tidak volatil (Gambar 7). Namun dalam perkembangannya harga beras eceran di Indonesia berbeda dengan harga dunia yang semakin menurun pada beberapa tahun terakhir. Alasannya adalah lebih tingginya harga petani dan harga kulakan di Indonesia dibanding negara tetangga seperti Thailand (Gambar 8). Tingginya harga beras dalam negeri juga menguntungkan bagi pedagang kulakan dan 8,4 juta rumah tangga penanam padi yang merupakan produsen bersih, namun merugikan bagi 53 juta rumah tangga yang merupakan konsumen beras bersih.1 Gambar 7: Beras semakin mahal di Indonesia Gambar 8: …dengan harga yang lebih tinggi dimulai dibanding luar negeri… dari tingkat petani (Rupiah) (kontribusi kepada harga rata-rata beras premium tahun 2012- 2015, Rupiah) Domestic World Farm Price Wholesale Price Retail Price 16000 12,000 14000 10,000 12000 8,000 10000 8000 6,000 6000 4,000 4000 2,000 2000 0 0 1969 1979 1989 1999 2009 Indonesia Thailand Sumber: Food and Agriculture Organization, Bangkok Sumber: CEIC, perhitungan staf Bank Dunia Terdapat tiga alasan utama dari perbedaan harga beras Indonesia dan tren internasional sejak pertengahan tahun 2000an. Pertama, jumlah permintaan terus melebihi penawaran, sementara impor dibatasi. Meskipun konsumsi beras per kapita telah menurun, jumlah keseluruhan konsumsi terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan konsumsi produk turunan beras. Bersamaan dengan itu, pertumbuhan jumlah produksi sejak tahun 1990 kurang dari laju pertumbuhan yang tercatat pada periode tahun 1961-1990, dengan turunnya hasil panen sebagai pendorong utama. Kedua, keseimbangan politik telah bergeser ke kelompok lobi produsen pertanian yang terorganisasi dengan baik yang mendukung kebijakan untuk menjaga agar harga beras tetap tinggi.2 Ketiga, instrumen utama pemerintah untuk stabilisasi harga beras: operasi pasar, program pembelian beras pemerintah, dan pembatasan impor, tidak sepenuhnya berhasil mencapai tujuannya. Melihat program-program stabilisasi harga Pemerintah secara lebih rinci: Pemerintah menjual beras melalui Operasi Pasar (OP) ketika harga beras kualitas menengah berada pada 10 persen lebih tinggi dibanding rata-rata tiga bulan sebelumnya selama lebih dari satu minggu. OP biasanya dilaksanakan lebih lambat dan tidak memiliki sasaran konsumen yang baik. Program kedua adalah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang mana Bulog membeli padi atau beras dalam negeri. Selama musim panen, ketika pasokan meningkat dan harga turun, secara teori HPP akan menjadi harga paling rendah untuk produsen beras. Namun pada beberapa tahun terakhir, harga pasar selalu lebih tinggi dari HPP, merupakan suatu tanda akan kelangkaan beras di pasar. Akhirnya, kebijakan impor beras yang merupakan diskresi Pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan Bulog untuk menstabilkan harga beras, justru merintanginya. Kesulitan dalam mengantisipasi kelangkaan beras dan memilih waktu impor yang tepat telah mendorong spekulasi pasar dan perilaku penimbunan, yang semakin meningkatkan volatilitas harga beras. Berdasarkan perkiraan empiris akan faktor-faktor pendorong harga beras di pasar induk utama Jakarta, kami menemukan bahwa menjaga tingkat persediaan Bulog yang memadai akan membawa pengaruh penurunan harga yang signifikan pada bulan Januari, sebelum musim panen raya. Beras untuk penduduk miskin (Raskin), suatu program bantuan sosial, yang memberikan subsidi hingga 15 kg beras per bulan untuk rumah tangga miskin, memiliki sekitar sepuluh kali lipat pengaruh marginal dalam penurunan harga dibanding operasi pasar.3 Kami juga menemukan bukti bahwa tingginya persediaan beras kulakan dibanding penjualannya ternyata terkait dengan semakin tingginya harga beras. Hal ini sepertinya menunjukkan perilaku penimbunan yang dilakukan oleh pedagang besar/kulakan. Catatan: 1 Perhitungan berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2013. Karena Susenas tidak mengumpulkan data tentang produksi beras (kecuali pada tahun 2004), kami mewakilkan produksi beras dengan menambahkan beras yang dikonsumsi dari produksi sendiri dan beras yang dijual sebagai penghasilan utama rumah tangga dalam pertanian. 2 Fane, G., dan P. Warr, 2008, “Agricultural Protection in Indonesia,” Bulletin of Indonesian Economic Studies ”, 44:1, pp. 133-150. 3 Patut dicatat bahwa walau Raskin menetapkan penyaluran jumlah yang setara setiap bulan, sesungguhnya jumlahnya berbeda setiap bulan, yang menyebabkan perbedaan dalam harga beras. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 7 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 4. Defisit neraca berjalan menyempit pada tahun 2015 namun risiko-risiko eksternal masih bertahan Penurunan impor Penyesuaian eksternal yang Gambar 9: Defisit neraca berjalan menyusut secara yang tajam signifikan tercatat pada signifikan selama tahun 2015 dibandingkan tahun 2015, dengan defisit (miliar dolar AS) penurunan ekspor neraca berjalan menyusut Current account Direct investment pada tahun 2015, ke 2,1 persen dari PDB, 60 Portfolio investment telah meningkatkan dari 3,1 persen pada tahun Other Investment neraca luar negeri 2014 (Gambar 9). Namun Overall balance 40 Basic balance peningkatan neraca perdagangan tersebut 20 disebabkan oleh kontraksi impor secara signifikan, 0 sementara pendapatan ekspor turun sebesar 14,4 persen dibanding tahun -20 2014. Saldo neraca keuangan Indonesia turut -40 mengalami penurunan 2011 2012 2013 2014 2015 yang tajam, dengan aliran Catatan: Neraca dasar = investasi langsung + saldo neraca berjalan. keluar modal dari pasar Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia negara berkembang pada bulan Agustus 2015. Walaupun minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia belakangan ini mulai kembali, risiko-risiko pendanaan luar negeri dari lemahnya perdagangan dan aliran modal masih tetap tinggi. Penurunan Lemahnya pertumbuhan dunia dan apresiasi kurs tukar yang mencapai 6,0 persen perdagangan secara pada kuartal empat 2015 telah membebani ekspor, dengan penurunan yoy ekspor umum berlanjut barang maupun jasa semakin cepat. Ekspor manufaktur, kontributor terbesar pada kuartal empat penurunan ekspor secara keseluruhan, menyusut sebesar 13,4 persen yoy pada tahun 2015 kuartal empat. Seiring berlanjutnya penyusutan harga komoditas, pendapatan dari komoditas masih membebani ekspor, dengan migas, batubara dan minyak kelapa sawit masing-masing mencatat penurunan sebesar 42,1, 26,5 dan 19,3 persen yoy (Gambar 10). Sebaliknya, impor – lintas kelompok – tampaknya sudah tidak mencatat penurunan lebih jauh pada kuartal tiga tahun 2015, walau masih mencatat kontraksi sebesar 18,4 persen yoy pada kuartal empat (Gambar 11). Aliran masuk modal Aliran modal portofolio mencapai 4,8 miliar dolar AS pada tiga bulan terakhir tahun menguat pada 2015. Kenaikan yang signifikan dibanding 2,2 miliar dolar AS pada kuartal tiga itu kuartal empat karena didorong oleh penerbitan obligasi global pemerintah sebesar 3,5 miliar dolar AS. keberhasilan upaya Komponen lain dari neraca keuangan juga meningkat dibanding kuartal sebelumnya, pra-pendanaan dengan FDI bersih yang mencapai 2,3 miliar dolar AS. Walau dengan peningkatan pemerintah, tersebut, secara keseluruhan jumlah aliran modal yang masuk ke Indonesia pada mengurangi tekanan tahun 2015 hanya mencapai 17,1 miliar dolar AS, turun dari 45 miliar dolar AS pada pendanaan luar tahun 2014. Namun demikian, Indonesia masih lebih baik dibanding 30 negara negeri berkembang lainnya yang dicatat oleh Institut Keuangan Internasional (IIF), yang secara kumulatif (tidak termasuk Indonesia, dan Tiongkok yang mencatat aliran keluar modal yang signifikan sebesar 676 miliar dolar AS) mencatat aliran keluar sekitar 70 miliar dolar AS pada tahun 2015. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 8 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 10: Manufaktur adalah kontributor terbesar Gambar 11: Impor kemungkinan sudah mengalami dari penurunan ekspor pada kuartal empat 2015 posisi terendah pada kuartal tiga 2015 (kontribusi ke pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase) (kontribusi ke pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase) Oil and gas Coal 5 Mining Palm oil Rubber Manufacturing 0 15 Other Total exports -5 10 5 -10 0 -15 -5 -20 -10 -25 Consumer goods net of fuels -15 Fuel -30 Raw materials net of fuel -20 Capital -25 -35 Imports Dec-13 Dec-14 Dec-15 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Defisit neraca Bank Dunia merevisi proyeksi Tabel 3: Defisit neraca berjalan diperkirakan akan berjalan diperkirakan defisit neraca berjalannya meningkat akan meningkat untuk tahun 2016, dari 2,4 (miliar dolar AS kecuali dinyatakan lain) 2015 2016 2017 pada tahun 2016, persen dari PDB yang Keseluruhan neraca namun tidak sebesar diproyeksikan pada bulan pembayaran -1,1 1,5 7,7 perkiraan pada Desember lalu menjadi 2,3 Sebagai % dari PDB -0,1 0,2 0,7 Triwulanan edisi persen (Tabel 3). Alasan utama Neraca berjalan -17,8 -21,1 -26,0 bulan Desember 2015 dari revisi ini adalah prospek Sebagai % dari PDB -2,1 -2,3 -2,5 permintaan swasta dalam Neraca perdagangan 12,6 15,8 13,3 barang negeri yang lebih lemah dari Neraca perdagangan jasa -8,5 -8,4 -10,4 perkiraan. Selain itu, seiring Penerimaan -28,0 -30,7 -26,0 dengan revisi turun harga Transfer 5,5 5,4 5,4 komoditas (lihat Bagian 1), Neraca keuangan dan 17,1 22,6 33,7 modal pendapatan ekspor tampaknya Sebagai persen dari akan tetap lemah. Aliran modal 2,0 2,4 3,3 PDB masuk diproyeksikan akan Investasi langsung 9,3 9,6 11,4 meningkat dibanding tahun Investasi portofolio 16,7 14,9 20,9 Derivatif keuangan -0,0 -0,1 -0,1 2015, sejalan dengan perkiraan Investasi lain -8,9 -1,9 1,4 peningkatan aliran modal ke Catatan: ekonomi-ekonomi Neraca dasar -8,5 -11,4 -14,6 berkembang secara umum. Sebagai % dari PDB -1,0 -1,2 -1,4 Walau dengan kebutuhan Catatan: Neraca dasar = saldo neraca berjalan + investasi pendanaan yang lebih tinggi langsung bersih. Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia pada tahun 2016 (lihat Bagian 4), aliran obligasi pemerintah tampaknya akan lebih rendah karena pra-pendanaan pemerintah sebesar 3,5 miliar dolar AS pada bulan Desember 2015. Keseluruhan neraca pembayaran diperkirakan akan meningkat ke 1,5 miliar dolar AS atau 0,2 persen dari PDB pada tahun 2016, yang akan mendorong akumulasi bersih devisa asing. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 9 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 5. Apresiasi rupiah dan penurunan inflasi memungkinkan pelonggaran moneter Indonesia kembali Kenaikan aliran masuk modal ke obligasi pemerintah Indonesia sejak bulan menarik bagi pasar November memberi kontribusi kepada stabilisasi Rupiah. Aset-aset Indonesia keuangan dunia berhasil melampaui aset-aset pasar berkembang pada beberapa bulan terakhir. Rupiah yang lebih kuat dan inflasi yang lebih rendah memungkinkan BI untuk mulai melonggarkan kebijakan moneternya pada bulan Januari. Namun demikian, kondisi kredit bank masih tetap ketat. Untuk memperkuat daya tahan sektor perbankan, otoritas pengawas menebitkan sejumlah peraturan makro-prudensial yang baru. Rupiah mencatat Dengan penurunan volatilitas keuangan dunia menjelang akhir tahun 2015, Rupiah apresiasi selama tiga mencatat apresiasi sebesar 3,8 persen terhadap dolar AS antara 30 November dan 8 bulan terakhir… Maret (Gambar 12). Kuatnya aliran masuk modal asing ke obligasi pemerintah, termasuk penerbitan obligasi global sebesar 3,5 miliar dolar AS pada bulan Desember, telah mendukung penguatan Rupiah. Aliran keluar modal ekuitas bersih dari Indonesia melambat di bulan Desember dan berbalik arah menjadi aliran masuk modal bersih pada bulan Februari 2016. Rupiah berhasil melampaui ekonomi- ekonomi berkembang lainnya pada beberapa bulan terakhir. Sejak akhir bulan November hingga 8 Maret, indeks JP Morgan Emerging Market Currency Index (EMCI) mencatat penyusutan sebesar 1,1 persen. …dan ekuitas Walau terjadi aliran keluar modal pasar ekuitas pada bulan Desember dan Januari, Indonesia Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meningkat sebesar 4,7 persen antara melampaui ekuitas tanggal 30 November dan 8 Maret (Gambar 13). IHSG mencatat kenaikan tajam dari pasar-pasar sebesar 8,9 persen antara tanggal 21 Januari dan 5 Februari seiring kenaikan indeks berkembang saham negara-negara berkembang setelah Bank Sentral Jepang mengumumkan kebijakan stimulus baru dan kenaikan harga minyak. Didorong oleh investor dalam negeri (hingga bulan Februari), pasar ekuitas Indonesia belakangan ini lebih baik dibandingkan dengan negara-negara berkembang (Gambar 13). Sektor-sektor dengan prestasi terbaik tahun ini hingga tanggal 8 Maret adalah barang konsumsi (meningkat sebesar 13,0 persen), manufaktur (meningkat 10,5 persen), dan aneka industri (meningkat 8,4 persen), mengisyaratkan prospek yang lebih baik untuk investasi dan konsumsi swasta,. Di sisi lain, sektor-sektor yang mencatat penurunan adalah perdagangan (turun sebesar 2,2 persen) dan properti (turun sebesar 2,3 persen). Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 10 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 12: Rupiah menjadi stabil pada tiga bulan Gambar 13: …dan performa ekuitas Indonesia terakhir… melampaui sebagian besar ekuitas pasar berkembang (indeks, 30 November 2015 = 100) (perubahan antara 30 November 2015 dan 8 Maret 2016, persen) 106 JP Morgan EMCI USD/IDR Turkey 104 Thailand 102 South Africa 100 Philippines 98 Malaysia 96 Indonesia 94 China 92 Brazil 90 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 -20 -15 -10 -5 0 5 10 Sumber: BI; JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Pelonggaran Dengan stabilisasi Rupiah Gambar 14: Walau biaya pendanaan telah turun, kebijakan moneter belakangan ini dan suku bunga pinjaman bank masih tetap tinggi belum penurunan inflasi sesuai (persen per tahun) ditransmisikan pada dengan sasaran BI, bank 14 penuruna suku sentral memotong suku suku bunga pinjaman investasi bunga pinjaman bunga acuan sebanyak dua 12 kali, masing-masing sebesar 25 basis poin, pada tanggal 14 Januari dan 18 Februari 10 JIBOR 3-bulanan 2016, menjadi 7,0 persen. BI rate Pada rapat formulasi 8 kebijakan kedua, BI juga menurunkan suku bunga simpanan dan pinjaman 6 masing-masing sebesar 25 basis poin dan menurunkan 4 rasio cadangan wajib Rupiah Feb-15 May-15 Aug-15 Nov-15 Feb-16 sebesar 100 basis poin, Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia menjadi 6,5 persen. Suku bunga pasar antar-bank ikut turun mengikuti perubahan kebijakan tersebut (Gambar 14). Namun kondisi pendanaan yang lebih baik, sebagai akibat dari pelonggaran moneter dalam negeri dan kenaikan pendanaan luar negeri sejak bulan November 2015, belum berhasil menurunkan suku bunga pinjaman dalam negeri (Gambar 14). Kebijakan makro- BI meluncurkan penyangga modal kontrasiklikal yang mewajibkan bank-bank untuk prudensial yang baru membentuk tambahan modal selama keadaan ekonomi yang baik, , sesuai dengan bertujuan untuk Basel III, yang merupakan sebuah kerangka peraturan global bagi kecukupan memperkuat permodalan bank, pengujian stres (stress test) dan risiko likuiditas pasar,. Tujuan dari ketahanan sektor kebijakan makro-prudensial ini adalah untuk melindungi bank-bank dari perilaku perbankan pengambilan risiko yang berlebihan selama masa peningkatan ekonomi, yang dapat meningkatkan risiko sistemik perbankan. Besarnya penyangga kontrasiklikal ini berkisar dari nol hingga 2,5 persen dari aktiva tertimbang menurut risiko. BI kini menetapkan besarannya pada nol persen dan akan meninjau besarannya setidaknya Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 11 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia sekali setiap enam bulan. Sejalan dengan kebijakan ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan peraturan untuk menentukan bank-bank yang penting secara sistematis dan kewajiban modal bagi bank-bank itu yang bertujuan untuk meminimalkan risiko kegagalan bank secara sistemik. Kedua peraturan itu diharapkan akan memperkuat ketahanan sektor perbankan terhadap potensi risiko kerugian pada waktu memburuknya ekonomi. 6. Kinerja pendapatan diperkirakan akan membebani perluasan fiskal Kebijakan fiskal Defisit fiskal yang lebih besar, serta penurunan belanja subsidi energi dan transfer bagi mampu mendorong hasil sumber daya alam ke pemerintah daerah, memungkinkan Pemerintah untuk pertumbuhan pada menjaga alokasi investasi publik di tengah penerimaan yang lebih rendah dari semester dua 2015, perkiraan. Realisasi sementara defisit fiskal tahun 2015 mencapai 2,5 persen dari PDB, walau dengan lebih tinggi dibanding sasaran APBN-P sebesar 1,9 persen. Realisasi pendapatan dan lemahnya realisasi pencairan belanja mencatat kenaikan yang signifikan pada bulan Desember, dengan pendapatan hasil bulanan yang lebih kuat dibanding pada tahun-tahun yang lalu. Pemerintah berhasil membatasi risiko keuangan dari sasaran defisit yang lebih tinggi dengan mempercepat penerbitan obligasi dan meminjam dari donor-donor multilateral. Kementerian Keuangan bahkan mendapatkan pemasukan sebesar Rp 341,2 triliun (3,0 persen dari PDB) hutang bersih untuk mendanai kebutuhan tahun 2015 dan tambahan sebesar 3,5 miliar dolar AS untuk pendanaan awal anggaran tahun 2016.6 Pendapatan, Jumlah realisasi pendapatan awal tahun 2015 mencapai Rp 1.504 triliun, yang terutama dari sektor merupakan Rp 258 triliun di bawah sasaran APBN-P dan 3,0 persen lebih rendah migas, menurun dibanding tahun 2014 (Tabel 4). Penerimaan migas memberikan kontribusi sebesar pada 2015… 11,4 poin persentase terhadap penurunan keseluruhan pendapatan, karena penyusutan yang signifikan pada harga migas internasional dan produksi minyak yang lebih rendah dari sasaran (Gambar 15). Walau lebih rendah sebesar Rp 249 triliun dari sasaran pada APBN-P, penerimaan pajak meningkat sebesar 8,5 persen pada tahun 2015. Pada khususnya, pungutan pajak pada bulan Desember meningkat secara signifikan menjadi Rp 225 triliun, dibanding rata-rata pada periode bulan Januari-November sebesar Rp 92 triliun per bulan dan dengan pungutan pada bulan Desember 2014 sebesar Rp 144 triliun. Kenaikan yang kuat pada bulan Desember itu tercatat untuk seluruh kelompok pajak utama, termasuk pajak penghasilan bukan migas, PPN dan cukai. …walau dengan Meskipun secara historis Desember adalah bulan dengan pungutan pajak yang paling tingginya realisasi besar, peningkatan yang terjadi pada tahun 2015 berjumlah jauh lebih besar pendapatan dan bea dibanding tahun-tahun yang lampau. Alasan utama dari peningkatan itu adalah cukai yang tidak fasilitas revaluasi aset tetap.7 Antara 15 Oktober 2015, ketika fasilitas itu ditetapkan, biasa pada bulan dan 31 Desember 2015, jumlah penerimaan pajak dari revaluasi aset mencapai Rp Desember 20,1 triliun.8 Selain itu, perubahan peraturan pembayaran cukai bagi produsen 6 Kementerian Keuangan, Februari 2016, Profil Pinjaman Pemerintah Pusat: http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/loadViewer?idViewer=5769&action=download. 7 Fasilitas ini memungkinkan perorangan dan perusahaan untuk mengajukan permohonan revaluasi aset tetap mereka, dengan peningkatan aset tetap sebagai hasil revaluasi (yaitu perbedaan antara nilai baru aset dan nilai buku pajak sebelum revaluasi) yang dipungut dengan tarif “pajak penghasilan final” yang lebih rendah dari 3 hingga 6 persen, bergantung pada waktu penyerahan permohonan tersebut. Tarif itu lebih rendah dibanding tarif standar sebesar 10 persen yang tercantum pada UU Pajak Penghasilan. 8 http://www.indonesia-investments.com/news/todays-headlines/tax-in-indonesia-asset-revaluation- generates-additional-tax-revenue/item6458. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 12 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia tembakau menghasilkan peningkatan empat kali lipat dalam pungutan cukai bulanan, menjadi Rp 37,2 triliun pada bulan Desember.9 Menjaga momentum Pemerintah meningkatkan defisit fiskal ke 2,5 persen dari PDB pada tahun 2015 dari belanja infrastruktur sasaran 1,9 persen dari PDB pada APBN-P, untuk menjaga investasi publik. Lebih merupakan prioritas rendahnya alokasi subsidi energi dan transfer bagi hasil pendapatan sumber daya pada paruh kedua alam ke para pemerintah daerah turut memberikan sejumlah ruang fiskal. Selain itu, tahun 2015 Pemerintah membuat sejumlah penyesuaian pengeluaran: menggunakan ruang yang disediakan oleh anggaran darurat; meluncurkan peraturan seperti aturan yang lebih ketat untuk belanja perjalanan dan rapat untuk mengelola dan mengendalikan pengeluaran lain;serta meningkatkan pengawasan penyerapan anggaran.10 Sebagai akibatnya, belanja modal meningkat sebesar 42 persen dibanding tahun 2014, walau masih 24 persen lebih rendah dibanding sasaran yang ditetapkan dalam APBN-P (Gambar 16). Gambar 15: Pendapatan dari migas menjadi Gambar 16: Belanja modal paruh dua 2015 melampaui pendorong utama penurunan pendapatan 2015 level historis (kontribusi ke pertumbuhan pendapatan nominal yoy, poin (triliun Rupiah) persentase) 15 250 10 2015 200 5 2013 150 2014 0 O&G related revenues 100 -5 Income taxes N-O&G VAT/LGST Excises International trade taxes 50 -10 Other Total revenues -15 0 2013 2014 2015 Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Catatan: O&G adalah migas, N-O&G adalah non-migas; LGST Catatan: Grafik batang adalah pencairan belanja bulanan, garis adalah PPnBM. adalah jumlah belanja. Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Pada tahun 2016, Melihat ke tahun 2016, APBN yang disetujui pada bulan Oktober 2015 menetapkan Pemerintah target pendapatan sebesar Rp 1.822 triliun, jumlah yang lebih tinggi sebesar 3,4 diperkirakan akan persen dari APBN-P 2015 dan 21,1 persen lebih tinggi dari realisasi sementara menurunkan pendapatan tahun 2015. Proyeksi ini mengasumsikan penurunan dalam penerimaan penerimaan migas terkait migas karena rendahnya harga migas. Di saat yang sama, penerimaan pajak bukan migas diproyeksikan mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 29,6 9 Peraturan Menteri Keuangan PMK-20/2015, terbit pada 2 Februari 2015. Sebelumnya, produsen dapat menunda pembayaran cukai selama 2 bulan setelah memesan pita cukai, tidak tergantung bulannya. Mulai tahun 2015, semua pembayaran untuk pemesanan pita harus dilakukan pada tanggal 31 Desember tahun tersebut. Akibatnya, pembayaran cukai bulan Desember 2015 sebesar Rp 37,3 triliun merupakan pembayaran untuk bulan Oktober, November dan Desember 2015 (termasuk pembayaran awal sekitar Rp 7 triliun untuk tahun 2016). 10 Presiden membentuk tim baru, TEPRA (lihat bagian A.6 Triwulanan edisi Desember 2015), untuk memantau dan menyingkirkan rintangan pelaksanaan anggaran. Selain itu, Pemerintah menunda pembayaran tunggakan subsidi energi dan transfer bagi hasil bukan pajak ke pemerintah daerah dari 2015 ke 2016. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 13 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dan meningkatkan persen. APBN 2016 menyertakan pengaruh dari sejumlah kebijakan pajak, termasuk penerimaan pajak… rencana penyesuaian tarif cukai dan penyempurnaan pengelolaan pajak dengan IT, proses audit dan penegakan hukum. Pemerintah memproyeksikan penerimaansekitar Rp 100 triliun dari kebijakan pengampunan pajak, yang RUU-nya telah diserahkan kepada DPR.11 …dan semakin Seperti pembahasan triwulanan edisi bulan Desember 2015, APBN 2016 menyempurnakan menyertakan penyempurnaan lebih lanjut dalam komposisi belanja, termasuk komposisi belanja penurunan lebih lanjut dalam subsidi energi dan peningkatan belanja untuk kesehatan, infrastruktur dan bantuan sosial. Tidak seperti tahun 2015, kenaikan investasi infrastruktur publik akan disalurkan melalui transfer ke pemerintah daerah yang ditujukan untuk belanja modal dan suntikan modal kepada BUMN ketimbang sebagai belanja pemerintah pusat. Jumlah belanja ditetapkan sebesar Rp 2.096 triliun (16,5 persen dari PDB), peningkatan sebesar 16,7 persen dibanding realisasi sementara tahun 2015. Seperti pada infrastruktur, keseluruhan kenaikan belanja umumnya didorong oleh kenaikan yang tajam dalam transfer ke pemerintah daerah, termasuk Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Desa untuk mendukung prioritas Pemerintah dalam mempercepat pembangunan pedesaan (lihat juga Kotak 2). Penyerapan Dalam kaitannya dengan penyerapan anggaran, pada tahun 2015 Pemerintah anggaran meluncurkan kebijakan untuk meningkatkan penggunaanpengadaan awal (early diperkirakan akan procurement), terutama untuk proyek-proyek infrastruktur.12 Pada awal bulan Januari, meningkat pada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat menandatangani kontrak- tahun 2016 kontrak bernilai Rp 8,8 triliun untuk sejumlah proyek-proyek infrastruktur (644 paket kontrak).13 Langkah-langkah tambahan bertujuan untuk memperkuat kerangka peraturan untuk mendukung partisipasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur.14 Untuk menurunkan tingginya tingkat dana tunai yang terkumpul (“dana yang hanya disimpan”) pada tingkat daerah, Kementerian Keuangan menerbitkan peraturan yang memungkinkan pemerintah pusat untuk memberikan obligasi pemerintah ketimbang transfer dana tunai ke pemerintah daerah yang memiliki surplus besar.15 Kebijakan ini diperkirakan akan dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Bank Dunia Bank Dunia memproyeksikan pendapatan akan meningkat ke Rp 1.547 triliun pada memproyeksikan tahun 2016, yang umumnya sejalan dengan keterangan pers dari Kementerian pendapatan akan Keuangan.16 Proyeksi dasar (baseline) itu menyertakan penurunan yang tajam dalam meningkat menjadi harga migas internasional, lebih rendahnya produksi minyak, dan berlanjutnya Rp 1.547 triliun pada tingkat pertumbuhan yang moderat pada PDB nominal, impor dan konsumsi tahun 2016… swasta selama tahun 2016 (lihat Bagian 2). Proyeksi dasar itu juga menyertakan 11 http://www.ft.com/intl/cms/s/0/3c6b4472-e02a-11e5-b072-006d8d362ba3.html#axzz41v612Sx4. 12 INPRES No. 1/2015. 13 Instruksi Presiden 1/2015; Instruksi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 3/2015; dan Surat Edaran Menteri Keuangan S-577/2015. 14 Sebagai contoh, PerPres 38/2015 memperkenankan badan negara untuk mengikat berbagai jenis kontrak dengan sektor swasta, termasuk Kontrak Pembayaran Tersedia; Perpres 3/2016 memberikan daftar proyek prioritas; Peraturan Menteri Keuangan PMK 265/2015 menetapkan Fasilitas Pengembangan Proyek untuk mendukung penyusunan proyek-proyek Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). 15 Peraturan Menteri Keuangan PMK No. 235/2015. Kebijakan ini berlaku untuk pemerintah daerah yang memiliki saldo dana tunai yang lebih besar dari jumlah belanja operasi dan 30 persen dari belanja modal untuk tiga bulan berikut. http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2015/235~PMK.07~2015Per.pdf 16 Lihat, sebagai contoh, Kompas dari 18 February 2016 atau http://www.starbrainindonesia.com/berita/media/42731/3/target-meleset-rp-290-triliun. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 14 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mobilisasi pendapatan tambahan dari peningkatan upaya penegakan pajak dan reformasi pengelolaan pajak yang dilaksanakan pada tahun 2014-2015, termasuk pelaksanaan penagihan PPN elektronik, perluasan penyerahan pajak elektronik, penetapan sistem NPWP yang unik dan peningkatan dalam akses kepada data aset tanah untuk kepentingan audit. Proyeksi dasar itu tidak menyertakan pendapatan apapun dari pengampunan pajak, karena masih belum jelas kapan dan apakah UU Pengampunan Pajak itu akan disetujui dan ditetapkan.17 …dan defisit fiskal Dibatasi oleh relatif lemahnya pertumbuhan pendapatan yang diproyeksikan untuk akan mencapai 2,8 tahun 2016, Pemerintah memiliki dua pilihan kebijakan untuk mendukung persen dari PDB pertumbuhan dan investasi publik: meningkatkan defisit pemerintah umum ke batas fiskal 3 persen dari PDB, dan menurunkan belanja yang bukan merupakan prioritas (bukan terkait infrastruktur). Mengasumsikan bahwa Pemerintah akan melaksanakan kedua pilihan itu, pada skenario dasar (base case) Bank Dunia memperkirakan penyerapan belanja tahun 2016 akan mencapai sekitar 91 persen dari anggaran, yaitu Rp 1.906 triliun, dan defisit fiskal akan mencapai 2,8 persen dari PDB, lebih tinggi dari target pada APBN 2016 sebesar 2,2 persen dari PDB. Sejumlah pilihan Melihat prospek setelah tahun 2016, Pemerintah telah melaksanakan atau kebijakan dapat merencanakan implementasi sejumlah reformasi untuk meningkatkan pungutan membantu pajak pada jangka menengah. Beberapa langkah tersebut memberikan kesempatan menjawab masalah untuk memperluas basis pajak dan menurunkan distorsi ekonomi: seperti revisi UU rendahnya Pajak Penghasilan dan PPN yang direncanakan akan diserahkan kepada DPR pada pendapatan pada tahun 2016, dan rencana amandemen untuk pengaturan pajak final bagi usaha jangka menengah mikro, kecil dan menengah (UMKM). Pada sisi administrasi, Direktorat Jenderal Pajak merencanakan penyederhanaan proses pendaftaran dan penyerahan surat pajak secara elektronik, dan mewajibkan penggunaan penyerahan secara elektronik (e-filing) untuk jenis-jenis pajak dan wajib pajak tertentu, serta meningkatkan proses audit dan penegakan hukum. Namun seluruh langkah itu harus didukung oleh sistem manajemen data dan IT yang kuat. Untuk jangka pendek dan menengah, lemahnya realisasi pendapatan dapat menjadi faktor pendorong untuk semakin meningkatkan kualitas belanja publik dengan memperbaiki efisiensi dan efektivitas dari kebijakan dan program belanja yang ada, seperti subsidi bukan energi serta transfer daerah dan Dana Desa. 17Selain perbedaan dalam asumsi makroekonomi dan perlakuan pengampunan pajak, proyeksi pendapatan Bank Dunia lebih rendah dari APBN 2016, karena perhitungan APBN disusun pada bulan Juli 2015 ketika rendahnya pendapatan tahun 2015 belum sepenuhnya diketahui. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 15 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 4: Sasaran defisit fiskal pada APBN 2016 mencapai 2,2 persen dari PDB (triliun Rupiah, kecuali dinyatakan lain) 2014 2015 2015 2016 Realisasi Realisasi audit APBN-P APBN sementara A. Pendapatan 1.550 1.762 1.504 1.822 1. Penerimaan pajak 1.147 1.489 1.240 1.547 Pajak pendapatan 546 679 602 757 Migas 87 50 50 41 Non-migas 459 630 553 716 PPN/PPNBM 409 576 424 572 Pajak properti 23 27 29 19 Cukai 118 146 145 146 Pajak perdagangan 44 49 35 40 internasional Bea impor 32 37 31 37 Pajak ekspor 11 12 4 3 Pajak lain 6 12 6 12 2. Penerimaan bukan 399 269 254 274 pajak Pendapatan sumber daya 241 119 102 125 alam Migas 217 81 78 79 Non-Migas 24 38 24 46 Pendapatan bukan pajak 158 150 151 149 lainnya 3. Hibah 5 3 10 2 B. Pengeluaran 1.777 1.984 1.796 2.096 1. Pemerintah pusat 1.204 1.320 1.173 1.326 Pegawai 244 293 281 348 Barang 177 239 232 325 Modal 147 276 209 202 Pembayaran bunga 133 156 156 185 Subsidi 392 212 186 183 Subsidi energi 342 138 119 102 BBM 240 65 61 64 Listrik 102 73 58 38 Subsidi non-energi 50 74 67 81 Hibah 1 5 3 4 Sosial 98 104 97 55 Pengeluaran lain-lain 12 36 9 25 2. Transfer ke daerah 574 665 623 770 Neraca keseluruhan -227 -223 -292 -273 (% dari PDB) -2,2 -1,9 -2,5 -2,2 Asumsi Pertumbuhan PDB riil (%) 5,1 5,7 4,8 5,3 IHK (yoy, %) 8,4 5,0 6,4 4,7 Kurs tukar (Rp/USD) 11.878 12.500 13.389 13.900 Harga minyak (USD/barel) 97 60 51 50 Produksi minyak (ribu barel/hari) 794 825 779 830 Sumber: Kementerian Keuangan Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 16 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 2: Pemerintah daerah berperan penting dalam penyampaian investasi publik Pasca desentralisasi pada tahun 2001, pemerintah propinsi dan daerah berperan penting dalam menyampaikan layanan masyarakat, termasuk investasi. Pengelolaan dari dan investasi pada jalan-jalan, sekolah, rumah sakit dan gedung-gedung pemerintah di daerah, dan pengadaan pasokan air merupakan fungsi-fungsi yang ditugaskan kepada pemerintah daerah. Data terakhir menunjukkan bahwa belanja modal pemerintah daerah meningkat dengan rata-rata sebesar 19 persen secara nominal antara tahun 2011 dan 2015, namun masih tetap rendah sebagai bagian dari keseluruhan belanja (24 persen) dibanding 43 persen untuk pegawai dan administrasi (Tabel 5). Namun demikian, belanja modal pemerintah daerah, yang setara dengan 1,9 persen dari PDB, merupakan lebih dari setengah dari jumlah investasi publik secara nasional pada tahun 2015. Dana untuk investasi daerah datang dari sejumlah sumber: Dana Alokasi Khusus (DAK), yang merupakan 25 persen dari jumlah belanja modal daerah pada tahun 2015 dan umumnya digunakan oleh pemerintah daerah; pendapatan asli daerah; transfer bagi hasil dari pemerintah pusat; dan Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Desa. Dengan besarnya belanja daerah dalam keseluruhan investasi publik, peningkatan kualitas belanja modal daerah merupakan tantangan kebijakan yang penting. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa meskipun belanja daerah untuk jalan telah meningkat, kondisi jalan masih belum membaik. Belanja untuk pembangunan jalan baru lebih diprioritaskan ketimbang pemeliharaan jalan.1 Pada sektor air dan sanitasi, walau dengan peningkatan jumlah belanja pemerintah hingga tujuh kali lipat pada sektor itu sejak tahun 2005, penggunaan air pipa untuk minum justru menurun dan penggunaan untuk fungsi pencucian secara umum tidak berubah.2 Selain itu, jumlah belanja investasi pemerintah daerah yang cukup besar telah dialokasikan bagi aset-aset yang relatif tidak produktif, seperti gedung kantor administratif.3 Hal ini kemungkinan besar didorong oleh kenaikan jumlah pemerintah daerah pasca desentralisasi, dari 336 pada tahun 2001 menjadi 508 pada tahun 2015. Tabel 5: Pemerintah daerah menyampaikan lebih dari setengah dari seluruh investasi publik 2005 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* Belanja modal menurut tingkatan pemerintah (Rp triliun) Pemerintah pusat** 33 80 118 145 181 147 209 Propinsi 10 25 26 30 36 61 59 Kabupaten 27 69 82 100 151 153 159 Jumlah 70 174 226 275 368 361 428 Belanja modal menurut tingkatan pemerintah (persen dari jumlah belanja) Pemerintah pusat 9,1 11,5 13,3 14,4 15,9 12,2 16,8 Propinsi 27,6 28,8 25,7 21,2 22,6 30,2 21,1 Kabupaten 20,7 21,0 21,2 22,9 27,7 25,5 23,5 Belanja modal menurut tingkatan pemerintah (persen dari PDB) Pemerintah pusat 1,1 1,2 1,5 1,7 1,9 1,4 1,8 Propinsi 0,3 0,4 0,3 0,3 0,4 0,6 0,5 Kabupaten 0,9 1,0 1,0 1,2 1,6 1,4 1,4 Jumlah 2,4 2,5 2,9 3,2 3,9 3,4 3,7 Catatan: * Data pemerintah daerah dari anggaran; ** 2015 tidak termasuk suntikan modal untuk BUMN sebesar Rp 70,4 triliun. Sumber: Indonesia Consolidated Fiscal Database (COFIS) dari kantor Bank Dunia Jakarta. Indonesia COFIS menggunakan data dari Kementerian Keuangan. Indonesia COFIS dapat diakses pada tautan http://wbi.worldbank.org/boost/country/indonesia Catatan: 1 Bank Dunia, 2012, “Investing in Indonesia’s roads: Improving efficiency and closing the financing gap.” Tersedia pada http://documents.worldbank.org/curated/en/2012/06/16847940/investing-indonesias-roads-improving-efficiency-closing-financing- gap. 2 Bank Dunia, “More and Better Spending: Connecting People to Improved Water Supply and Sanitation in Indonesia ” (akan datang). 3 Lewis, B. D. dan A. Oosterman, 2011, “Subnational government capital spending in Indonesia: Level, structure, and financing,” Public Administration and Development, 31, hal. 149–158. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 17 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 7. Pengentasan kemiskinan terhenti Tingginya harga Laporan terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat kemiskinan bahan pangan terus sebesar 11,1 persen pada bulan September 2015, naik 0,2 poin persentase dibanding membawa dampak tahun sebelumnya (Gambar 17).18 Perlambatan pengentasan kemiskinan dapat yang signifikan disebabkan karena moderasi pertumbuhan ekonomi, perlambatan penciptaan terhadap tingkat lapangan kerja, depresiasi Rupiah yang signifikan sejak tahun 2013, dan tetap kemiskinan tingginya inflasi harga konsumen (terutama bahan pangan). Harga bahan makanan mentah di Indonesia meningkat sebesar 7,2 persen pada tahun 2015, memberikan kontribusi kepada tingkat IHK keseluruhan sebesar 6,4 persen. Karena kontribusi bahan pangan adalah 73,1 persen dari garis kemiskinan pada bulan September 2015, tingginya inflasi harga bahan pangan telah mendorong kenaikan garis batas inflasi menjadi Rp 344.809, naik 10,4 persen dari bulan September 2014. Relatif stabilnya kurs Rupiah dan lebih rendahnya inflasi sejak bulan November 2015 dapat tercermin pada perbaikan tingkat kemiskinan untuk tahun 2016. Gambar 17: Pengentasan kemiskinan memburuk Gambar 18: Penduduk paling miskin Indonesia berada belakangan ini jauh di bawah garis kemiskinan (tingkat kemiskinan, LHS, persen; perubahan kemiskinan yoy, (rata-rata konsumsi rumah tangga per kapita dari 20 persen rumah RHS, poin persentase) tangga termiskin bulan Maret 2015, persen dari garis kemiskinan) 20 2.5 140 18 2.0 120 16 Tingkat kemiskinan 1.5 Garis kemiskinan 14 (LHS) 100 12 1.0 10 0.5 80 Perubahan kemiskinan (RHS) 8 0.0 60 6 -0.5 4 40 2 -1.0 20 0 -1.5 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011M 2011S 2012M 2012S 2013M 2013S 2014M 2014S 2015M 2015S 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Sumber: Susenas; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Susenas; perhitungan staf Bank Dunia Tren perlambatan Tingkat kemiskinan yang terbaru tersebut mengikuti tren perlambatan laju penurunan pengentasan kemiskinan pada beberapa tahun terakhir. Tingkat kemiskinan kemiskinan yang mencatat rata-rata penurunan sebesar 0,5 poin persentase per tahun sejak tahun terjadi pada 2010, dibanding rata-rata penurunan yang relatif besar pada 1,2 poin persentase beberapa tahun antara tahun 2007 dan 2009. Selain faktor siklikal yang disinggung di atas, terdapat terakhir terus sejumlah penyebab jangka panjang yang mendorong perlambatan pengentasan berlanjut kemiskinan. Faktor-faktor struktural pada bidang pertanian, seperti penurunan produktivitas, buruknya infrastruktur dan pembatasan impor, telah mendorong kenaikan harga bahan pangan dalam negeri, padahal pada saat bersamaanharga bahan pangan dunia mengalami penurunan (lihat Bagian 3). Kedua, terdapat kantung-kantung kemiskinan yang terus bertahan dan tampaknya hanya sedikit 18Walau merupakan penurunan tipis dari tingkat kemiskinan bulan Maret 2015 sebesar 11,2 persen, faktor musiman dalam pendapatan menyulitkan perbandingan antara tingkat bulan Maret dan September. Ingat bahwa perubahan pada metodologi Susenas, yang mulai diterapkan pada survei bulan Maret 2015, membuat data terakhir tidak dapat dibandingkan secara langsung dengan data dari tahun-tahun yang lalu. Lihat juga Bagian A nomor 7 dari Triwulanan edisi bulan Oktober 2015. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 18 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia terpengaruh oleh pertumbuhan. Data bulan Maret 2015 menunjukkan bahwa satu persen penduduk termiskin Indonesia hanya mampu memenuhi sekitar separuh dari kebutuhan dasarnya (jumlah konsumsi mereka hanya 55 persen dari garis kemiskinan) (Gambar 18). Hal ini berarti bahwa pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi – jika dibagi secara merata – dibutuhkan untuk menjaga laju penurunan tingkat kemiskinan. Akhirnya, terdapat banyak penduduk Indonesia (67,5 juta pada tahun 2014), yang hidup sedikit di atas garis kemiskinan namun di bawah 1.5 kali garis kemiskinan, yang membuat mereka sangat lemah terhadap lonjakan ekonomi seperti kenaikan tajam harga bahan pangan. 8. Risiko-risiko dari luar negeri tetap signifikan terhadap prospek makro- fiskal Risiko-risiko ke Risiko-risiko yang mengarah ke penurunan terus mendominasi proyeksi Bank Dunia proyeksi untuk Indonesia. Dalam kaitannya dengan keadaan di luar negeri, risiko-risiko telah pertumbuhan dan menjadi semakin terkait dengan kinerja ekonomi negara-negara berkembang. pemulihan Perlambatan yang lebih kuat dari perkiraan di Tiongkok dapat mempengaruhi perdagangan dunia negara-negara lain, termasuk Indonesia. Dampaknya dapat disalurkan melalui lebih mengarah ke rendahnya volume permintaan impor dan lebih lemahnya harga-harga komoditas, penurunan… dan juga hubungan keuangan. Walau Indonesia mencatat penurunan ekspor yang signifikan ke Tiongkok –pada tahun 2015 hanya dua per tiga dari ekspor pada tahun 2011 – Tiongkok masih tetap menjadi mitra perdagangan terbesar Indonesia, dengan jumlah ekspor mencapai 10 persen dari total eksport (tiga per empatnya merupakan komoditas). Akhirnya, walau aset-aset Indonesia menjadi menarik bagi para investor asing pada beberapa bulan terakhir, Indonesia masih tetap menghadapi risiko kembali meningkatnya penghindaran risiko (risk aversion) global. …sementara Dalam kondisi ekonomi makro yang sulit dan pertumbuhan yang bergantung pada stimulus fiskal dapat stimulus fiskal, kinerja pendapatan yang lemah menjadi tantangan kebijakan yang berarti tingginya signifikan. Walau reformasi subsidi energi menurunkan dampak harga minyak defisit anggaran dan terhadap belanja, pendapatan negara masih terpengaruh secara signifikan dengan pemotongan belanja siklus harga komoditas dunia. Pada tahun 2014 dan 2015, Pemerintah menetapkan bukan prioritas sejumlah kebijakan jangka pendek, seperti penurunan tarif pajak untuk revaluasi aset danmeningkatkan pengumpulan pendapatan, namun pengaruhnya tidak cukup untuk mengimbangi penurunan pendapatan dari sektor migas. Oleh sebab itu, pendapatan yang diperkirakan lebih rendah tahun ini tampaknya akan diimbangi oleh penyesuaian belanja (dengan menurunkan belanja barang dan darurat) dan defisit fiskal yang lebih tinggi (namun tidak melampaui batas 3 persen dari PDB untuk pemerintah umum), sehingga pemotongan belanja modal dapat diminimalkan seperti yang terjadi pada tahun 2015. Kabar gembiranya, pengampunan pajak, sesuai rencana, bila disetujui oleh DPR pada paruh pertama tahun 2016, dapat mendorong tambahan pendapatan pada tahun ini. Walau dengan Dengan proyeksi defisit fiskal sebesar 2,8 persen dari PDB dan amortisasi hutang kondisi pendanaan dan kebutuhan bukan hutang yang diperkirakan oleh Kementerian Keuangan,19 fiskal yang lebih Bank Dunia memperkirakan kebutuhan pendanaan bruto akan mencapai Rp 711 baik pada tahun triliun (5.6 persen dari PDB). Kenaikan yang signifikan dalam kebutuhan pendanaan 2016, risiko masih tersebut, sekitar 19 persen dibanding tahun 2015, akan memiliki risiko pendanaan tetap ada dan biaya yang lebih tinggi. Walau biaya pinjaman mengalami penurunan, dengan penurunan imbal hasil (yield) obligasi negara dalam mata uang rupiah sekitar 80 basis 19Kementerian Keuangan, Februari 2016, Profil Utang Pemerintah Pusat: http://www.djppr.kemenkeu.go.id/page/loadViewer?idViewer=5769&action=download. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 19 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia poin pada tahun berjalan sampai tanggal 9 Maret untuk obligasi 10-tahunan, kondisi pendanaan masih tetap volatil (lihat Bagian 1). Namun seperti pada tahun 2015 Pemerintah telah secara proaktif menetapkan peraturan-peraturan untuk mengelola risiko-risiko tersebut, dengan penerbitan sekuritas pada awal tahun sebagai strategi pendanaan pasarnya. Hingga tanggal 16 Februari, Pemerintah telah memperoleh dana sebesar Rp 136 triliun dari penerbitan sekuritas. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 20 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia B. Beberapa perkembangan terkini perekonomian Indonesia 1. Di luar sepuluh paket ekonomi: mengatasi hambatan berat Pemerintah telah Sejak bulan September 2015, Pemerintah telah meluncurkan sepuluh paket ekonomi meluncurkan yang bertujuan untuk menarik investasi asing, mendorong revitalisasi industri, sepuluh paket memfasilitasi perdagangan dan logistik, serta mempermudah akses terhadap bahan- kebijakan ekonomi bahan baku. Paket-paket itu bersifat menyeluruh dan beraneka ragam, yang terkait kebijakan mencakup berbagai bidang seperti perdagangan, energi, izin investasi, usaha mikro, yang beragam kecil dan menengah (UMKM), penetapan upah minimum, insentif pajak, kawasan ekonomi khusus, pendaftaran kepemilikan tanah, logistik, dan liberalisasi investasi. Sebagai contoh, revisi Daftar Negatif Investasi (DNI) yang diumumkan pada tanggal 11 Februari 2016 membuka 29 bidang usaha (seperti crumb rubber dan cold storage) bagi kepemilikan asing hingga 100 persen. Batas ekuitas asing juga ditingkatkan menjadi 67 persen bagi 29 bidang usaha (seperti hotel bintang satu dan dua, pergudangan dan bongkar muat barang) dan membuka 19 bidang usaha (seperti angkutan orang dengan moda darat, instalasi tenaga listrik) yang sebelumnya tertutup bagi kepemilikan asing, untuk investasi asing dengan beberapa pembatasan.20 Tulisan ini Paket-paket yang ada memfokuskan pada peraturan-peraturan tingkat mikro, yang mengusulkan bertujuan untuk membongkar hambatan-hambatan aturan yang tidak perlu bagi reformasi guna pasar-pasar produk di berbagai sektor dan untuk berbagai jenis usaha (dalam dan meringankan luar negeri, besar dan kecil). Paparan ini mencoba memberikan kontribusi terhadap beberapa kendala dialog kebijakan publik dengan menawarkan sejumlah reformasi dalam beberapa pertumbuhan sektor utama – logistik, perdagangan, investasi, dan pasar keuangan – yang berpotensi menjawab beragam kendala yang menghambat pertumbuhan yang lebih tinggi di Indonesia. 20Namun revisi ini juga memperkenalkan sejumlah batasan-batasan baru. Sebagai contoh, 19 bidang usaha dalam sektor pekerjaan umum hanya dibuka untuk usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan perusahaan-perusahaan dalam tiga bidang usaha (seperti perdagangan eceran melalui pemesanan pos atau internet) disertakan ke dalam daftar yang harus bermitra dengan UMKM. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 21 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia a. Reformasi logistik Sektor logistik Logistik pengiriman barang yang efisien merupakan kunci dalam mengintegrasikan Indonesia akan rantai pasokan domestik ke mata rantai nilai dunia (global value chain). Namun sektor terbantu dengan logistik Indonesia masih jauh dari efisien (lihat Bagian C.1). Survei-survei yang peningkatan dilakukan oleh Bank Dunia menunjukkan bahwa hampir dua per tiga manufaktur efisiensi… Indonesia menjalankan operasi logistiknya sendiri, ketimbang melakukan outsourcing untuk kegiatan tersebut. Hal ini jelas menandakan adanya ketidakpercayaan terhadap penyedia layanan logistik (logistics service providers, LSP) dalam negeri. Selain itu, secara rata-rata, 19 dari 100 pesanan yang dikirimkan ke perusahaan manufaktur akan mengalami keterlambatan atau kehilangan. Persentase ini lebih tinggi dibanding sebagian besar negara dunia. Selain itu, layanan logistik di Indonesia juga mahal, dengan keseluruhan biaya logistik mencapai 20 persen dari penjualan manufaktur, dibandingkan dengan 15 persen di Thailand dan 13 persen di Malaysia. …salah satunya Salah satu alasan penting dari ketidakefisienan logistik di Indonesia adalah tingginya dengan menurunkan persyaratan cadangan dan modal minimum bagi LSP. Sebagai contoh, persyaratan batas minimum modal untuk jasa pengurusan transportasi (freight forwarder), yang merupakan salah persyaratan modal satu pemain utama dalam rantai logistik, adalah 1,8 juta dolar AS. Persyaratan untuk yang tinggi bagi operator asing dapat mencapai 10 juta dolar AS. Sebagai pembanding, persyaratan LSP… permodalan di Singapura adalah 79.000 dolar AS dan 65.000 dolar AS di Thailand.21 Bukti-bukti menunjukkan bahwa tingginya persyaratan modal dan cadangan tersebut secara signifikan menghalangi masuknya perusahaan dan menurunkan kemampuan perusahaan untuk penerimaan dan pelatihan pegawai, peralatan, atau pengembangan layanan.22 Selain itu, persyaratan tersebut juga tidak berhasil mencapai tujuan utamanya untuk melindungi konsumen dan kreditur dari pembentukan perusahaan secara tergesa-gesa dan berpotensi pailit. Penurunan yang signifikan atau pembatalan persyaratan permodalan bagi LSP ini akan sangat menolong meningkatkan daya saing maupun investasi perusahaan dalam upaya memperbaiki kualitas dan efisiensi operasi mereka. …dan memperjelas Faktor utama lain yang melatari ketidakefisienan dalam penyediaan layanan logistik kewajiban investasi adalah ketidakjelasan peran otoritas pelabuhan dan operator pelabuhan, yang bagi otoritas mengakibatkan rendahnya investasi untuk infrastruktur pelabuhan. Menurut UU pelabuhan dan Pelayaran, otoritas pelabuhan bertanggung jawab atas investasi infrastruktur operator pelabuhan pelabuhan. Kenyataannya, hanya operator-operator pelabuhan – Pelindo – yang melakukan investasi dalam pengembangan infrastruktur dalam beberapa tahun terakhir. Perbedaan antara UU dan kenyataan ini telah menyebabkan rendahnya investasi secara umum dalam infrastruktur pelabuhan, karena tidak ada badan yang memiliki kapasitas dan tanggung jawab untuk berinvestasi dalam pembangunan pelabuhan. Rendahnya investasi, seperti pada perpanjangan dermaga, saluran akses, ruang pelabuhan, gerbang, jalan akses, dan peralatan penanganan kargo, terutama sangat buruk pada pelabuhan-pelabuhan publik berukuran kecil dan menengah, terutama di Indonesia bagian Timur. Sebagian besar infrastruktur pelabuhan publik 21 Persyaratan modal minimum untuk operator terminal adalah 72 juta dolar AS untuk pelabuhan utama, seperti pelabuhan Ambon. Perhitungan cepat menunjukkan bahwa dibutuhkan pendapatan lebih dari 7 tahun untuk memenuhi persyaratan modal tersebut. Persyaratan modal untuk perusahaan pengapalan adalah 3,6 juta dolar AS, dibanding dengan 35.000 dolar AS di Singapura. 22 Bank Dunia, 2013, “Why are minimum capital requirements a concern for entrepreneurs?”, pada Doing Business 2014: Understanding Regulations for Small and Medium-Size Enterprises. Tersedia pada http://www.doingbusiness.org/reports/case-studies/2013/why-are-minimum-capital-requirements- a-concern-for-entrepreneurs. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 22 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia tidak mampu menangani kapal modern dan menjamin waktu proses yang cepat. Keterbatasan kapasitas pelabuhan juga menghambatpeningkatan lalu lintas kargo.23 Selain itu, ketidakjelasan tersebut juga membatasi kemampuan negara untuk melakukan fungsi pengaturan yang efektif terhadap para operator terminal pelabuhan. Pelindo praktis mengoperasikan pelabuhan-pelabuhan – kadang bersama-sama dengan perusahaan-perusahaan swasta – dan sekaligus mengatur sebagian besar operasi pelabuhan tersebut. Kecuali Pemerintah memperjelas peran dari otoritas pelabuhan dan operator pelabuhan dalam pembangunan dan pengelompokan pelabuhan, investasi dalam infrastruktur pelabuhan tidak akan pernah mencukupi. b. Kebijakan perdagangan Berbagai hambatan Hambatan non-tarif terkait perdagangan (non-tariff measures, NTM) adalah perangkat perdagangan non- yang sah untuk melindungi kesehatan, keamanan, dan keselamatan konsumen. tarif masih berlaku, Namun Pemerintah sering menggunakan NTM untuk membatasi perdagangan. meskipun terdapat Pada tahun 2015, 62 persen dari sekitar 10.000 kategori produk barang yang upaya deregulasi diperdagangkan secara internasional dibatasi dengan NTM di Indonesia.24 Sebagai bagian dari paket kebijakan ekonomi pertamanya, Pemerintah mengumumkan revisi pada sejumlah besar aturan perdagangan. Revisi itu termasuk penghapusan sejumlah NTM, termasuk izin impor produk-produk khusus seperti izin importir produsen, pendaftaran, dan pemeriksaan fisik (surveyor), serta persyaratan teknis dan administratifnya. Karena peraturan-peraturan tersebut terkait dengan produk tertentu, maka pengaruhnya terbatas pada sebagian kecil dari keseluruhan NTM. Perbaikan aturan Sebagai bagian dari gerakan deregulasi Pemerintah, suatu tim lintas kementerian NTM membutuhkan dapat ditugaskan untuk menilai, menolak, atau menerima NTM. Tim itu dapat suatu sistem kajian memfokuskan pada peninjauan kembali NTM yang ada berdasarkan sejumlah yang tersentralisasi kriteria yang sederhana: apakah peraturan tersebut bertentangan dengan yang lain; apakah menjawab suatu kegagalan pasar tertentu; dan apakah sejalan dengan kewajiban perdagangan internasional Indonesia. Tim itu juga dapat meninjau aliran NTM pada masa depan untuk memastikan bahwa pasar tetap berdaya saing dan dunia usaha tidak terbebani oleh aturan-aturan yang tidak perlu. Pembentukan tim ini, seperti badan peninjau peraturan yang diusulkan di bawah, dapat memainkan peran penting dalam meningkatkan kualitas peraturan perdagangan Indonesia. 23 Sebagai contoh, pelabuhan Jayapura dan Kupang diperkirakan akan mencapai kapasitas penuhnya masing-masing pada tahun 2016 dan 2017. Di sisi lain, apabila pengembangan infrastruktur, seperti perluasan dermaga yang baru dilakukan di pelabuhan Ambon, benar dilaksanakan, maka kapal yang lebih besar dan modern akan digunakan, waktu proses pun menurun, dan biaya logistik menyusut. Bank Dunia, 2015, “Port development priority projects and financing strategy”. Tersedia pada http://documents.worldbank.org/curated/en/2014/03/19319448/indonesia-port-development- priority-projects-financing-strategy-advisory-services-project. 24 Munadi, E., 2016, “Non-tariff measures in Indonesia.” Lokakarya untuk Meningkatkan Mekanisme Peninjauan NTM, Jakarta, 4 Februari 2016. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 23 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia c. Iklim investasi Untuk memperbaiki Selama dua tahun terakhir, pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) iklim investasi, untuk perizinan investasi menjadi prioritas bagi Pemerintah dalam meningkatkan Pemerintah telah iklim investasi pada tingkat nasional dan daerah. Paket-paket kebijakan ekonomi mempercepat dan memperkenalkan sejumlah layanan perizinan dan non-perizinan yang dipercepat dan menyederhanakan disederhanakan. Pada tingkat nasional, sekitar 160 layanan tersebut telah sejumlah layanan didelegasikan kepada PTSP nasional yang berada di bawah Badan Kordinasi perizinan Penanaman Modal (BKPM).25 Namun, investor dan dunia usaha masih harus mendapatkan banyak izin lain dari berbagai tingkatan pemerintahan. Selain itu, tidak terdapat daftar menyeluruh yang terkini dari persyaratan perizinan dan aturan yang harus dipatuhi oleh perusahaan. Dibutuhkan Dibutuhkan pendekatan yang lebih sistematis untuk meninjau peraturan-peraturan mekanisme usaha, investasi, dan perdagangan yang ada serta mengidentifikasi dan membatalkan peninjauan yang peraturan-peraturan yang saling bertolak belakang dan tidak perlu. Hal ini terutama obyektif dan terkait peraturan-peraturan daerah, yang sejauh ini tidak mendapat perhatian sistematis… memadai dalam paket-paket kebijakan ekonomi. Terdapat 561 badan dan pemerintah daerah yang memiliki kewenangan perizinan,26 sehingga menghasilkan lingkungan yang rumit dan membingungkan bagi pengusaha dan investor dalam beroperasi. Seperti dalam hal NTM, perizinan usaha dan investasi tidak memiliki mekanisme peninjauan peraturan yang obyektif. Peta Reformasi Peraturan Nasional, seperti yang diumumkan pada paket kebijakan ekonomi pertama, dapat menjadi dasar bagi proses peninjauan peraturan yang efektif tersebut. …serta inventori Pemerintah dapat memulai dengan mengumpulkan informasi tentang perizinan di perizinan dalam suatu daftar persyaratan perizinan yang komprehensif, dan tersedia secara online. Agar daftar itu tetap selalu diperbarui, Pemerintah harus mengatur agar berbagai badan penerbit perizinan selalu memberikan informasi terkini. Selain itu, pengumpulan seluruh perizinan juga dapat mendorong tindakan reformasi yang nyata: pada sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Swedia, dan Meksiko, suatu “penguji aturan” digunakan untuk menguji keabsahan, kebutuhan. dan keramahan peraturan yang ada bagi dunia usaha dengan tiga kemungkinan hasil – dihapus, diubah, atau tetap sebagaimana adanya. Persyaratan TKDN Bidang investasi lain yang juga membutuhkan reforamsi adalah persyaratan Tingkat sebaiknya Komponen Dalam Negeri (TKDN). Pada beberapa tahun terakhir, Pemerintah dilonggarkan, jika menerbitkan sejumlah aturan tentang batas minimum TKDN bagi sejumlah jasa dan menghambat daya produk manufaktur. Pada industri telekomunikasi, aturan yang terbaru saing perusahaan mengharuskan TKDN paling rendah sebesar 30-40 persen untuk peralatan 4G/LTE.27 Kementerian Perdagangan menetapkan aturan TKDN bagi bidang usaha waralaba (termasuk makanan dan minuman serta pasar modern) yang 25 Siaran pers BKPM, 5 Januari 2016: http://www.bkpm.go.id/images/uploads/file_siaran_pers/Siaran_Pers_BKPM_050116- Kejar_Target_Investasi,_BKPM_Sinergikan_Tim_Pemasaran_dan_Pelayanan_Investasi.pdf. 26 Berdasarkan Peraturan Presiden No.97 Tahun 2014, PTSP dikelola oleh pemerintah nasional dan daerah, termasuk dalam kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dan kawasan ekonomi khusus. Sehingga terdapat 34 provinsi, 416 kabupaten, 98 kota, 5 kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas serta 8 kawasan ekonomi khusus yang menerbitkan perizinan di Indonesia. 27 Seperti tercantum di dalam Peraturan Kementerian Komunikasi dan Informasi No. 27 Tahun 2015, persyaratan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) untuk alat/perangkat telekomunikasi berbasis 4G/LTE adalah paling rendah 30 persen (40 persen pada tahun 2017) untuk base station dan 20 persen (30 persen pada tahun 2017) untuk subscriber station. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 24 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mengharuskan usaha waralaba itu menggunakan tidak kurang dari 80 persen bahan baku, peralatan dan persediaannya dari dalam negeri.28 Bidang-bidang usaha lain yang juga termasuk dalam aturan ini adalah migas dan listrik.29 Walau persyaratan TKDN bertujuan untuk mendorong produksi dalam negeri, persyaratan ini dapat secara tidak sengaja mempengaruhi daya saing perusahaan, karenadaya saing perusahaanbergantung pada kemampuannyadalam memperoleh bahan baku dan komponen yang memiliki kualitas tertinggi, kesesuaian terbaik, dan lebih murah. d. Pasar keuangan Revisi skema Komponen lain dari paket kebijakan ekonomi adalah sasaran pencairan kredit mikro penjaminan sebagian Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih besar (hingga 2 kali nilai rata-rata tahunan kredit mikro KUR secara historis) dan peluncuran suku bunga bersubsidi, sebesar 9 persen per tahun. dapat memperoleh Hingga bulan Desember 2014, sebesar Rp178,8 triliun telah dicairkan bagi 12,4 juta manfaat dari usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang layak namun tidak tersentuh oleh diferensiasi sektoral bank melalui KUR. Hingga akhir tahun 2014, tingkat kredit macet (non-performing loan) KUR hanya mencapai 3,3 persen. Namun terdapat risiko bahwa program KUR yang telah direvisi dengan suku bunga yang rendah dan tingkat pencairan yang tinggi akan mendorong standar kredit bank yang lebih longgar, sehingga melemahkan kualitas aset bank. Selain itu, pengaturan yang berlaku sekarang dapat ditingkatkan dengan menggunakan diferensiasi sektoral untuk pinjaman, karena UMKM di sektor-sektor ekonomi yang berbeda menghadapi rintangan dan risiko yang berbeda pula. Sebagai contoh, petani membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membayar pinjaman karena mereka menunggu waktu panen, sementara pemilik kios makanan bergerak dapat melakukan pembayaran pinjaman setelah satu bulan. 28 Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/8/2012 (tentang Penyelenggaraan Waralaba) mewajibkan perusahaan penerima waralaba Indonesia untuk menggunakan bahan baku, peralatan usaha serta menjual barang dagangan paling sedikit 80% barang dan/atau jasa produksi dalam negeri. Permendag No. 7/M-DAG/PER/2/2013 (tentang Waralaba untuk Jenis Usaha Jasa Makanan dan Minuman) mewajibkan perusahaan waralaba untuk menggunakan bahan baku dan peralatan usaha produksi dalam negeri paling sedikit 80 persen. Permendag No. 70/MDAG/PER/12/2013 (Waralaba Toko Swalayan) juga mewajibkan toko swalayan, seperti pusat perbelanjaan, minimarket, dan hypermarket, untuk menyediakan barang dagangan hasil produksi dalam negeri paling sedikit 80 persen. 29 Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi: Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 15 Tahun 2013 menyatakan tingkatan berbeda bagi TKDN untuk alat kerja, fasilitas kerja, dan jasa, berkisar pada 15-80 persen. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 25 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Pendidikan Suatu tantangan sektor Gambar 19: Indonesia masih tertinggal dari negara- keuangan dan keuangan yang terus negara tetangga dalam akses penduduk dewasa ke koordinasi bertahan di Indonesia rekening bank kelembagaan yang adalah inklusi keuangan. 2011 2014 lebih baik dapat Walau terdapat perbaikan Indonesia membantu yang signifikan dalam Cambodia meningkatkan beberapa tahun terakhir, Lao PDR inklusi keuangan seperti peningkatan akses Malaysia penduduk dewasa terhadap Philippines rekening transaksi dari 20 Singapore persen pada tahun 2011 ke Thailand 36 persen pada tahun 2014 Vietnam serta peningkatan Myanmar persentase penduduk East Asia & Pacific* dewasa dengan pinjaman High income: OECD pada lembaga keuangan resmi dari 9 ke 13 persen 0 20 40 60 80 100 dalam jangka waktu yang Catatan: *Hanya negara berkembang. sama, Indonesia masih Sumber: Database World Bank Global Findex; perhitungan staf Bank Dunia tertinggal di belakang negara-negara setaranya di kawasan yang sama (Gambar 19). Sejumlah kebijakan berikut telah terbukti efektif dalam meningkatkan inklusi keuangan di negara-negara lain: (i) meningkatkan kesadaran dan pengetahuan umum tentang layanan keuangan melalui program-program perlindungan konsumen; (ii) mendorong produk-produk inklusi keuangan yang ada untuk meningkatkan permintaan; serta (iii) meringkas produk-produk dan jasa-jasa untuk menurunkan terjadinya tumpang tindih30. 30Satucontoh dari produk keuangan yang dikembangkan untuk mereka yang belum mendapatkan layanan memadai, namun juga sekaligus menciptakan kebingungan pasar, adalah Layanan Keuangan Digital (LKD) dari BI dan Laku Pandai dari OJK. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 26 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2. Meningkatnya dukungan publik terhadap pengurangan ketimpangan a. Keprihatinan publik tentang kenaikan ketimpangan meningkat dalam beberapa tahun terakhir Ketimpangan di Ketimpangan di Indonesia telah meningkat tajam selama beberapa tahun terakhir. Indonesia meningkat Tingkat ketimpangan selama era pemerintahan Presiden Suharto tetap stabil bahkan tajam sejak awal pada periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi sekalipun, dan hanya sedikit tahun 2000an… meningkat pada pertengahan tahun 1990an. Selama Krisis Keuangan Asia tahun 1997/98, ketidaksetaraan menurun karena mereka yang mampu terkena dampak yang lebih dahsyat dari guncangan ekonomi yang diakibatkan oleh krisis tersebut dan tingkat pendapatan mereka juga merupakan yang paling lambat pulih. Namun sejak krisis itu, ketidaksetaraan di Indonesia terus meningkat: koefisien Gini, suatu ukuran kesenjangan pendapatan dengan 0 mewakili kesetaraan sempurna dan 100 merupakan ketidaksetaraan sempurna, meningkat dari 30 pada tahun 2000 menjadi 41 pada tahun 2014 (Gambar 20). …namun tidak Selama berjalannya dekade pasca Krisis Keuangan Asia, masyarakat Indonesia tidak banyak penduduk terlalu mempermasalahkan peningkatan ketidaksetaraan. Ketika Survei Nilai Dunia Indonesia yang (World Values Survey) dilaksanakan di Indonesia pada tahun 2001, ketika mempermasalahkan ketimpangan Indonesia masih berada pada titik rendah pasca krisis, sebagian besar ketidaksetaraan pada rakyat Indonesia cenderung melihat ketimpangan yang tinggi sebagai insentif atas paruh pertama usaha individu. Survei Nilai Dunia tahun 2006 menunjukkan bahwa pendapat dekade tersebut… tentang insentif tersebut belum berubah, walau pada saat itu tingkat ketimpangan telah meningkat secara signifikan (Gambar 21). Gambar 20: Ketimpangan telah meningkat tajam sejak Gambar 21: …namun survei-survei terdahulu tentang tahun 2000… persepsi penduduk Indonesia menemukan hanya (koefisien Gini) sedikit yang menghendaki ketimpangan yang lebih rendah (Pandangan tentang ketimpangan pendapatan di Indonesia, persen) 30 45 25 40 20 35 15 30 10 25 5 20 0 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sumber: Susenas, perhitungan Bank Dunia Catatan: Sumbu x adalah tanggapan pada skala 1-10 dengan 1 = “pendapatan harus dibuat lebih setara” dan 10 = “kita butuh perbedaan pendapatan yang lebih besar sebagai insentif”. Sumber: Survei Nilai Dunia (2006) …tetapi jumlah Namun survei tahun 2014 menunjukkan bahwa persepsi penduduk Indonesia akan penduduk yang ketimpangan telah berubah. Survei nasional itu, yang memfokuskan pada persepsi mempermasalahkan tentang ketimpangan dan apa yang harus dilakukan, dilaksanakan pada bulan Mei Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 27 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia hal itu baru-baru ini 2014 oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI). Berlawanan dengan survei-survei meningkat terdahulu, 88 persen responden melaporkan bahwa penurunan tingkat ketimpangan adalah prioritas Pemerintah yang mendesak. Sebagian besar menyatakan bahwa distribusi pendapatan di Indonesia adalah “cukup tidak setara” atau “sama sekali tidak setara” (Gambar 22), dan separuh dari seluruh responden merasa bahwa Indonesia telah menjadi semakin tidak setara selama lima tahun terakhir (Gambar 23). Gambar 22: Rakyat Indonesia berpendapat bahwa Gambar 23: Separuh responden percaya bahwa distribusi pendapatan tidaklah setara ketimpangan telah meningkat belakangan ini (Jawaban atas pertanyaan: “Seberapa merata distribusi pendapatan (Jawaban atas pertanyaan: “Bagaimana perubahan distribusi di Indonesia?”, persen) pendapatan di Indonesia selama lima tahun terakhir?”, persen) Very equal Quite equal 45 Quite unequal Not equal at all 40 35 30 25 20 15 1 6 51 42 10 5 0 Much More No change More Much more equal unequal more 0 20 40 60 80 100 equal unequal Sumber: Lembaga Survei Indonesia (2014) Sumber: Lembaga Survei Indonesia (2014) b. Ketimpangan yang sesungguhnya ternyata lebih buruk dibanding persepsi penduduk Indonesia Penduduk Indonesia Penduduk Indonesia berpendapat bahwa tingkat ketimpangan yang ada sekarang berpendapat bahwa lebih tinggi dibanding yang mereka anggap ideal. Responden survei tahun 2014 kini terjadi menunjukkan bahwa distribusi pendapatan yang ideal adalah ketika 20 persen ketimpangan penduduk yang paling mampu memperoleh penghasilan yang setara dengan 40 pendapatan yang persen yang paling tidak mampu (Gambar 24). “Distribusi ideal” ini, bila tercapai, tinggi… akan membuat koefisien Gini Indonesia pada tingkat 14, lebih rendah dibanding distribusi pendapatan manapun di dunia nyata. Responden juga memperkirakan bahwa distribusi pendapatan sesungguhnya lebih tinggi, dengan 20 persen paling atas memperoleh pendapatan setara dengan 60 persen paling bawah, yang kira-kira setara dengan koefisien Gini sebesar 30. …sementara tingkat Namun distribusi pendapatan di Indonesia sesungguhnya lebih buruk dibanding ketimpangan yang yang diperkirakan oleh penduduk. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun sesungguhnya 2014 menunjukkan bahwa konsumsi sesungguhnya dari 20 persen penduduk paling bahkan lebih tinggi mampu31 setara dengan gabungan dari sisa penduduk di bawahnya, dengan koefisien lagi Gini sesungguhnya sebesar 41. Selain itu, karena survei rumah tangga umumnya 31Survei LSI itu secara khusus menanyakan tentang distribusi pendapatan. Data Susenas mengukur konsumsi, yang merupakan wakil standar untuk pendapatan. Namun pendapatan selalu lebih tidak setara ketimbang konsumsi, karena rumah tangga paling mampu tidak membelanjakan seluruh pendapatan mereka untuk kebutuhan konsumsi. Karenanya, data distribusi konsumsi biasanya kurang mewakili ketidaksetaraan pendapatan yang sesungguhnya. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 28 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia tidak menangkap pendapatan dari penduduk Indonesia yang paling mampu, tingkat ketimpangan sesungguhnya di Indonesia tampaknya bahkan lebih tinggi lagi. Gambar 24: Sementara penduduk melihat tingginya Gambar 25: Mayoritas penduduk berpendapat bahwa tingkat ketimpangan, kenyataannya bahkan lebih penurunan ketimpangan adalah prioritas mendesak timpang (Respon pertanyaan “Seberapa mendesak bagi Pemerintah untuk (Distribusi pendapatan nasional ideal dan dirasakan untuk setiap menurunkan ketimpangan?”, persen) kuintil pendapatan per kapita, dan distribusi konsumsi sesungguhnya berdasar data Susenas) Poorest Quintile 2 3 4 Richest Quintile Not urgent at all Not very urgent Quite urgent Very urgent 7 Actual distribution 10 14 20 49 7 Perceived distribution 12 18 25 38 3 10 41 47 14 Ideal distribution 16 19 23 28 0 20 40 60 80 100 120 0 20 40 60 80 100 Sumber: Lembaga Survei Indonesia (2014), Susenas c. Terdapat dukungan yang kuat untuk kebijakan yang mampu mengatasi penyebab utama ketimpangan Survei LSI Hasil survei tahun 2014 menunjukkan bahwa terdapat peluang yang jelas bagi menunjukkan Pemerintah untuk melaksanakan kebijakan yang efektif dalam menurunkan mandat publik untuk ketimpangan. Mayoritas penduduk Indonesia kini merasakan bahwa ketimpangan tindakan yang lebih sudah terlalu tinggi dan merupakan masalah yang mendesak (Gambar 25). Semakin besar untuk pentingnya masalah ketimpangan ini seyogianya mendorong tekad Pemerintah mengatasi masalah dalam mengatasi masalah ketimpangan secara langsung, dan menambah kepercayaan ketimpangan diri dalam menekankan dan menyusun agenda yang memfokuskan pada cara-cara peningkatan kesetaraan. Penduduk Indonesia Masyarakat mendukung kebijakan-kebijakan perlindungan sosial yang memberikan mendukung bantuan langsung kepada 40 persen penduduk yang paling tidak mampu. Ketika kebijakan yang ditanya tentang penyebab utama kemiskinan, 57 persen responden menyebutkan melindungi kaum alasan-alasan eksternal yang berada di luar kendali seorang individu, seperti berasal miskin dari dari keluarga yang miskin (22 persen) atau bernasib kurang baik (16 persen). guncangan… Sehingga ketika survei persepsi menanyakan responden untuk mengidentifikasi prioritas-prioritas utama dalam penanganan ketimpangan, hampir setengah dari seluruh responden mendukung program-program bantuan sosial sebagai langkah kebijakan penting (Tabel 6). Survei itu memberikan contoh-contoh program jaminan sosial sebagai berikut: Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin), Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 29 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 6: Penduduk Indonesia mendukung jaminan sosial, penciptaan lapangan kerja, dan pemberantasan korupsi (Jawaban kepada pertanyaan: “Apa kebijakan terpenting untuk menurunkan ketimpangan?”, persen) Kebijakan % sebut 3 teratas Program-program jaminan sosial 49% Menyediakan lebih banyak lapangan pekerjaan 48% Memberantas korupsi 37% Menyediakan pendidikan gratis untuk semua kalangan 30% Bantuan modal untuk usaha kecil 27% Layanan kesehatan tanpa biaya untuk semua 17% Menaikkan upah minimum 17% Membangun infrastruktur yang lebih baik (jalan, listrik dll.) 14% Menyediakan subsidi lebih banyak (mis. untuk pertanian, BBM, dll.) 14% Menyediakan sekolah-sekolah yang lebih baik 10% Menambah hibah/bantuan untuk desa/kelurahan, mis. Program 7% Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)32 Pinjaman untuk warga miskin (bukan untuk usaha) 7% Menaikkan pajak kalangan yang lebih kaya 2% Asuransi sosial bagi warga yang kehilangan pekerjaan 2% Pemerataan kepemilikan aset (mis. lahan, hutan, tambang dll.) 2% Sumber: Lembaga Survei Indonesia (2014) …menyediakan Yang sama pentingnya bagi rakyat Indonesia adalah kebijakan-kebijakan yang lapangan kerja yang menurunkan ketimpangan melalui penciptaan kesempatan kerja yang lebih baik bagi lebih banyak dan penduduk. Ketika ditanya apakah mungkin bagi penduduk untuk keluar dari lebih baik… kemiskinan bila mereka bekerja keras, 52 persen responden menjawab bahwa hal itu tidaklah sulit, 41 persen menjawab sulit namun mungkin dilakukan, dan hanya 7 persen percaya bahwa hal itu adalah tidak mungkin. Sejalan dengan itu, hampir setengah dari seluruh responden menyatakan bahwa kebijakan penciptaan lapangan kerja merupakan salah satu prioritas teratas, sementara kebijakan-kebijakan pelengkap, seperti pinjaman bagi usaha kecil dan menengah dan peningkatan kualitas pendidikan, juga memperoleh dukungan. … dan Pemberantasan korupsi juga Gambar 26: Responden percaya dalam pemberantasan disebut sebagai prioritas perlindungan kaum miskin dan pembagian korupsi… utama dalam menurunkan kekayaan yang adil ketimpangan. Para (Jawaban ke pertanyaan: “Faktor paling utama yang membuat ketimpangan dapat diterima?”, persen) responden sangat yakin bahwa perlu tercipta keadaan Other responses yang lebih meritokratis yang memungkinkan persaingan Competition for wealth is untuk kekayaan yang adil dan fair pendapatan hanya diperoleh If people get rich from hard melalui kerja keras. Banyak work or poor from laziness responden survei yang The nation as a whole experiences progress menyatakan bahwa ketimpangan hanya dapat The poverty rate drops diterima bila kekayaan dan kemiskinan berkaitan dengan Prices of basic needs are affordable for all upaya seseorang, dan bila persaingan untuk kekayaan 0 10 20 30 bersifat adil (Gambar 26). Sumber: Lembaga Survei Indonesia (2014) 32Pada tahun 2015 program PNPM Desa digantikan oleh UU Desa tahun 2014, yang meningkatkan transfer pemerintah nasional dan pemerintah kabupaten secara langsung ke 74.000 desa di Indonesia. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 30 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Karenanya, pemberantasan kemiskinan termasuk di dalam tiga prioritas utama bagi 37 persen responden, menjadikannya sebagai pilihan kebijakan nomor tiga yang paling banyak menerima dukungan. …yang semuanya Pilihan kebijakan yang terungkap melalui responden survei sejalan dengan temuan- menjawab faktor- temuan penelitian terakhir. Laporan utama Bank Dunia tahun 2015 tentang faktor pendorong ketimpangan di Indonesia33 meneliti empat pendorong utama ketimpangan di utama ketimpangan Indonesia: ketimpangan peluang, pekerjaan yang tidak merata, tingginya konsentrasi kekayaan, dan ketahanan ekonomi yang rendah. Laporan itu kemudian mengidentifikasi empat tindakan kebijakan utama. Pertama, dibutuhkan perbaikan pelayanan publik untuk memberikan awal mula yang setara dalam bidang pendidikan dan kesehatan bagi semua anak. Kedua, penduduk miskin membutuhkan akses ke pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik untuk menjawab masalah ketimpangan dalam pasar tenaga kerja. Ketiga, masalah tingginya konsentrasi kekayaan melalui aset-aset keuangan dapat ditangani dengan membuat sistem perpajakan yang lebih progresif dan pemberantasan korupsi. Terakhir, sangat penting untuk memperkenalkan langkah-langkah untuk membantu semua orang, terutama penduduk miskin dan rentan, dalam memitigasi dan mengatasi guncangan. Tumpang tindih antara temuan-temuan penelitian ini dan hasil-hasil survei persepsi memberikan peluang bagi Pemerintah untuk mengusung kebijakan-kebijakan yang didukung oleh masyarakat dan telah terbukti efektif dalam praktik. 33 Lihat Bank Dunia (2015), Ketimpangan yang semakin lebar: Mengapa, apa dampaknya, dan apa solusinya? Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 31 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia C. Indonesia tahun 2016 dan selanjutnya: Tinjauan pilihan 1. Meningkatkan sistem logistik pengiriman barang di Indonesia34 Indonesia Kondisi geografis Indonesia yang unik menggarisbawahi betapa pentingnya upaya membutuhkan untuk menghubungkan sumber-sumber penawaran dan permintaan yang secara konektivitas yang spasial terpisah-pisah bagi pembangunan ekonomi. Konektivitas memungkinkan lebih baik untuk terjadinya arus perpindahan barang, jasa, dan manusia. Peningkatan konektivitas menurunkan mendukung terwujudnya tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dan membantu kemiskinan dan mengurangi kemiskinan. Bagian ini menyoroti berbagai dampak yang mungkin meningkatkan timbul dari kegagalan mereformasi sektor logistik akibat hilangnya peluang; pertumbuhan menyoroti tantangan utama yang dihadapi Indonesia dalam memperkuat sistem logistik pengiriman barang dan meningkatkan konektivitas; serta membahas bagaimana beberapa “gejala” dari sistem logistik yang buruk di Indonesia ini bisa ditangani. Indonesia perlu Jika ingin mewujudkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi yang diperlukan untuk mendukung daerah- mengurangi kemiskinan dan berbagi kesejahteraan, Indonesia perlu meniadakan daerah tertinggal berbagai halangan yang saat ini menghambat daerah-daerah tertinggal untuk dalam mengakses terhubung ke peluang-peluang yang menghasilkan pertumbuhan. Daerah-daerah berbagai peluang tertinggal adalah tempat beradanya sebagian masyarakat termiskin di Indonesia: 55 yang menghasilkan persen dari jumlah penduduk di Papua adalah masyarakat miskin dan rentan,35 pertumbuhan dibandingkan dengan 30 persen di Jawa Barat. Konektivitas yang Perbedaan harga di antara berbagai daerah di Indonesia sering dianggap sebagai buruk mendorong salah satu dampak negatif terbesar dari konektivitas yang buruk, seperti rantai inflasi, yang pada pasokan yang tidak dapat diandalkan yang menghambat pedagang dan produsen 34 Kecuali dinyatakan lain, berbagai survei dan data yang digunakan dalam bagian ini adalah dari: Bank Dunia, 2015. “Meningkatkan Sistem Logistik Pengiriman Barang Indonesia: Suatu Rencana Aksi” (“Improving Indonesia’s Freight Logistics System: A Plan of Action”). 35 “Miskin dan rentan” merujuk pada 40 persen strata terbawah dari distribusi konsumsi rumah tangga. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 32 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia akhirnyapaling lokal untuk dapat dengan cepat menanggapi terjadinya perubahan harga. Logistik dirasakan oleh yang buruk menghambat ‘daya jual’ barang dan jasa di daerah-daerah terpencil, rumah tangga sehingga memicu kenaikan harga lebih cepat saat terjadi lonjakan permintaan. Inflasi miskin yang kemudian terjadi menurunkan daya beli dan mengurangi belanja untuk kesehatan dan pendidikan, yang pada gilirannya meningkatkan kemiskinan dan kerentanan. Sistem logistik Komponen kunci dalam mencapai konektivitas yang lebih baik adalah melalui sistem Indonesia masih pengiriman logistik yang lebih efisien. Meskipun perekonomian Indonesia belum berhasil mengalami pertumbuhan yang begitu pesat sejak tahun 2000, sistem logistik memenuhi pengiriman barang belum berhasil mengimbangi. Selain itu, akibat meningkatnya permintaan dan persaingan sebagai dampak dari globalisasi, Indonesia jauh tertinggal dari sesama mengakibatkan negara anggota G20 dan ASEAN. Indonesia menempati urutan ke-53 dari 160 perusahaan- negara dalam Indeks Kinerja Logistik (Logistics Performance Index, LPI) tahun 2014, di perusahaan menjadi bawah semua negara-negara anggota G20 dan negara-negara anggota ASEAN tidak berdaya saing lainnya yang berpenghasilan menengah. Para pedagang yang hendak mengirimkan barangnya dari Jawa atau Sumatera ke pulau-pulau lain dihadapkan pada rantai pasokan yang panjang dan terfragmentasi, ketidakpastian waktu pengiriman, dan biaya tinggi yang diperlukan untuk mengkompensasi 70 persen volume muatan kosong pada perjalanan pulang (backhaul). Akibatnya, biaya untuk mengirimkan peti kemas dari Shanghai di Tiongkok ke Jakarta lebih murah dibandingkan dengan dari Jakarta ke Padang di Sumatera Barat, meskipun jarak dari Shanghai ke Jakarta enam kali lipat jauhnya dibandingkan dengan jarak dari Jakarta ke Padang. a. Beberapa akibat dari kegagalan mereformasi sistem logistik Indonesia Indonesia Tanpa adanya perbaikan dalam sistem logistik angkutan barang, Indonesia akan kehilangan peluang- mengalami kerugian besar berupa hilangnya peluang, tidak hanya akibat integrasi peluang penting, internal yang lemah – karena konektivitas yang rendah akan menghambat upaya akibat buruknya daerah-daerah terpencil untuk mendiversifikasi perekonomian mereka, tetapi juga integrasi internal dari kegagalan untuk mengintegrasikan diri secara lebih penuh ke dalam rantai nilai maupun lemahnya global (Global Value Chains, GVCs). Indonesia juga akan mengalami kesulitan untuk partisipasi dalam mendiversifikasi produksi dan ekspornya, karena bisnis tidak akan terlalu terpapar rantai nilai global oleh persaingan dan tidak akan mampu mengembangkan keunggulan daya saingnya dalam memproduksi barang-barang manufaktur atau olahan bernilai tambah tinggi. Barang-barang bernilai tambah tinggi tersebut memiliki keterkaitan erat dengan logistik yang efisien: barang-barang tersebut harus memenuhi jadwal pengiriman yang ketat dengan biaya yang efektif, terpercaya, dan dapat diprediksi. Pulau-pulau terluar Logistik pengiriman barang yang buruk menimbulkan masalah dalam penghasil sumber menghubungkan daerah penghasil sumber daya di pulau-pulau terluar dengan pasar daya harus dan industri manufaktur yang terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera. Sebagian besar mengirimkan komoditas mentah harus dibawa dari pulau-pulau terluar tersebut untuk diproses di (komoditasnya) ke Jawa. Sementara itu, produk yang diproduksi, termasuk makanan olahan, harus sentra-sentra pasar diangkut dari Jawa ke pulau-pulau terluar tersebut. Demikian pula, agar industri dan industri manufaktur dapat tumbuh di luar Jawa, untuk dapat lebih dekat lagi dengan sumber manufaktur di Jawa pasokan utama mereka, sistem logistik pengiriman barang dan infrastruktur logistik dan Sumatera haruslah mampu mendukung hal tersebut. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 33 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tanpa perbaikan Meskipun merupakan prioritas yang tinggi bagi Pemerintah, pengembangan industri logistik, akan sulit yang terintegrasi secara vertikal dan bernilai tambah domestik yang lebih tinggi tidak untuk meningkatkan akan tercapai tanpa adanya perbaikan logistik. Berinvestasi pada fasilitas pengolahan nilai tambah di pulau-pulau terluar secara ekonomi tidak akan dapat berjalan secara berkelanjutan domestik … jika sistem logistik pengiriman barang yang ada tidak memungkinkan produsen untuk mengakses pasar domestik dan internasional melalui gerbang utama di Jawa dan Sumatera. Misalnya, infrastruktur logistik pengiriman barang yang buruk dan pungutan setempat yang tinggi menghambat pengembangan peternakan sapi dan sarana pengemasan daging di Nusa Tenggara. Demikian pula, kurangnya fasilitas ruang pendingin dan energi yang dapat diandalkan untuk memasok catu daya bagi ruang pendingin tersebut juga menghambat daerah-daerah di Indonesia timur untuk dapat sepenuhnya mengembangkan industri perikanan yang berdaya saing. … dan keikutsertaan Lebih lanjut, tanpa logistik pengiriman barang yang efisien dan terpercaya, Indonesia Indonesia dalam akan mengalami kesulitan dalam mengintegrasikan rantai pasokan dalam negeri rantai nilai global dengan rantai nilai global (Global Value Chains, GVCs). Hal ini akan menjadi peluang besar yang tersia-siakan, mengingat bahwa negara-negara yang telah berhasil menggandakan tingkat perdagangan yang terkait dengan GVC antara tahun 1995 dan 2008, mengalami peningkatan pendapatan per-kapita sebesar 12 persen lebih tinggi dari negara-negara lainnya.36 Kesertaan Indonesia dalam GVCs tertinggal dari negara-negara berpenghasilan menengah lainnya di ASEAN. Meskipun Indonesia menyumbang lebih dari setengah dari seluruh tenaga kerja manufaktur di ASEAN, Indonesia menghasilkan kurang dari 20 persen dari ekspor manufaktur di kawasan ini menurut nilainya. Hal ini menunjukkan tingginya harga yang harus dibayar akibat ketertinggalan kinerjanya dalam logistik pengiriman barang, selain tantangan- tantangan lainnya. b. “Gejala-gejala” paling menonjol dari buruknya logistik di Indonesia (i) Biaya tinggi yang disebabkan oleh kurang termanfaatkannya aset logistik Biaya Biaya logistik dapat diukur dengan berbagai cara. Salah satu metode pengukuran logistik Indonesia makro yang umumnya digunakan adalah dengan memperkirakan biaya logistik jauh lebih besar dari sebagai persentase dari PDB. Perkiraan terbaru menunjukkan bahwa besarnya biaya para pesaingnya logistik adalah sekitar 24 persen dari PDB di Indonesia, sementara di negara tetangga, Thailand dan Malaysia, biaya tersebut besarnya masing-masing 16 persen dan 13 persen dari PDB. Di tingkat mikro, survei perusahaan manufaktur yang dilakukan oleh Bank Dunia di Indonesia, Thailand, dan Malaysia, juga menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia jauh lebih tinggi, sebesar 20 persen dari penjualan, dibandingkan dengan Thailand (15 persen) dan Malaysia (13 persen). Komponen penting Survei Bank Dunia baru-baru ini di Jabodetabek, Surabaya, Semarang, Palembang, dari biaya logistik Medan, dan Makassar memberikan perincian mendetail dari biaya logistik di adalah biaya perusahaan manufaktur di Indonesia. Untuk produsen, total biaya logistik rata-rata persediaan, yang sebesar 20 persen dari penjualan dapat diperinci sebagai berikut: 17 persen untuk juga jauh lebih administrasi logistik, 17 persen untuk pergudangan, 26 persen untuk persediaan, tinggi dibandingkan serta 40 persen untuk pengangkutan dan penanganan barang. Biaya persediaan di negara-negara Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara-negara lain yang setara: di Thailand tetangga biaya ini berkontribusi sebesar 16 persen dari total biaya logistik dan sebesar 13 persen di Malaysia. Hal ini mencerminkan ketidakpastian dalam rantai pasokan di Bank Pembangunan Asia, 2014. “Pemutakhiran Perkiraan Pembangunan Asia tahun 2014: Asia di Rantai Nilai Global (Asian Development Outlook 2014 Update: Asia in Global Value Chain).” Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 34 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Indonesia. Banyak produsen benar-benar tidak mengetahui kapan barang-barang atau suku cadang mereka akan tiba, akibat ketidakpastian dalam penanganan di pelabuhan, dokumen, dan angkutan jalan. Untuk menghindari keterlambatan produksi, perusahaan manufaktur harus menjaga tingkat persediaan yang tinggi, hal ini juga berkontribusi terhadap peningkatan biaya logistik secara keseluruhan. Aset yang kurang Biaya logistik yang tinggi di Indonesia berkorelasi dengan rendahnya produktivitas termanfaatkan aset (truk, kapal, gudang, persediaan, dll). Sebagian besar aset logistik kurang adalah benang termanfaatkan dan oleh karena itu tidak produktif. Namun, biaya ini sulit untuk merah yang dihitung secara terpisah. Contohnya termasuk waktu yang terbuang pada saat transit menghubungkan karena lamanya waktu perputaran (turnaround time) kapal di pelabuhan, waktu yang semua komponen dibutuhkan untuk mengeluarkan barang dari pelabuhan, kenyataan bahwa truk harus biaya logistik di menunggu berjam-jam di pelabuhan sebelum muatan dapat diambil, dan buruknya Indonesia keterhubungan antara pelabuhan dan pedalaman serta jalanan yang padat. Survei Bank Dunia yang sama mengenai perusahaan manufaktur mendapati bahwa 60 persen dari waktu perjalanan truk dari kawasan industri di Jawa Barat ke pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta dihabiskan untuk mengantri atau terjebak dalam kemacetan lalu lintas. Selain mengurangi produktivitas dari aset truk, hal ini dapat menyebabkan truk tertinggal oleh kapal atau terlambatnya keberangkatan kapal dari pelabuhan. (ii) Rantai pasokan ke Indonesia timur yang panjang dan sangat terfragmentasi Rantai pasokan laut Biaya logistik yang tinggi yang disebabkan oleh kurang termanfaatkannya aset di Indonesia, logistik diperburuk oleh panjang serta rusaknya rantai pasokan untuk wilayah terutama ke pulau- Indonesia bagian timur. Pengapalan standar dari Jawa ke wilayah Indonesia timur pulau di wilayah biasanya harus singgah di dua pelabuhan berbeda, barang dimuat dan dibongkar timur, menjadi secara manual setidaknya sebanyak tiga kali sebelum tiba di tujuan akhir (Gambar 27). panjang dan Rantai pasokan seperti ini ini juga termasuk perjalanan sambungan ke pedalaman terfragmentasi dengan menggunakan truk kecil, serta penggunaan feri dan/atau kapal kayu berukuran kecil untuk mencapai pulau-pulau terluar. Moda angkutan ini sangat tidak efisien dalam hal waktu, penanganan, dan kerusakan barang, dan semakin meningkatkan biaya. Selain itu, pemilik barang di tujuan akhir biasanya tidak mengetahui status pengiriman barangnya, akibat kemampuan pelacakan dan penelusuran yang terbatas. Kesenjangan informasi dan efisiensi pengoperasian rantai pasokan ini biasanya mendorong para produsen dan pengecer untuk mengangkut persediaan yang lebih besar dari yang biasanya diperlukan, sehingga memperketat kas dan meningkatkan biaya persediaan serta biaya logistik secara keseluruhan. Rantai pasokan yang Rantai pasokan yang terfragmentasi tersebut semakin mempersulit penyediaan terfragmentasi logistik dengan biaya efisien pada perjalanan pulang (backhaul) untuk membantu menambah masalah membawa produk dari pulau-pulau terluar guna memenuhi permintaan domestik di perjalanan pulang Jawa dan Sumatera, atau untuk pasar ekspor. Seringkali kapal kembali ke Jawa dan (backhaul), dengan Sumatera dari Indonesia timur dalam keadaan lebih dari 70 persen kosong muatan seringnya kapal (hal ini dikenal sebagai masalah backhaul). Bandingkan dengan kenyataan bahwa kembali dengan kebanyakan kapal bermuatan 80-90 persen penuh pada pelayaran pergi mereka. muatan kurang dari setengah kapasitasnya Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 35 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 27: Rantai pasokan laut Indonesia panjang dan terfragmentasi Jakarta IMPORTS IMPOR Surabaya Other islands Pulau-pulau Container port Pelabuhan Peti in Kemas di lainnya Indonesia Eastern Timur Wilayah Indonesia PENURUNAN Konsolidasi MUATAN Manual Consolidation SECARA oleh FF by FF unloading MANUAL Ferry wooden Pengapalan Domestic ship JAVA Domestik shipping Bulk-short-sea Domestic BARANG DOMESTIK goods JAWA Unstaffing shipping container PEMUATAN Small Truk Kecil Manual SECARA Trucks loading MANUAL Small Container Penumpukan yard peti kemas Truk Kecil Trucks Depo peti kemas depot Container Maindi Pengecer Pulau-pulau Island Pengecer Retail Besar Retail Catatan: FF singkatan dari freight forwarder. Sumber: Bank Dunia. 2015. “Meningkatkan Sistem Logistik Angkutan Barang di Indonesia: Suatu Rencana Aksi” (iii) Lamanya waktu perputaran dan rendahnya tingkat efisiensi di pelabuhan dan jasa kepelabuhanan Waktu pengiriman Waktu yang dihabiskan di pelabuhan turut mempengaruhi lamanya waktu barang terkait erat pengiriman barang pada rute domestik (Gambar 28). Selain itu, waktu perputaran dengan waktu yang (turnaround time) kapal sering tidak menentu dan tidak dapat diandalkan, karena dihabiskan di banyak pelabuhan memiliki rentang waktu perputaran yang cukup besar dari rata- pelabuhan rata. Pihak pelayaran harus mengantisipasi ketidakpastian ini pada jadwal mereka, sehingga waktu pengiriman barangnya meningkat dua hari atau lebih jika kapal berada di pelabuhan tertentu selama lebih dari tiga hari, sehingga aset pengapalan tidak termanfaatkan dengan optimal. Tingkat efisiensi Survei terhadap pelayaran domestik yang dilakukan untuk studi Bank Dunia yang yang rendah lazim disebutkan di atas, menunjukkan bahwa rendahnya tingkat efisiensi di pelabuhan terjadi di pelabuhan dan jasa kepelabuhanan menghambat pihak pelayaran untuk mematuhi jadwal dan jasa mereka. Misalnya, pada tahapan sebelum kapal berlabuh (pre-berth), ketersediaan slot kepelabuhanan … (pencadangan tempat) dan pemrograman waktu sandar (berth windows) di dermaga dapat menjadi masalah. Ketika berlabuh, jam kerja pekerja bongkar muat (stevedores) bisa terbatas dan produktivitas pekerja seringkali rendah, sementara pada saat berada di dok, penanganan dan pembongkaran peti kemas secara manual seringkali diwajibkan sebelum barang dapat keluar dari pelabuhan. Meskipun hasil survei menunjukkan bahwa kinerja kepelabuhanan secara umum meningkat selama lima tahun terakhir, waktu yang dihabiskan di beberapa pelabuhan seringkali masih mencapai setengah dari waktu pelayaran. Hal seperti ini umum terjadi di Indonesia timur. … dan biaya Selain itu, beberapa pelabuhan mengenakan biaya penanganan peti kemas yang penanganan peti kemas sangat tinggi dan kurang sepadan dengan kualitas layanannya. Bahkan, biaya bisa tinggi penanganan peti kemas ternyata lebih tinggi di pelabuhan-pelabuhan yang waktu perputarannya paling lama, yang mencerminkan tingginya daya tawar serikat pekerja ketimbang produktivitas layanan yang disediakan. Di angkutan jalan, Sumber ketidakpastian dalam angkutan darat terutama berasal dari kemacetan, ketidakpastian keterlambatan, dan rendahnya kualitas layanan. Survei Bank Dunia terhadap 83 timbul dari perusahaan angkutan truk yang beroperasi di wilayah Jabodetabek menyoroti waktu Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 36 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kemacetan, menganggur (idle) dan waktu tunggu yang lama akibat kemacetan atau antrian di keterlambatan, dan pelabuhan (rata-rata, sepertiga dari total waktu perjalanan pulang pergi ke dan dari rendahnya kualitas Tanjung Priok dihabiskan untuk menunggu di pabrik-pabrik atau di pelabuhan), dan layanan efisiensi yang rendah dalam sinkronisasi pengiriman dan pengambilan barang muatan. Ini merupakan contoh lain dari aset logistik yang kurang termanfaatkan. (iv) Fasilitasi perdagangan yang kurang baik dan waktu tunggu yang lama akibat persyaratan birokrasi yang membebani Fasilitasi Meskipun upaya serius telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk perdagangan meningkatkan fasilitasi perdagangan di pelabuhan Tanjung Priok, langkah-langkah melalui operasi reformasi ini telah kehilangan momentum karena hanya dilaksanakan secara parsial. penuh sepanjang Misalnya, pengoperasian sepanjang waktu (24/7), yang membutuhkan pendanaan waktu (24/7) masih lembaga-lembaga kepelabuhanan dengan baik agar tetap menyediakan layanan di belum terwujud akhir pekan, belum tersedia. Selain itu, beberapa aturan yang tidak perlu seperti pemeriksaan sebelum pengapalan (pre-verification inspection), yang tidak memberikan nilai intrinsik, tetap dilakukan. Waktu tunggu yang Waktu tunggu peti kemas adalah total waktu yang diperlukan untuk mengeluarkan lama menambah peti kemas dari pelabuhan, mulai dari saat kapal berlabuh sampai saat peti kemas biaya yang sudah keluar dari pelabuhan. Bagi produsen, terutama barang ekspor dan re-ekspor, waktu tinggi tunggu yang lebih lama berarti keterlambatan ketersediaan pasokan barang, yang akan meningkatkan ketidakpastian serta mengharuskan adanya tingkat persediaan maupun biaya total persediaan (carrying cost) yang lebih tinggi. Lagi-lagi, aset, baik berupa sumber daya pasokan barang maupun logistik, menjadi “mati” (terikat/tidak produktif) ketimbang termanfaatkan secara produktif. Gambar 28: Lama waktu pengapalan berkorelasi Gambar 29: ... sementara volume barang muatan kuat dengan lama waktu perputaran (turnaround tidak menjelaskan lamanya waktu tunggu peti time) di pelabuhan… kemas (volume, kiri, ribu TEUs; hari, kanan) Waktu pengapalan barang Vs Waktu perputaran (hari) 250 10 225 Hari 8 200 6 175 Volume 4 150 2 Waktu perputaran di pelabuhan Jan-11 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia. Catatan: Data untuk Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. TEUs singkatan dari 20-foot equivalent units (unit setara 20-kaki). Sumber: Badan Kerjasama Internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency); perhitungan staf Bank Dunia Waktu tunggu yang Penjelasan utama atas waktu tunggu yang lama adalah karena penundaan yang lama terutama disebabkan oleh prosedur administrasi dan birokrasi dalam penyerahan Persetujuan disebabkan oleh Impor Barang (PIB). Meskipun Tanjung Priok beroperasi mendekati kapasitas Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 37 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia prosedur penuhnya (sehingga memberikan operator terminal ruang fisik yang terbatas untuk pemeriksaan bermanuver), infrastruktur pelabuhan tidak dapat sepenuhnya menjelaskan kepabeanan yang penundaan yang sering terjadi dalam proses pengeluaran peti kemas dari pelabuhan panjang (clearing) (Gambar 29). Terdapat sangat sedikit korelasi antara volume barang muatan yang ditangani dan lamanya waktu tunggu. Sebaliknya, proses birokrasi yang panjang adalah penyebab utama keterlambatan dalam tahapan sebelum (pre-customs clearance) dan selama pelaksanaan pemeriksaan kepabeanan . (v) Lingkungan peraturan yang terfragmentasi, aturan investasi yang rumit dan kebijakan PMA yang membingungkan Terlalu banyak Penyedia layanan logistik (Logistics Service Provider, LSP) di Indonesia, seperti lembaga yang perusahaan angkutan truk dan ekspedisi, beroperasi di lingkungan peraturan yang menerbitkan dan sangat terfragmentasi. Terlalu banyak lembaga yang menerbitkan dan menerapkan menerapkan begitu peraturan. Sembilan undang-undang nasional dan lebih banyak lagi keputusan banyak peraturan, menteri dan peraturan pemerintah daerah menjadi pedoman bagi logistik di meningkatkan biaya Indonesia. Fragmentasi ini mengindikasikan bahwa peraturan perundang-undangan logistik dikembangkan secara sendiri-sendiri oleh masing-masing kementerian, sehingga sering mengakibatkan benturan kepentingan lintas kementerian dansektor. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya peraturan pemerintah daerah yang menyasar logistik sebagai sumber pendapatan yang mudah, mensyaratkan perizinan berganda dan tidak perlu, mengenakan pungutan tanpa menyediakan layanan terkait, adanya pungutan untuk angkutan dan bongkar/muat barang, dan hambatan perdagangan antar kabupaten. Lingkungan Sebagai suatu sektor yang berkembang, industri jasa logistik terus berevolusi dan peraturan di berusaha untuk memenuhi tuntutan baru. Namun, aturan yang rumit dalam Indonesia tidak berinvestasi di sektor ini dan akses terhadap pasar yang terbatas menghambat proses memfasilitasi tersebut. Pertama, kerangka peraturan tidak sepenuhnya mengakui logistik sebagai investasi di suatu kegiatan tersendiri, sehingga tidak memfasilitasi pengintegrasian layanan rantai perusahaan yang pasokan. LSP diwajibkan untuk memisahkan usaha mereka menjadi entitas-entitas bergerak di banyak hukum yang berbeda untuk setiap kegiatan tertentu. Misalnya, jasa angkutan truk, bidang (multi- jasa ekspedisi dan pergudangan semua harus terdaftar sebagai lembaga-lembaga yang activity) dan berbeda. Kedua, ketentuan pembatasan dalam penanaman modal asing (Foreign menyediakan Direct Investment, FDI/PMA) terkait kegiatan logistik sejak tahun 2014 telah layanan logistik membatasi kepemilikan asing menjadi 30 atau 49 persen (tergantung kegiatannya) terpadu dan membatasi fleksibilitas yang diperlukan untuk mendirikan LSP yang terpadu. Ketiga, operator angkutan diwajibkan untuk mendapatkan 12 perizinan di tingkat nasional dan daerah dan, sebagai akibatnya, Kementerian Perhubungan telah memproses sekitar 2.000 perizinan setiap harinya. Terakhir, para pemain dominan di sektor ini, seperti serikat pekerja dan badan usaha milik negara, sering memiliki monopoli terhadap kendali atas fasilitas infrastruktur yang bisa menyebabkan kelambatan (bottleneck), seperti di pelabuhan dan terminal peti kemas. Gudang kewalahan Ketentuan terkait pelaporan yang memberatkan dan kebijakan PMA yang dengan peraturan membingungkan bagi pergudangan komersial juga melemahkan sektor logistik. mengenai pelaporan, Misalnya, pemilik, pengelola, atau penyewa gudang harus menyerahkan laporan sementara PMA administrasi bulanan kepada Pemerintah Daerah, serta mengirimkan tembusannya dibatasi ke Kementerian Perdagangan, mengenai semua nama , jumlah, saat masuk, saat keluar, dan jumlah harian barang yang disimpan di gudang. Selain itu, pada tahun 2014 pergudangan dimasukkan ke dalam Daftar Negatif Investasi (DNI) dengan batas modal asing sebesar 33 persen, sedangkan batasan bagi pergudangan ruang pendingin di luar Bali, Jawa, dan Sumatera adalah sebesar 67 persen. Pada tanggal 11 Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 38 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Februari, 2016, Pemerintah mengumumkan revisi DNI. Menurut perubahan tersebut, ruang pendingin (cold storage) diharapkan menjadi terbuka untuk 100 persen kepemilikan asing dan pergudangan umum menjadi sebesar 67 persen. Peraturan fiskal saat Selain itu, sistem pajak pertambahan nilai (PPN) yang ada turut berkontribusi ini juga menambah terhadap biaya logistik yang lebih tinggi dan mengurangi daya saing internasionalnya. tingginya biaya Karena layanan angkutan laut dan darat serta layanan angkutan udara domestik – logistik yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengiriman internasional melalui udara – dibebaskan dari PPN, perusahaan-perusahaan tidak dapat meminta kembali PPN yang dibayarkan untuk barang-barang masukan (input) mereka, termasuk bahan bakar kapal.37 Hal ini menempatkan perusahaan-perusahaan dalam negeri pada posisi yang tidak menguntungkan dibanding dengan para pesaing internasional, karena kebanyakan negara-negara menerapkan tarif PPN sebesar nol persen untuk barang-barang yang diperuntukkan bagi pasar internasional, yang memungkinkan mereka untuk meminta pengembalian PPN masukan mereka dan mengurangi biaya bisnis mereka. Selain itu, perlakuan PPN yang berbeda bagi jasa pengiriman domestik dan internasional mengakibatkan biaya akuntansi yang lebih tinggi untuk perusahaan-perusahaan besar yang menyediakan kedua layanan tersebut. (vi) Kesenjangan infrastruktur di sektor logistik Semua pelabuhan di Kurangnya investasi di bidang infrastruktur telah lama menjadi salah satu hambatan Indonesia, terlepas utama pembangunan perekonomian Indonesia; Hal ini juga berlaku untuk dari ukurannya, infrastruktur logistik pengiriman barang.38 Dari sudut pandang logistik angkutan perlu ditingkatkan laut, ketidakefisienan dalam layanan kepelabuhanan akibat kurangnya infrastruktur yang tepat sangat mempengaruhi kinerja dari rangkaian berikutnya dalam rantai pasokan. Beberapa pelabuhan yang lebih besar dan lebih sibuk saat ini mampu beroperasi pada tingkat kinerja yang dapat diterima, namun kinerjanya tetap terpengaruh oleh kendala perhubungan di pedalaman dan kesulitan dalam memperluas kegiatan melalui partisipasi sektor swasta akibat peraturan yang ada. Bahkan, semua pelabuhan di Indonesia, terlepas dari ukurannya, membutuhkan peningkatan kapasitas, akses yang lebih baik ke pedalaman, dan/atau peningkatan teknologi. Angkutan darat Dari sudut pandang angkutan darat, truk adalah moda angkutan utama untuk didominasi oleh mendistribusikan produk akhir dari sentra produksi ke pasar. Secara historis, salah truk, yang secara satu alasan untuk hal tersebut adalah ketersediaan bahan bakar bersubsidi. Para historis didorong pedagang menggunakan jasa angkutan truk secara luas karena moda transportasi oleh subsidi BBM alternatif yang dapat diandalkan – seperti kereta api atau kapal antar pulau – yang tersedia saat ini sangat sedikit di Indonesia. Meskipun tersedia BBM bersubsidi, biaya angkutan truk di Jawa lebih tinggi dari tolok ukur internasional sebagai akibat dari adanya kemacetan. Misalnya, jarak dari kawasan industri di Jawa Barat ke pelabuhan rata-rata adalah sekitar 60 km, tapi truk hanya melakukan satu perjalanan per hari. Biaya rata-rata angkutan truk-trailer di Jawa adalah sebesar AS$ 1,31/km, dibandingkan dengan rata-rata di seluruh dunia sebesar AS$ 1,00/km dengan jarak perjalanan yang mungkin lebih panjang dibandingkan dengan rata-rata truk di Jawa. 37Sistem PPN ini berlaku untuk perusahaan dengan omset tahunan bruto melebihi Rp 4,8 miliar. 38Lihat Bagian B.2 dari Perkembangan Perekonomian Triwulanan edisi bulan Oktober 2013 untuk pembahasan mengenai permasalahan peningkatan infrastruktur pelabuhan. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 39 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 3: Potret industri logistik di Indonesia Industri logistik Indonesia sangat terfragmentasi. Kecuali operator pelabuhan, sebagian besar LSP adalah perusahaan milik keluarga yang berfokus pada pasar atau wilayah geografis tertentu. Mereka biasanya beroperasi sebagai perusahaan jasa ekspedisi kecil yang melayani angkutan darat dan laut, terutama dari pelabuhan ke tujuan pedalaman, dan biasanya, jikapun ada, memiliki aktiva tetap yang sedikit. Sebagian kecil dari mereka ini mengatur pengiriman antar pulau, tetapi hanya beberapa LSP yang memiliki kapasitas yang mencukupi untuk bertindak sebagai penyedia jasa angkutan umum non-kapal. Penyedia jasa logistik pihak ketiga (third-party logistics providers, 3PLs) termasuk perusahaan-perusahaan internasional yang beroperasi di Indonesia melalui usaha patungan dan perusahaan-perusahaan jasa ekspedisi domestik yang lebih besar dan lebih inovatif, terutama yang berpengalaman dalam jasa pengiriman barang. Bisnis inti 3PLs modern adalah jasa pergudangan dan distribusi, yang merupakan platform bagi mereka untuk menyediakan layanan bernilai tambah. 3PLs ini cenderung memilih menyewakan fasilitas penyimpanan dan mengelola gudang bagi pihak-pihak lain. Pergudangan melibatkan pengelolaan persediaan dan distribusi oleh 3PLs bagi para vendor atau pengecer. 3PLs terbesar menggunakan sistem pengelolaan gudang yang mampu berinteraksi dengan sistem perencanaan sumber daya perusahaan klien. Industri angkutan jalan untuk barang terdiri dari dua segmen utama: angkutan ke dan dari pelabuhan serta angkutan barang di daerah dan di perkotaan. Perusahaan jasa ekspedisi kecil dan perusahaan angkutan jalan yang beroperasi dengan truk-truk besar mendominasi segmen pertama. Angkutan barang di daerah dan di perkotaan disediakan oleh baik perusahaan besar maupun kecil dengan menggunakan berbagai macam mobil bak (van) dan truk. Pasar angkutan barang dengan truk sangat terfragmentasi: analisa terhadap perusahaan-perusahaan penyedia layanan angkutan truk di Tanjung Priok mengungkapkan bahwa lebih dari 75 persen dari perusahaan-perusahaan tersebut memiliki truk sebanyak 20 unit atau kurang. Meskipun tengah dilakukan beberapa konsolidasi, hanya terdapat sedikit dukungan kebijakan untuk membantu proses tersebut. Fragmentasi ini berarti bahwa perusahaan-perusahaan kecil masuk ke dalam pusaran pendapatan rendah, dimana kemacetan lalu lintas meningkatkan waktu mengganggur, dan mengakibatkan pengoperasiannya semakin tidak menguntungkan. Hal ini menyebabkan terjadinya praktik-praktik pengangkutan barang dengan beban berlebihan untuk mengkompensasi kerugian, yang berbahaya bagi keselamatan di jalan. Perusahaan-perusahaan kecil seringkali memiliki truk yang sudah tua, karena mereka tidak mampu membeli yang baru. Perusahaan-perusahaan besar yang terlibat dalam angkutan di daerah mengganti truk setiap 8 tahun, karena jarak tempuh truk-truk mereka 80.000 sampai 120.000 km per tahun, yang memungkinkan untuk menutup biaya operasional dan penyusutan. Jasa pengiriman peti kemas antar pulau adalah segmen yang penuh persaingan. Lima perusahaan pelayaran besar mengoperasikan 170 armada kapal dan mengangkut sekitar setengah dari total lalu lintas barang, sementara 52 perusahaan pelayaran kecil mengoperasikan armada yang tersisa dari kapal peti kemas. Hampir semua kapal peti kemas memiliki derek yang terpasang di dek dan dapat difungsikan di pelabuhan yang tidak memiliki peralatan penanganan peti kemas. Kapasitasnya bervariasi, mulai dari di bawah 100 TEUs hingga 1.800 TEUs, dengan rata-rata sekitar 300 TEUs. Kapal-kapal yang lebih besar (> 700 TEUs) hanya berjumlah 14 persen dari armada peti kemas, tetapi dapat melayani sekitar sepertiga dari total kapasitas armada. Rata-rata usia kapal adalah sekitar 20 tahun. Kebanyakan kapal dibeli dalam kondisi purna pakai, meskipun beberapa kapal yang lebih muda, di kisaran 300-600 TEUs, tampaknya dibeli dalam kondisi baru. Perusahaan-perusahaan pelayaran terus membeli kapal dengan derek terpasang, meskipun kapal yang tanpa derek berpotensi menghemat biaya modal dan biaya operasional, karena ada keengganan untuk bergantung pada pelabuhan untuk memberikan layanan yang andal. Selain itu, ada sejumlah besar kapal RoRo (Roll- on/Roll-off atau feri) dan kapal kayu yang mengangkut muatan gabungan (yaitu muatan dalam unit-unit dan terdiri dari beberapa jenis muatan dan digabung dengan menggunakan pallet, bag, karton). Kapal RoRo cenderung berukuran kecil, dengan tonase kotor terdaftar rata-rata sama dengan kapal peti kemas berkapasitas 20 TEU. Wawancara dengan perusahaan-perusahaan menunjukkan bahwa kecepatan operasi rata-rata kapal peti kemas adalah sekitar 10 sampai 12 knot, meskipun kecepatan desain untuk kapal tersebut adalah 15-18 knot. Slow steaming (praktik pengoperasian kapal kargo lintas samudera, terutama kapal peti kemas, dengan kecepatan jauh di bawah kecepatan maksimumnya) adalah praktik yang jamak dilakukan di Indonesia karena jarak perjalanan yang pendek. Untuk rute yang lebih pendek, jarak antara pelabuhan satu dan lainnya dapat ditempuh dalam 1-2 hari dan setiap peningkatan kecepatan hanya akan mengurangi waktu perjalanan dengan beberapa jam saja, yang kemudian akan dihabiskan untuk menunggu di pelabuhan. Penurunan kecepatan memberikan penghematan besar dalam biaya bahan bakar, yang mencakup sebagian besar biaya operasional kapal. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 40 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia c. Reformasi yang penting dan kerangka kebijakan Empat bidang utama Pemetaan dari berbagai “gejala” sistem logistik pengiriman barang yang buruk di reformasi logistik Indonesia mengungkapkan hubungan yang saling berkaitan pada empat bidang jelas diperlukan, utama: infrastruktur, tata kelola, kelancaran rantai pasokan, dan kualitas dimulai dengan layanan/kompetensi. Hubungan yang saling berkaitan ini memerlukan pendekatan pembentukan Satuan holistik untuk reformasi logistik. Pertama, pembentukan Satuan Tugas Logistik Tugas Logistik dengan dukungan politik yang kuat dan mandat yang jelas untuk melaksanakan dan mengawasi reformasi lintas sektoral atau investasi publik dalam sistem logistik pengiriman barang akan membantu meningkatkan koordinasi antar lembaga. Hal ini juga akan berfungsi untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas pelaksanaan reformasi. Kedua, biaya masuk Perubahan peraturan di sektor logistik diperlukan untuk mendorong investasi di yang lebih rendah sektor jasa logistik yang lebih efisien dan beragam. Perubahan tersebut dapat untuk LSP dan 3PLs diterapkan di berbagai bidang seperti hambatan masuk, persaingan, sistem fiskal, dapat mendorong dan hambatan internal, dengan maksud untuk menurunkan biaya masuk dan biaya pengembangan jasa operasi Penyedia Jasa Logistik (Logistics Service Provider, LSP) dan Penyedia Jasa logistik berkualitas Logistik Pihak Ketiga (Third Party Logistics Providers, 3PL) yang berkualitas. Salah satu tinggi pilihannya adalah dengan mengurangi pembatasan berganda bagi PMA dalam bidang logistik dan mengakui pentingnya PMA sebagai sumber pengetahuan. Ketiga, Ada kebutuhan mendesak untuk mengurangi kebuntuan peraturan dalam rantai meningkatnya pasokan. Hal ini penting untuk daya saing perusahaan-perusahaan serta kemampuan efisiensi rantai mereka dalam menanggapi peluang pasar. Efisiensi rantai pasokan diperlemah oleh, pasokan dapat misalnya, kemacetan di pelabuhan dengan waktu tunggu yang lama dan sentra-sentra membantu industri dengan fasilitas pergudangan yang buruk. Untuk mempersingkat lamanya perusahaan- waktu tunggu peti kemas, operator pelabuhan dapat diberi mandat oleh Pemerintah perusahaan untuk untuk mengukur lamanya waktu tunggu di semua pelabuhan internasional dan bersaing… terminal peti kemas domestik dan memungkinkan publik untuk mengakses data tersebut secara daring (online). … sementara sistem Indonesia telah secara parsial menerapkan fasilitas National Single Window (sistem yang benar-benar nasional yang memungkinkan dilakukannya penyampaian data dan informasi secara tanpa kertas tunggal melalui satu pintu) (Indonesia National Single Window, INSW) yang (paperless) akan memungkinkan para pihak yang terlibat dalam perdagangan dan transportasi untuk membantu menyerahkan informasi dan dokumen yang telah distandarisasi pada titik masuk meningkatkan (entry point) tunggal guna memenuhi semua persyaratan impor, ekspor, dan peraturan fasilitasi terkait angkutan. Namun, belum ada upaya yang dilakukan untuk meninjau kembali perdagangan prosedur administrasi pengiriman dan/atau pengeluaran barang (clearance) yang ada dan pengelolaan risiko di lembaga-lembaga pengendali lintas batas. Walaupun demikian, pembentukan Badan INSW pada bulan Juli 2015 adalah langkah menuju fasilitas satu pintu yang sepenuhnya otomatis dan menjadi pertanda baik untuk masa depan. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 41 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Selain itu, prioritas Untuk mengatasi kesenjangan yang paling mendesak dalam infrastruktur logistik, perluasan atau keputusan terkait pelabuhan-pelabuhan mana yang dapat secara layak diperluas di pemindahan lokasi mereka saat ini, dan pelabuhan-pelabuhan mana yang sangat terkendala oleh pelabuhan dapat lingkungan perkotaan yang padat dan harus dipindahkan ke luar dari kota yang membantu menutup mereka layani saat ini, harus dipercepat. Pelabuhan-pelabuhan yang diprioritaskan kesenjangan harus mendapatkan dana investasi yang cukup untuk membersihkan alur masuknya, infrastruktur yang memperpanjang dermaga yang ada guna meningkatkan kapasitas berlabuh, dan mendesak untuk memasang mesin derek dermaga guna meningkatkan kapasitas dan efisiensi bongkar/muat. Di samping itu, partisipasi operator swasta dapat didorong baik melalui kemitraan pemerintah-swasta (KPS) atau melalui proyek-proyek sektor swasta. Saat ini, hanya Pelindo, perusahaan kepelabuhanan milik negara, yang memiliki mitra sektor swasta (internasional), yang menjamin bahwa terminal tersebut beroperasi dengan teknologi tercanggih guna menjaga produktivitas yang tinggi. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 42 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2. Menyelaraskan penetapan harga, peraturan dan investasi untuk mendukung pengembangan energi berkelanjutan Pernyataan Pada Konferensi Para Pihak (COP21) ke-21 di Paris di bulan Desember, Presiden Pemerintah Jokowi berkomitmen untuk mencapai target energi terbarukan sebesar 23 persen mengenai komitmen dalam bauran energi primer pada tahun 2025. Ini adalah suatu seruan untuk terhadap pemakaian mengevaluasi kembali bauran energi di Indonesia, khususnya di sektor listrik. energi terbarukan Taruhannya tinggi. Infrastruktur energi yang baru sangat dibutuhkan untuk sebesar 23 persen, memenuhi peningkatan permintaan. Permintaan tenaga listrik di Indonesia mendorong diproyeksikan oleh Pemerintah akan bertumbuh sekitar 8,8 persen per tahun dari dilakukannya tahun 2015 sampai 2024, dari 219,1 menjadi 464,2 terawatt-jam (TWh).39 Setelah evaluasi ulang atas dibangun, infrastruktur dan sistem dan kebijakan yang mendukungnya sulit untuk bauran energi di diubah, dan dampak lingkungan serta sosialnya akan tetap ada selama beberapa Indonesia dekade. Menentukan kombinasi yang tepat akan penetapan harga, peraturan, dan kebijakan investasi, yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing sumber energi bersih dan konsumen energi, bukanlah tugas yang mudah. Namun manfaatnya bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia sangat besar(Kotak 4). Mengingat kerumitan dari beragamnya tantangan sektor energi di Indonesia, artikel ini mengidentifikasi beberapa bidang yang dapat membantu mempercepat pencapaian sasaran Pemerintah untuk energi berkelanjutan. Kotak 4: Kebijakan energi bersih di Indonesia dapat memberi manfaat secara lokal dan global Bank Dunia memperkirakan bahwa pelaksanaan sejumlah langkah-langkah kebijakan dapat berkontribusi secara signifikan pada penurunan (emisi) gas rumah kaca Indonesia (GRK) dan memberikan manfaat ekonomi neto.1 Secara khusus, implementasi penuh dari perubahan tarif listrik baru-baru ini, Peraturan Berbasis Kinerja (Performance Based Regulation) untuk perhitungan subsidi listrik bagi perusahaan listrik milik negara - PLN, fasilitasi perizinan untuk para Produsen Listrik Swasta (IPP - Independent Power Providers), dan pelaksanaan UU Panas Bumi tahun 2014 berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca antara 254 sampai 487 juta ton pada sebuah siklus hidup. Hal ini juga menghemat biaya, yang secara konservatif diperkirakan sebesar USD 28,8 juta per tahun, dari pencegahan kerusakan lingkungan. Ini tidak termasuk keuntungan finansial lainnya dari berkurangnya anggaran subsidi. Bagaimanapun juga, perlu dicatat bahwa dampak intervensi kebijakan terhadap emisi gas rumah kaca secara inheren tidaklah pasti jika dibandingkan dengan dampak proyek-proyek investasi tertentu, terutama karena jumlah, besaran dan waktu investasi yang dapat terwujud sebagai hasil dari intervensi kebijakan tersebut sulit untuk diperkirakan dengan pasti. 1 Bank Dunia, 2015, Indonesia - program pinjaman kebijakan ( Development Policy Loan) pengembangan energi berkelanjutan dan inklusif, hal.36 http://documents.worldbank.org/curated/en/2015/12/25251449/indonesia-sustainable-inclusive-energy-development- policy-loan-program Batubara adalah raja Meningkatnya ketergantungan terhadap batubara dalam negeri yang murah untuk di sektor listrik memenuhi peningkatan permintaan dan untuk keamanan energi tidak harus Indonesia, tetapi mendikte masa depan energi Indonesia. Batubara adalah sumber bahan bakar yang tidak harus dominan saat ini untuk pembangkit listrik dalam negeri yang mencapai 52,9 persen menentukan masa pasokan daya di tahun 2014 (Gambar 30). Perkiraan saat ini menyatakan bahwa depan energi di dominasi ini meningkat secara substansial dari tahun 2015 sampai 2024, baik dari negeri ini segi pangsa batubara pada total tenaga listrik yang dihasilkan (Gambar 31) maupun pangsa kapasitas pembangkit terpasang. Proyeksi peningkatan kapasitas terpasang pembangkit Indonesia adalah sebesar 70,4 gigawatt (GW) pada kurun waktu 10 tahun, dan berdasarkan rencana yang ada saat ini sekitar 60 persen dari kapasitas pembangkit-pembangkit yang baru diperkirakan berbahan bakar batubara, 20.1 persen dari gas, 13,2 persen dari PLTA, 6,8 persen dari panas bumi, dan 0.1 persen dari energi terbarukan lainnya. Tetapi Nusantara dianugerahi dengan potensi yang 39 Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2015-2024 Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 43 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia signifikan dari energi terbarukan serta cadangan gas alam. Sumber daya tenaga air dan panas bumi masing-masing mewakili sekitar 75 GW dan 29 GW kapasitas daya potensial. Energi matahari dan biomassa juga menawarkan peluang baru. Selain itu, Indonesia memiliki cadangan gas alam konvensional terbesar ketiga di kawasan Asia Pasifik (sekitar 103 triliun kaki kubik).40 Sumber daya dalam negeri ini memberi peluang untuk melakukan diversifikasi bauran bahan bakar yang dapat memperkuat keamanan energi, mengurangi dampak lingkungan penggunaan batubara, dan mendorong Indonesia mencapai tujuan Pemerintah menuju jalur energi yang lebih berkelanjutan. Gambar 30: Pembangkit listrik berdasarkan sumber Gambar 31: Proyeksi pembangkit listrik berdasarkan energi primer, 2014 sumber energi primer, 2015-2024 (total pangsa, persen) (gigawatt-jam) Oil Gas Coal Oil Gas Coal Hydro Geothermal Others NRE Hydro Others NRE Imports Geothermal 600,000 0.4 4.4 500,000 6.7 11.5 400,000 300,000 24.1 200,000 52.9 100,000 - 2015 2017 2019 2021 2023 Sumber: Dewan Energi Nasional (DEN) Sumber: RUPTL 2015-2024 Pemerintah memiliki Kebijakan dan target pemerintah membantu menyediakan kerangka kerja untuk peta jalan (roadmap) melakukan transisi ke jalur energi yang lebih berkelanjutan. Pada bulan Juni 2015, bagi masa depan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengeluarkan peta jalan, energi yang lebih “Percepatan Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan (2015-2019)”, untuk berkelanjutan mendukung pencapaian tujuan untuk memenuhi 23 persen kebutuhan energi primer di Indonesia dari sumber energi baru dan terbarukan pada tahun 2025. Selain itu, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) mendefinisikan tujuan jangka pendek khusus untuk sektor energi. Hal ini termasuk Untuk secara handal dan efisien memenuhi permintaan energi yang meningkat dengan memperluas pasokan energi primer dalam negeri melalui peningkatan produksi minyak dan gas sebanyak mungkin, untuk mengatasi masalah keamanan energi; Untuk bertransisi menuju jalur pembangunan sektor energi yang berkelanjutan melalui peningkatan penggunaan gas dalam negeri, energi terbarukan dan peningkatan skala efisiensi energi; Untuk mewujudkan sektor energi yang lebih efisien dan kompetitif; dan Untuk mewujudkan akses universal yang sebesar-besarnya terhadap tenaga listrik. 40 Cadangan ini terdiri dari ladang-ladang gas konvensional yang sudah tua dan menurun produksinya, akumulasi stranded gas konvensional (yang tidak dikomersialkan karena kurangnya infrastruktur), serta sumber-sumber gas konvensional maupun non- konvensional yang belum sepenuhnya dievaluasi. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 44 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Selain itu, sebagai bagian dari Kontribusi Nasional (Nationally Determined Contribution - NDC), Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 29 persen pada tahun 2030 (dan sebesar 41 persen dengan bantuan internasional). Untuk mencapai Sebagaimana tercantum di dalam peta jalan Kementerian ESDM ini, realisasi potensi tujuan peta jalan ini, energi bersih di Indonesia dapat dipercepat dengan koordinasi yang baik antara kerja sama yang baik kebijakan penetapan harga, peraturan, dan investasi yang terencana. Kebijakan baru antara penetapan yang mendorong bahan bakar yang lebih bersih akan berinteraksi dengan kebijakan harga yang lebih yang ada yang mendukung investasi di sektor infrastruktur dan investasi jangka tajam, peraturan, pendek. Pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi perlu dilakukan dengan dan kebijakan pemahaman bahwa tidak ada instrumen manapun yang bisa berjalan sendiri -baik investasi harus dapat harga, peraturan maupun kebijakan investasi-, untuk menyelesaikan masalah dengan diwujudkan cepat. Artikel ini mengidentifikasi beberapa bidang yang mungkin memerlukan kebijakan pendukung untuk mencapai hasil yang diinginkan. Umumnya, kebijakan, peraturan dan investasi yang terkoordinasi dengan baik yang mengarah pada bauran bahan bakar yang lebih bersih adalah hasil dari suatu sistem tata kelola yang memiliki mekanisme insentif dan akuntabilitas untuk merencanakan dan mencapai target Pemerintah. Penguatan tata kelola sektor dan peningkatan efisiensi dan daya saing sangat diperlukan untuk mencapai target energi bersih yang lebih ambisius. Walaupun agendanya terlalu luas untuk diliput di dalam satu artikel, peningkatan kejelasan akan tanggung jawab dan akuntabilitas kelembagaan dalam penetapan dan implementasi kebijakan energi di antara dan di dalam lembaga-lembaga pemerintah harus terus menerus diupayakan. a. Penetapan Harga Penetapan harga Kebijakan harga energi yang baik merupakan salah satu instrumen terbaik dapat berperan luas pemerintah untuk menciptakan insentif bagi produksi dan penggunaan energi yang sebagai insentif efisien. Selain pengurangan subsidi BBM yang dipublikasikan dengan baik, belum untuk meningkatkan lama ini pemerintah telah membuat kemajuan di sektor kelistrikan. Pertama, efisiensi dan semenjak tahun 2014 pemerintah telah menyesuaikan sebagian besar tarif listrik produksi serta untuk lebih mencerminkan biaya penyediaan tenaga listrik yang sebenarnya dan penggunaan energi kemampuan pelanggan untuk membayar. Kedua, mekanisme penyesuaian tarif terbarukan tenaga listrik secara otomatis telah diberlakukan untuk merespon perubahan harga BBM, nilai tukar, dan inflasi secara bulanan. Kedua langkah tersebut telah memberikan sinyal yang kuat kepada konsumen untuk menggunakan listrik secara lebih efisien. Ketiga, Kementerian Keuangan telah mengadopsi Peraturan Berbasis Kinerja dengan metode baru untuk menghitung subsidi umum PLN, yang dikenal sebagai Kewajiban Pelayanan Publik (Public Service Obligation). Ketika sepenuhnya dilaksanakan, peraturan tersebut akan memberlakukan patokan efisiensi tahun jamak (multi-year efficiency benchmark) di daerah-daerah yang berada dalam kendali PLN. Jika PLN memenuhi patokan tersebut dalam jangka waktu peraturan, PLN dapat memanfaatkan biaya yang dihemat tersebut untuk reinvestasi. Patokan dapat disesuaikan setelah berakhirnya setiap jangka waktu peraturan. Yang penting, peraturan ini memungkinkan PLN untuk menyalurkan biaya-biaya yang tidak berada dalam kendali PLN. Hal ini meliputi biaya-biaya yang terkait dengan pembelian PLN atas tenaga listrik terbarukan, yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah dan bukan oleh PLN. Peraturan Berbasis Kinerja ini menciptakan insentif bagi PLN untuk menjadi lebih efisien, dan memastikan kewajiban Pemerintah untuk menjaga agar PLN layak secara finansial. Masa transisi selama tiga tahun diatur di dalam peraturan ini, mulai tahun 2017, dan diawasi oleh suatu Tim Antar Kementerian yang terdiri Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 45 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Keuangan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Tetapi tarif tetap Di antara berbagai persoalan yang perlu ditangani untuk memacu investasi di bidang untukenergi energi terbarukan, pembiayaan yang andal bagi biaya tambahan dari tenaga listrik terbarukan juga terbarukan membutuhkan perhatian yang mendesak. Indonesia telah memilih untuk memerlukan memberi nilai pada tujuan lingkungan dengan menetapkan target bagi energi bersih. mekanisme Beberapa kebijakan tarif diberlakukan untuk mencerminkan tujuan-tujuan ini, pembiayaan yang kebijakan tersebut belum memberikan hasil yang diharapkan. Feed-in tariff (FIT)skala dapat diandalkan kecil bagi PLTA dan pembangkit listrik tenaga biomassa telah disesuaikan karena dalam upaya dianggap terlalu rendah bagi investor. Sistem penetapan plafon harga berdasarkan menutup biaya-biaya tender yang kompetitif untuk listrik panas bumi skala besar juga sedang dikaji-ulang. tambahan yang Terlepas dari bagaimana tarif tetap untuk energi terbarukan dihitung (dengan feed-in muncul tariff atau seleksi kompetitif dari investor yang memenuhi syarat berdasarkan evaluasi harga terendah hingga sampai ke plafon harga), ada kebutuhan terhadap mekanisme pembiayaan yang kredibel dan dapat dipercaya untuk menutup biaya-biaya tambahan energi terbarukan. Sementara Peraturan Berbasis Kinerja nampaknya memberikan kewenangan untuk menutup biaya-biaya yang di luar kendali PLN tersebut (karena PLN tidak menetapkan tarif energi terbarukan), kurangnya sumber dana yang jelas dan dapat diandalkan untuk menutup selisih biaya ini tampaknya menjadi kendala bagi PLN dan para investor swasta. Di negara-negara lain, sumber dana ini biasanya dijamin melalui biaya tambahan bagi konsumen listrik sebagaimana yang terjadi di Jerman, Tiongkok dan Malaysia. b. Peraturan Kebijakan energi Peraturan harus dapat memfasilitasi implementasi kebijakan, menetapkan peranan berkelanjutan juga dan akuntabilitas yang jelas dan menyelaraskan insentif sehingga pemerintah, memerlukan adanya BUMN, sektor swasta dan masyarakat sipil berkontribusi untuk mencapai tujuan peraturan pemerintah. Misalnya, sebagaimana disebutkan di atas, feed-in tariff hanya dapat pendukung untuk membawa hasil jika disertai dengan keputusan kebijakan dan regulasi mengenai memaksimalkan pembiayaan bagi biaya-biaya tambahan yang timbul. Juga, pengesahan Undang- efektivitasnya Undang Panas Bumi tahun 2014 merupakan lompatan besar ke depan untuk pengembangan listrik tenaga panas bumi dan akan membantu untuk menghilangkan banyak hambatan. Namun demikian, agar dapat diberlakukan secara penuh UU ini membutuhkan peraturan-peraturan pendukung yang memadai meliputi penetapan tarif dan pembiayaan, persoalan lingkungan hidup dan sosial serta memberikan kerangka kerja untuk partisipasi sektor swasta. Tidak ada pendekatan satu solusi cocok bagi semua yang bisa diterapkan di sektor energi terbarukan. Misalnya, biaya modal di muka yang tinggi yang terkait dengan pengembangan listrik panas bumi membuat profil risikonya lebih seperti minyak dan gas berlawanan dengan tenaga angin dan tenaga surya yang membutuhkan modal di muka yang lebih kecil. Sumur yang dibor oleh investor mungkin ternyata kering atau potensinya lebih kecil dari perkiraan. Pemerintah sedang melakukan kajian ulang terhadap paket kebijakan yang mendorong pemanfaatan tenaga panas bumi. Selain mendapatkan harga yang tepat, kebijakan tersebut sebaiknya dapat secara memadai menangani risiko pengeboran di tingkat hulu untuk membuka arus investasi swasta. Selain itu, UU Panas Bumi yang baru membuka peluang untuk pembangunan di kawasan hutan konservasi. Peraturan pelaksanaan untuk menentukan persyaratan dan prosedur yang memberi jalan yang jelas untuk mengembangkan energi panas bumi di kawasan hutan konservasi, sangat diperlukan, sambil menangani risiko lingkungan dan memastikan pembagian keuntungan bagi pihak lokal. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 46 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia c. Investasi Pada akhirnya Pemerintah telah melakukan serangkaian reformasi tambahan yang bertujuan untuk diperlukan adanya memperbaiki iklim investasi bagi sektor energi. Hal ini penting terutama karena investasi untuk pencapaian tujuan sektor ini sangat tergantung pada investasi swasta. Upaya de- mencapai tujuan birokratisasi persetujuan investasi harus terus dilakukan tetapi tanpa mengurangi pemerintah fungsi-fungsi penting pemerintah untuk mengidentifikasi dan mengatasi dampak lingkungan dan sosial. Penguatan kapasitas pemerintah akan meningkatkan efektivitas pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut. Perencanaan Selain penetapan harga dan peraturan yang baik, serta iklim investasi energi bersih diperlukan untuk yang ramah, investasi membutuhkan proses perencanaan yang kuat dan transparan. memastikan bahwa Investasi di sektor listrik dan gas adalah yang paling penting untuk mencapai tujuan investasi yang energi bersih Pemerintah. Sebagai negara berkembang, keputusan Indonesia untuk dilakukan akan mencapai target pembangkitan dan akses terhadap tenaga listrik dengan bauran memiliki biaya yang bahan bakar yang lebih bersih di sektor kelistrikan berarti bahwa hanya proyek yang paling rendah bagi paling hemat biayalah yang harus dilaksanakan. Ini menempatkan premi yang tinggi Indonesia bagi perencanaan di sektor tenaga listrik. Terlepas dari teknologi yang digunakan, proses perencanaan yang baik adalah elemen dasar untuk menentukan tujuan sektor, dan mewujudkannya dengan biaya yang paling rendah bagi negara. Meskipun tidak ada cetak biru tunggal yang dapat dicontoh oleh Indonesia, negara-negara lain yang menghadapi tingkat pertumbuhan permintaan tenaga listrik yang sama di masa lalu, seperti Chili, Brazil, Peru dan Kolombia, menawarkan beberapa pelajaran (Kotak 5). Kotak 5: Pelajaran dalam perencanaan sektor kelistrikan yang baik dari Amerika Latin Perencanaan terinci untuk pengembangan sektor kelistrikan oleh pemerintah pusat (dipimpin oleh kementerian energi) sangat penting untuk peningkatan kapasitas pembangkitan dan transmisi di negara-negara dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Pasar tidak dapat diharapkan untuk membuat keputusan kebijakan tentang bauran energi yang optimal dari suatu negara. Kementerian sektor mengkaji sumber daya negara, menetapkan proyek-proyek yang paling hemat biaya dan yang secara sosial dan lingkungan paling dapat diterima, serta mengidentifikasi proyek-proyek untuk investasi swasta. Perencanaan tersebut memerlukan kapasitas kelembagaan yang kuat. Apabila kapasitas ini lemah, perusahaan- perusahan penyedia listrik yang telah melakukan investasi menemui adanya kesulitan yang cukup besar untuk mempertemukan antara tujuan nasional dan tujuan perusahaan. Adanya persaingan memastikan bahwa fasilitas energi dibangun dan dioperasikan dengan biaya yang paling rendah. Hal ini memerlukan pengaturan kontrak dan peraturan yang tepat yang dilaksanakan oleh badan-badan yang kompeten. Investor yang serius akan berinvestasi hanya dalam proyek-proyek padat modal yang memberikan aliran pendapatan yang terjamin. Untuk tenaga listrik, ini berarti harus disediakan kontrak jangka panjang yang kredibel untuk produksi dan alokasi risiko yang tepat kepada para pihak yang mampu mengelolanya dengan baik. Wajib Pajak pada akhirnya membayar hasil dari proses perencanaan tersebut; oleh karena itu, konsultasi publik mengenai rencana pembangunan pembangkit adalah cara yang transparan untuk mendapatkan umpan balik dan menangani kritik. Konsultasi dan Proses perencanaan yang transparan juga dapat membantu untuk mengevaluasi perencanaan dapat pertukaran (trade-off) dan menyeimbangkan tujuan untuk mendapatkan jalur yang meningkatkan dapat diterima untuk masa depan energi yang berkelanjutan. Kebijakan energi pemahaman publik berkelanjutan dan bersih yang lebih ambisius mungkin akan lebih diterima di suatu mengenai investasi negara hanya jika kebijakan tersebut, dengan tanpa alasan, tidak merusak tujuan di bidang energi inklusi ekonomi dan sosial. Memberi kesempatan bagi masyarakat untuk berkelanjutan berpartisipasi dalam proses perencanaan dapat membantu membangun pemahaman tentang apa yang direncanakan. Penjajakan pasar bagi paket kebijakan baru akan Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 47 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dapat bermanfaat untuk menjajaki sentimen investor untuk meningkatkan kemungkinan bahwa kebijakan dapat dilaksanakan dan akan mendatangkan hasil. Perencanaan yang transparan juga memerlukan adanya analisis kebijakan dan kapasitas perencanaan yang kuat. Kompleksitas pertumbuhan sektor ini - dan meningkatnya permintaan - memerlukan peningkatan keterampilan analisis dan perencanaan secara terus menerus. Indonesia dapat Meskipun Indonesia telah membuat kemajuan besar dalam penyediaan listrik bagi mempercepat lebih dari 84 persen rumah tangga, mungkin perlu untuk melakukan pendekatan pencapaian tujuan nasional yang baru untuk perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan upaya akses universalnya dorongan terakhirnya untuk mencapai akses universal pada tahun 2020. Indonesia dengan melakukan menghadapi dua tantangan berat di agenda akses kelistrikannya. Pertama, sementara pendekatan nasional pangsa masyarakat yang tersambung listrik tinggi di Indonesia, kualitas layanannya yang terkoordinasi bervariasi secara signifikan di seluruh negeri. Kedua, 16 persen sisanya mungkin yang dapat yang paling sulit untuk mendapat sambungan listrik. Pemerintah dapat mencapai mengidentifikasi tujuan akses universal untuk listrik di tahun 2020, baik melalui listrik yang lebih banyak lagi tersambung melalui jaringan PLN maupun yang di luar jaringan dengan solusi yang peluang untuk melibatkan gas, diesel dan energi terbarukan. Melakukan seleksi bauran yang optimal energi bersih melibatkan perencanaan yang cermat untuk menjawab pertanyaan mengenai kualitas layanan yang dibutuhkan, keterjangkauan, bagaimana Pemerintah akan membiayai investasinya, pihak mana yang akan mengimplementasikannya dan bagaimana pemantauannya. Proses ini dapat mengidentifikasi penggunaan sumber daya terbarukan lokal yang lebih besar untuk membantu mempercepat akses. Negara menghadapi Indonesia juga menghadapi krisis kurangnya investasi dalam pasokan gas, yang krisis kurangnya mensyaratkan adanya kebijakan di tiga bidang: proses perencanaan infrastruktur, investasi di sektor persyaratan kontrak bagi sektor hulu, dan regulasi midstream. Pertama, rencana gas infrastruktur gas yang ditetapkan dalam Peta Jalan Gas tahun 2015 (2015 Gas Roadmap) akan perlu dikembangkan secara cepat namun memerlukan proses perencanaan infrastruktur gas yang dirancang dengan baik yang dapat mengatasi persoalan-persoalan teknis, ekonomi, keuangan, sosial dan lingkungan. Perencanaan yang baik seharusnya mampu mengidentifikasi risiko proyek dan menginformasikan keputusan tentang proyek mana yang harus dikembangkan oleh sektor publik dan yang dilakukan oleh sektor swasta. Kedua, Pemerintah telah mulai meninjau persyaratan kontrak untuk eksplorasi dan produksi minyak dan gas agar lebih menarik lagi dengan tetap menjaga tingkat pendapatan bagi Pemerintah.41 Ketiga, Pemerintah juga mengakui adanya kebutuhan untuk menetapkan kerangka peraturan untuk mendorong pemain lama di sektor midstream gas untuk meningkatkan investasi di infrastruktur transportasi , pengolahan dan penyimpanan gas, dan untuk memperjelas peran bagi para pendatang baru. Pada bulan Agustus 2015, Kementerian ESDM mengusulkan pengaturan bagi “aggregator” gas nasional. Fungsi agregator adalah sebagai pengumpul pasokan gas yang diterima dengan harga yang berbeda-beda dan menjamin pengiriman gas ke konsumen pembangkit listrik, industri dan rumah tangga dengan harga yang diatur terkait dengan biaya rata-rata 41Kementerian ESDM telah menyiapkan Peraturan Menteri yang mengatur persyaratan fiskal dan non- fiskal dari kontrak bagi hasil untuk minyak dan gas non-konvensional. Sementara sumber-sumber seperti itu memiliki potensi yang tinggi dan telah ada keberhasilan dalam perizinannya, tingkat investasi yang telah dilakukan masih rendah. Kementerian ESDM telah menyatakan niatnya untuk mengalihkan fokusnya ke pengembangan ladang minyak dan gas konvensional yang memiliki marjin ekonomi yang lebih rendah, yang dapat menyebabkan diterbitkannya paket kebijakan insentif pada tahun 2016. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 48 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia untuk mengalirkan gas.42 Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pengoperasian yang efisien dari agregasi gas nasional mensyaratkan adanya regulasi untuk mendorong dan mempercepat investasi infrastruktur di sektor midstream dan untuk berjaga-jaga terhadap kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kewenangan akibat monopoli. Sementara beberapa negara (misalnya, Pakistan dan Nigeria) telah mengalami buruknya efisiensi dan hasil tata kelola yang sulit untuk dirubah kembali setelah ditetapkan, sementara negara-negara lainnya (misalnya, Belanda dan Turki) telah menemukan cara untuk mempercepat investasi dan meningkatkan kinerja. Kotak 6: Efisiensi energi - sumber daya dalam negeri yang paling bersih, tetapi kurang dihargai Salah satu elemen penting yang bisa mendapat perhatian kebijakan yang lebih besar adalah efisiensi energi. Intensitas energi yang tinggi dari infrastruktur yang ada dan terutama yang baru - pembangkit listrik, manufaktur, bangunan, jalan, kendaraan bermotor - akan menyebabkan Indonesia terkunci pada pola konsumsi energi yang akan mendorong untuk mencari jumlah pasokan energi yang lebih besar lagi. Intensitas energi yang tinggi berkontribusi untuk menurunkan daya saing dengan meningkatkan biaya unit produksi. Hal ini juga mendorong naiknya tagihan biaya energi dan meningkatkan biaya hidup. Dengan industri, peralatan, infrastruktur dan kendaraan yang hemat energi, orang dapat melakukan lebih banyak hal dengan upaya yang lebih sedikit, menurunkan biaya konsumsi energi karena berkurangnya energi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang sama. Interaksi kebijakan Pemerintah telah menggerakkan proses untuk menyesuaikan kebijakan energi yang saat ini lebih penting sesuai dengan RPJMN 2015-2019 dan harapan Kementerian ESDM mengenai daripada sebelumnya energi bersih. Ini akan menjadi tantangan yang berat. Apakah usaha ini akan mampu dan tujuan energi mendorong Indonesia menuju ke siklus pertumbuhan berkualitas tinggi yang baik yang berkelanjutan dari sektor energi atau ke lingkaran setan dari pembangunan yang tidak di Indonesia berkelanjutan? Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa masih terbuka bergantung pada kesempatan untuk menuju pertumbuhan berkualitas, Hal ini termasuk komitmen interaksi tersebut untuk mengurangi pengeluaran sumber daya fiskal di sektor energi untuk subsidi, meningkatkan iklim investasi di sektor listrik dan gas, memperluas akses terhadap energi yang modern dan yang dapat diandalkan, mendorong efisiensi energi dan menghapus hambatan untuk pengembangan listrik terbarukan. Strategi diversifikasi ini dapat memperkuat keamanan energi dan menghasilkan nilai maksimum dari sumber daya energi terbarukan yang begitu besar yang belum dimanfaatkan. Hal ini juga dapat mengurangi polusi lokal dan masalah lingkungan dari penggunaan batubara. Selain Indonesia perlu mengurangi ketergantungan pada batubara dan berkontribusi dalam upaya global untuk mengurangi perubahan iklim - upaya yang efisien secara ekonomi dan inklusif secara sosial. Namun demikian, dengan semakin kompleksnya sektor energi di Indonesia, kebijakan, peraturan dan investasi pemerintah sering berinteraksi. Hal ini terutama berlaku ketika memberlakukan kebijakan yang bertujuan untuk menggeser bauran energi ke arah energi yang lebih bersih. Interaksi ini perlu dievaluasi ketika memberlakukan instrumen yang baru, dengan adanya mekanisme koordinasi yang efisien untuk menghilangkan perbedaan. Alokasi peran dan tanggung jawab yang tepat antara pemerintah, BUMN, sektor swasta dan masyarakat sipil dalam perencanaan, investasi dan operasi dari sektor energi sangatlah penting. Dengan begitu banyaknya infrastruktur energi yang belum dibangun, melipatgandakan upaya untuk menemukan kombinasi kebijakan 42Motivasi yang disampaikan bagi pengaturan ini adalah untuk mengurangi beban negosiasi antara penjual dan pembeli, meminimalkan kesenjangan harga bagi pengguna akhir, mengurangi praktek calo, dan, jika pasokan tertinggal permintaan, mengalokasikan gas untuk sektor di mana gas memiliki nilai ekonomis yang paling tinggi. Model yang diusulkan mempertimbangkan bahwa aggregatorakan melakukan layanan pengolahan, transportasi dan penyimpanan gas serta melakukan fungsi pedagang dalam mengambil pasokan dan mendistribusikan gas. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 49 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia penetapan harga, peraturan cerdas, investasi dan pengalihan yang tepat, akan memberi hasil yang baik bagi Indonesia dan dunia. Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 50 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran (pertumbuhan PDB riil, persen) (kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen) Private cons. Gov cons. 4 8 Investment Net exports 8 Stat.discrepancy* GDP Tahun-ke-tahun (kanan) 3 6 Triwulanan, penyesuaian 4 2 musim (kiri) 4 Rata-rata (kiri)* 0 1 2 0 0 -4 Dec-09 Dec-11 Dec-13 Dec-15 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Catatan: *Rata-rata triwulanan, Q4 2009–Q4 2015 Catatan: * termasuk perubahan di inventori Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 3: kontribusi terhadap produksi PDB Lampiran Gambar 4: Penjualan sepeda motor dan mobil (ckontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen) (pertumbuhan penjualan dengan penyesuaian musim, persen) Agriculture Mining and constr. 40 Manufacturing Comm & transport Trade, hotel & rest Other services 8 GDP 20 Cement sales penjualan mobil 0 4 -20 penjualan sepeda motor 0 -40 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Jan-13 Jan-14 Jan-15 Jan-16 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen Lampiran Gambar 6: Indikator industri penjualan (indeks penjualan eceran 2010=100) (indeks PMI dan pertumbuhan yoy, persen) 200 Indeks penjualan eceran BI 60 20 180 Indeks survey Indeks produksi industri, kanan konsumen BI 160 55 10 140 120 50 0 100 Indeks manufaktur PMI, kiri 80 45 -10 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Sumber: BI Sumber: BPS; Nikkei Indonesia Purchasing Managers Index Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 51 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan (miliar dolar AS) (miliar dolar AS) Current account Capital and financial 10 15 Errors and omissions Overall BoP inflows Pendapatan sekunder Perdagangan 5 barang 10 0 5 -5 0 Neraca berjaan -5 -10 Pendapatan utama Perdagangan jasa -10 -15 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Sumber: BI Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 9: ekspor barang Lampiran Gambar 10: Impor barang (miliar dolar AS) (miliar dolar AS) 18 18 Total Ekspor (fob) 15 15 Total Impor (cif) 12 12 Manufaktur Bahan baku(tidak termasuk minyak dan gas) 9 9 6 6 Minyak dan gas Minyak dan gas Barang modal 3 Tambang 3 Barang konsumsi Pertanian 0 0 Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Sumber: BPS Sumber: BPS Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus Lampiran Gambar 12: Inflasi dan Kebijakan moneter masuk modal (pertumbuhan bulan-ke-bulan dan tahun-ke-tahun, persen) (miliar dolar AS) 3.5 12 150 Cadangan 8 devisa Inflasi headline, tahun-ke-tahun (kanan) internasional Tingkat bunga 125 (kiri) 6 2.5 BI (kanan) 8 100 4 1.5 Inflasi inti, 4 75 2 Inflasi, bulan-ke- tahun-ke- bulan (kiri) tahun (kanan) 50 0 0.5 0 25 -2 Aliran masuk portfolio asing, (kanan): Equities SUN SBI Global bonds -0.5 -4 0 -4 Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 Sumber: BI; Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; BI; Perhitungan staf Bank Dunia Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 52 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK Lampiran Gambar 14: Berbandingan Inflasi beberapa (persen kontribusi terhadap pertumbuhan bulanan) negara (tahun-ke-tahun, February 2016) 4 Core Administered India Volatile Headline Indonesia * 3 Malaysia China 2 USA Philippines 1 Korea Japan 0 Thailand * Singapore -1 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 -1 0 1 2 3 4 5 6 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia *Data Februari, lainnya data Januari Sumber: Biro Statistik Nasional vis CEIC; BPS Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan internasional pengangguran (persen kiri, harga kulakan, Rp per kg, kanan) (persen) 120 12,000 24 beras lokal, IR64-II (kanan) Beras Vietnam, 5% pecah(kanan) 20 Tingkat kemiskinan 80 8,000 16 12 40 4,000 8 Tingkat pengangguran Persentase perbedaan (kiri) 4 0 0 0 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-16 2003 2005 2007 2009 2011 2013 2015 Sumber: Pasar induk beras Cipinang; FAO; Bank Dunia Sumber: BPS Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dolar AS (indeks harian dalam mata uang lokal, Maret 8, 2013=100) (indeks bulanan Maret 2013=100) 250 100 India 200 Shanghai-China 125 Afrika Selatan Indonesia Turki 150 150 BSE-India 175 JSI-Indonesia 100 Brazil SET-Thailand SGX-Singapore 200 50 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 53 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS 5-tahunan dalam mata uang lokal pemerintah EMBI (persen) (basis poin) 10 420 60 Indonesia spreads less overall EMBIG Indonesia index spread (kanan) 8 360 0 6 300 -60 Malaysia 4 240 -120 Thailand Amerika Serikat 180 -180 2 Indonesia EMBIG bond spread (kiri) Singapore 0 120 -240 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-16 Sumber: CEIC Sumber: JP Morgan; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan pedesaan dan deposito (bulanan, persen) (tahun-ke-tahun, persen) 100 5 30 Rasio pinjaman LDR (kiri) Kredit komersial dan pedesaan 80 4 25 Rasio pengembalian aset (kanan) 20 60 3 Rasio kredit bermasalah/ NPL (kanan) 15 40 2 Rasio kecukupan modal-CAR (kanan) 10 Deposito 20 1 Rasio likuiditas aset (kiri) 5 0 0 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Jan-15 Jan-16 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-15 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri (persen dari PDB, milyar dolar AS) (persen dari PDB, milyar dolar AS) Private external debt, RHS 60 Domestic debt, RHS 300 60 300 Public external debt, RHS External debt, RHS Total external debt to GDP, LHS 50 Total debt to GDP, LHS 250 50 250 40 200 40 200 30 150 30 150 20 100 20 100 10 50 10 50 0 0 0 0 2007 2009 2011 2013 2015 2007 2009 2011 2013 2015 Sumber: MoF; BI; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 54 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah (triliun rupiah) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBN-P APBN A. Penerimaan dan hibah 1,211 1,338 1,439 1,550 1,504 1,822 1. Penerimaan pajak 874 981 1,077 1,147 1,240 1,547 2. Penerimaan bukan pajak 331 352 355 399 254 274 B. Pengeluaran 1,295 1,491 1,651 1,777 1,796 2,096 1. Pemerintah pusat 884 1,011 1,137 1,204 1,173 1,326 2. Transfer ke daerah 411 481 513 574 623 770 C. Neraca prima 9 -53 -99 -93 -136 -89 D. SURPLUS / DEFICIT -84 -153 -212 -227 -292 -273 (persen dari PDB) -1.1 -1.8 -2.2 -2.2 -2.5 -2.2 Catatan: Budget balance sebagai persentase dari PDB menggunakan PDB yang direvisi dan rebased Sumber: Kementerian Keuangan Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran (miliar dolar AS) 2014 2015 2013 2014 2015 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Neraca Pembayaran -7.3 15.2 -1.1 6.5 2.4 1.3 -2.9 -4.6 5.1 Persen dari PDB -0.8 1.7 -0.1 2.8 1.1 0.6 -1.3 -1.9 2.2 Neraca berjalan -29.1 -27.5 -17.8 -7.0 -6.0 -4.2 -4.3 -4.2 -5.1 Persen dari PDB -3.2 -3.1 -2.1 -3.0 -2.7 -1.8 -1.9 -1.7 -2.2 Neraca perdagangan -6.2 -3.0 4.8 -0.9 -0.1 1.2 1.5 2.0 0.1 Pendapatan bersih & transfer -22.9 -24.5 -22.5 -6.1 -5.8 -5.4 -5.8 -6.2 -5.2 berjalan Neraca modal & keuangan 22.0 45.4 17.1 14.7 9.6 5.1 2.2 0.3 9.5 Persen dari PDB 2.4 5.1 2.0 6.3 4.4 2.2 1.0 0.1 4.2 Investasi langsung 12.3 14.8 9.3 5.8 5.0 1.7 3.5 1.8 2.3 Investasi porfolio 10.9 26.1 16.7 7.4 1.9 8.5 5.6 -2.2 4.8 Investasi lain -1.2 4.1 -8.8 1.4 5.0 -5.1 -6.8 0.7 2.4 Kesalahan & pembulatan -0.2 -2.6 -0.5 -1.2 -1.3 0.4 -0.9 -0.7 0.7 Cadangan devisa* 99.4 111.6 101.7 111.2 111.9 111.6 108.0 101.7 105.9 Catatan: *Cadangan devisa pada akhir periode Sumber: BI; BPS Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 55 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia 2000 2005 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Neraca Nasional (% perubahan) PDB riil 4.9 5.7 6.2 6.2 6.0 5.6 5.0 4.8 Investasi riil 11.4 10.9 8.5 8.9 9.1 5.0 4.6 5.1 Konsumsi riil 4.6 64.0 4.1 5.1 5.4 5.7 4.7 4.9 Swasta 3.7 0.9 4.8 5.1 5.5 5.5 5.3 4.8 Pemerintah 14.2 6.6 0.3 5.5 4.5 6.7 1.2 5.4 Ekspor rill, barang dan jasa 30.6 16.6 15.3 14.8 1.6 4.2 1.0 -2.0 Impor riil, barang dan jasa 26.6 17.8 17.3 15.0 8.0 1.9 2.2 -5.8 Investasi (% PDB) 20 24 31 31 33 32 33 33 Nominal PDB (milyar dolar AS) 165 286 755 893 918 913 890 862 PDB per kapita (dolar AS) 857 1,396 3,167 3,688 3,741 3,668 3,530 3,374 Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP)2 Penerimaan dan hibah 20.8 16.8 14.5 15.5 15.5 15.1 14.7 15.3 Penerimaan bukan pajak 9.0 5.0 3.9 4.2 4.1 3.7 3.8 2.3 Penerimaan pajak 11.7 11.7 10.5 11.2 11.4 11.3 10.9 12.9 Pengeluaran 22.4 17.3 15.2 16.5 17.3 17.3 16.8 17.2 Konsumsi 4.0 2.8 3.6 3.8 3.9 4.1 4.0 4.6 Modal 2.6 1.1 1.2 1.5 1.7 1.9 1.4 2.4 Bunga pinjaman 5.1 2.2 1.3 1.2 1.2 1.2 1.3 1.3 Subsidi 6.3 4.1 2.8 3.8 4.0 3.7 3.7 1.8 Surplus/defisit -1.6 -0.6 -0.7 -1.1 -1.8 -2.2 -2.1 -1.9 Utang Pemerintah 97.9 44.3 24.3 22.8 22.6 24.1 23.8 26.6 Utang luar negeri pemerintah 51.4 23.4 11.1 10.2 9.9 11.2 10.2 10.7 Total utang luar negeri (termasuk utang swasta) 87.1 47.1 26.8 25.2 27.5 29.2 33.0 36.0 3 Neraca Pembayaran (% PDB) Neraca pembayaran keseluruhan .. 0.2 4.0 1.3 0.0 -0.8 1.7 -0.1 Neraca transaksi berjalan 4.8 0.1 0.7 0.2 -2.7 -3.2 -3.1 -2.1 Ekspor, barang dan jasa 42.8 35.0 22.0 23.8 23.0 22.5 22.3 19.7 Impor, barang dan jasa 33.9 32.0 19.2 21.2 23.2 23.2 22.7 19.2 Transaksi berjalan 8.9 2.9 2.8 2.7 -0.2 -0.7 -0.3 0.6 Neraca transaksi keuangan .. 0.0 3.5 1.5 2.7 2.4 5.1 2.0 Penanaman modal langsung, neto -2.8 1.8 1.5 1.3 1.5 1.3 1.7 1.1 Cadangan devisa bruto (AS$ miliar) 29.4 34.7 96.2 110.1 112.8 99.4 111.6 101.7 Moneter (% change)3 Deflator PDB1 20.4 14.3 8.3 7.5 3.8 5.0 5.4 4.2 Suku bunga Bank Indonesia (%) .. 9.1 6.5 6.0 5.8 7.5 7.8 7.5 Kredit domestik .. 24.3 22.8 24.6 23.1 21.6 11.6 10.4 Nilai tukar Rupiah/Dolar AS (rata-rata)4 8,392 9,705 9,087 8,776 9,384 10,460 11,869 13,389 Harga-harga (% perubahan)1 Indeks harga konsumen (akhir periode) 9.4 17.1 7.0 3.8 3.7 8.1 8.4 3.4 Indeks harga konsumen (rata-rata) 3.7 10.5 5.1 5.3 4.0 6.4 6.4 6.4 Harga minyak mentah Indonesia (Dolar AS per 28 53 79 112 113 107 60 36 barel)5 Sumber: 1 BPS dan kalkulasi staf Bank Dunia, angka PDB sudah menyesuaikan dengan SNA 2008; 2 Kementrian Keuangan dan kalkulasi oleh staf Bank Dunia (tahun 1995 is FY 1995/1996, dan 2000 covers 9 months, dan2015 berdasarkan APBN revisi); 3 Bank Indonesia; 4 IMF; 5 CEIC Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 56 Investasi swasta diperlukan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia 2000 2005 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Kependudukan Penduduk (juta) 213 227 242 245 248 251 254 258 Tingkat pertumbuhan penduduk (%) 1.3 1.2 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 Penduduk perkotaan (% terhadap total) 42 46 50 51 51 52 53 .. Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja) 55 54 51 51 50 50 49 .. Angkatan kerja2 Angkatan kerja, total (juta) 98 106 117 117 120 120 122 122 Laki-laki 60 68 72 73 75 75 76 77 Perempuan 38 38 45 44 46 45 46 46 Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%) 45 44 38 36 35 35 34 33 Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%) 17 19 19 21 22 20 21 22 Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%) 37 37 42 43 43 45 45 45 Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja) 8.1 11.2 7.1 7.4 6.1 6.2 5.9 6.2 Kemiskinan dan Distribusi kemiskinan3 Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan) 104 211 374 421 446 487 548 623 Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan) 73 129 212 234 249 272 303 331 Jumlah penduduk miskin (juta) 38 35 31 30 29 28 28 29 Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan) 19.1 16.0 13.3 12.5 12.0 11.4 11.3 11.2 Di perkotaan 14.6 11.7 9.9 9.2 8.8 8.4 8.3 8.3 Di perdesaan 22.4 20.0 16.6 15.7 15.1 14.3 14.2 14.2 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga 15.5 13.3 11.0 10.2 9.5 9.2 9.0 9.3 Perempuan sebagai kepala rumah tangga 12.6 12.8 9.5 9.7 8.8 8.6 8.6 11.1 GINI indeks 0.30 0.35 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%) 9.6 8.7 7.9 7.4 7.5 7.4 7.5 7.2 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%) 38.6 41.4 40.6 46.5 46.7 47.3 46.8 47.3 Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% PDB)4 .. 0.4 0.4 0.4 0.4 0.6 0.5 0.6 Kesehatan dan gizi1 Tenaga kesehatan (per 1,000 people) 0.16 0.13 0.29 .. 0.20 .. .. Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) 52 42 33 32 30 29 28 27 Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup) 22 19 16 16 15 15 14 14 Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) 41 34 27 26 25 24 24 23 Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran hidup) 265 212 165 156 148 140 133 126 Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun) 74 77 78 80 85 84 77 .. Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP) 2.0 2.8 2.9 2.9 3.0 3.1 .. .. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP) 0.7 0.8 1.1 1.1 1.2 1.2 .. .. Pendidikan3 Angka partisipasi murni (APM) SD, (%) .. 92 92 92 93 92 93 97 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 48 48 49 49 50 48 49 Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%) .. 52 61 60 60 61 65 66 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 50 50 50 49 50 50 51 Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%) .. 9 16 14 15 16 18 20 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 55 53 50 54 54 55 56 Angka melek huruf Dewasa (%) .. 91 91 91 92 93 93 95 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB)5 .. 2.7 3.5 3.6 3.8 3.8 3.6 n.a Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN)5 .. 14.5 20.0 20.2 20.1 20.0 19.9 20.6 Air Bersih dan Kesehatan lingkungan1 Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot 78 81 85 85 86 86 87 penduduk) 87 Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 91 92 93 93 94 94 94 94 Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 68 71 76 77 77 78 79 80 Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot penduduk) 44 53 57 58 59 60 61 61 Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 64 70 70 71 71 72 72 72 Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 30 38 44 45 46 47 48 48 Lain1 Pengurangan resiko bencana (skala 1-5; 5=terbaik) .. .. .. 3.3 .. .. .. .. Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%)6 8 11 18 18 19 19 17 17 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 Kementrian Keuangan dan kalkulasi oleh staf Bank Dunia dan hanya termasuk pengeluaran aktual untuk Raskin, Jamkesmas, BLT, BSM, PKH (kecuali tahun 2012 dari APBN-perubahan; 5 MoF; 6 Inter-Parliamentary Union Maret 2016 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 57 Supported by funding from the Australian Government Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis