98270 Maret 2015 Harapan besar PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Harapan besar Maret 2015 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly/IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan IEQ ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. IEQ merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic and Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Shubham Chaudhuri, Practice Manager, Ndiame Dip, Lead Economist, dan Ashley Taylor, Senior Economist. Tim utama penyusun laporan ini dipimpin oleh Alex Sienaert, Country Economist dan bertanggung jawab di bagian A, pengeditan dan produksi, tim inti terdiri dari Arsianti, Magda Adriani, Masyita Crystallin, Fitria Fitrani, Ahya Ihsan, Yue Man Lee, Elitza Mileva, Bede Moore dan Violeta Vulovic dengan bantuan sebagian pengeditan oleh Peter Milne. Dukungan administrasi diberikan oleh Titi Ananto. Diseminasi dilakukan oleh Indra Irnawan, Jerry Kurniawan, Desy Mutialim dan Nugroho Sunjoyo dibawah bimbingan Dini Sari Djalal. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Ekaterine Vashakmadze (Bagian A, konteks internasional), Monica Wihardja, Taufik Indrakesuma, Matthew Wai-Poi dan Edgar Janz dibawah bimbingan Vivi Alatas (Bagian B.1, harga beras), Della Temenggung dan Connor Spreng (Bagian B.2, OSS), Elitza Mileva (Bagian B.3, Pertumbuhan potensial PDB), Yue Man Lee dan Arvind Nair (Bagian C.1, sektor sumber alam). Data dan masukan utama juga diterima dari Dwi Endah Abriningrum, Dani Nugroho, David Elmaleh, Cindy Paladines, Michaelino Mervisiano, Imam Setiawan, Daim Sukriyah dan Ikuko Uochi. Laporan ini juga mendapat tambahan masukan yang penting dari Mohammad Ikhsan, dan David Nellor (Australia Indonesia Partnership for Economic Governance). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction and Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pandangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Foto sampul depan merupakan Hak Cipta Bimo Nurendro. Foto-foto untuk bagian lain diambil oleh Puguh Imanto dan Arsianti dan merupakan Hak Cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta dilindungi. Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi asienaert@worldbank.org. Daftar Isi RINGKASAN EKSEKUTIF: HARAPAN BESAR ................................................................... I  A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ............................................... 1 1. Pertumbuhan global mengalami percepatan namun penurunan harga komoditas terus berlanjut..................................................................................................................................... 1 2. Pertumbuhan Indonesia telah melemah tanpa tanda peningkatan dalam waktu dekat .......... 3 3. Perubahan harga BBM bersubsidi sebagai pendorong utama inflasi ...................................... 7 4. Penurunan harga minyak mendukung neraca perdagangan ...................................................10 5. Rupiah menguat secara efektif riil ........................................................................................... 14 6. Realokasi belanja yang besar dan target penerimaan yang ambisius pada APBN-P 2015......17 7. Membuat kemajuan yang kredibel menuju target fiskal dan pembangunan yang ambisius adalah tantangan utama tahun 2015 ........................................................................................ 26  B. BEBERAPA PERKEMBANGAN TERKINI PEREKONOMIAN INDONESIA .......... 28 1. Harga beras Indonesia yang tinggi dan bergejolak secara internasional ............................... 28 a. Pasar beras Indonesia menghadapi tantangan struktural dan belanja Pemerintah belum efektif dalam mendukung produktivitas… 30 b. …dan kebijakan stabilisasi harga tidak berperan efektif 32 2. Mempercepat proses perizinan usaha di Indonesia ............................................................... 35  a. Perizinan usaha adalah prioritas reformasi utama dari pemerintah baru… 35 b. …dengan momentum reformasi awal yang kuat 36 c. Tantangan berikut: perlunya rencana reformasi yang kredibel dan implementasi yang efektif 37 3. Laju pertumbuhan PDB yang berkelanjutan di Indonesia: pandangan yang lebih dekat ..... 40 a. Harga komoditas mempengaruhi tren dan siklus pertumbuhan … 40 b. …yang kini berada pada kisaran 5,5 persen… 41 c. …yang menunjukkan bahwa percepatan kembali pertumbuhan akan membutuhkan dorongan dari kebijakan 42 C. INDONESIA 2016 DAN SELANJUTNYA: TINJAUAN PILIHAN ............................... 45 1. Memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan Indonesia ...................................... 45 a. Evolusi produksi sektor sumber daya alam selama lonjakan harga 46 b. Kontribusi sektor sumber daya alam terhadap hasil sumber daya manusia dan ekonomi makro selama lonjakan komoditas 47 c. Pasca masa lonjakan harga: prospek jangka menengah yang menantang 52 d. Memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko dari sumber daya alam 55 LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 57 DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Harga komoditas ekspor utama Indonesia terus berangsur turun… ............................ 2 Gambar 2: …dan impor Cina dari Indonesia mencatat kontraksi yang sangat tajam .................... 2 Gambar 3: Konsumsi swasta menopang pertumbuhan walau diiringi dengan melemahnya investasi dan ekspor bersih .................................................................................................... 4 Gambar 4: PDB nominal dan penjualan final riil menunjuk ke tekanan penurunan pertumbuhan hingga akhir tahun 2014 ......................................................................................................... 4 Gambar 5: Sektor jasa kini memiliki kontribusi yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi… ...... 7 Gambar 6: …namun perhitungan baru juga menunjukkan sedikit perlambatan pertumbuhan PDB dan sektor jasa pada tahun-tahun terakhir ................................................................... 7  Gambar 7: Defisit neraca transaksi berjalan sedikit berkurang di kuartal empat namun “neraca dasar” melebar ......................................................................................................................10 Gambar 8: Lemahnya penerimaan ekspor komoditas terus membebani ekspor secara keseluruhan… ....................................................................................................................... 11 Gambar 9: …sementara impor turun tajam di kuartal empat 2014 karena penurunan biaya BBM ............................................................................................................................................... 11 Gambar 10: Ekspor menurun sejak 2011, terutama karena perlemahan penerimaan komoditas… ...............................................................................................................................................13 Gambar 11: …yang tertekan oleh penurunan harga dan volume, kecuali untuk CPO dan batubara ................................................................................................................................13 Gambar 12: Ekspor ke Jepang dan Cina, dua pasar teratas Indonesia, turun tajam sejak 2011… .13 Gambar 13: …mendorong turunnya lebih dari setengah ekspor agregat pada periode 2011-2014 .13 Gambar 14: Rupiah turun terhadap dolar AS sejak medio 2014 namun meningkat secara tertimbang-perdagangan riil… .............................................................................................15  Gambar 15: …dengan apresiasi efektif riil yang signifikan sejak 2013 mendekati tren jangka panjang ..................................................................................................................................15 Gambar 16: Pertumbuhan kredit bank terus melambat, namun persetujuan hutang naik sejak medio 2014 .............................................................................................................................17 Gambar 17: Kredit dalam negeri bagi perusahaan non-finansial meningkat pada kuartal akhir 2014 ........................................................................................................................................17 Gambar 18: Realisasi penerimaan tahun 2014 hanya mencapai 94 persen dari target APBN-P 2014… ....................................................................................................................................19 Gambar 19: …karena pertumbuhan penerimaan nominal terus turun di 2014, terutama akibat lemahnya pertumbuhan PPN ...............................................................................................19  Gambar 20: APBN-P 2015 memotong subsidi energi dan meningkatkan belanja infrastruktur… ...............................................................................................................................................21 Gambar 21: …dan meningkatkan anggaran untuk kementerian-kementerian utama yang secara signifikan terlibat dalam infrastruktur ..................................................................................21  Gambar 22: Kebutuhan pembiayaan bruto lebih tinggi pada 2015 walau dengan anggaran defisit fiskal yang lebih rendah ....................................................................................................... 24 Gambar 23: Harga beras melonjak pada bulan Februari, mengikuti tren kenaikan harga dan harga yang tinggi di Indonesia ............................................................................................ 29  Gambar 24: Produksi beras menurun pada 2014… ........................................................................31  Gambar 25: …berkontribusi terhadap penurunan stok yang signifikan pada akhir 2014 dan awal 2015 ........................................................................................................................................31 Gambar 26: Ukuran rata-rata lahan usaha pertanian yang beroperasi di Indonesia lebih rendah dibanding Filipina dan Thailand… ..................................................................................... 32  Gambar 27: …dan usaha pertanian beras Indonesia masih tetap padat karya ............................. 32 Gambar 28: OP, impor dan Raskin hanya bagian kecil dari jumlah produksi beras .................... 33 Gambar 29: PTSP Pusat yang terencana dan direvitalisasi dengan percepatan prosedur permohonan perizinan ......................................................................................................... 37 Gambar 30: Potensi pertumbuhan melambat sejak tahun 2012 .................................................... 42 Gambar 31: Pertumbuhan potensi produksi di Indonesia mengikuti tren harga komoditas secara melekat ................................................................................................................................. 44 Gambar 32: Pertumbuhan produksi lebih banyak didorong oleh produktivitas dibanding modal fisik sejak tahun 2001............................................................................................................ 44 Gambar 33: Harga komoditas energi dan non-energi dunia meningkat signifikan antara 2002 dan 2012... ............................................................................................................................. 46 Gambar 34: …mendorong kenaikan yang signifikan dalam produksi sejumlah komoditas Indonesia .............................................................................................................................. 46 Gambar 35: Sektor sumber daya alam berkontribusi signifikan pada pertumbuhan PDB nominal…............................................................................................................................. 49 Gambar 36: …namun kontribusi sektor sumber daya alam ke pertumbuhan PDB riil tidak besar .............................................................................................................................................. 49 Gambar 37: Kontribusi komoditas ke kenaikan ekspor melampaui kontribusi dari produk manufaktur ........................................................................................................................... 49 Gambar 38: Komoditas, termasuk sumber daya alam, mendukung keseluruhan neraca perdagangan......................................................................................................................... 49 Gambar 39: Indonesia menjadi importir bersih minyak sejak tahun 2004… ................................ 50 Gambar 40: …dan defisit minyak melebar hingga 2014, didorong oleh kenaikan harga minyak mentah.................................................................................................................................. 50 Gambar 41: Bagian sektor sumber daya alam dalam penerimaan negara mengalami penurunan .............................................................................................................................................. 50 Gambar 42: Daerah kaya sumber daya alam memiliki sumber daya fiskal terbesar berkat bagi hasil… ...................................................................................................................................51 Gambar 43: …namun memiliki hasil layanan publik yang buruk, termasuk akses ke layanan dasar ......................................................................................................................................51 Gambar 44: Harga komoditas menurun sejak tahun 2011 dan diperkirakan tetap rendah hingga tahun 2019............................................................................................................................. 52 Gambar 45: Belanja eksplorasi tetap rendah selama lonjakan harga minyak mentah dan gas alam .............................................................................................................................................. 52 Gambar 46: Produksi minyak dan gas diperkirakan menurun selama jangka menengah ........... 53 DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB ...................................................................................... 57  Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran ...................................................... 57  Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ............................................................ 57  Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor ............................................................ 57  Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen.................................................................................... 57  Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri ......................................................................... 57  Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .................................................................................... 58  Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ......................................................................... 58  Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ............................................................................................. 58 Lampiran Gambar 10: Impor barang ............................................................................................. 58 Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk modal .................................................. 58  Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter ................................................................... 58  Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK ................................................................................ 59  Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara ...................................................... 59  Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional .................................................. 59 Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ................................................... 59  Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional .............................................................................. 59  Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS .................................................................................. 59  Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal......... 60 Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS pemerintah EMBI ............................................. 60 Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito .......................... 60 Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan....................................................................... 60  Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ..................................................................................... 60  Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ...................................................................................... 60  DAFTAR TABEL Tabel 1: Dalam skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB diproyeksikan sebesar 5,2 persen pada tahun 2015 .................................................................................................................... IV Tabel 2: Skenario dasar (base case), PDB diperkirakan akan tumbuh ke 5,2 persen pada 2015, dan 5.5 persen pada 2016 ........................................................................................................ 9 Tabel 3: Defisit neraca transaksi berjalan diproyeksikan 3,0 persen dari PDB pada tahun 2015 ..14 Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,5 persen dari PDB untuk tahun 2015 ....................................................................................................................................... 25 Tabel 5: Harga eceran dan grosiran beras telah meningkat dengan cepat selama tahun lalu ..... 29 Tabel 6: Sebagian besar penduduk Indonesia, termasuk petani, adalah konsumen bersih beras 29 Tabel 7: Jumlah pertumbuhan produksi beras tetap lambat, didorong oleh kenaikan produktivitas yang rendah ................................................................................................... 30 Tabel 8: Sumber daya alam berkontribusi secara signifikan kepada ekspor, penerimaan dan produksi (output) ................................................................................................................. 45  DAFTAR LAMPIRAN TABEL Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah ....................................................61 Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran .........................................................................................61 Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi Indonesia .................................................. 62  Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia .................................................... 63  DAFTAR KOTAK Kotak 1: Perubahan tahun dasar dan revisi PDB Indonesia ........................................................... 6 Kotak 2: Berakhirnya lonjakan ekspor Indonesia ..........................................................................12  Kotak 3: Reformasi harga BBM telah menurunkan biaya subsidi, namun realisasi manfaat sepenuhnya akan membutuhkan implementasi yang transparan dan konsisten................ 22 Kotak 4: Prakarsa reformasi pada masa lalu untuk mengembangkan PTSP Pusat dan menyederhanakan izin usaha............................................................................................... 39  Kotak 5: Memperkirakan hasil potensi pertumbuhan di Indonesia ............................................. 43 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Ringkasan eksekutif: Harapan besar Reformasi besar Sejak tanggal 1 Januari 2015, pemerintah Indonesia yang baru mengambil langkah subsidi BBM dan tegas dengan menerapkan sistem harga BBM yang baru, yang secara drastis anggaran yang menurunkan beban subsidi bensin dan solar. Kebijakan ini membuka jalan bagi ambisius anggaran pertama pemerintah baru, yang disetujui pada bulan Februari, untuk meningkatkan mengarahkan belanja kepada prioritas-prioritas pembangunan, terutama bidang harapan dan infrastruktur, dengan alokasi sebesar dua kali lipat dari realisasi pada tahun 2014. menempatkan fokus Namun keberhasilan pelaksanaan visi anggaran yang berani ini akan membutuhkan pada implementasi upaya penyelesaian hambatan administratif terhadap belanja dan meningkatkan kinerja pendapatan secara drastis. Keberhasilan dalam mencapai hal tersebut, dan manfaat yang mengalir dari percepatan pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan, tampaknya akan membutuhkan waktu, terutama dengan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan yang sebagian disebabkan oleh penurunan harga-harga komoditas. Di luar sektor fiskal, reformasi-reformasi yang diambil pada bulan-bulan awal masa pemerintahan di bidang-bidang utama seperti perizinan investasi juga menghadapi tantangan yang rumit agar dapat beroperasi dengan baik. Pemerintah mengisyaratkan tekad reformasinya yang kuat, dan meningkatkan harapan. Kemajuan awal kini harus dikonsolidasi dengan pelaksanaan reformasi besar secara efektif dan perbaikan strukturanggaran, dengan latar belakang ekonomi global yang masih menantang bagi Indonesia. Kondisi ekonomi Tren-tren perekonomian dunia utama yang mempengaruhi prospek Indonesia masih global terus secara umum serupa dengan yang dilaporkan pada Triwulanan yang lalu. - membaik, namun Perekonomian negara berpenghasilan tinggi menguat, didukung oleh pemulihan penurunan berkelanjutan di AS, percepatan kegiatan secara bertahap di daerah Euro, dan permintaan dari Cina kembalinya pertumbuhan di Jepang. Kondisi ekonomi lintas negara-negara mengurangi ekspor berkembang lebih bervariasi. Sebagai contoh, India mencatat pertumbuhan produksi Indonesia… yang kuat pada kuartal akhir tahun 2014, namun ekonomi-ekonomi utama lainnya Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA I Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mencatat kontraksi atau pertumbuhan yang sangat lambat. Prospek pertumbuhan dunia diperkirakan terus meningkat pada kuartal-kuartal yang akan datang, namun hanya pada level moderat dari rata-rata 2,5 persen pada tahun 2012-14 menjadi 3,2 persen pada tahun 2015-17. Pertumbuhan perdagangan dunia diperkirakan akan tetap lambat, yang menunjukkan bahwa upaya untuk meningkatkan ekspor Indonesia, yang terhambat dengan kembalinya apresiasi nilai tukar efektif riil sejak pertengahan tahun 2014, dan lemahnya permintaan komoditas (terutama dari Cina), akan tetap menjadi tantangan. …berkontribusi Rendahnya harga-harga komoditas dunia telah menekan penerimaan ekspor terhadap defisit Indonesia, defisit neraca berjalan secara keseluruhan masih terus bertahan, sekitar neraca transaksi 2,8 persen dari PDB pada kuartal akhir tahun 2014. Satu pengecualian adalah berjalan yang sulit turunnya harga minyak dunia sejak bulan Juni 2014, yang merupakan hal positif bagi berubah, walau neraca perdagangan Indonesia karena besarnya jumlah impor bersih (23,9 miliar penurunan harga dolar AS, atau 2,7 persen dari PDB, pada tahun 2014). Namun harga minyak dunia minyak dunia yang lebih rendah juga diperkirakan akan membebani penerimaan ekspor Indonesia membawa sejumlah yang berasal dari gas alam (12,1 miliar dolar AS pada tahun 2014), yang membatasi keringanan perbaikan neraca berjalan dari penurunan harga minyak sejauh ini menjadi di bawah 0,5 persen dari PDB. Impor masih tetap lemah, turun 9,8 persen (year-on-year, yoy) dalam dolar AS secara rata-rata bergerak 3-bulanan selama bulan Januari, terutama yang termasuk barang-barang modal (-14,0 persen), yang secara historis adalah indikator awal yang baik untuk investasi tetap. Pertumbuhan PDB Perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,0 persen tahun-ke-tahun yoy pada kuartal turun menjadi 5,0 akhir tahun 2014, dan juga sebesar 5,0 persen untuk setahun penuh, yang persen pada kuartal meneruskan tren pertumbuhan moderat sejak tahun 2012. Badan Pusat Statistik terakhir, lemahnya telah menghitung ulang tahun dasar PDB dari 2000 menjadi 2010, dan merevisinya ekspor masih menurut standar-standar internasional terbaru, yang menghasilkan pengukuran output membebani yang lebih besar sekitar 35 miliar dolar AS pada tahun 2014 dibanding angka ekonomi, dan tanda- sebelumnya (kenaikan PDB nominal sebesar 5,3 persen), dan penurunan kecil dalam tanda berlanjutnya perkiraan tingkat riil pertumbuhan ekonomi pada beberapa tahun terakhir (rata-rata tekanan dari sebesar 0,1 poin persentase per tahun untuk periode tahun 2011-2014). Sementara turunnya permintaan pertumbuhan permintaan dalam negeri merayap naik menjadi 4,4 persen yoy pada kuartal akhir 2014, pertumbuhan riil investasi tetap, pada 4,3 persen yoy, tetap relatif lemah, dan perbedaan statistik yang besar antara PDB yang diukur menurut dasar produksi dan pengeluaran (naik masing-masing 5,0 dan 2,4 persen yoy) mempersulit penarikan kesimpulan. Permintaan luar negeri terus menjadi rintangan yang jelas terhadap pertumbuhan, dengan pertumbuhan ekspor bersih tahun-ke-tahun menurun sebesar 2,0 poin persentase. Perlemahan yang signifikan ini sebagian disebabkan oleh sangat tingginya dasar perbandingan dengan melonjaknya ekspor mineral menjelang penutupan tahun 2013 (sebelum berlakunya pelarangan ekspor sebagian bahan mineral mentah pada bulan Januari 2014), namun melihat tahun 2014 secara keseluruhan, volume ekspor meningkat hanya sebesar 1 persen. Data kegiatan ekonomi berfrekuensi tinggi tetap lemah pada awal tahun 2015. Dengan perlambatan Reformasi sistem harga BBM Indonesia telah memungkinkan perubahan harga ke- kredit dan inflasi, BI ekonomian BBM (non-subsidi) yang lebih rendah bisa lebih cepat dirasakan oleh menurunkan BI Rate konsumen, yang telah mengalami kenaikan signifikan rata-rata harga bensin dan sebesar 25 basis poin solar sebesar 34 persen pada bulan November 2014. Karenanya, deflasi harga yang pada bulan Februari jarang dijumpai terjadi selama dua bulan berturut-turut pada Januari dan Februari, menurunkan inflasi IHK menjadi 6,3 persen yoy, dari 8,4 persen yoy pada bulan Desember. Tekanan inflasi yang mendasari juga tampaknya dapat dikendalikan, Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA II Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dengan IHK inti tetap berada sedikit di bawah 5,0 persen yoy pada bulan-bulan melewati Februari, sementara pertumbuhan kredit terus melemah, kira-kira setengah dari nilai puncaknya pada tahun 2013, menjadi 11,4 persen yoy pada bulan Desember 2014. Bank Indonesia (BI) menurunkan fasilitas FASBI dan BI Rate sebesar 25 basis poin pada tanggal 17 Februari. Walaupun inflasi Walau inflasi mengalami moderasi secara keseluruhan, harga beras melonjak pada rendah secara bulan Februari, dengan harga eceran meningkat 12 persen yoy, didorong oleh keseluruhan, harga penurunan yang signifikan dalam persediaan secara keseluruhan. Musim panen beras naik pada diperkirakan akan membantu memutarbalikkan kenaikan ini, namun bahkan bila bulan Februari kenaikan itu hanya sementara, kenaikan itu mengikuti tren yang konsisten sejak tahun 2004 bahwa harga-harga beras Indonesia meningkat dengan laju yang lebih cepat dibanding harga di pasar internasional. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah konsumen bersih beras dan karenanya terpengaruh oleh kenaikan harga beras. Faktor-faktor struktural secara negatif mempengaruhi produksi beras Indonesia, termasuk penurunan ukuran sawah yang berproduksi, tingginya penggunaan tenaga kerja, buruknya infrastruktur, tingginya biaya logistik, dan rendahnya penggunaan teknologi dan aliran informasi. Selain itu, sementara belanja publik untuk pertanian telah meningkat secara keseluruhan, pentargetan belanja belum efisien, sebagai contoh untuk subsidi pupuk daripada untuk irigasi, atau untuk penelitian atau perluasan lahan. Informasi yang terbatas dan tidak akurat tentang produksi, konsumsi dan persediaan akan meningkatkan ketidakpastian pasar tentang kondisi permintaan dan penawaran pada suatu waktu, sehingga meningkatkan gejolak harga. Peningkatan kualitas data pasar beras merupakan kebutuhan yang mendesak. Akhirnya, operasi-operasi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga juga menimbulkan ketidakpastian tentang persediaan yang sesungguhnya dan mendistorsi pasar, sebagai contoh, isyarat terbaru dari pemerintah yang tidak akan melakukan impor beras. Pada skenario dasar Melihat ke depan, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB tahun 2015 akan (baseline), mencapai 5,2 persen, dan kemudian meningkat tipis menjadi 5,5 persen pada tahun pertumbuhan PDB 2016 (Tabel 1, keduanya tidak berubah dari proyeksi yang lalu pada Triwulanan diperkirakan tetap edisi bulan Desember 2014). Proyeksi dasar (baseline) tersebut disusun berdasarkan mendekati 5 persen asumsi laju pertumbuhan konsumsi swasta yang relatif stabil, bersama-sama dengan pada kuartal-kuartal percepatan dalam investasi tetap ke lebih dari 6 persen pada kuartal pertama tahun mendatang, dan 2016. Volume ekspor diperkirakan akan pulih secara bertahap namun impor juga sedikit meningkat ke akan meningkat karena proyeksi penguatan investasi, termasuk peningkatan belanja 5,5 persen pada infrastruktur. Secara bersama-sama, ekspor dan impor (ekspor bersih) diperkirakan tahun 2016… tidak akan berkontribusi pada pertumbuhan menurut proyeksi hingga tahun 2016. …tetapi risiko-risiko Risiko-risiko menunjukkan pada penurunan prospek pertumbuhan, dengan tekanan menunjukkan pada penurunan yang terus berlangsung terhadap belanja rumah tangga dan pertumbuhan penurunan investasi dari relatif ketatnya kredit dan tekanan margin keuntungan dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi. Sumber utama risiko kenaikan adalah percepatan investasi yang naik lebih cepat dari perkiraan, namun bila hal itu tidak disertai dengan kenaikan peningkatan ekspor, rintangan-rintangan pertumbuhan yang berasal dari pembiayaan luar negeri dapat kembali mengetat dengan cepat. Walau dengan penurunan bersih biaya impor minyak, harga-harga komoditas yang relatif lemah, yang diikuti dengan kenaikan permintaan impor, diperkirakan akan tetap membuat defisit neraca berjalan mendekati 3,0 persen dari PDB secara rata-rata. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA III Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 1: Dalam skenario dasar (baseline), pertumbuhan PDB diproyeksikan sebesar 5,2 persen pada tahun 2015 2013 2014 2015p 2016p PDB riil (Persen perubahan tahunan) 5,6 5,0 5,2 5,5 Indeks harga konsumen (Persen perubahan tahunan) 6,4 6,4 6,5 5,1 Saldo neraca transaksi berjalan (Persen dari PDB) -3,2 -3,0 -3,0 -3,2 Saldo anggaran* (Persen dari PDB) -2,2 -2,2 -1,9 n.a Catatan: * Angka pemerintah – realisasi (2013), realisasi sementara (2014) dan APBN-P (2015). Sumber: BI; BPS; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Perbaikan efisiensi Mencerminkan agenda reformasi pemerintah yang baru, APBN-P 2015 yang alokasi APBN-P 2015 disetujui pada bulan Februari menyertakan realokasi belanja yang besar dari subsidi merupakan hal yang BBM ke prioritas pembangunan utama, terutama infrastruktur, dan juga program- sangat positif, program pertanian dan sosial. Realokasi menuju belanja yang produktif ini namun target merupakan perkembangan yang positif. Namun pelaksanaan anggaran yang efektif penerimaan yang akan membutuhkan pemecahan tantangan-tantangan administratif terhadap belanja terlalu besar akan dan meningkatkan kinerja pengumpulan penerimaan secara drastis. Menimbang membutuhkan kondisi ekonomi makro, terutama lebih rendahnya pertumbuhan nominal PDB dan penyesuaian harga minyak, tampaknya penerimaan akan mencatat kekurangan. Karenanya, pengeluaran pelaksanaan anggaran yang baru secara penuh akan membutuhkan waktu, dan sepanjang tahun 2015 pihak yang berwenang tampaknya akan menghadapi tantangan dalam penyesuaian belanja untuk merealisasikan penerimaan. Karenanya proyeksi dasar (baseline) Bank Dunia adalah bahwa aturan yang membatasi defisit fiskal pemerintah pusat untuk tidak melampaui 2,5 persen dari PDB akan mengikat pada tahun 2015, dan bahwa defisit akan dibatasi pada tingkat tersebut dengan membatasi pengeluaran melalui pemotongan anggaran atau rendahnya pencairan anggaran pada beberapa bidang, termasuk belanja modal. Terdapat Realokasi anggaran pemerintah menuju belanja modal, dan juga peningkatan belanja momentum yang infrastruktur oleh BUMN (yang menerima suntikan modal Rp 70,4 triliun pada kuat untuk APBN-P 2015), akan memberikan dorongan yang diharapkan bagi belanja investasi. mereformasi Pemerintah memproyeksikan partisipasi sektor swasta yang signifikan dalam perizinan usaha di mendorong belanja infrastruktur yang lebih besar, dan untuk mencapai Indonesia… pertumbuhan investasi tetap, lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat secara keseluruhan. Namun salah satu rintangan terhadap investasi adalah kenyataan bahwa proses-proses bagi perusahaan untuk mendaftarkan kegiatan- kegiatannya dan memperoleh izin-izin yang diperlukan merupakan hal yang rumit, mahal dan menghabiskan waktu; Indonesia kini berada pada peringkat 114 dari 189 negara dalam hal kemudahan berusaha (ease of doing business), seperti diukur oleh Bank Dunia. Pemerintah yang baru telah kembali menempatkan peningkatan perizinan pada bagian atas agenda reformasi, dengan kuatnya momentum reformasi awal, termasuk pelaksanaan Sistem Pelayanan Terpadu Satu Pintu di bawah Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada bulan Januari. Namun implementasi reformasi yang rumit masih dibutuhkan untuk mencapai perizinan usaha yang lebih terpadu (termasuk lintas tingkat nasional dan daerah) dan efisien, membutuhkan penyederhanaan dan pemetaan proses perizinan, peningkatan teknologi komunikasi dan informasi, dan perubahan organisasi dan koordinasi di BKPM dan kementerian- kementerian lainnya. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA IV Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …yang akan Tantangan meningkatkan investasi dan pertumbuhan semakin penting dengan membantu berlanjutnya perlemahan ekonomi yang didorong oleh penurunan harga komoditas meningkatkan dunia. Proyeksi Bank Dunia untuk pertumbuhan PDB potensial (potential output) investasi dan Indonesia, dengan memperhitungkan penurunan harga komoditas, saat ini adalah mendorong sekitar 5,5 persen per tahun. Laju ini mengikuti pertumbuhan potensial selama satu pertumbuhan dekade terakhir yang mencapai 6 persen atau lebih. Bagian besar dari perlambatan berkelanjutan yang ekonomi yang belakangan terjadi, menjadi 5,0 persen pada kuartal akhir 2014, dapat lebih cepat, yang berasal dari penurunan laju pertumbuhan potensial, sebagian disebabkan oleh diperkirakan akan penurunan harga-harga komoditas, dan bukan hanya penurunan pertumbuhan yang turun ke 5,5 persen bersifat sementara (cyclical). Oleh karena itu, para pembuatkebijakan tidak dapat per tahun, sebagian mengharapkan bahwa pertumbuhan akan kembali meningkat dengan mudah ke laju karena lemahnya yang lebih tinggi seperti pada periode tahun 2010-2012. Akan dibutuhkan reformasi harga komoditas kebijakan dan implementasi yang signifikan, termasuk dalam bidang perizinan investasi yang dibahas di atas, karena jumlah dan kualitas belanja investasi merupakan faktor penentu yang sangat penting bagi pertumbuhan berkelanjutan. Dengan berakhirnya Indonesia memiliki kekayaan alam dalam hidrokarbon (batubara, minyak dan gas lonjakan harga alam), bahan mineral (logam dasar dan logam mulia) dan juga komoditas pertanian komoditas dunia, yang berlimpah. Kenaikan harga komoditas yang signifikan dari tahun 2002 hingga dibutuhkan 2012 menyebabkan sektor sumber daya alam memberikan kontribusi yang positif manajemen yang terhadap pertumbuhan nominal, ekspor dan investasi selama tahun 2000an. Namun efektif bagi sektor dampak sektor tersebut terhadap hasil-hasil pertumbuhan riil, penerimaan negara sumber daya alam dan pembangunan daerah ternyata lebih terbatas. Pada jangka menengah, prospek Indonesia untuk bagi sektor sumber daya alam lebih menantang – dengan berlanjutnya moderasi meminimalkan risiko harga-harga dan proyeksi penurunan produksi, terutama untuk minyak mentah. dan memaksimalkan Karenanya sangatlah penting bagi pemerintah untuk menyusun dan menerapkan manfaat dari sektor kebijakan-kebijakan sektoral untuk mengelola kerentanan yang berasal dari tersebut perlambatan sektor tersebut dan untuk memaksimalkan keuntungan, untuk mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam Indonesia dalam mendukung sasaran- sasaran pembangunan. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA V Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Pertumbuhan global mengalami percepatan namun penurunan harga komoditas terus berlanjut Ekonomi negara Indikator-indikator utama perekonomian dunia yang berpengaruh terhadap prospek berpenghasilan ekonomi Indonesia hanya mengalami sedikit perubahan dari yang dilaporkan di tinggi membaik laporan Triwulanan edisi bulan Desember 2014. Ekonomi negara-negara sementara gambaran berpenghasilan tinggi menguat, didukung oleh pemulihan berkelanjutan di AS dan perekonomian percepatan aktivitas perekonomian secara bertahap di daerah Euro. Sementara negara berkembang Jepang juga kembali mencatat pertumbuhan positif pada kuartal akhir 2014. Kondisi lebih beragam… ekonomi lintas negara berkembang lebih bervariasi. Sebagai contoh, India mencatat pertumbuhan PDB yang kuat sebesar 7,5 persen tahun-ke-tahun di kuartal akhir tahun 2014, namun beberapa negara utama lain, seperti Brasil, Rusia dan Afrika Selatan mencatat kontraksi atau mengalami pertumbuhan yang sangat lambat. ...yang terpengaruh Harga minyak dunia jatuh dengan tajam selama paruh kedua tahun 2014 dan oleh penurunan berlanjut ke bulan Januari 2015 sebelum kembali naik, dan pada bulan Februari harga minyak yang harganya mencapai 40 persen di bawah tingkat yang tercatat pada medio 2014. tajam… Penurunan yang drastis ini mendukung perekonomian global dalam jangka menengah tetapi juga berkontribusi pada pelebaran kinerja ekonomi antar eksportir dan importir minyak bersih. Di antara negara-negara berkembang pengimpor minyak yang besar, gabungan dampak terjaganya inflasi searah dengan sasaran kebijakan, membaiknya neraca berjalan dan melemahnya pertumbuhan telah memungkinkan sejumlah bank sentral untuk memotong tingkat suku bunga sejak awal tahun. Namun untuk negara-negara pengekspor minyak bank sentral harus menyeimbangkan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga inflasi yang stabil dan kepercayaan investor di tengah tekanan valuta. Bagi Indonesia, yang Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 1 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia merupakan pengimpor bersih minyak dengan defisit migas bersih sebesar 11,8 miliar dolar AS pada tahun 2014 (1,3 persen dari PDB), penurunan harga minyak secara signifikan telah meningkatkan nilai tukar perdagangannya (terms-of-trade) dan mendorong terjadinya reformasi harga BBM sebagaimana yang sangat dibutuhkan. Namun demikian, seperti dibahas pada Bagian 6 dan Bagian C, rendahnya harga minyak juga menurunkan penerimaan pemerintah dan menciptakan tantangan bagi sektor energi yang besar. …dengan harga- Selain minyak, lemahnya harga-harga komoditas terus membebani penerimaan harga komoditas ekspor Indonesia. Harga produk ekspor utama Indonesia terus menurun pada dua bukan minyak terus bulan pertama tahun 2015 (Gambar 1) dengan batubara turun sebesar 1,3 persen, melemah tembaga turun sebesar 11,11 persen. Secara keseluruhan, nilai tukar perdagangan (terms of trade) untuk komoditas utama Indonesia diproyeksikan akan turun perlahan sebesar 1,3 persen selama dua bulan pertama tahun 2015. Indeks tersebut telah kembali meningkat dari nilai rendahnya pada bulan September 2014, berkat penurunan harga minyak, namun pada bulan Februari indeks tersebut masih tetap 40 persen di bawah nilai puncaknya pada 4 tahun yang lalu. Penurunan permintaan impor Cina dari Indonesia, terutama untuk barang-barang komoditas, menjadi sumber penurunan yang terus berlangsung (Kotak 2). Walau pertumbuhan PDB Cina hanya turun tipis sejak tahun 2012 hingga akhir tahun 2014, impor Cina dari Indonesia telah turun sangat tajam dalam nilai dolar AS (Gambar 2). Kebijakan moneter yang akomodatif di Zona Euro dan Jepang bersama-sama dengan inflasi yang rendah juga memberikan kontribusi yang semakin besar pada melemahnya permintaan impor dan persaingan ekspor dari negara-negara tersebut. Gambar 1: Harga komoditas ekspor utama Indonesia Gambar 2: …dan impor Cina dari Indonesia mencatat terus berangsur turun… kontraksi yang sangat tajam (Indeks harga acuan dunia dalam dolar AS, Februari 2011=100) (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) Coal Gas Palm oil PDB riil Cina (RHS) 160 120 16 Crude oil Rubber Copper Impor Cina dari 140 100 Indonesia (LHS) 14 80 120 12 60 100 10 40 80 8 20 60 6 0 40 Total impor 4 -20 Cina (RHS) 20 -40 2 0 -60 0 Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Dec-05 Dec-08 Dec-11 Dec-14 Sumber: Bank Dunia Catatan: Impor dalam dolar AS; seluruh rangkaian pada frekuensi kuartalan. Sumber: CEIC Ekonomi global Pertumbuhan global diproyeksikan meningkat perlahan pada kuartal-kuartal diproyeksikan akan selanjutnya, dari rata-rata 2,5 persen pada tahun 2012-14 menjadi 3,2 persen pada membaik, namun tahun 2015-17, diikuti oleh lemahnya pertumbuhan perdagangan. Lambatnya laju lambatnya pertumbuhan perdagangan dunia menunjukkan peningkatan m ekspor Indonesia pertumbuhan secara signifikan kemungkinan tidak dapat dicapai kecuali Indonesia berhasil perdagangan dan memperbesar pangsa pasar dunianya pada produk-produk yang ada atau memasuki Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia semakin ketatnya pasar-pasar baru. Hal-hal penting lain dalam rangka pemulihan kelesuan ekonomi kondisi keuangan yang sedang berlangsung adalah dengan dilakukannya kebijakan-kebijakan moneter tampaknya akan yang akomodatif di negara-negara utama dan kemungkinan besar bertahannya membawa tantangan perlemahan harga-harga komoditas, walau kondisi finansial akan berangsur-angsur mengetat. Dengan kebijakan moneter yang mulai mengetat di Amerika Serikat, aliran modal ke negara-negara berkembang akan mengalami perlambatan. Aliran itu akan melambat secara tidak merata lintas negara, di mana para investor akan lebih menyoroti kelemahan-kelemahan spesifik tiap negara dengan menganalisa perbedaan dalam prospek pertumbuhan dan kebijakan ekonomi, politik dan moneter. Untuk Indonesia, pergeseran aliran modal tersebut merupakan sebuah tantangan yang signifikan di tahun 2015 dan selanjutnya. 2. Pertumbuhan Indonesia telah melemah tanpa tanda peningkatan dalam waktu dekat Pertumbuhan PDB Pada kuartal akhir tahun 2014, PDB riil Indonesia meningkat 5,0 persen secara di kuartal akhir 2014 tahun-ke-tahun (yoy), setara dengan kuartal ketiga yang mencatat peningkatan dan tahun 2014 sebesar 4,9 persen – menurut PDB Indonesia yang baru direvisi dan disesuaikan secara keseluruhan (lihat Kotak 1). Pertumbuhan PDB selama 2104 secara keseluruhan mencapai 5,0 adalah 5,0 persen… persen, turun dari 5,6 persen pada tahun 2013 dan menandai pertumbuhan tahunan yang paling lambat sejak tahun 2009, ketika ekonomi tumbuh 4,7 persen di tengah- tengah krisis keuangan global tahun 2008/9. …didukung oleh Permintaan dalam negeri terus menopang pertumbuhan, dengan kenaikan 4,4 persen permintaan dalam yoy pada kuartal akhir 2014, setara dengan 4,3 persen yoy pada kuartal sebelumnya. negeri, terutama Komponen utama dari pengeluaran, yaitu konsumsi swasta, naik 4,9 persen yoy, konsumsi… sehingga kontribusinya mencapai 2,8 poin persentase dari pertumbuhan kuartal keempat, sama seperti pada kuartal yang lalu. Konsumsi pemerintah naik sebesar 2,8 persen yoy pada kuartal keempat, naik dari pertumbuhan yang hanya meningkat 1,3 persen yoy pada kuartal yang lalu, dan menambah 0,4 poin persentase ke keseluruhan pertumbuhan PDB. Investasi tetap meningkat sebesar 4,3 persen yoy pada kuartal akhir 2014, naik dari peningkatan sebesar 3,9 persen yoy pada kuartal ketiga namun masih berada pada tingkat yang lemah, dan menambahkan 1,4 poin persentase terhadap pertumbuhan PDB. …sementara Volume ekspor barang-barang dan jasa-jasa lebih rendah secara signifikan sebesar permintaan bersih 4,5 persen pada kuartal akhir 2014 dibanding kuartal yang sama pada 2013. luar negeri Perbandingan ini menarik dengan adanya lonjakan naik volume ekspor sejak kuartal membebani akhir 2013 karena para produsen memperbesar ekspor sebelum berlakunya larangan pertumbuhan pada ekspor sebagian mineral mentah pada bulan Januari 2014 (lihat Triwulanan edisi kuartal akhir 2014 bulan Maret 2014). Namun, melihat tahun 2014 secara keseluruhan, ekspor hanya naik sebesar 1,0 persen. Sebaliknya volume impor mencatat gerakan yang lebih merata pada kuartal keempat, meningkat sebesar 3,2 persen yoy, sebagian karena kenaikan sementara dari naiknya impor BBM menjelang kenaikan harga subsidy bulan November 2014. Karenanya permintaan luar negeri yang lemah sangat membebani ekonomi pada kuartal akhir 2014, mengurangi pertumbuhan PDB sebesar 2,0 poin persentase secara tahun-ke-tahun. Pada sisi produksi, Dari sudut pandang produksi, pertumbuhan produksi sektor primer melemah pada hal yang menarik kuartal keempat, dengan pertumbuhan pertanian yang rendah sebesar 2,8 persen yoy pada kuartal akhir dibanding 3,6 persen pada kuartal ketiga, dan kenaikan produksi pertambangan dan 2014 adalah kuatnya penggalian yang juga masih lemah (naik 2,2 persen yoy). Pada sektor sekunder, Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 3 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pertumbuhan sektor pertumbuhan manufaktur melemah menjadi 4,2 persen yoy pada kuartal akhir 2014, konstruksi turun dari 5,0 persen yoy pada kuartal yang lalu, sementara konstruksi mencatat pertumbuhan yang kuat sebesar 7,7 persen yoy pada kuartal keempat, dibanding dengan 6,5 persen yoy pada kuartal ketiga. Di antara sektor-sektor jasa, perlemahan terpusat pada sektor-sektor perdagangan ritel dan perkulakan dan perbaikan, yang meningkat sebesar 3,5 persen yoy dibanding pertumbuhan sebesar 4,8 persen pada kuartal ketiga 2014, dan pada akomodasi, makanan dan minuman (naik 4,9 persen yoy dibanding 5,9 persen yoy pada kuartal ketiga). Walaupun Secara keseluruhan, laporan terakhir neraca nasional tahun 2014 meneruskan pola pertumbuhan PDB kuartal-kuartal terakhir dengan melemahnya pertumbuhan PDB secara bertahap riil cukup stabil karena lemahnya pertumbuhan investasi, yang sebagian mencerminkan kelemahan selama paruh kedua sektor ekspor dan komoditas dan tanggapan kebijakan untuk mengelola stabilitas 2014, hal lainnya ekonomi makro. Walaupun pertumbuhan PDB riil mencapai tingkat 5,0 persen dalam neraca selama paruh kedua tahun 2014, ada indikasi bahwa tekanan turun terhadap nasional pertumbuhan permintaan tetap bertahan hingga akhir tahun. Pada kuartal akhir menunjukkan 2014, deflator PDB, pengukuran harga-harga paling luas di dalam ekonomi, hanya perlemahan yang sedikit meningkat ke 3,7 persen yoy, turun dari 5,1 persen pada kuartal ketiga. sedang berlangsung Diukur dengan harga saat ini, PDB meningkat 8,9 persen yoy, turun dari 10,3 persen dalam pertumbuhan yoy pada kuartal ketiga. Akhirnya, pertumbuhan PDB dari sisi produksi mencatat permintaan… angka yang cukup besar, 2,5 poin persentase lebih tinggi dari pengukuran pada sisi pengeluaran (tidak menyertakan perubahan catatan pada persediaan). Perbedaan yang signifikan karena kesulitan pengukuran bukanlah sesuatu yang aneh, namun besarnya perbedaan di kuartal empat juga tampaknya konsisten dengan penawaran yang terhambat permintaan, sampai sejauh mana penjualan akhir riil tidak mencapai output, yang akan menjadi rintangan bagi pertumbuhan output yang akan datang. Gambar 3: Konsumsi swasta menopang pertumbuhan Gambar 4: PDB nominal dan penjualan final riil walau diiringi dengan melemahnya investasi dan menunjuk ke tekanan penurunan pertumbuhan ekspor bersih hingga akhir tahun 2014 (kontribusi ke pertumbuhan PDB tahun-ke-tahun, poin persentase) (pertumbuhan tahun-ke-tahun, persen) 5 16 4 PDB nominal Konsumsi swasta 14 3 12 2 10 1 Investasi 8 0 6 PDB riil -1 Ekspor bersih -2 4 Penjualan final riil -3 2 -4 0 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Penjualan final riil = jumlah konsumsi+investasi+ekspor bersih Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia …sementara Indikator-indikator ekonomi berfrekuensi tinggi juga memperlihatkan perlemahan indikator kegiatan yang berkelanjutan, yang berlanjut ke bulan-bulan awal tahun 2015. Penjualan kendaraan dan sepeda motor mengalami kontraksi sebesar 15,6 dan 9,7 persen Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 4 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia ekonomi juga tetap secara rata-rata bergerak tiga-bulanan (3mma) dibandingkan dengan nilai di periode lemah secara umum yang sama satu tahun yang lalu sampai bulan Januari, dirintangi oleh kredit yang relatif ketat dan, pada beberapa hal, antisipasi kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014. Penjualan ritel secara keseluruhan seperti diukur oleh BI meningkat 9,2 persen 3mma yoy, lebih rendah dari 14,4 persen yang tercatat pada medio 2014. Penjualan semen selama 3 bulan hingga Januari memperlihatkan perkembangan yang mendatar dibanding tahun yang lalu, sementara pada sektor manufaktur, indeks pembelian manajer (purchasing managers index, PMI) yang disusun oleh HSBC turun menjadi 47,5 pada bulan Februari, menandai kontraksi selama empat bulan berturut-turut, dan angka paling rendah selama hampir 4 tahun terakhir. Impor barang-barang modal, suatu indikator investasi tetap yang umumnya dapat diandalkan, turun sebesar 14,0 persen 3mma yoy pada bulan Januari. Pada skenariobase Melihat ke depan, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,2 case pertumbuhan persen untuk tahun 2015, dan sedikit meningkat ke 5,5 persen pada tahun 2016 PDB diperkirakan (Tabel 2, kedua proyeksi itu tidak berubah dari proyeksi yang lalu dalam Triwulanan akan sedikit edisi bulan Desember 2014). Proyeksi dasar (baseline) tersebut adalah berdasarkan meningkat ke 5,2 pertumbuhan konsumsi swasta yang relatif stabil, bersama-sama dengan percepatan persen pada tahun dalam belanja investasi tetap menjadi diatas 6 persen pada kuartal pertama tahun 2015 dan 5,5 persen 2016. Volume ekspor diperkirakan akan mencatat pemulihan bertahap namun impor pada tahun 2016 juga akan meningkat karena proyeksi penguatan investasi, termasuk kenaikan belanja infrastruktur. Secara gabungan, ekspor dan impor (ekspor bersih) tidak diproyeksikan memberikan tambahan kepada pertumbuhan selama masa proyeksi hingga tahun 2016. Risiko-risiko terhadap proyeksi pertumbuhan dasar (baseline) menunjukkan pada penurunan pertumbuhan, karena tekanan yang sedang berlangsung terhadap pertumbuhan investasi dan belanja rumah tangga dari tekanan margin keuntungan dan kredit yang ketat dapat terus mempengaruhi kegiatan ekonomi. Sumber utama kenaikan adalah bila terjadi investasi yang lebih cepat dari yang diperkirakan, namun bila tidak diikuti oleh pertumbuhan ekspor, maka rintangan-rintangan luar negeri terhadap pertumbuhan dapat mengetat dengan cepat. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 5 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 1: Perubahan tahun dasar dan revisi PDB Indonesia Badan Pusat Statistik (BPS) telah menerbitkan laporan statistik neraca nasional pada tanggal 5 Februari. Selain memberikan data kuartal akhir 2014, laporan ini juga menyertakan dua perubahan yang signifikan terhadap data statistik PDB Indonesia: pertama, dasar perhitungan diubah dari tahun 2000 ke tahun 2010 dan, kedua, laporan itu menggunakan pembaruan yang signifikan pada metodologi dan penyajian data statistik, memperbaharui neraca nasional Indonesia dari Sistem Neraca Nasional ( System of National Accounts, SNA) tahun 1993 menjadi SNA 2008. Karena perubahan itu, ekonomi Indonesia tampak lebih besar secara signifikan, dan mencatat pertumbuhan yang sedikit lebih lambat, dibanding laporan sebelumnya. Total produksi (output) pada harga sekarang sekitar 4,4 persen lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya pada tahun 2014 (dan 5,2 persen lebih besar secara rata-rata selama periode tahun 2010-2014). Perubahan itu merupakan perubahan yang signifikan, menambah Rp 448 triliun, atau sekitar 35 miliar dolar AS pada nilai tukar pasar yang sekarang berlaku, kepada proyeksi ukuran ekonomi tahun 2014. Sekitar sepertiga dari tambahan pengukuran produksi tersebut berasal dari penyertaan jenis-jenis kegiatan ekonomi baru sesuai dengan SNA 2008, dan sekitar dua per tiga berasal dari pengukuran yang lebih akurat dari jenis-jenis produksi yang sebelumnya pernah diukur menurut BPS. Walau peningkatan pengukuran hasil produksi tersebut menghasilkan tingkat PDB yang lebih tinggi, pengukuran itu juga menghasilkan pengukuran tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah secara signifikan sejak tahun 2011, sebesar 0,3 poin persentase untuk tahun 2011, sekitar 0,2 poin persentase untuk tahun 2012 dan 2013, dan hanya 0,04 poin persentase untuk tahun 2014. PDB adalah satuan pengukur yang sangat penting bagi persediaan-persediaan dan aliran-aliran ekonomi utama. Sebagai akibat dari revisi tersebut, dan dalam hal data fiskal ketersediaan PDB kuartal empat 2014, perubahan-perubahan terhadap rasio yang penting termasuk: • Defisit neraca berjalan (atau surplus belanja investasi dibanding tabungan): 26,2 miliar dolar AS pada tahun 2014, sebelumnya setara dengan 3,1 persen dari PDB, kini lebih kecil menjadi 3,0 persen dari PDB. • Hutang luar negeri: 293,6 miliar dolar AS pada bulan Desember 2014 (menurut Bank Indonesia), sebelumnya setara dengan 34,7 persen dari PDB untuk tahun 2014, kini lebih kecil menjadi 33,0 persen • Defisit fiskal, pada Rp 227,4 triliun pada 2014, sebelumnya adalah 2,3 persen dari PDB, kini lebih kecil menjadi 2,2 persen. Penerimaan pajak, pada Rp 1.143 triliun pada tahun 2014, sebelum setara dengan 11,4 persen dari PDB, kini menyusut menjadi 10,8 persen dari PDB. Seperti ditunjukkan pada contoh-contoh di atas, besarnya perubahan rasio PDB di Indonesia tidak cukup kuat untuk mendorong perkiraan ulang akan kondisi-kondisi dan risiko-risiko ekonomi. Sebaliknya, sejumlah revisi historis dan metodologi di negara lain menghasilkan perbedaan yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, pada bulan April 2014, revisi PDB Nigeria meningkatkan ukuran ekonomi yang diukur hampir dua kali lipat, sehingga menjadi yang terbesar di Afrika dan melampaui ekonomi Afrika Selatan. Diatas perubahan garis besar PDB dan sejumlah rasio utama, angka-angka yang direvisi juga menandai suatu langkah maju yang penting dalam proses berkelanjutan untuk meningkatkan pencatatan statistik ekonomi Indonesia yang besar dan cepat berubah. Berkat metodologi baru itu, kini tersedia data sektoral yang lebih rinci, dengan jumlah sektor-sektor utama meningkat dari 9 ke 17. Penggunaan sektor-sektor yang lalu sebagai dasar perbandingan memperlihatkan bahwa, dengan menggunakan cara yang baru, sektor jasa secara bersama-sama memberikan sumbangan produksi terukur yang lebih besar (Gambar 5), sementara rata-rata pertumbuhan dari sektor jasa pada beberapa tahun terakhir ternyata sedikit lebih lambat dibanding pengukuran sebelumnya, kecuali untuk keuangan dan real estate (Gambar 6). Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 6 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 5: Sektor jasa kini memiliki kontribusi Gambar 6: …namun perhitungan baru juga yang lebih besar dalam kegiatan ekonomi… menunjukkan sedikit perlambatan pertumbuhan PDB (bagian PDB pada harga tahun 2014 menurut PDB yang direvisi dan sektor jasa pada tahun-tahun terakhir dan dengan dasar baru, persen) (rata-rata laju pertumbuhan tahun pada harga konstan, 2011- 2014, persen) 2000 base 2010 base and revised 25 12.0 2000 base 2010 base and revised 20 10.0 15 8.0 10 6.0 5 4.0 0 2.0 0.0 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia 3. Perubahan harga BBM bersubsidi sebagai pendorong utama inflasi Inflasi meningkat Kenaikan harga bensin dan solar rata-rata sebesar 34 persen pada bulan November tajam pada akhir 2014 mendorong kenaikan inflasi yang tajam, menjadi 8,4 persen yoy pada bulan 2014, karena Desember, naik dari 4,8 persen yoy pada bulan Oktober. Kenaikan ini, walau besar, kenaikan harga mencerminkan pengaruh langsung dan cakupan dari biaya masukan (input) harga BBM bersubsidi BBM terhadap keseluruhan tingkat indeks harga konsumen (IHK), daripada pada bulan kenaikan tingkat harga lainnya sepanjang waktu. Hal ini konsisten dengan pengaruh November 2014, inflasi dari kenaikan harga BBM bersubsidi yang lalu, di bulan Juni 2013, yang namun dasar mempunyai dampak yang besar pada tingkat harga-harga. Perbedaan besar terjadi tekanan inflasi tetap dengan membandingan inflasi tahun-ke-tahun di bulan Juli dan di bulan Agustus terkendali… 2014, di mana inflasi tahun-ke-tahun turun dari 6,7 persen di bulan Juni 2014 menjadi 4,0 persen di bulan Agustus 2014. Diluar dampak kenaikan harga BBM bulan November tersebut, hal-hal yang mendasari tekanan inflasi masih tetap terkendali. Bila harga BBM tidak berubah hingga akhir tahun 2014, IHK umum tampaknya akan meningkat sebesar 0,4 poin persentase selama bulan November dan Desember, menutup tahun dengan inflasi yang datar sebesar 4,9 persen. …dan penurunan Setelah reformasi harga BBM yang efektif pada 1 Januari 2015 (lihat Kotak 3), harga BBM pada harga-harga bensin RON88 yang sebelumnya disubsidi, dan solar, diturunkan bulan Januari telah sebesar rata-rata 18,1 persen dari harganya pada bulan November 2014, mendorong deflasi mencerminkan harga BBM yang lebih rendah. Hal ini berkontribusi pada penurunan harga IHK umum sebesar 0,2 persen bulan-ke-bulan (month-on-month, mom) pada bulan Januari, menurunkan inflasi menjadi 7,0 persen tahun-ke-tahun, dan penurunan lebih lanjut sebesar 0,4 persen mom pada bulan Februari, sehingga menurunkan inflasi tahun-ke-tahun menjadi 6,3 persen. Inflasi inti, yang mengukur inflasi dengan tidak menyertakan harga-harga yang cepat berubah seperti bahan pangan dan bahan bakar, bertahan sedikit di bawah 5,0 persen sejak bulan Desember. Namun harga beras melonjak pada bulan Februari, seperti dibahas pada Bagian B.1. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 7 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Momentum inflasi Prospek inflasi sangat bergantung kepada perubahan harga ritel BBM di masa depan, diperkirakan akan yang pada gilirannya bergantung pada harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah. tetap moderat, Harga bensin premium RON88 naik tipis sebesar Rp 200 per liter mulai tanggal 1 dengan inflasi IHK Maret, sementara harga solar masih tetap tidak berubah (lihat Kotak 3). Menurut yang tidak asumsi-asumsi dasar (baseline), inflasi diproyeksikan akan turun hingga di bawah 5,0 melampaui batas persen yoy pada akhir tahun 2015. Hal ini mendorong inflasi rata-rata tahunan 2015 rata-rata sebesar 6,5 menjadi 6,5 persen, yang mencerminkan dasar momentum inflasi yang stabil dan persen untuk tahun dengan mengabaikan bagian kenaikan harga yang besar di November 2014 dari 2015 perbandingan tahunan tersebut. Risiko-risiko terhadap prospek inflasi bersifat seimbang. Tekanan sisi permintaan harus dibatasi dengan laju pertumbuhan yang moderat relatif terhadap yang telah berlangsung di Indonesia pada tahun-tahun terakhir, walau kini hanya dengan kesenjangan produksi (output gap) yang kecil (lihat Bagian B.3.). Risiko-risiko inflasi yang lebih tinggi umumnya berasal dari berlanjutnya depresiasi rupiah, maupun kenaikan harga BBM di masa depan. Pengaruh depresiasi rupiah terhadap inflasi belum terlihat sejauh ini (dan perkiraan regresi menunjukkan bahwa 10 persen depresiasi rupiah hanya menyebabkan kenaikan harga sekitar 0,3 poin persentase). Namun pengaruh (pass-through) nilai tukar diperkirakan akan lebih kuat setelah harga solar dan bensin yang sebelumnya disubsidi, menjadi bergantung kepada harga keekonomian dalam denominasi rupiah. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 8 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 2: Skenario dasar (base case), PDB diperkirakan akan tumbuh ke 5,2 persen pada 2015, dan 5.5 persen pada 2016 (persentase perubahan, kecuali dinyatakan lain) Tahun-ke-tahun pada kuartal Revisi Tahunan empat tahunan 2013 2014 2015 2016 2013 2014 2015 2016 2015 2016 1. Indikator ekonomi utama Jumlah pengeluaran konsumsi 5,6 4,8 4,5 4,9 5,7 4,5 4,5 4,9 -0,3 -0,1 Pengeluaran konsumsi swasta 5,4 5,3 4,7 5,2 5,7 4,9 4,8 5,3 -0,2 0,0 Konsumsi pemerintah 6,9 2,0 3,8 3,2 6,1 2,8 3,2 3,2 -0,6 -0,1 Pembentukan modal tetap bruto 5,3 4,1 5,2 6,1 4,7 4,3 5,9 6,1 0,3 0,0 Ekspor barang dan jasa 4,2 1,0 2,6 5,7 3,2 -4,5 5,1 5,7 -1,5 -0,6 Impor barang dan jasa 1,9 2,2 4,0 6,1 5,0 3,2 4,8 6,6 1,0 0,2 Produk Domestik Bruto 5,6 5,0 5,2 5,5 5,1 5,0 5,4 5,5 0,0 0,0 2. Indikator luar negeri Neraca pembayaran (AS$ miliar) -7,1 17,4 9,0 8,9 - - - -0,7 -2,5 Saldo neraca transaksi berjalan (AS$ miliar) -29,1 -26,2 -29,1 -34,5 - - - -2,0 -5,3 Sebagai bagian dari PDB (persen) -3,2 -3,0 -3,0 -3,2 - - - -0,2 -0,4 Neraca perdagangan (AS$ miliar) -6,2 -3,6 -3,9 -4,6 - - - -3,7 -5,8 Saldo neraca keuangan (AS$ miliar) 22,0 43,6 38,0 43,2 - - - 1,2 2,6 3. Indikator Fiskal Penerimaan pem. pusat (% dari PDB) 15,1 14,6 12,8 - - - -1,7 - Belanja pem. pusat (% dari PDB) 17,3 16,7 15,4 - - - -1,1 - Neraca fiskal (% dari PDB) -2,2 -2,2 -2,5 - - - -0,5 - Neraca primer (% dari PDB) -1,0 -0,9 -1,2 - - - -0,5 - 4. Pengukuran ekonomi lainnya Indeks harga konsumen 6,4 6,4 6,5 5,1 8,0 6,5 5,3 5,3 -1,0 -0,1 Deflator PDB 4,7 5,4 4,1 5,3 7,8 3,7 4,7 5,3 -3,5 0,0 PDB nominal 10,6 10,7 9,4 11,1 12,0 8,9 10,4 11,1 -3,8 0,0 5. Asumsi ekonomi Nilai tukar (Rp/AS$) 10563 11800 12600 12600 - - - 500,0 500,0 Harga minyak mentah Indonesia -30,0 -29,0 (AS$/barel) 106 98 55 57 - - - Catatan: Angka ekspor dan impor merujuk kepada volume dari neraca nasional. Semua angka-angka, termasuk rasio fiskal, berdasarkan PDB yang direvisi dan diuba dasarnya. Nilai tukar dan harga minyak mentah adalah asumsi berdasar rata-rata terbaru. Revisi-revisi adalah relatif dibanding proyeksi pada Triwulanan edisi bulan Desember 2014. Sumber: Kemenkeu; BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 9 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 4. Penurunan harga minyak mendukung neraca perdagangan Defisit neraca Dinamika neraca pembayaran Gambar 7: Defisit neraca transaksi berjalan sedikit transaksi berjalan tak Indonesia didominasi oleh berkurang di kuartal empat namun “neraca dasar” banyak berubah dan aliran masuk modal melebar “neraca dasar” portofolio yang sangat kuat (miliar dolar AS) kembali melebar di pada tahun 2014, yang 20 Current account Direct investment kuartal akhir 2014… menjaga keseluruhan neraca Portfolio pembayaran dalam keadaan 15 surplus walau defisit neraca 10 transaksi berjalan hanya mencatat penurunan yang 5 kecil. “Neraca dasar”, yang 0 merupakan ukuran ketergantuangan terhadap -5 aliran investasi yang mudah berubah dalam memenuhi -10 kebutuhan pembiayaan neraca -15 transaksi berjalan, meningkat Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 ke 3,6 miliar dolar AS di Catatan: Neraca dasar = saldo neraca transaksi berjalan + kuartal keempat tahun 2014, bersih mendekati ke rata-rata tiga- Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia tahunnya yang persisten sebesar 3,2 miliar dolar AS per kuartal. Ke depan, penurunan harga minyak diperkirakan akan menurunkan defisit perdagangan bersih minyak, namun melemahnya harga berbagai komoditas, dan juga kenaikan permintaan impor barang modal, termasuk karena kenaikan investasi infrastruktur, akan tetap membuat neraca berjalan dalam keadaan defisit selama tahun 2015. … penurunan harga Defisit neraca transaksi berjalan menyusut ke 6,2 miliar dolar AS pada kuartal akhir minyak tahun 2014 (2,8 persen dari PDB), dari 7,0 miliar dolar AS (3,0 persen dari PDB) berkontribusi pada kuartal yang lalu. Defisit perdagangan migas, pada 2,8 miliar dolar AS, sedikit terhadap penurunan menyusut sebesar 354 juta dolar AS dibanding kuartal yang lalu. Surplus kecil defisit neraca perdagangan non-migas meningkat sebesar 526 juta dolar AS, menjadi 4,9 miliar berjalan menjadi 2,8 dolar AS, sebagian besar karena peningkatan dalam penerimaan ekspor sementara persen dari PDB impor tetap relatif datar. Data bea cukai bulan Januari menunjukkan surplus perdagangan yang besar sejumlah 709 juta dolar AS, atau naik dari 187 juta dolar AS pada bulan Desember, terutama akibat turunnya biaya impor minyak mentah. Ke depan, biaya impor bersih minyak diperkirakan akan semakin menyusut sejalan dengan pengaruh dari penurunan harga minyak dunia dibandingkan harga tahun 2014 kepada harga bahan bakar pasca penyulingan. Namun manfaat terhadap defisit neraca transaksi berjalan secara keseluruhan diperkirakan akan diimbangi sebagian dengan penurunan penerimaan ekspor gas alam karena pengaruh kontraksi harga yang mengikuti penurunan harga patokan minyak dunia (lihat Bagian C untuk pembahasan prospek sektor migas). Sub neraca lain neraca berjalan terus stabil antara kuartal ketiga dan keempat 2014; defisit perdagangan jasa meningkat sebesar 190 juta dolar AS ke 2,79 miliar dolar AS di kuartal keempat, dan defisit penerimaan menyusut sebesar 170 juta dolar AS ke 5,76 miliar dolar AS. Tekananterhadap Ekspor di kuartal terakhir 2014 berjumlah 43,2 miliar dolar AS, 10,1 persen lebih penerimaan ekspor rendah dibanding satu tahun yang lalu, merupakan angka yang terendah sejak kuartal komoditas berlanjut ketiga tahun 2010. Penerimaan ekspor terkait komoditas, terutama migas, termasuk di kuartal empat 2014 batubara dan produk-produk mineral lainnya, mengalami penyusutan sebesar 29,1 Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 10 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia persen yoy, yang mendorong penurunan (Gambar 8). Penurunan penjualan komoditas ke Cina dan Jepang merupakan salah satu sumber utama penurunan ekspor Indonesia (Kotak 2). Ekspor manufaktur meningkat 5.2 persen tahun-ke- tahun ke 19,8 miliar dolar AS di kuartal empat tahun 2014, dan ini sedikit meredam kontraksi ekspor secara keseluruhan sebesar 2,0 poin persentase, namun tanpa momentum kenaikan yang berkelanjutan. Impor tetap lemah, Impor turun sebesar 5,9 persen yoy di kuartal akhir tahun 2014. Hal ini terutama terutama karena disebabkan oleh menurunnya biaya impor BBM, namun semua kelompok impor turunnya biaya utama—barang-barang konsumen, bahan mentah dan barang-barang modal—masih impor minyak tetap lebih rendah secara signifikan dibanding tingkat harganya satu tahun yang lalu (Gambar 9). Impor barang-barang konsumen turun sebesar 10,3 persen yoy, yang mendorong keseluruhan impor sebesar 0,7 poin persentase, sementara impor barang modal dan bahan mentah secara bersama-sama memberikan kontribusi sebesar 1,5 poin persentase kepada keseluruhan kontraksi impor pada kuartal empat dibanding tingkatnya satu tahun yang lalu. Berlanjutnya perlemahan impor, walau dengan tanda-tanda stabilisasi impor barang modal belakangan ini, masih konsisten dengan indikator-indikator lain yang menunjuk kepada kondisi permintaan dalam negeri yang lemah sepanjang akhir tahun 2014 (lihat Bagian 2). Gambar 8: Lemahnya penerimaan ekspor komoditas Gambar 9: …sementara impor turun tajam di kuartal terus membebani ekspor secara keseluruhan… empat 2014 karena penurunan biaya BBM (kontribusi kepada pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase) (kontribusi kepada pertumbuhan tahun-ke-tahun, poin persentase) Oil and gas Coal Consumer goods Mining Palm oil 12 Fuel 10 Rubber Manufacturing 10 Raw materials net of fuel Other Total exports Capital 8 Imports 5 6 4 0 2 -5 0 -2 -10 -4 -6 -15 -8 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Aliran masuk bersih Aliran masuk modal turun signifikan pada sisi modal dan finansial neraca PMA dan portofolio pembayaran pada kuartal empat, menjadi 7,8 miliar dolar AS dari 14,7 miliar dolar lebih lemah pada AS pada kuartal ketiga. Investasi langsung turun ke 2,6 miliar dolar AS dari 6,0 miliar kuartal empat dolar AS pada kuartal ketiga, terutama karena penurunan investasi ke dalam negeri dibanding empat (pada 5,5 miliar dolar AS pada kuartal empat, turun dari 8,2 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya kuartal ketiga). Sejalan dengan itu, setelah aliran masuk modal portofolio yang sangat kuat selama tiga kuartal (yang berjumlah 24,2 miliar dolar AS selama kuartal satu hingga tiga tahun 2014) yang didorong oleh pembelian bersih sekuritas pemerintah oleh investor asing, aliran masuk modal portofolio turun ke 1,6 miliar dolar AS. Aliran masuk investasi “lain” meningkat sebesar 1,4 miliar dolar AS dari kuartal yang lalu menjadi 3,7 miliar dolar AS, terutama didorong oleh kenaikan hutang swasta (naik dari 3,0 miliar dolar AS pada kuartal ketiga menjadi 4,4 miliar dolar AS). Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 11 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 2: Berakhirnya lonjakan ekspor Indonesia1 Indonesia mencatat lonjakan ekspor pada periode 2003-2011, dengan nilai ekspor dalam dolar AS meningkat hampir tiga kali lipat. Penerimaan ekspor turun pada tahun 2009 karena krisis keuangan dunia, namun pertumbuhannya kembali pulih dengan cepat, dan mencapai puncaknya pada tahun 2011. Ekspor komoditas2 mendorong pertumbuhan ini, dan meningkat dari 52 persen dari jumlah penerimaan ekspor pada tahun 2001 menjadi 68 persen pada tahun 2011, dengan ekspor manufaktur dan lain-lain tumbuh pada laju yang lebih lambat dan mengalami kontraksi sebagai bagian ekspor dari 48 ke 32 persen. Namun ekspor mulai turun sejak tahun 2011. Ekspor barang dagangan, yang berkontribusi 24,1 persen dari PDB pada tahun 2011, turun menjadi 21,1 persen dari PDB pada tahun 2014. Ekspor mengalami kontraksi dalam tiga tahun terakhir, dengan penurunan sebesar 13,4 persen dalam dolar AS pada tahun 2014 bila dibandingkan dengan nilai puncaknya pada tahun 2011, yang besar penurunannya dapat dibandingkan dengan penyusutan sebesar 15,1 persen yang terjadi pada krisis keuangan dunia tahun 2009, walau penurunan tersebut terjadi dalam periode yang jauh lebih panjang (Gambar 10). Seperti kenaikan ekspor sebelum tahun 2011, penurunan ekspor pada tiga tahun terakhir disebabkan oleh ekspor yang berhubungan dengan komoditas. Penerimaan ekspor komoditas berada pada kisaran seperlima lebih rendah (-21,7 persen) pada tahun 2014 dibanding 2011, yang menurunkan bagian ekspor komoditas menjadi 62 persen dari keseluruhan ekspor pada tahun 2014. Ekspor non-komoditas, terutama komoditas, meningkat dengan sangat perlahan selama periode tersebut, sebesar 5 persen lebih tinggi pada tahun 2014 dibanding 2011, dengan rata-rata 65 miliar dolar AS per tahun selama periode 2011-2014 (Gambar 10 dan Gambar 11). Penurunan tajam harga-harga komoditas global mendorong sebagian besar penurunan dalam penerimaan ekspor komoditas Indonesia. Indeks harga-harga patokan dunia untuk enam komoditas ekspor utama Indonesia, dengan tertimbang menurut porsi penerimaan ekspor, adalah 40 persen lebih rendah pada bulan Februari 2015 dibanding puncak bulanannya pada Februari 2011 (Gambar 12). Selain itu, ekspor komoditas Indonesia juga terpengaruh oleh penurunan permintaan batubara dari Cina (walau sebagian diimbangi oleh peningkatan permintaan dari India, dengan volume ekspor batubara sedikit meningkat secara keseluruhan), penurunan produksi migas, dan penghentian ekspor yang dipengaruhi oleh larangan ekspor untuk sebagian bahan mineral mentah pada bulan Januari 2014 (lihat Bagian C). Pertumbuhan volume yang kuat telah mengimbangi penurunan harga untuk minyak kelapa sawit (CPO), dengan dukungan peningkatan permintaan dari Pakistan, beberapa negara Eropa, dan penambahan 25 pasar ekspor baru (negara-negara tujuan ekspor CPO) dari tahun 2011 ke 2014 (Gambar 11). Ekspor Indonesia ke Jepang dan Cina sebagai dua negara tujuan utama belakangan ini menjadi sumber penurunan. Kenaikan ekspor sejak krisis keuangan dunia tahun 2009 hingga tahun 2011 sangat terkait dengan peningkatan permintaan dari kedua negara tersebut. Ekspor ke Cina meningkat dua kali lipat dari tahun 2009 menjadi sekitar 23 miliar dolar AS pada tahun 2011, mendorong Cina menjadi negara tujuan ekspor utama, melampaui AS, Eropa dan Singapura, dan hanya setingkat di belakang Jepang sejak tahun 2011 (Gambar 12). Namun selama tiga tahun terakhir, penjualan ekspor ke Cina dan Jepang telah mengalami penurunan yang tajam, yang menjadi sebab utama penurunan dalam jumlah ekspor. Produksi minyak dan gas yang lebih rendah bersamaan dengan kejatuhan harga minyak belakangan ini menjadi penyebab utama turunnya ekspor ke Jepang, yang 31,2 persen lebih rendah di tahun 2014 dibanding tahun 2011. Ekspor ke Cina turun sebesar 23,5 persen dari tahun 2011 hingga 2014, dengan sebagian besar penurunan terjadi pada tahun yang lalu dengan berlanjutnya perlambatan ekonomi Cina, penurunan harga dan permintaan mineral yang terkait, dan larangan ekspor mineral pada bulan Januari 2014 mengikis ekspor sebesar 22,3 persen yoy. Ekspor batubara ke Cina mengalami penurunan sebesar 23 persen menjadi 4 miliar dolar AS pada tahun 2014 dari 5,6 miliar dolar AS pada tahun 2011, sementara ekspor bahan mineral dan karet turun masing-masing sebesar 70 persen dan 64 persen pada periode yang sama, yang menyebabkan ekspor bagi masing-masing komoditas tersebut berjumlah kurang dari 800 juta dolar AS pada tahun 2014 dibanding lebih dari 1,7 miliar dolar AS pada tahun 2011. Secara bersama-sama, ekspor komoditas yang lebih lemah ke Jepang dan Cina memberikan kontribusi sebesar 7,3 poin persentase kepada penurunan ekspor secara total dari tahun 2011 hingga 2014 (Gambar 13). Ekspor tampaknya memiliki prospek yang menantang, karena harga komoditas dan aliran perdagangan dunia secara umum tidak diproyeksikan akan meningkat dengan tajam. Peningkatan ekspor Indonesia secara signifikan merupakan hal yang sulit dicapai kecuali Indonesia berhasil memperluas pangsa pasar dunia untuk produk-produknya yang telah ada atau masuk ke pasar-pasar baru, yang pada gilirannya akan membutuhkan peningkatan dalam daya saing internasional Indonesia. 1 Lihat Bagian C untuk analisis mendetil tentang dampak lonjakan komoditas dalam evolusi sektor sumber daya alam Indonesia, dampak dari perubahan pada sektor sumber daya alam pada ekonomi makro (pertumbuhan, sektor luar negeri dan penerimaan) dan hasil-hasil pembangunan sumber daya manusia dari tahun 2002 hingga 2013, dan pengelolaan kerentanan yang timbul dari proyeksi penurunan dalam produksi dan harga komoditas. 2 Pada kotak ini komoditas termasuk sektor-sektor sumber daya alam (migas dan pertambangan) dan juga komoditas pertanian seperti CPO dan karet. Pembahasan pada Bagian C memfokuskan pada sektor-sektor sumber daya alam (migas dan pertambangan). Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 12 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 10: Ekspor menurun sejak 2011, terutama Gambar 11: …yang tertekan oleh penurunan harga karena perlemahan penerimaan komoditas… dan volume, kecuali untuk CPO dan batubara (miliar dolar AS) (perubahan nilai ekspor karena perbedaan dalam volume dan harga, Jan-Okt 2011 ke Jan-Okt 2014, persen) 50 price volume value 210 Total ekspor 30 180 ¨2011-14: 10 -13,4% 150 -10 Produk yang terkait 120 komoditas -30 ¨2008-09: Produk 90 -15,0% -50 manufaktur -70 60 30 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Angka dalam kurung adalah bagian persentase ekspor tahun 2014; mineral termasuk tembaga, nikel, bauksit, timah dan biji besi. Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Gambar 12: Ekspor ke Jepang dan Cina, dua pasar Gambar 13: …mendorong turunnya lebih dari teratas Indonesia, turun tajam sejak 2011… setengah ekspor agregat pada periode 2011-2014 (ekspor ke tujuan utama, miliar dolar AS; indeks harga, (rincian pertumbuhan nilai ekspor menurut negara dan produk, ‘08= 100) Jan-Okt 2011 ke Jan-Okt 2011, persen) 60 120 China Japan Other countries Indeks harga komoditas utama (kec. minyak), (rhs) Manuf. 50 100 CPO 40 80 Oil Jepang Coal 30 60 Cina Gas 20 Singapura 40 Rubber Eropa USA Minerals 10 20 India Exports 0 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 -14 -12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 13 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Neraca transaksi Defisit neraca transkasi Tabel 3: Defisit neraca transaksi berjalan diproyeksikan berjalan berjalan diproyeksikan 3,0 persen dari PDB pada tahun 2015 diproyeksikan tak akan sedikit melebar (miliar dolar AS kecuali dinyatakan lain) 2013 2014 2015 2016 akan banyak dalam dolar AS pada Keseluruhan neraca pembayaran -7,1 17,4 9,0 8,9 berubah di tahun tahun 2015 dan -0,8 2,0 0,9 0,8 Sebagai % dari PDB 2015 dan melebar di berlanjut ke tahun Neraca transaksi berjalan -29,1 -26,2 -29,1 -34,5 tahun 2016 karena 2016, dan akan tetap Sebagai % dari PDB -3,2 -3,0 -3,0 -3,2 melemahnya harga- berada pada kisaran 3,0 Neraca perdagangan barang 5,8 6,9 6,6 6,1 harga komoditas dan persen dari PDB untuk Neraca perdagangan jasa -12,1 -10,5 -10,5 -10,7 kenaikan investasi tahun 2015 secara Penerimaan -27,1 -27,8 -30,8 -35,5 keseluruhan, sedikit Transfer 4,2 5,2 5,7 5,8 Neraca keuangan dan modal 22,0 43,6 38,0 43,2 melebar menjadi 3,2 Sebagai persen dari PDB 2,4 4,9 4,0 4,1 persen pada tahun Investasi langsung 12,3 15,3 15,5 17,0 2016. Penurunan harga Investasi portofolio 10,9 25,8 20,0 23,5 minyak sejak bulan Juni Investasi lain -1,2 2,5 2,5 2,7 2014, dengan semua hal Catatan: lain diasumsikan sama, Neraca dasar -16,8 -11,0 -13,5 -17,4 diperkirakan akan Sebagai % dari PDB -1,8 -1,2 -1,4 -1,6 Catatan: Neraca dasar = saldo neraca berjalan + PMA bersih menurunkan defisit Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia neraca transaksi berjalan hingga sebesar 0,5 persen dari PDB. Namun, memasuki tahun 2016, percepatan belanja investasi diperkirakan akan mendorong naik impor dan defisit neraca berjalan. Dibandingkan dengan Triwulanan edisi bulan Desember 2014, proyeksi saldo neraca berjalan tetap tidak berubah untuk tahun 2015 dan telah direvisi turun sebesar 0,4 poin persentase untuk tahun 2016, yang mencerminkan harga komoditas yang lebih rendah dan proyeksi peningkatan belanja investasi. 5. Rupiah menguat secara efektif riil Sementara Sejak bulan Juli 2014, rupiah mencatat depresiasi terhadap dolar AS, sebesar 10,2 mengalami persen (sampai 13 Maret 2015). Hal ini harus dilihat dari sudut pandang menguatnya depresiasi terhadap dolar terhadap tidak hanya rupiah, namun juga terhadap sebagian besar mata uang dolar AS, rupiah dunia. Indeks umum dolar AS meningkat sebesar 17,2 persen selama periode Juli mencatat apresiasi 2014-Februari 2015, yang secara historis merupakan peningkatan yang sangat besar. secara efektif riil… Hal ini dapat dikaitkan terhadap kenaikan relatif dalam pertumbuhan ekonomi di AS, dan perbedaan kebijakan moneter antara AS (dengan Bank Sentral AS diperkirakan akan mulai meningkatkan suku bunga pada tahun 2015), zona Euro (dengan Bank Central Eropa, ECB memulai program “pembelian sekuritas” besar sejak bulan Januari) dan Jepang. Mempertimbangkan kinerja rupiah dibanding mata uang asing lainnya (Gambar 14), rupiah lebih kuat pada bulan Januari sebesar 3,9 persen yoy berdasarkan perhitungan perdagangan tertimbang (efektif) (seperti diukur oleh Bank International for Settlement, BIS). Secara riil (yaitu menyesuaikan dengan inflasi dalam negeri Indonesia yang relatif lebih tinggi), kurs tukar dengan tertimbang perdagangan telah menguat sejak bulan Juni 2014, dan meningkat sebesar 10,0 persen yoy menurut perkiraan BIS yang terakhir tersedia, yaitu untuk bulan Januari. Karenanya sampai bulan Januari rupiah hanya 3,2 persen berada di bawah tren 10-tahunnya, dibandingkan dengan 12,2 persen di bawah tren pada akhir tahun 2013, mengikuti penyesuaian mata uang yang besar pada tahun tersebut (Gambar 15). Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 14 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 14: Rupiah turun terhadap dolar AS sejak Gambar 15: …dengan apresiasi efektif riil yang medio 2014 namun meningkat secara tertimbang- signifikan sejak 2013 mendekati tren jangka panjang perdagangan riil… (kurs tukar efektif riil, 2010=100, dan tren linear 10-tahun) (akumulasi apresiasi sejak akhir Juni 2014, persen) Riil tertimbang 10 perdagangan 105 8 Nominal 100 6 tertimbang perdaganga 4 n 95 2 0 90 -2 85 -4 -6 80 -8 USD/IDR -10 75 Jun-14 Aug-14 Oct-14 Dec-14 Mar-15 Jan-05 Jan-07 Jan-09 Jan-11 Jan-13 Jan-15 Catatan: Rangkaian riil tertimbang perdagangan adalah rata-rata Sumber: BIS; perhitungan staf Bank Dunia bulanan hingga 15 Jan. Rangkaian nominal tertimbang perdagangan menggunakan bobot BIS, frekuensi harian Sumber: CEIC; BIS; perhitungan staf Bank Dunia …dan aliran masuk Pasar keuangan Indonesia mencatat awal yang baik pada tahun 2015, dengan Indeks modal investasi Harga Saham Gabungan meningkat 3,8 persen dan imbal hasil (yield) obligasi portofolio hingga menyusut sebesar 30-50 basis poin (bps) pada berbagai masa jatuh tempo, sampai awal bulan Maret tanggal 13 Maret 2015. Aliran masuk modal asing ke aset-aset pembiayaan mendukung harga Indonesia, terutama ke obligasi pada bulan Januari, mendukung harga-harga, hingga aset dalam negeri paruh pertama bulan Maret, yang mencatat penjualan bersih obligasi ke investor asing; pembelian bersih oleh investor asing untuk ekuitas dan obligasi mencapai Rp 32,6 triliun (sekitar 2,5 miliar dolar AS) hingga 12 Maret 2015. Setelah mencatat nilai tertinggi pada tahun 2014 untuk keseluruhan aliran masuk portofolio, kepemilikan sekuritas dalam negeri pemerintah oleh investor asing meningkat ke nilai tertinggi yang pernah tercatat (40,0 persen dari obligasi yang beredar pada akhir bulan Februari), sebelum sedikit berkurang karena aliran keluar bersih modal yang kembali mulai dan berlanjut pada bulan Maret. Suku bunga BI Bank Indonesia menurunkan suku bunganya sebesar 25bps pada tanggal 17 Februari diturunkan sebesar 2015 menjadi 7,5 persen, tiga bulan setelah kenaikan sebesar 25bps sebagai jawaban 25bps pada bulan atas kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan November 2014. Tingkat fasilitas Februari, simpanan (FASBI) juga diturunkan sebesar 25bps, untuk mendukung likuiditas bank mengembalikan dengan menurunkan biaya kesempatan (opportunity cost) bank-bank untuk pemberian kenaikan pada bulan pinjaman keseluruhan, sementara fasilitas pinjaman BI tetap dipertahankan pada November 2014 tingkat 8 persen. Untuk mendukung keputusan ini, BI menyatakan keyakinannya bahwa inflasi akan terus berkurang menuju targetnya untuk tahun 2015 sebesar 3-5 persen. Bank sentral juga menyatakan bahwa depresiasi rupiah nominal yang belakangan terjadi dapat bermanfaat bagi penyesuaian berkelanjutan pada neraca eksternal Indonesia karena lemahnya harga-harga komoditas.3 Cadangan devisa meningkat sebesar 3,7 miliar dolar AS dari bulan Desember 2014 menjadi 115,3 miliar dolar AS pada bulan Februari 2015. 3 Rilis pers BI No. 17/12/DKom. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 15 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Pertumbuhan kredit Pertumbuhan kredit terus melambat, kira-kira setengah dari nilai tertingginya pada terus melambat tahun 2013, menjadi 11,4 persen yoy pada bulan Desember 2014. Pertumbuhan namun kenaikan simpanan secara keseluruhan bertahan relatif datar, pada 12,1 persen pada bulan simpanan Desember, yang terutama didukung oleh penguatan deposito berjangka. Karenanya tampaknya telah rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio, LDR) turun menjadi 89,4 stabil… persen pada bulan November (turun dari 92,2 persen pada bulan Juli 2014). Kualitas pinjaman bank secara agregat juga masih tetap kuat, dan bahkan sedikit meningkat seperti ditunjukan oleh penyusutan tingkat kredit macet ke 2,2 persen dari pinjaman pada bulan Desember, turun dari 2,4 persen pada bulan November. …dan kenaikan Walau pertumbuhan kredit masih lemah, persetujuan pinjaman, yang cenderung persetujuan kredit akan mendorong pertumbuhan kredit, mulai meningkat sejak bulan Juli 2014, dari dapat menunjukkan kontraksi sebesar 14 persen pada waktu itu menurut rata-rata bergerak 3-bulan stabilisasi dibandingkan dengan tingkat satu tahun yang lalu, ke 7,8 persen yoy pada bulan pertumbuhan kredit Desember 2014 (Gambar 16). Namun masih terlalu awal untuk menyatakan bahwa siklus kredit telah berputar, dengan kondisi penawaran yang lebih mendukung namun prospek pertumbuhan permintaan kredit tetap tidak pasti dengan masih ketatnya posisi kebijakan moneter dan lemahnya laju pertumbuhan investasi tetap. Penerbitan obligasi Pembiayaan hutang keseluruhan terhadap sektor korporasi non-bank meningkat dalam negeri dan pada kuartal keempat tahun 2014, berkat kenaikan yang tajam dalam penerbitan kenaikan kredit bank obligasi korporat bersih dalam negeri, menjadi Rp 54 triliun (Gambar 17). Namun yang berurutan pembiayaan luar negeri kepada sektor korporat turun dari lebih dari Rp 40 triliun mengimbangi pada kuartal kedua 2014 menjadi Rp 15,2 triliun pada kuartal keempat, rendahnya pinjaman mengkonsolidasikan tren perlemahan yang belakangan terjadi. Kredit bank dalam bersih luar negeri negeri kepada sektor korporasi meningkat menjadi Rp 34,4 triliun pada kuartal perusahaan pada empat, dari Rp 24,1 triliun pada kuartal yang lalu, yang cukup untuk mengimbangi kuartal empat… penurunan dalam pembiayaan bersih luar negeri, namun seperti terlihat dari angka- angka pertumbuhan kredit bank secara keseluruhan yang dibahas di bawah, masih relatif rendah dibanding laju yang dicatatkan pada tahun-tahun terakhir. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 16 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 16: Pertumbuhan kredit bank terus melambat, Gambar 17: Kredit dalam negeri bagi perusahaan non- namun persetujuan hutang naik sejak medio 2014 finansial meningkat pada kuartal akhir 2014 (rata-rata bergerak 3-bulan persetujuan hutang baru, pertumbuhan (peningkatan bersih kuartalan, triliun Rp) kredit; persen yoy) 20 25 160 Foreign exchange debt Pertumbuhan kredit bank, RHS Domestic credit 15 140 Domestic bonds 20 120 10 100 5 Persetujuan 15 hutang 80 0 60 -5 10 40 -10 20 5 -15 0 -20 -20 0 Dec-12 Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Dec-12 Jun-13 Dec-13 Jun-14 Dec-14 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Hutang dalam mata uang asing termasuk kontrak pinjaman, sekuritas hutang dan kredit perdagangan; data obligasi dalam negeri hanya hingga bulan November 2014. Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia …dan pertumbuhan Apresiasi dolar AS memberikan tekanan naik pada biaya jasa hutang dalam rupiah hutang luar negeri bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang memiliki hutang dalam dolar AS. telah mencapai Hutang luar negeri swasta berjumlah besar, mencapai 162,9 miliar dolar AS untuk puncaknya sektor swasta secara keseluruhan, dan 121,2 miliar dolar AS untuk perusahaan non- finansial pada bulan Desember 2014, walau perbandingan terhadap hutang eksternal PDB tetap moderat pada 32,9 persen seperti diukur oleh BI. Pertumbuhan pinjaman luar negeri swasta turun dari 11,9 persen yoy pada bulan September 2014 menjadi 9,9 persen pada bulan Desember. Disamping tren perlemahan kurs tukar dapat membatasi pinjaman luar negeri baru, BI mendorong lindung nilai (hedging) mata uang yang lebih besar dan menekan tingginya hutang luar negeri melalui penetapan rasio lindung nilai, rasio likuiditas dan persyaratan peringkat kredit. 6. Realokasi belanja yang besar dan target penerimaan yang ambisius pada APBN-P 2015 APBN-P tahun 2015 Pemerintahan Indonesia yang baru mengajukan anggaran-nya yang pertama pada disetujui pada bulan Januari lalu, sebagai APBN-P 2015 dari anggaran yang disusun oleh pertengahan pemerintahan sebelumnya pada bulan September 2014. Versi APBN-P tersebut Februari, dan telah disetujui DPR pada pertengahan Februari. Sebagai cerminan dari agenda mencerminkan reformasi pemerintahan yang baru, anggaran itu menyertakan realokasi belanja yang agenda reformasi besar dari subsidi BBM ke program-program prioritas pembangunan utama, yang ambisius khususnya program infrastruktur, pertanian, dan sosial. Realokasi ke belanja yang produktif ini merupakan perkembangan positif yang cukup signifikan. Namun, pelaksanaan anggaran yang efektif akan membutuhkan penanganan berkelanjutan terhadap tantangan-tantangan dalam belanja modal, dan kenaikan penerimaan yang sangat besar telah dianggarkan yang dibutuhkan untuk mendanai kenaikan belanja yang ditetapkan . Karenanya, implementasi sepenuhnya anggaran baru tersebut tampaknya akan membutuhkan waktu, dan selama tahun 2015 Pemerintah akan menghadapi tantangan dalam menyesuaikan belanja terhadap realisasi penerimaan Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 17 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia yang lebih rendah dari yang dianggarkan, dan pada saat yang sama tetap harus menjaga peningkatan efisiensi dari realokasi APBN-P tersebut. Realisasi defisit APBN-P 2015 mewarisi tantangan fiskal yang signifikan. Defisit fiskal sementara fiskal tahun 2014 tahun 2014 berjumlah Rp 227,4 triliun (2,2 persen dari PDB4), sedikit lebih kecil dari hanya 2,2 persen dari tingkat yang dianggarkan pada 2014 APBN-P sebesar 2,4 persen dari PDB. PDB, walau Penerimaan negara pada tahun 2014 jauh lebih rendah dari targetnya, yaitu 6 persen rendahnya kinerja lebih rendah (dibahas lebih lanjut di bawah). Namun hal ini diimbangi dengan penerimaan… upaya-upaya penyesuaian belanja utama, termasuk pemotongan anggaran kementerian-kementerian, kenaikan harga BBM bersubsidi yang tajam pada bulan November, dan penurunan belanja modal. …dan anggaran APBN-P 2015 menargetkan defisit fiskal yang lebih kecil dibanding tahun 2014, defisit fiskal turun ke sebesar 1,9 persen dari PDB (Tabel 4). Asumsi-asumsi ekonomi makro yang 1,9 persen untuk mendasari juga direvisi dari APBN 2015, agar lebih selaras dengan perkembangan- tahun 2015… perkembangan terbaru, termasuk pertumbuhan riil PDB yang sedikit lebih rendah (5,7 persen dari sebelumnya 5,8 persen) dan inflasi yang lebih tinggi (5,0 persen dari 4,4 persen). Kurs tukar rupiah-dolar AS diasumsikan rata-rata Rp 12.500, naik dari Rp 11.900 dalam APBN. Mengikuti turunnya harga minyak internasional yang belakangan terjadi, asumsi harga minyak mentah Indonesia untuk tahun 2015 kini ditetapkan pada 60 dolar AS per barel, turun secara signifikan dari 105 dolar AS per barel dari APBN. Asumsi produksi migas juga diturunkan menjadi 825.000 barel per hari dan 1.221 juta barel ekivalen minyak per hari, mengikuti lemahnya realisasi dibanding sasaran pada tahun 2014 (Tabel 4). …berdasarkan target Sasaran penerimaan menurut APBN-P 2015 meningkat sebesar 14,6 persen penerimaan yang dibanding hasil realisasi tahun 2014. Kenaikan yang signifikan ini ditetapkan walau sangat ambisius… dengan proyeksi harga minyak internasional yang lebih rendah pada tahun 2015 dibanding tahun 2014, yang dipengaruhi oleh penerimaan yang terkait dengan migas yang dianggarkan akan turun sebesar 43,4 persen untuk pajak penghasilan dan 62,5 persen untuk penerimaan bukan pajak. Yang menjadi pendorong kenaikan kuat dalam total penerimaan walau dengan penurunan tajam penerimaan terkait migas (menyumbang sekitar seperlima dari penerimaan pada tahun 2014 – lihat Bagian C untuk pembahasan lebih lanjut tentang gambaran jangka menengah untuk penerimaan migas) adalah kenaikan yang signifikan dalam penerimaan pajak lain- lain, terutama pajak pertambahan nilai (PPN). PPN ditargetkan untuk meningkat sebesar 42,5 persen dibanding realisasi tahun 2014, dan pajak penghasilan dari sektor-sektor terkait non-migas ditargetkan akan meningkat sebesar 36,9 persen dari hasil yang dicapai pada tahun 2014. 4 PDB yang direvisi dan menggunakan tahun dasar baru 2010. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 18 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 18: Realisasi penerimaan tahun 2014 hanya Gambar 19: …karena pertumbuhan penerimaan mencapai 94 persen dari target APBN-P 2014… nominal terus turun di 2014, terutama akibat lemahnya (Rp triliun (kiri); persen (kanan)) pertumbuhan PPN (kontribusi ke pertumbuhan penerimaan nominal keseluruhan tahun-ke-tahun, persen) 2014 Revised Budget (LHS) 25 Income tax O&G Income tax N-O&G 2014 Preliminary Actual (LHS) 1,800 2014 Actual vs Budget (RHS) 120 VAT/LGST Excises 1,600 20 Int'l trade taxes NRR O&G 100 1,400 NRR N-O&G 1,200 80 15 1,000 60 800 600 40 10 400 20 200 5 0 0 0 -5 2011 2012 2013 2014 Catatan: O&G adalah migas, N-O&G adalah non-migas; LGST Catatan: O&G adalah migas, N-O&G adalah non-migas; LGST adalah PPNBM. adalah PPNBM; NRR adalah “penerimaan sumber daya alam”. Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia …terutama ditengah Realisasi penerimaan pada 2014 hanya mencapai 94 persen dari sasaran APBN-P lemahnya kinerja sebesar Rp 1.635,4 triliun (Gambar 18), dengan berlanjutnya tren penurunan penerimaan di 2014, pertumbuhan penerimaan dalam beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan penerimaan akibat kondisi nominal dalam negeri mencapai 6,8 persen pada tahun 2014, turun dari 7,5 persen ekonomi makro dan pada tahun 2013 (Gambar 19). Penurunan pertumbuhan penerimaan secara perubahan keseluruhan disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk perlambatan pertumbuhan kebijakan… PDB nominal, penurunan harga komoditas, dan menurunnya produksi minyak (lihat Triwulanan edisi bulan Desember 2014). Selain itu, sejumlah langkah-langkah kebijakan yang baru turut berkontribusi kepada penurunan pertumbuhan penerimaan. Sebagai contoh, penerapan larangan ekspor mineral5 pada bulan Januari berdampak negatif terhadap penerimaan pajak badan dan pajak ekspor. Ekspor konsentrat tembaga berjalan kembali pada paruh kedua tahun 2014, namun penerimaan komoditas non-migas secara keseluruhan masih berada di bawah tekanan, dengan royalti meleset 11,5 persen kurang dari sasaranAPBN-P 2014 . …termasuk Penurunan pertumbuhan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi kontributor utama sejumlah perubahan untuk perlemahan kinerja penerimaan pada tahun 2014. Pertumbuhan penerimaan kebijakan pajak yang PPN hanya mencapai 5,8 persen pada tahun 2014, dibanding rata-rata sebesar 18,8 tampaknya persen untuk periode tahun 2009-2013 dan hanya mencapai 85,1 persen dari sasaran berdampak negatif APBN-P 2014. Penerapan pajak final sebesar 1 persen dari penjualan bruto tahunan pada penerimaan untuk perusahaan dengan penjualan bruto di bawah Rp 4,8 miliar pada bulan Juli 2013,6 dan peningkatan batas pendaftaran PPN yang mengikutinya menjadi Rp 4,8 miliar,7 dapat membawa pengaruh negatif terhadap penerimaan pajak badan dan PPN. Menurut Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak), sekitar 20 persen dari penerimaan PPN pada tahun 2013 dibayarkan oleh wajib pajak dengan penjualan di bawah Rp 4,8 miliar, yang terdiri dari penerimaan PPN yang terdahulu karena 5 Peraturan Menteri Keuangan No. 1 Tahun 2014. 6 Peraturan Menteri Keuangan No. 46 Tahun 2013. 7 Peraturan Menteri Keuangan No. 197 Tahun 2013. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 19 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia perubahan kebijakan pada tahun 2014. Realisasi pajak pendapatan non-migas berada 5,3 persen di bawah target. Sasaran penerimaan Realisasi sasaran penerimaan sebesar Rp 1.762 triliun untuk tahun 2015 pada yang ambisius APBN-P disebutkan akan bergantung pada “upaya tambahan” dalam pungutan diharapkan dapat pajak, dan sebagian juga pada perubahan kebijakan pada masa depan (belum tercapai melalui diperinci). Catatan Keuangan untuk APBN-P menyatakan bahwa peningkatan yang peningkatan dibutuhkan dalam pengelolaan pajak termasuk peningkatan efektivitas dan efisiensi pungutan, sementara pungutan, bergantung kepada peningkatan kelembagaan dan organisasi, termasuk langkah-langkah kapasitas di bidang sumber daya manusia dan teknologi informasi (TI), serta kebijakan yang pertukaran informasi yang lebih baik antar badan-badan dan lembaga-lembaga. Pada spesifik masih belum sisi kebijakan pajak, telah dibuat sejumlah pengumuman tentang langkah-langkah diumumkan kebijakan yang tengah dipertimbangkan oleh Pemerintah, namun belum ada keputusan akhir yang diambil. Pengumuman mencakup larangan perjalanan dan hukuman penjara untuk debitur pajak berukuran besar,8 kemungkinan pengampunan pajak, kenaikan tingkat royalti pertambangan, dan pajak-pajak baru untuk pemegang kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract, PSC) yang baru. APBN-P 2015 Pada sisi pengeluaran, APBN-P menunjukkan peningkatan yang besar dalam mendapat manfaat efisiensi alokatif. Bagian subsidi BBM dianggarkan turun secara tajam menjadi Rp 65 dari reformasi besar triliun (0,6 persen dari PDB) dari Rp 276 triliun (2,5 persen dari PDB) dalam APBN, subsidi BBM pada setelah reformasi besar subsidi BBM. Memanfaatkan momentum turunnya harga bulan Januari 2015… minyak internasional, Pemerintah meluncurkan penetapan harga baru yang berani, berlaku per tanggal 1 Januari 2015, dengan harga solar dan bensin oktan rendah akan menyesuaikan secara otomatis terhadap perubahan dalam harga-harga patokan (Kotak 3). … melakukan Belanja modal meningkat secara signifikan ke Rp 276 triliun atau lebih dari dua kali ralokasi belanja ke lipat dari realisasi awal tahun 2014 (Gambar 20). Sejumlah kementerian utama, belanja modal yang terutama yang terlibat dalam pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur, menerima sangat dibutuhkan… kenaikan anggaran yang signifikan dibanding tahun 2014, termasuk Kementerian Pekerjaan Umum (40 persen), Kementerian Perhubungan (45 persen), Kementerian Pertanian (106 persen), Kementerian Sosial (177 persen), serta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (50 persen) (Gambar 21). Selain itu, APBN-P juga menyertakan suntikan modal bagi beberapa BUMN sebesar Rp 70,4 triliun, yang bertujuan untuk membantu mempercepat pembangunan infrastruktur.9 …dan termasuk Alokasi transfer ke Pemerintah Daerah juga meningkat tajam, terutama untuk kenaikan alokasi mendukung pembangunan infrastruktur di tingkat kabupaten dan kawasan bagi pemerintah perdesaan. Alokasi Dana Desa, yang baru diluncurkan pada tahun 2015 sesuai daerah, termasuk mandat dari UU Desa tahun 2014, meningkat lebih dari dua kali lipat dari Rp 9,1 untuk infrastruktur triliun dalam APBN menjadi Rp 20,8 triliun. Dana Alokasi Khusus untuk daerah (DAK) mencatat kenaikan tajam sebesar 64 persen dari APBN menjadi Rp 59 triliun. 8 Pada tahun 2003, kebijakan serupa digunakan untuk meningkatkan kepatuhan pajak, namun karena faktor-faktor seperti penegakan yang tidak konsisten dan kekurangan auditor pajak, langkah itu secara umum dianggap sebagai tidak efektif. Lihat http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/27/editorial-jailing-tax-debtors.html. 9 Hal ini dilaporkan dalam APBN sebagai komponen pembiayaan dan bukan pengeluaran. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 20 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 20: APBN-P 2015 memotong subsidi energi Gambar 21: …dan meningkatkan anggaran untuk dan meningkatkan belanja infrastruktur… kementerian-kementerian utama yang secara (Rp triliun; persen) signifikan terlibat dalam infrastruktur (Rp triliun; persen) 400 2014 Outturn 2014 Outturn 2015 Revised Budget Growth (percent) 140 2015 Revised Budget 300 120 2015 Change (percent) 100 200 80 60 100 40 20 0 0 -100 Sumber: Kemenkeu; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: *Pendidikan termasuk alokasi ke Kementerian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Urusan Sosial pada tahun 2015 termasuk reklasifikasi sejumlah program sosial yang sebelumnya berada di bawah Kemenkeu. Sumber: Kemenkeu; perhitungan staf Bank Dunia Merealisasikan Re-alokasi yang signifikan dari belanja subsidi BBM ke prioritas-prioritas manfaat dari alokasi pembangunan, terutama infrastruktur, merupakan perubahan kebijakan besar yang anggaran akan positif. Namun, sejauh mana tujuan kebijakan itu akan tercapai akan bergantung bergantung pada pada penanggulangan dua tantangan. Yang pertama adalah mengatasi masalah penanggulangan implementasi yang telah lama ada, terutama pembebasan tanah untuk proyek-proyek tantangan infrastruktur yang baru. Realisasi belanja APBN 2014 menunjukkan masih ada pelaksanaan… tantangan tersebut; pada tahun 2014, total pencairan belanja mencapai 94 persen dari APBN-P, atau 96 persen dari APBN, dengan kinerja yang bervariasi lintas jenis belanja. Komponen belanja pokok kementerian-kementerian (seperti untuk pegawai, barang, dan modal) masing mencapai 18 persen dan 12 persen lebih rendah dari APBN dan APBN-P tahun 2014, sementara realisasi belanja bukan kementerian, seperti pembayaran bunga dan subsidi, hanya berbeda tipis dari APBN-P. Belanja modal terealisasi cukup jauh di bawah anggarannya, dengan pencairan hanya 73 persen dari APBN atau 84 persen dari APBN-P, dimana secara nominal belanja terkontraksi tajam dibanding dengan tahun 2013 sebesar 26 persen. …dan meningkatkan Tantangan kedua untuk mencapai tujuan belanja pembangunan yang ambisius kinerja penerimaan adalah lebih tingginya penerimaan. Penghematan biaya subsidi BBM dalam jumlah secara signifikan yang cukup besar berkat langkah reformasi bulan Januari 2015, sekitar 1,8 persen dari PDB pada tahun 2015, tergerus oleh dampak negatif penurunan harga minyak dunia terhadap penerimaan migas, yang diproyeksikan oleh Pemerintah akan mengalami kontraksi sebesar 1,9 poin persentase dari PDB pada tahun 2015 dibandingkan dengan 2014. Karenanya, pembiayaan rencana peningkatan PDB sebesar 1,0 poin persentase dalam belanja modal Pemerintah Pusat pada tahun 2015 dibandingkan dengan tahun 2014, akan bergantung kepada pencapaian sasaran kenaikan penerimaan pajak tahun 2015 sebesar 1,4 poin persentase dari PDB, peningkatan defisit anggaran, atau kombinasi dari keduanya. Dengan berakhirnya kuartal pertama, ruang bagi peningkatan penerimaan tambahan pada tahun 2015 Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 21 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia melalui perubahan kebijakan dan administrasi menurun dan tampaknya akan terjadi kekurangan penerimaan yang signifikan. Kotak 3: Reformasi harga BBM telah menurunkan biaya subsidi, namun realisasi manfaat sepenuhnya akan membutuhkan implementasi yang transparan dan konsisten Melalui perubahan kebijakan yang besar, Pemerintah yang baru mengumumkan reformasi subsidi BBM lebih lanjut pada tanggal 31 Desember 2014, mengikuti kenaikan harga bensin dan solar satu kali sebesar rata-rata 34 persen pada bulan November 2014. Pengaturan subsidi BBM yang baru ini, mulai berlaku pada 1 Januari 2015, dipandu oleh Perpres No. 191 Tahun 2014 dan diatur oleh peraturan pelaksanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Permen ESDM No. 39 Tahun 2014. Kebijakan baru itu menyertakan hal-hal utama berikut: i) penerapan metode penentuan harga yang baru, dengan penyesuaian harga semi-otomatis, yang memungkinkan harga bensin dan solar untuk mengikuti pergerakan harga minyak internasional dan kurs tukar, ii) penghapusan subsidi bensin premium (RON 88, “Premium”) (walau harga yang diatur masih menyertakan tambahan biaya transportasi untuk pengiriman BBM di luar pulau Jawa, Madura, dan Bali), dan iii) penerapan subsidi tetap per liter sebesar maksimum Rp 1.000 untuk solar. Harga baru bensin dan solar akan diumumkan setiap bulan, atau setiap dua minggu bila dirasa perlu, oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, berdasarkan rata-rata bulanan dari harga minyak yang menjadi patokan internasional (seperti Mean of Platts Singapura) dan kurs tukar dolar AS/Rp. Pengaturan harga BBM yang baru diperkirakan akan membawa sejumlah dampak positif terhadap pengelolaan fiskal dan ekonomi: x Menurunkan ketidakpastian anggaran: skema harga BBM mengambang akan menurunkan kebergantungan fiskal terhadap harga minyak internasional dan depresiasi rupiah. Pengaruhnya akan terbatas pada potensi perubahan dalam volume subsidi solar yang dibutuhkan akibat adanya perubahan yang didorong oleh harga dalam permintaan (diperkirakan akan meningkat bila harga naik, dan sebaliknya) – Namun hal ini hanya akan menimbulkan ketidakpastian yang tidak terlalu signifikan karena subsidi telah dibatasi tidak lebih dari Rp 1.000 per liter – serta perubahan harga ekonomi minyak tanah dan LPG. x Menurunkan belanja subsidi BBM dan menjaga keberlanjutan fiskal: pengaturan subsidi yang baru menurunkan biaya subsidi BBM secara signifikan. Biaya subsidi BBM diproyeksikan akan turun dengan tajam dari 2,4 persen dari PDB pada tahun 2014 menjadi 0,6 persen dari PDB pada tahun 2015. Hal ini memberikan dukungan yang kuat terhadap keberlanjutan posisi fiskal Indonesia dan posisi sektor fiskal dalam mendukung ekonomi yang lebih merata. x Memperluas ruang fiskal untuk mengarahkan kembali belanja ke belanja yang produktif: proyeksi penghematan fiskal sangat penting untuk membuka ruang fiskal yang dibutuhkan dalam meningkatkan belanja bagi prioritas-prioritas pembangunan, seperti bidang infrastruktur dan kesehatan, walau pada jangka pendek tekanan penurunan penerimaan yang terkait dengan minyak akibat turunnya harga minyak dunia akan membatasi kenaikan bersih dalam ruang fiskal. x Menurunkan tekanan inflasi: tidak akan ada lagi penyesuaian besar-besaran sekali saja terhadap harga BBM seperti pada tahun 2005, 2008, 2013, dan 2014. Lonjakan harga tersebut tampaknya telah mempengaruhi persepsi risiko inflasi, karena ketidakpastian waktu pelaksanaan dan ancaman bahwa lonjakan harga sisi penawaran yang sangat besar dapat memicu inflasi jangka panjang yang lebih tinggi. Penghapusan sumber risiko inflasi yang besar ini akan berkontribusi kepada stabilitas proyeksi inflasi (sebelumnya harga-harga ditekan melalui peraturan untuk periode yang panjang melalui penetapan harga BBM di bawah harga pasar. Risikonya adalah ketidakpastian akan kapan penekanan ini akan berakhir. Kini risiko tersebut sudah ditiadakan). Walaupun reformasi yang diumumkan merupakan perkembangan positif yang besar, namun beberapa pengumuman lanjutan telah mengakibatkan munculnya ketidakpastian tentang pelaksanaan reformasi sistem tersebut. Pemilihan waktu tanggal 19 Januari diluar perkiraan, rumus penetapan harga tampaknya diterapkan secara tidak merata untuk bulan Maret, dengan hanya harga premium (namun bukan solar) yang diubah pada tanggal 1 Maret (kemungkinan karena pergeseran tingkat subsidi solar per liter, walau hal ini belum jelas), dan ketidakpastian tentang kemungkinan perubahan lebih lanjut untuk meredam gejolak (Pemerintah tampaknya mempertimbangkan penggunaan mekanisme pembatasan untuk mengelola gejolak harga minyak pada masa depan, namun informasi yang lebih terperinci belum tersedia).1 Komponen-komponen spesifik tentang rumus harga BBM juga belum diumumkan. Berbagai langkah masih perlu ditempuh guna memastikan penerapan reformasi secara transparan dan konsisten, dan dengan demikian menjaga kredibilitas dan sebagian besar manfaatnya. Prinsip-prinsip yang harus diterapkan guna mewujudkan hal tersebut mencakup keharusan bahwa pelaksanaan bersifat: Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 22 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia x Transparan: untuk dapat menarik manfaat dari penurunan ketidakpastian inflasi dari penghapusan penyesuaian yang lebih besar, dan untuk mencegah sistem yang baru agar tidak meningkatkan ketidakpastian inflasi, maka dasar dari perubahan harga haruslah jelas (misalnya menggunakan rumus yang diumumkan dan tolok ukur yang dapat diamati) dan waktu penetapan perubahan harga tersebut pun harus diketahui umum (mis. sekali sebulan pada suatu tanggal tertentu, menurut jadwal yang diumumkan sebelumnya). Penerbitan rumus dan informasi yang terkait secara berkala dapat menurunkan risiko ketidakpastian dan menjamin dukungan masyarakat pada waktu kenaikan harga. x Konsisten: agar reformasi tersebut dapat menghapus risiko-risiko fiskal yang berkenaan dengan kerentanan anggaran pada masa lalu terhadap biaya BBM dalam rupiah, reformasi ini harus diterapkan secara konsisten. Bila tidak, Pemerintah dapat kembali mengakumulasi biaya subsidi yang lebih besar, dan akan timbul ketidakpastian apakah sektor fiskal dapat tetap aman dari kenaikan harga minyak dunia atau depresiasi mata uang pada kemudian hari. Catatan: 1 http://en.republika.co.id/berita/en/national-politics/15/01/12/ni275f-govt-to-set-maximum-subsidized-gasoline-price-at- rp9500liter. Bank Dunia Berdasarkan proyeksi-proyeksi ekonomi makro untuk tahun 2015 dan postur memproyeksikan anggaran (yang menargetkan kenaikan yang kuat dalam belanja modal dan belanja defisit fiskal sebesar terkait), Bank Dunia memproyeksikan defisit anggaran sebesar 2,5 persen dari PDB 2,5 persen dari PDB untuk tahun 2015, lebih tinggi dari nilai yang dianggarkan (Tabel 4). Tingkat pada tahun 2015… proyeksi defisit ini dirdasarkan pada perkiraan bahwa ketentuan yang membatasi defisit fiskal Pemerintah Pusat sebesar 2,5 persen dari PDB akan berlaku selama tahun 2015, dan defisit akan dibatasi pada tingkat itu dengan secara signifikan membatasi pengeluaran melalui pemotongan anggaran atau penurunan pelaksanaan anggaran pada sejumlah bidang, termasuk belanja modal. …didorong oleh Pada sisi penerimaan, Bank Dunia memproyeksikan kekurangan yang signifikan proyeksi kekurangan sebesar Rp 282 triliun (2,4 persen dari PDB). Kekurangan ini didorong oleh penerimaan yang perbedaan dalam asumsi-asumsi ekonomi makro, terutama pertumbuhan PDB dan signifikan harga minyak yang lebih rendah. Selain itu, karena belum ada perincian tentang langkah-langkah peningkatan penerimaan utama yang masih mungkin diambil oleh Pemerintah selama tahun 2015, proyeksi ini tidak menyertakan kemungkinan adanya kenaikan manfaat akibat perubahan administrasi dan kebijakan pajak. Karenanya Bank Dunia memproyeksikan bahwa jumlah penerimaan akan berkurang sekitar 3,7 persen dibanding jumlahnya pada tahun 2014. Penurunan ini terutama didorong oleh proyeksi penurunan penerimaan yang terkait migas sebesar 57 persen, yang mencerminkan penyusutan produksi dan (terutama) asumsi penurunan dalam harga minyak mentah Indonesia menjadi rata-rata 55 dolar AS per barel pada tahun 2015 dibanding 96,5 dolar AS per barel pada tahun 2014. Penerimaan-penerimaan lain diproyeksikan akan meningkat secara nominal, namun dengan laju yang jauh lebih rendah dari targetnya pada APBN-P 2015. PPN dan pajak penghasilan dari non- migas diproyeksikan akan meningkat masing-masing sebesar 11,2 dan 10,4 persen yoy, yang umumnya sejalan dengan tren beberapa tahun terakhir. Masih terdapat Pada keadaan dasar (base case) pengeluaran diproyeksikan akan mendatar secara ruang bagi belanja nominal pada tahun 2015 dibanding 2014, namun dengan komposisi yang sangat modal untuk naik berbeda. Seperti menurut APBN-P, belanja subsidi BBM yang kurang bermanfaat dibandingkan 2014, diproyeksikan akan turun dari Rp 240 triliun menjadi Rp 67 triliun, dan transfer ke namun akan jauh daerah diproyeksikan akan meningkat dari Rp 574 triliun ke Rp 664 triliun. Dengan lebih rendah dari asumsi bahwa belanja modal akan diprioritaskan sehingga belanja pegawai dan tingkat yang barang akan dibatasi pada 3,8 persen dari PDB (seperti pada tahun 2014), ketimbang dianggarkan meningkat ke 4,6 persen dari PDB seperti tercantum pada APBN-P, masih akan terdapat ruang untuk meningkatkan belanja modal – dari Rp 135 triliun pada 2014 hingga mencapai Rp 200 triliun pada tahun 2015. Hal ini akan mendorong Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 23 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia peningkatan belanja modal Pemerintah secara signifikan, yaitu 47,8 persen, dibanding tahun 2014 (1,7 persen dari PDB dibanding 1,3 persen pada 2014), namun masih akan jauh di bawah kenaikan nominal tahunan sebesar 103,8 persen dalam belanja modal nominal sesuai anggaran tahun 2015 (yaitu 2,4 persen dari PDB, tingkat yang hanya pernah dicapai pada awal tahun 2000an). Namun hal ini akan bergantung pada keputusan dan kemampuan Pemerintah untuk mengelola belanja pegawai dan barang pada tingkat yang jauh lebih rendah dari yang dianggarkan. Kebutuhan Kebutuhan pembiayaan bruto Gambar 22: Kebutuhan pembiayaan bruto lebih pembiayaan bruto pada tahun 2015 melebihi tinggi pada 2015 walau dengan anggaran defisit pada tahun 2015 kebutuhan pada tahun 2014, fiskal yang lebih rendah melampaui walau dengan anggaran defisit (Rp triliun, kiri, dan persen dari PDB, kanan) Net other financing needs kebutuhan pada fiskal yang lebih kecil, karena Debt payments tahun 2014 tingkat pembayaran utang Fiscal deficit yang setara seperti pada tahun Gross debt + net other financing (% GDP, RHS) 2014, dan suntikan modal 600 6 BUMN sebesar Rp 70,4 500 5 triliun (Gambar 22). APBN-P 400 4 2015 menargetkan penerbitan Surat Utang Negara (SUN) 300 3 sebesar Rp 451,8 triliun, 200 2 dibanding Rp 428,1 triliun 100 1 pada tahun 2014. Hingga 3 0 0 Maret, telah diterbitkan SUN 2009 2010 2011 2012 2013 2014* 2015* senilai Rp 156,6 triliun, atau Catatan: * sesuai APBN-P (2015: sementara). 34,7 persen dari target Kebutuhan “pembiayaan lain”: bersih, dan termasuk tersebut, yang dibantu dengan kapitalisasi BUMN. Sumber: Kemenkeu penerbitan obligasi global senilai 4 miliar dolar AS pada bulan Januari. Seperti pada beberapa tahun terakhir, strategi pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko hendak memenuhi sebagian besar kebutuhan pembiayaan melalui utang dalam mata uang rupiah, dengan penerbitan utang dalam mata uang asing dibatasi tidak melebihi 23 persen dari jumlah bruto penerbitan sekuritas. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 24 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan defisit fiskal sebesar 2,5 persen dari PDB untuk tahun 2015 (triliun Rp, kecuali dinyatakan lain) 2014 2014 2015 2015 2015 Realisasi APBN-P APBN APBN-P Bank Dunia sementara A. Penerimaan 1.635 1.537 1.794 1.762 1.480 1. Penerimaan pajak 1.246 1.143 1.380 1.489 1.199 Pajak pendapatan 570 547 644 679 544 Migas 84 87 89 50 36 Non-migas 486 460 556 630 508 PPN/PPNBM 476 405 525 577 450 2. Penerimaan bukan pajak 387 391 410 269 277 B. Pengeluaran 1.877 1.764 2.040 1.984 1.774 I. Pemerintah Pusat 1.280 1.191 1.392 1.320 1.110 Pegawai 258 243 293 293 262 Barang 195 176 223 239 175 Modal 161 135 175 276 200 Pembayaran bunga 135 133 152 156 156 Subsidi 403 393 415 212 198 Subsidi energi 350 342 345 138 146 BBM 246 240 276 65 67 Listrik 104 102 69 73 79 Subsidi non-energi 53 51 70 74 52 Hibah 3 1 4 5 5 Sosial 97 98 86 104 105 Pengeluaran lain-lain 28 12 46 36 9 II. Transfer ke daerah 597 574 647 665 664 C. Neraca primer -106 -94 -94 -67 -138 D. Defisit/surplus -241 -227 -246 -223 -294 sebagai persen dari PDB -2,3 -2,2 -2,1 -1,9 -2,5 Asumsi ekonomi utama    Pertumbuhan ekonomi (persen) 5,5 51 5,8 5,7 5,2 IHK (yoy, persen) 5,3 8,4 4,0 5,0 6,8 Kurs tukar (Rp/AS$) 11.600 11.878 11.900 12.500 12.600 Harga minyak (AS$/barel) 105 97 105 60 55 Produksi minyak (ribu barel/hari) 818 794 900 825 826 Catatan: *menurut perubahan dasar PDB tahun 2010. Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 25 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 7. Membuat kemajuan yang kredibel menuju target fiskal dan pembangunan yang ambisius adalah tantangan utama tahun 2015 Tantangan Pengelolaan fiskal untuk menangani peningkatan penerimaan yang tampaknya akan penerimaan yang lebih lambat dari yang dianggarkan, serta keterjangkauan dan tantangan pelaksanaan demikian besar anggaran modal, dan pada saat yang sama menjaga peningkatan efisiensi alokatif dapat mendorong dalam APBN-P 2015, akan menjadi tantangan kebijakan utama tahun 2015. Dengan terciptanya fokus sulit dicapainya sasaran penerimaan pajak untuk tahun 2015, terdapat risiko terjadi yang berlebihan fokus yang berlebihan kepada langkah-langkah jangka pendek bersifat ad-hoc untuk pada langkah- memenuhi sasaran penerimaan tersebut, yang dapat berdampak negatif terhadap langkah jangka kinerja penerimaan jangka panjang. Sebagai contoh, pengalaman internasional pendek bersifat ad- menunjukkan bahwa pemutihan pajak secara umum tidak membawa dampak yang hoc pada sisi signifikan terhadap hasil penerimaan, terutama pada jangka panjang, dan dapat penerimaan… membawa pengaruh negatif terhadap pandangan dan kepatuhan pajak pada masa depan.10 Indonesia meluncurkan pemutihan pajak pada tahun 2008, yang disebut kebijakan “sunset”. Menurut Ditjen Pajak, kebijakan itu menambah jumlah pendaftaran wajib pajak sebanyak 5,4 juta, dan tambahan penerimaan sekitar Rp 7,5 triliun. Tambahan penerimaan ini tidaklah besar dibandingkan dengan PDB (sekitar 0,2 persen), dengan tidak terlihatnya pengaruh material kepada rasio pajak-terhadap- PDB dalam jangka yang lebih panjang.11 …dan pada risiko- Dengan penerimaan yang di bawah anggaran berarti peningkatan anggaran modal risiko kualitas Pemerintah Pusat dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya tersebut belanja jangka tampaknya harus dikurangi. Pemerintah perlu memiliki fokus yang kuat dan menengah… berkelanjutan dalam menerapkan suatu pendekatan strategis untuk menumbuhkan dan meningkatkan kualitas portofolio proyek-proyek investasi Pemerintah pada jangka menengah. …dengan proyeksi Sebagai tindak lanjut dari reformasi subsidi BBM, yang menjadi tiang utama lintasan harga reformasi fiskal Pemerintah, disertai penerapan mekanisme harga baru yang minyak yang tidak konsisten dan transparan, dapat berperan dalam menjaga kredibilitas fiskal. Hal ini pasti meningkatkan akan sangat penting terutama bila harga minyak dunia meningkat secara signifikan, kebutuhan akan yang tanpa penerapan penyesuaian harga yang konsisten dan transparan dapat penerapan reformasi menimbulkan keprihatinan bahwa sektor fiskal akan kembali terbebani dengan biaya harga BBM yang subsidi BBM. Sebaliknya, jika harga minyak semakin menurun, dampaknya terhadap konsisten neraca fiskal adalah negatif bersih karena, sejak reformasi bulan Januari 2015, penurunan penerimaan akibat penurunan harga minyak melampaui penurunan belanja terkait. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa setiap penurunan harga minyak mentah sebesar 10 dolar AS akan menghasilkan neraca fiskal negatif bersih sekitar Rp 16,5 triliun (sekitar 1,4 miliar dolar AS atau 0,14 persen dari PDB). Kinerja BUMN Suntikan modal Pemerintah ke sejumlah BUMN sebesar Rp 70,4 triliun (sekitar 5,4 semakin menjadi miliar dolar AS) dalam alokasi Anggaran 2015 menunjukkan peran penting BUMN fokus dalam rencana pembangunan infrastruktur. Hal ini membuat kinerja para BUMN, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas investasi, menjadi semakin penting untuk mengukur keberhasilan rencana pembangunan Pemerintah yang ambisius. 10 Lihat Alm, J., 2012, “Designing alternative strategies to reduce tax evasion”, in M. Pickhardt and A. Prinz (eds.), “Tax Evasion and the Shadow Economy”, Edward Elgar Publishing, pp.13-32. 11 Lihat Rakhmindyarto, 2011, “Evaluating the Sunset Policy in Indonesia”, International Review of Social Sciences and Humanities, Vol. 2, No. 1, pp. 198-214. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 26 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kebutuhan Seiring dengan rencana pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang ambisius pembiayaan luar dan agenda reformasi yang lebih luas, ekonomi Indonesia akan membutuhkan lebih negeri yang banyak pembiayaan luar negeri dengan kualitas yang lebih tinggi. Tantangan signifikan dan pengelolaan ekonomi makro dan risiko-risiko pertumbuhan dari kondisi dan kejutan mungkin meningkat ekonomi luar negeri dapat timbul kembali (misalnya akibat pengetatan kondisi menekankan likuiditas pasar dolar AS dunia bersamaan dengan mulai normalnya kebijakan pentingnya moneter AS). Defisit neraca berjalan Indonesia (diproyeksikan mendekati 30 miliar mendapatkan dolar AS pada tahun 2015), dan beban utang luar negeri jangka pendek (58,4 miliar tambahan aliran dolar AS pada bulan Desember 2014, menurut BI), telah mendorong kebutuhan masuk modal pembiayaan luar negeri bruto yang signifikan dan berkelanjutan. Rencana dengan kualitas yang pembangunan infrastruktur yang ambisius akan menambah kebutuhan pembiayaan lebih tinggi ekonomi secara langsung, dan secara tidak langsung melalui peningkatan impor permesinan, peralatan, dan bahan masukan (input) lain untuk proyek-proyek. Selain fokus yang berkelanjutan dalam mengelola dan meningkatkan kebijakan dan cadangan devisa, implementasi reformasi yang kredibel untuk menjawab rintangan- rintangan sisi penawaran Indonesia akan membantu mendorong siklus yang positif dari peningkatan dan lebih stabilnya pembiayaan luar negeri (PMA dan alokasi struktural untuk aset-aset Indonesia dalam portofolio investasi internasional), peningkatan investasi, dan pertumbuhan. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 27 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia B. Beberapa perkembangan terkini perekonomian Indonesia 1. Harga beras Indonesia yang tinggi dan bergejolak secara internasional Harga beras di Harga beras di Indonesia melonjak pada bulan Februari, dengan harga eceran pada Indonesia meningkat akhir bulan itu mencatat peningkatan sekitar 12 persen tahun-ke-tahun, dan harga pada bulan Februari, grosiran meningkat sekitar 14 persen (Tabel 5). Produksi beras dalam negeri dan terdapat tren berkontraksi pada tahun 2014 dan persediaan pada pasar beras Cipinang, pasar yang konsisten grosir beras terbesar di Indonesia, mencatat penurunan yang tajam pada bulan bahwa harga beras di Februari, namun penyebab utama lonjakan itu belum jelas. Walau bila kenaikan Indonesia meningkat harga itu hanya bersifat sementara, lonjakan pada bulan Februari itu konsisten lebih cepat, dan dengan tren sejak tahun 2004, dimana harga beras Indonesia cenderung meningkat lebih rentan lebih cepat dibanding harga pada pasar-pasar internasional, dengan pengecualian terhadap gejolak, tunggal pada krisis harga bahan pangan global tahun 2007/8 (Gambar 23). Bagian dibanding harga berikut memberikan tinjauan singkat tentang kelompok-kelompok yang terpengaruh beras di pasar oleh kenaikan harga beras, dan pembahasan tentang sejumlah faktor yang dapat internasional mendorong kenaikan harga beras yang belakangan terjadi dan secara jangka panjang. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 28 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 5: Harga eceran dan grosiran beras telah Gambar 23: Harga beras melonjak pada bulan meningkat dengan cepat selama tahun lalu Februari, mengikuti tren kenaikan harga dan harga (harga beras, Rp per kilogram) yang tinggi di Indonesia (harga grosiran, Rp/kg) Harga grosiran Harga eceran 10,000 Tinggi Meneng- Kualitas Rendah Indonesia IR64 I IR64 II IR64 III ah 8,000 Feb-14 9,014 8,452 7,955 11,389 9,043 Feb-15 10,300 9,682 9,191 12,832 10,146 6,000 Kenaik- an yoy, 14.26 14.55 15.53 12.67 12.20 4,000 persen Catatan: Harga grosiran diambil dari Pasar Induk Beras Cipinang Vietnam (PIBC). IR64 adalah varietas beras tolak ukur, dengan peringkat dari I 2,000 (kualitas tertinggi) hingga III (kualitas paling rendah). 0 Feb-98 Feb-02 Feb-06 Feb-10 Feb-14 Sumber: CEIC Catatan: Harga di Indonesia adalah grosiran (PIBC IR64 II), Vietnam adalah 15 persen pecah (fob). Sumber: CEIC Mayoritas rumah Beras adalah makanan pokok Tabel 6: Sebagian besar penduduk tangga di Indonesia, penduduk Indonesia dan asupan Indonesia, termasuk petani, adalah termasuk petani, kalori per kapita dari beras di konsumen bersih beras adalah pembeli Indonesia adalah nomor lima paling (persen) Proporsi konsumen bersih beras bersih beras, dan tinggi di dunia.12 Karena Petani Semua Seluruh kenaikan harga beras mempengaruhi hampir semua beras petani penduduk meningkatkan orang, kestabilan harga beras Tidak 25,6 64,8 82,7 kemiskinan merupakan masalah ekonomi, sosial miskin dan politik yang sangat penting. Miskin 31,8 68,0 76,5 Sebagian besar penduduk Indonesia Jumlah 26,8 65,4 81,9 adalah konsumen bersih beras dan Catatan: Berdasar modul produksi beras menyeluruh yang terbaru yang tersedia (Susenas 2004). karenanya akan dirugikan dengan Sumber: McCulloch, N., 2008, “Rice Prices and kenaikan harga beras. Kenaikan Poverty in Indonesia”, BIES 44:1, halaman 45-64 harga beras juga cenderung merugikan petani, karena banyak dari mereka mengkonsumsi lebih banyak beras dibanding yang mereka produksi (Tabel 6). Perkiraan untuk tahun 2013 menunjukkan bahwa sekitar empat per lima dari seluruh rumah tangga, dan seperlima petani beras, merupakan konsumen bersih beras.13 Rumah tangga miskin juga kebanyakan merupakan pembeli bersih beras, dan sangat terpengaruh dengan tingginya harga beras, karena secara rata-rata 25 persen dari seluruh pengeluaran mereka adalah untuk beras. Karenanya, Bank Dunia memperkirakan bahwa peningkatan harga beras sebesar 12 persen, bila terus berlanjut, akan menyebabkan kenaikan tingkat kemiskinan sebesar 1,3 poin persentase. 12 FAO via World Rice Statistics, tersedia pada http://ricestat.irri.org:8080/wrs; perhitungan staf Bank Dunia. 13 Modul produksi beras terakhir dari Susenas 2004. Bukti yang lebih baru konsisten dengan berlanjutnya konsumsi beras yang tinggi lintas seluruh rumah tangga, dan rumah tangga petani: 89 persen penduduk Indonesia diperkirakan adalah konsumen bersih beras pada tahun 2007 menggunakan IFLS, lihat Warr, P., 2014, “Food Insecurity and its Determinants”, Australian National University Working Paper; pada 2013, perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Modul Inti dan Konsumsi Susenas 2013 adalah 22 persen petani beras dan 83 persen seluruh rumah tangga merupakan konsumen bersih beras. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 29 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia a. Pasar beras Indonesia menghadapi tantangan struktural dan belanja Pemerintah belum efektif dalam mendukung produktivitas… Pasar beras Konsumsi beras per kapita di Indonesia telah turun dari 96 kg pada tahun 2005 ke Indonesia, yang 85 kg pada tahun 2014, berdasarkan pada perkiraan staf Bank Dunia dari data belum sepenuhnya Susenas. Namun jumlah konsumsi tampaknya akan semakin meningkat, karena terpadu, tampaknya beras tetap menjadi bagian utama dari konsumsi penduduk Indonesia yang akan terus jumlahnya terus bertambah.14 Kenaikan struktural dalam permintaan beras ini akan bertumbuh memberikan tekanan yang lebih besar kepada produksi beras dalam negeri Indonesia, yang kini berada sekitar 95 persen dari total pasokan. Tantangan yang kini dihadapi, selain permintaan yang secara umum meningkat, adalah permintaan varietas beras yang beragam lintas Indonesia. Penduduk di provinsi yang berbeda mengkonsumsi jenis beras yang berbeda pula, dan terdapat kesenjangan transportasi dan informasi lintas Indonesia (dibahas lebih lanjut di bawah). Hal ini berarti bahwa beras tidak senantiasa mengalir dengan lancar dari daerah-daerah dengan surplus produksi ke tempat-tempat dengan permintaan berlebih. Buruknya kualitas Terbatasnya ketersediaan dan kualitas data tentang produksi dan konsumsi beras data tentang menurunkan kemampuan Pemerintah dan peneliti untuk memahami permintaan dan produksi dan persediaan beras di Indonesia. Data produksi didasari pada metode “taksiran melalui konsumsi beras pengamatan mata” dan “pemotongan tanaman” yang kurang akurat dibanding data membatasi bukti satelit. Data harga tersedia bagi sistem pemantauan dini, namun data persediaan tentang kondisi dalam negeri pada gudang-gudang dan titik-titik distribusi utama tidak lengkap. Data pasar dan yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yang menunjukkan konsumsi kemampuan pada 139,15 kg per kapita per tahun pada tahun 2014 (diubah ke proyeksi 124,89 kg pengambilan pada tahun 2015) menunjukkan surplus pasokan beras dalam negeri, yang tidak keputusan yang konsisten dengan inflasi harga beras yang tinggi dan kebutuhan yang teramati atas matang… impor beras.15 …namun jelas Proyeksi produksi Tabel 7: Jumlah pertumbuhan produksi beras tetap lambat, bahwa produksi tahunan pada tahun didorong oleh kenaikan produktivitas yang rendah menurun pada tahun 2014 menurun dari (pertumbuhan tahunan, persen) lalu dan telah tahun 2013, ketiga ’61-‘70 ’70-‘80 ’80-‘90 ’90-‘00 ’00-‘11 Produktivitas melambat pada kalinya terdapat (kuintal/hektar) 3,4 3,3 2,7 0,2 1,1 beberapa dekade penurunan tahunan Luas panen 1,9 1,0 1,5 1,2 1,0 terakhir sejak 1997-98 (hektar) Produksi 5,4 4,4 4,3 1,4 2,2 (Gambar 24). Stok Catatan: * Kenaikan tahunan adalah laju pertumbuhan tahunan gabungan pada pasar beras (Compound Annual Growth Rate). Cipinang Sumber: IRRI; FAO; perhitungan staf Bank Dunia menunjukkan sejumlah tanda-tanda penurunan yang berangsur-angsur hingga akhir tahun 2014, sebelum menukik tajam pada bulan Februari (Gambar 25). Dari segi jangka waktu yang lebih panjang, pertumbuhan jumlah produksi telah melambat secara struktural, dengan pertumbuhan produksi selama periode 1990-2011 kurang dari setengah dari pertumbuhan pada periode 1961-1990, terutama akibat penurunan produktivitas (pertumbuhan hasil panen) (Tabel 7). 14 Perhitungan staf Bank Dunia berdasarkan data Susenas. 15 Perkiraan berdasarkan Susenas (85kg per kapita pada 2014) tanpa menyertakan beras yang dikonsumsi di luar rumah, sementara perkiraan konsumsi beras BPS juga menyertakan konsumsi beras di luar rumah, di ambil dari Survei Industri Makanan dan Minuman. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 30 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 24: Produksi beras menurun pada 2014… Gambar 25: …berkontribusi terhadap penurunan stok (kontribusi pertumbuhan produksi, persen) yang signifikan pada akhir 2014 dan awal 2015 (Persediaan Pasar Induk Beras Cipinang, ribuan ton) Produktivitas per satuan luas 45 Luas Lahan Panen Produksi 40 8 35 6 30 4 25 2 20 0 15 -2 10 -4 5 -6 0 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: PT. Food Station Tjipinang Jaya Produktivitas Terdapat sejumlah faktor yang berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas. terhambat oleh Ukuran rata-rata lahan yang beroperasi di Indonesia, terutama di Jawa, berada di sejumlah faktor, bawah negara tetangga pembandingnya, seperti Thailand dan Filipina (Gambar 26). termasuk mekanisasi Pertanian juga cenderung padat karya; pada tahun 2013, Indonesia mencatat tingkat yang lambat… intensitas pekerjaan yang paling tinggi dibanding Tiongkok, India, Thailand, Filipina, dan Vietnam (Gambar 27). Walaupun bukti-bukti internasional menunjukkan bahwa ukuran pertanian yang lebih kecil tidak selalu menurunkan produktivitas, mereka menurunkan potensi skala ekonomi dan tingkat mekanisasi, dan faktor-faktor tersebut dapat membebani pertumbuhan produktivitas beras Indonesia, selain terkait dengan upah yang rendah bagi pekerja sektor pertanian,. …buruknya Tantangan utama lainnya dalam meningkatkan produktivitas mencakup rendahnya infrastruktur dan tingkat teknologi dan informasi (seperti penggunaan bibit dengan varietas yang keterhubungan… tinggi dan hasil panen yang besar), kecilnya belanja penelitian dan perluasan pertanian, dan lambatnya administrasi tanah (terbatasnya sertifikat tanah yang umumnya dibutuhkan untuk jaminan pinjaman). Buruknya infrastruktur (irigasi, sumber daya air, akses jalan ke pasar) dan tingginya biaya logistik juga membebani pasar beras Indonesia.16 Biaya pengiriman antar pulau juga tinggi akibat buruknya infrastruktur pelabuhan pada bagian timur Indonesia dan masalah kargo kosong yang signifikan untuk kapal-kapal yang kembali ke Jawa dari bagian timur Indonesia tersebut. Biaya pengiriman dengan truk, baik pada kota-kota asal dan tujuan, merupakan biaya logistik utama bagi beras untuk mencapai pasar. Kemacetan di kota-kota besar dan buruknya pemeliharaan jalan pada bagian timur Indonesia juga meningkatkan biaya. 16 Laporan Kementerian Perdagangan, Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, 2013, “A Study on Inter-island Logistics Performance: Case Studies on Rice and Cement”. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 31 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …sementara Belanja Pemerintah untuk pertanian, termasuk beras, telah meningkat secara kenaikan belanja signifikan, namun alokasi belum efektif dalam mendukung pertumbuhan Pemerintah untuk produktivitas dalam negeri. Rasio belanja Pemerintah untuk pertanian terhadap pertanian belum PDB meningkat dari 9 persen pada tahun 1970-80 menjadi 35 persen pada tahun mampu memacu 2009, sementara persentase anggaran untuk pertanian pun meningkat dari 3 persen pertumbuhan pada tahun 2001 menjadi 6 persen pada tahun 2008. Peningkatan ini belum mampu mendorong kenaikan yang setara dalam produksi pertanian, yang meningkat sebesar rata-rata 3 persen antara tahun 2001 dan 2009.17 Dampak yang lemah dari belanja terhadap produktivitas dapat dikaitkan dengan buruknya alokasi belanja; belanja subsidi pertanian untuk masukan (input) swasta seperti pupuk meningkat empat kali lipat antara tahun 2001 dan 2009, sementara belanja Pemerintah untuk irigasi tetap datar. Penelitian tentang Indonesia menunjukkan bahwa belanja untuk barang- barang publik, seperti irigasi, membawa dampak yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan PDB per kapita dalam pertanian, sementara belanja Pemerintah untuk subsidi pupuk membawa dampak yang negatif.18 Gambar 26: Ukuran rata-rata lahan usaha pertanian Gambar 27: …dan usaha pertanian beras Indonesia yang beroperasi di Indonesia lebih rendah dibanding masih tetap padat karya Filipina dan Thailand… (intensitas kerja, 8 jam manusia-hari per hektar per tanaman) (rata-rata ukuran lahan usaha pertanian, hektar) 4.0 180 1994-99 2013 Thailand 160 3.5 140 3.0 Filipina 120 2.5 100 80 2.0 60 1.5 Indonesia 40 1.0 20 0 0.5 0.0 1960 1966 1972 1978 1984 1990 1996 2002 2008 Catatan: Ukuran rata-rata lahan usaha pertanian adalah jumlah Catatan: Data tahun 1990an untuk Indonesia merujuk ke 1994-1997. ukuran lahan pertanian pada suatu daerah dibagi jumlah usaha Wilayah termasuk Dataran Tengah (Thailand), Zhejiang pertanian. Pertaniannya termasuk padi dan tanaman lainnya. (Tiongkok), Delta Mekong (Vietnam), Luzon Tengah (Filipina), Sumber: Sensus Pertanian Nasional19 Tamil Nadu (India), dan Jawa Barat (Indonesia). Sumber: Moya dkk. (2004), Bordey dkk. (2014)20 b. …dan kebijakan stabilisasi harga tidak berperan efektif Sejumlah Sementara produktivitas dan keterhubungan pertanian merupakan pendorong mekanisme peningkatan harga beras pada jangka panjang, Pemerintah memiliki serangkaian digunakan dalam mekanisme untuk menstabilkan harga untuk jangka pendek. Mekanisme itu upaya untuk termasuk Operasi Pasar (OP) dan impor beras, dan penggunaan Harga Pembelian menstabilkan harga- Pemerintah (HPP), yang dilaksanakan oleh Perum Badan Urusan Logistik (Bulog). harga… OP adalah mekanisme stabilisasi pasar utama untuk inflasi harga beras konsumen. 17 Armas, E. B., C. G. Osorio, dan B. Moreno-Dodson, 2010, “Agriculture Public Spending and Growth: The Example of Indonesia” World Bank Economic Premise, No.9, April. 18 Ibid. 19 Dawe, D., 2014, “Agricultural Transition in the Context of Structural Transformation,” Food and Agriculture Organization Working Paper, Bangkok Thailand 20 Ibid. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 32 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Peraturan yang berlaku memungkinkan intervensi pasar bila terdapat inflasi harga beras 10 persen dari tingkat harga rata-rata tiga bulan sampai harga beras kembali stabil. Sejak tahun 2009, impor beras dilakukan berdasarkan aturan, menurut tiga kriteria: (1) perbedaan antara harga beras dalam negeri dan HPP yang berlaku meningkat melampaui tingkat batas; (2) ketika jumlah persediaan beras Perum Bulog turun di bawah suatu tingkat tertentu; atau (3) jika proyeksi surplus dari produksi beras dalam negeri terhadap konsumsi kurang dari jumlah yang ditetapkan.21 Perum Bulog adalah importir tunggal dari beras kecuali untuk varietas beras berkualitas tinggi (pecah 0%, 1% dan 5%) dan harum. …namun HPP digunakan untuk Gambar 28: OP, impor dan Raskin hanya bagian implementasinya memberikan batas harga kecil dari jumlah produksi beras beragam, dengan dasar untuk petani dan (bagian, persen) operasi pasar (OP) memberi insentif produksi. OP Raskin Import tampaknya tidak Pada beberapa tahun 9 mampu terakhir, tingkat HPP 8 menstabilkan pasar ditetapkan untuk 7 secara signifikan… meningkatkan penerimaan 6 petani, untuk 5 meningkatkan kapasitas pengadaan Perum Bulog, 4 dan mengantisipasi 3 kenaikan harga beras 2 internasional. Sejak tahun 1 2011, Pemerintah 0 diperkenankan untuk 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 mengadakan beras pada Sumber: Bea cukai Indonesia; BPS; Bulog; SUSENAS harga di atas HPP, dan di atas kualitas beras yang ditetapkan pada tahun 2005. Program bantuan sosial nasional yang mendistribusikan beras bersubsidi, Raskin (Beras Miskin) tidak ditujukan untuk menstabilkan harga, namun kadangkala digunakan untuk memitigasi dampak kejutan harga beras bagi rumah tangga miskin dan lemah, seperti pada waktu krisis bahan pangan tahun 2008. Secara bersama-sama, OP, impor beras, dan Raskin hanya mempengaruhi sebagian kecil dari jumlah produksi beras (Gambar 28). Kecilnya jumlah yang dilepas oleh operasi pasar, yaitu kurang dari satu persen dari jumlah produksi beras, tampaknya menjelaskan mengapa mekanisme ini tidak membawa dampak yang signifikan dalam menurunkan harga.22 …dan mekanisme Walau pengaruh secara volume dari OP, Raskin, dan impor tidaklah besar, mereka tersebut, serta sinyal- dapat berkontribusi kepada gejolak harga beras, terutama ketika persediaan sinyal kebijakan diproyeksikan akan rendah. Pedagang yang mengetahuinya dapat memilih untuk lainnya, dapat membatasi penjualan sementara menunggu Pemerintah untuk menerapkan berkontribusi mekanisme untuk menstabilkan pasar. Isyarat dari Pemerintah untuk tidak terhadap gejolak meningkatkan impor beras, sebagai bagian dari sasarannya untuk mencapai harga beras, swasembada beras pada tahun 2018, dapat juga berkontribusi terhadap pandangan termasuk seperti kurangnya pasokan pada bulan Februari, terutama setelah penurunan pengadaan beras oleh Perum Bulog sebesar 33 persen pada tahun lalu.23 Penundaan dalam 21 Peraturan Kementerian Perdagangan No.06/M-DAG/PER/2/2012. 22 Kusumaningrum, D. T. Purwaningsih, S. Rahardja, K. Tanaguchi, 2015, “The Evaluation of Rice Market Operation at the Macro Level”, penelitian Bank Dunia, tidak diterbitkan. 23 Kementerian Pertanian, 2015, “Review of HPP Policy - Inpres 3/2012”, presentasi slide, Technical Coordination Meeting on Rice Policy, Kementerian Koordinator Ekonomi, 15 Januari 2015. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 33 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia yang terlihat pada pencairan Raskin dari November 2014 hingga Februari 2015 juga dapat memicu bulan Februari… sejumlah kelebihan permintaan di pasar, terutama karena periode itu adalah masa di antara musim panen. Penerapan dan pengkomunikasian operasi-operasi Pemerintah – ditambah dengan informasi yang terbatas dan tidak akurat tentang produksi, konsumsi dan persediaan – mendorong ketidakpastian tentang persediaan yang sesungguhnya ada, mendistorsi pasar, dan memberikan ruang bagi spekulasi jangka pendek. ...menunjukkan Beras adalah bahan pangan pokok di Indonesia, dan pasar beras internasional kebutuhan untuk sangatlah kecil (hanya 6-7 persen dari jumlah produksi beras dunia diperdagangkan memperkuat fokus di pasar internasional).24 Dalam konteks ini, keprihatinan tentang pengamanan guna mewujudkan pasokan beras, di Indonesia dan negara lain, adalah hal yang wajar. Namun ketahanan beras pengalaman akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi kebijakan-kebijakan berdasar informasi harga dan pelaksanaannya memiliki efektivitas yang terbatas dalam mencapai tujuan yang lebih baik, dan yang telah dicanangkan oleh Pemerintah, yaitu untuk melindungi kaum miskin dan menjawab tantangan petani. Kebijakan-kebijakan yang berpengaruh terhadap harga agar tetap tinggi akan pertumbuhan meningkatkan kemiskinan dan mendistorsi pasar beras dalam negeri, termasuk produktivitas mendorong impor ilegal, dan melebarkan tekanan inflasi. Sementara agar OP dapat membantu meratakan gejolak harga, intervensi harus dilakukan dengan tepat waktu, dengan ukuran yang tepat dan dengan penargetan yang baik. Hal ini akan membutuhkan sistem peringatan dini yang efektif dan informasi secara waktu nyata (real time) tentang harga, persediaan, dan aliran beras. Pada jangka yang lebih panjang, pewujudan peningkatan yang berkelanjutan demi tercapainya ketahanan beras Indonesia akan membutuhkan peningkatan produktivitas melalui perbaikan struktural jangka panjang pada sektor usaha pertanian. 24 Global Monitoring Report 2012, “Using Trade Policy to Overcome Food Insecurity,” pada Food Prices, Nutrition, dan Millennium Development Goals, tersedia online, hal.119. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 34 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 2. Mempercepat proses perizinan usaha di Indonesia Memperoleh izin Investasi di Indonesia terbatasi oleh kenyataan bahwa proses pendaftaran usaha bagi usaha di Indonesia perusahaan, baik berukuran besar maupun kecil, beserta izin-izin yang dibutuhkan, saat ini merupakan merupakan proses yang rumit, mahal dan membutuhkan banyak waktu.25 Saat ini proses yang terlalu Indonesia berada pada peringkat 114 dari 189 negara dalam kemudahan melakukan rumit, mahal, dan usaha, menurut pengukuran yang dilakukan oleh Bank Dunia.26 Sebagai contoh, memerlukan cukup waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh izin-izin untuk memulai usaha dalam banyak waktu, bidang manufaktur adalah 794 hari menurut peraturan perundangan, dan waktu yang sehingga hal ini sesungguhnya dibutuhkan bahkan dapat lebih lama dari periode itu. Pada sektor menjadi suatu energi, yang pertumbuhannya dinyatakan oleh Pemerintah sebagai prioritas prioritas reformasi kebijakan utama, para investor melaporkan bahwa untuk memperoleh berbagai izin utama bagi dan lisensi untuk mendirikan suatu pembangkit listrik dapat memakan waktu lebih pemerintah baru dari empat tahun. Pentingnya percepatan proses perizinan usaha diakui oleh Pemerintah sebagai prioritas kebijakan utama, dan bagian ini memberikan tinjauan singkat tentang langkah-langkah yang telah diambil sejauh ini serta tantangan- tantangan yang masih menghadang. a. Perizinan usaha adalah prioritas reformasi utama dari pemerintah baru… Upaya-upaya pada Sejumlah prakarsa telah dilakukan oleh Pemerintah yang lalu untuk meningkatkan masa lalu dalam dan menyederhanakan proses pendaftaran perizinan pada tingkat pusat maupun meningkatkan daerah, namun hasil yang dicapai masih terbatas (Kotak 4). Pembentukan satu perizinan usaha dan kontak tunggal bagi pendaftaran izin investor merupakan suatu cara untuk mengembangkan mempermudah interaksi pemohon dengan pihak berwenang, serta menyusun layanan perizinan pengaturan kelembagaan yang memungkinkan kolaborasi antar badan dan satu pintu belum penyederhanaan atau percepatan proses-proses perizinan secara umum menjadi lebih membuahkan hasil mudah dan terpercaya. Sebelumnya, tidak ada kemajuan berarti yang dicapai dalam yang diharapkan pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) terpusat semacam ini pada tingkat nasional, maupun dalam penyederhanaan prosedur pendaftaran untuk, dan percepatan penerbitan dari, izin-izin usaha. Pada tingkat daerah, yang mana pendirian usaha juga harus mendapatkan izin-izin (termasuk dari berbagai badan berbeda), sejumlah pemimpin daerah berwawasan reformasi telah memprakarsai pembentukan PTSP daerah dan mencatat keberhasilan yang signifikan. Namun seberapa baik izin-izin daerah diproses selama ini masih sangat bervariasi.27 Untuk sebagian besar usaha, yang perlu mendapatkan izin-izin nasional dan daerah, terutama bagi usaha-usaha kecil dan bersifat lokal yang hanya membutuhkan izin- izin daerah, PTSP yang berjalan baik dan peningkatan proses penerbitan izin-izin dapat berdampak besar terhadap aksesibilitas, serta kemudahan dan biaya dalam berinvestasi dan menjalankan usaha. Pemerintah kembali Pemerintah baru kembali menempatkan masalah perizinan investasi pada peringkat menempatkan teratas agenda reformasi. Pemerintah secara terbuka dan berulang-kali menegaskan perizinan usaha pada tekadnya untuk memperbaiki lingkungan usaha di Indonesia serta untuk peringkat teratas mempermudah, meringankan biaya, dan mempercepat proses pemenuhan agenda reformasi persyaratan bagi dunia usaha sesuai dengan peraturan perundangan. Pada kunjungan 25 Untuk analisis tentang perizinan usaha dan PTSP di Indonesia, lihat Asia Foundation, 2007, “Making Sense of Business Licensing in Indonesia: a Review of Business Licensing Policy and Survey of One Stop Shop Service Centers”, KPPOD dan the Asia Foundation, 2008, “Local Economic Governance in Indonesia: A Survey of Businesses in 243 Regencies/Cities in Indonesia.”, dan Nurridzki, N., 2010, “Pilot Study: Mapping and Streamlining Business Licenses at the National Level”, Report for the Multi Donor Facility for Trade and Investment Climate, World Bank. 26 World Bank, 2014, “Doing Business 2015: Going Beyond Efficiency”. 27 Lihat World Bank, 2012, “Doing Business in Indonesia 2012”. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 35 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia “blusukan” pertama setelah pengangkatannya, Presiden Joko Widodo mengunjungi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada bulan Oktober 2014 serta menginstruksikan BKPM dan kementerian-kementerian terkait untuk melaksanakan PTSP terpusat dalam waktu tiga bulan (yaitu pada bulan Januari 2015). Presiden juga menekankan bahwa para investor seyogianya hanya perlu mengunjungi BKPM untuk permohonan perizinan pada tingkat nasional. Pada waktu kunjungan Presiden, para investor masih harus mengajukan permohonan perizinan kepada berbagai kementerian dan lembaga negara di luar BKPM pada tingkat nasional, ditambah izin- izin daerah. Sementara BKPM sendiri hanya memproses 14 izin, termasuk izin prinsip pada awal proses pengurusan perizinan dan izin operasi yang menjadi izin terakhir rangkaian proses tersebut. Jika telah diimplementasikan sepenuhnya, PTSP Pusat akan menggabungkan seluruh proses-proses perizinan pada tingkat nasional pada satu atap, menyederhanakan jaring proses perizinan usaha yang rumit lintas lembaga-lembaga nasional dan daerah yang berbeda (Gambar 29). Langkah ini diharapkan menghasilkan layanan perizinan yang cepat, sederhana, transparan, dan terpadu. Presiden juga mengumumkan bahwa ia akan mendorong para gubernur, bupati, dan walikota untuk menerapkan layanan satu pintu daerah yang efektif, dengan kemungkinan penerapan konsekuensi terhadap transfer anggaran bagi mereka yang gagal menerapkan perubahan tersebut.28 b. …dengan momentum reformasi awal yang kuat BKPM memperbaiki Menjelang berakhirnya masa pemerintahan yang lalu, BKPM melakukan pemetaan layanannya untuk awal prosedur-prosedur perizinan usaha untuk sektor-sektor terpilih dan mencapai sasaran- mengidentifikasi bidang-bidang yang berpotensi untuk ditingkatkan. Badan ini juga sasaran yang melakukan reformasi bertahap untuk meningkatkan layanannya bagi para investor, ambisius termasuk tinjauan proses permohonan perizinan dan peluncuran sistem permohonan secara online. Untuk mengantisipasi tanggung jawab yang lebih besar pada masa depan, BKPM mengumumkan penerapan penuh dari permohonan yang wajib dilakukan secara online per tanggal 15 Desember 2014. Walau permohonan secara online telah diluncurkan untuk sejumlah perizinan tertentu, penerapannya bagi seluruh perizinan dipercepat meskipun dengan masa percobaan kesiapan sistem yang singkat dan pemahaman sektor swasta yang terbatas akan proses baru tersebut. BKPM bekerja Guna menyiapkan peluncuran PTSP Pusat pada bulan Januari 2015, BKPM bekerja bersama bersama kementerian-kementerian dan lembaga-lembaga terkait untuk mencapai kementerian- empat pencapaian utama. Pertama, penyusunan dan penerbitan peraturan kementerian terkait kementerian tentang pemindahan kewenangan ke BKPM, dan penugasan petugas dalam pengalihan penghubung dari kementerian-kementerian dan lembaga ke PTSP Pusat, termasuk kewenangan daftar perizinan yang akan diproses di PTSP Pusat tersebut. Para petugas perizinan kepada penghubung dapat menerima mandat untuk memproses dan menerbitkan izin terkait BKPM… secara langsung, atau meneruskan permohonan tersebut ke kementerian atau lembaga terkait bila membutuhkan pengetahuan teknis yang signifikan (misalnya untuk menafsirkan hasil-hasil pemeriksaan lingkungan, dan untuk jenis-jenis perizinan teknis dan teknik/rekayasa). Kedua, penyusunan dan penerbitan peraturan-peraturan kementerian tentang prosedur-prosedur operasi standar bagi seluruh proses perizinan di PTSP Pusat. Ketiga, pengaturan organisasional dari PTSP Pusat, termasuk pengaturan kantor depan (front office) dan belakang (back office) (perangkat lunak dan keras), proses-proses bisnis, pusat panggilan (call center), serta sistem pemantauan dan pelacakan (monitoring and tracking system). Keempat, keterlibatan awal sektor swasta dalam proses reformasi, termasuk pengumpulan 28 Kontan, 4 November 2014. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 36 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia umpan balik (feedback) dan identifikasi masalah-masalah, serta sosialisasi dan komunikasi pada tahap awal. …dan satu lokasi Sebagai hasil dari langkah-langkah yang dipaparkan secara ringkas di atas, pada bulan fisik tunggal untuk Maret 2015 BKPM menyediakan suatu lokasi fisik tunggal bagi para investor untuk perizinan nasional mengajukan permohonan bagi berbagai perizinan nasional. Meskipun hal ini kini telah tersedia merupakan langkah maju yang penting, masih banyak tantangan yang perlu diatasi guna mencapai sasaran perizinan investor yang benar-benar terpadu. Gambar 29: PTSP Pusat yang terencana dan direvitalisasi dengan percepatan prosedur permohonan perizinan Izinawal(“prinsip)dariBKPM Seluruhprosesdikelolamelalui BKPMdandapatdiaksesolehpara investormelaluipelayananterpadu satupintu(PTSP) Izinsektoraldandaerahyangdiakses melaluiberbagaibedanpemerintah IzinPrinsipdiPTSP ͲProsesnyakeraptidakdisertai Rencana denganProsedurOperasional Reformasi Semuaizinsektoraldandaerah Standar(SOP)yangtransparan diaksesmelaluiPTSP SOPdipantaumenggunakan–dan diaksesmelalui–PTSP Izinakhir(“operasional”)dariBKPM  IzinOperasionalpadaPTSP Sumber: Bank Dunia Sistem permohonan Sejumlah masalah penerapan dijumpai selama beberapa minggu pertama sejak PTSP online yang baru Pusat dibentuk dan memulai layanan terpadunya. Meskipun sistem permohonan masih memiliki online telah diterapkan sejak pertengahan bulan Desember 2014, para investor sejumlah masalah mengeluhkan bahwa sistem tersebut belum dapat diandalkan dan kurang bersahabat dengan pengguna. Karenanya, sebagian besar investor tetap mengunjungi PTSP Pusat secara langsung untuk berkonsultasi dengan para staf dan mencari solusi. Hal ini menimbulkan kekhawatiran tentang sistem teknologi informasi dan komunikasi BKPM yang ada dan kapasitasnya untuk mendukung PTSP yang sepenuhnya terpadu. Selain itu, jumlah permohonan perizinan yang diproses oleh para petugas penghubung kementerian dan lembaga negara mencatat penurunan pada beberapa minggu setelah integrasi PTSP Pusat pada bulan Januari. Banyak investor masih tetap menyerahkan permohonan mereka secara langsung ke kementerian dan lembaga negara, atau menunda permohonan mereka. Hal ini mencerminkan keterbatasan pemahaman akan bagaimana PTSP Pusat bekerja. c. Tantangan berikut: perlunya rencana reformasi yang kredibel dan implementasi yang efektif Jalan masih panjang Kepala BKPM, Franky Sibarani, menyatakan bahwa PTSP Pusat belum merupakan menuju perizinan layanan yang sepenuhnya terpadu.29 Masih banyak keterbatasan dalam peningkatan terpadu… yang telah dilakukan sejauh ini, baik dalam hal penyederhanaan proses-proses perizinan maupun sejumlah perizinan yang belum disertakan. Sebagai contoh, para investor masih perlu berpindah dari satu meja ke meja lainnya di BKPM untuk memperoleh suatu izin dan kemudian mengajukan permohonan izin selanjutnya. BKPM kini hanya memproses perizinan untuk sekitar 300 bidang usaha dari total 1.200 bidang usaha yang ada. Karenanya, masih banyak upaya yang perlu dilakukan untuk merealisasikan visi perizinan investor yang efisien dan terpadu. 29 Koran Tempo, 19 Januari 2015. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 37 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …dan pengatasan Rancangan dan implementasi rencana reformasi yang kredibel, berdasarkan pada tantangan ini penilaian terperinci tentang kondisi yang ada dan disertai dengan kerangka membutuhkan pemantauan dan evaluasi yang baik, merupakan prasyarat keberhasilan. Hal ini akan rencana reformasi membutuhkan sumber daya yang cukup besar dan koordinasi yang kuat lintas yang kredibel kementerian dan lembaga negara pada tingkat nasional dan daerah. Satuan-satuan dengan dukungan tugas khusus dikerahkan untuk melaksanakan tugas tersebut dan mereka telah sumber daya yang mengidentifikasi bidang-bidang prioritas yang membutuhkan adanya revisi peraturan memadai pengaturan perizinan yang diperlukan (misalnya tentang kehutanan dan penggunaan lahan, serta persyaratan lingkungan). Rangkaian reformasi BKPM telah mengumumkan rencananya untuk menyederhanakan peraturan selanjutnya akan sehingga menurunkan jumlah prosedur dan jumlah hari yang dibutuhkan untuk terfokus pada sektor memperoleh seluruh perizinan pada tahap reformasi berikutnya, dimulai dengan yang diprioritaskan sektor-sektor terpilih yang diprioritaskan, termasuk bidang pembangkit tenaga dan pembenahan listrik, manufaktur padat karya, pertanian, dan kelautan. Secara khusus, izin PTSP daerah ketenagalistrikan baru bagi produsen tenaga listrik independen (independent power producers, IPP) menjadi masalah yang sangat penting, karena Pemerintah menargetkan tambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 35.000 megawatt pada tahun 2019. Tahap kedua dari implementasi PTSP Pusat akan menyertakan lebih banyak sektor pada tingkat nasional. Uji coba integrasi PTSP daerah akan dilakukan secara bertahap dari bulan Januari 2015 hingga akhir tahun 2016. Pemetaan yang Dari sudut pandang operasi, pemerintah sedang berupaya mewujudkan proses bisnis terperinci dari terpadu (integrated business procesess) bagi seluruh perizinan, yang menurut rencana seluruh perizinan akan diimplementasikan secara bertahap, termasuk pengembangan sistem teknologi akan menjadi informasi dan komunikasi (TIK) yang baru. Pengembangan proses-proses bisnis langkah penting terpadu akan membutuhkan pemetaan yang terperinci dari seluruh perizinan. menuju proses- Sebagai contoh, pemetaan awal perizinan untuk pembangkit listrik perlu diikuti proses terpadu dengan pemetaan spesifik untuk jenis-jenis pembangkit listrik yang berbeda, proses bisnis yang terperinci (prosedur langkah-demi-langkah bagi investor), serta persyaratan dan dokumen pendukung dan prosedur-prosedur untuk setiap jenis izin. Selain itu, suatu proses bisnis terpadu hanya akan membuat perbaikan yang signifikan terhadap prosedur perizinan secara keseluruhan jika Pemerintah dapat menyederhanakan dan mempercepat proses-proses perizinan secara keseluruhan terlebih dahulu, dan kemudian menerapkannya di PTSP Pusat dan Daerah. BKPM akan Proses-proses bisnis yang baru akan membutuhkan perubahan organisasional yang membutuhkan signifikan. Dengan sejumlah staf kementerian dan lembaga yang kini hanya tambahan sumber ditugaskan secara sementara pada PTSP Pusat di BKPM, pengaturan organisasional daya manusia dan BKPM, dan masalah sumber daya manusia bagi perizinan investor, membutuhkan reformasi perhatian yang cermat jika ingin mewujudkan keberlanjutan untuk jangka waktu pengaturan yang lebih panjang. organisasional Tindak lanjut atas Sasaran-sasaran yang ambisius dan penerapan yang sistematis dan berkelanjutan dari komitmen pada proses-proses peraturan perundangan yang baru, yang meliputi tidak hanya BKPM tingkat tinggi dan namun juga seluruh kementerian dan lembaga negara, akan menjadi suatu tantangan. pengelolaan risiko Permasalahan dan keterlambatan implementasi dapat segera menjadi sorotan, dan penerapan akan Pemerintah harus mengelola risiko-risiko yang terkait dengan rencana reformasi menjadi hal yang tersebut secara hati-hati. Banyak hal yang kini bergantung kepada sejauh mana penting dukungan tingkat tinggi dari semua kementerian terkait dapat tercapai, Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 38 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dipertahankan, dan dijabarkan melalui strategi implementasi reformasi menjadi proses-proses yang baru dan lebih baik. Kotak 4: Prakarsa reformasi pada masa lalu untuk mengembangkan PTSP Pusat dan menyederhanakan izin usaha UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan pembentukan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) untuk perizinan investor, diikuti dengan Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2009 yang kemudian menjadi petunjuk pelaksanaannya.30 Selanjutnya, Pemerintah mengidentifikasi penyederhanaan perizinan usaha sebagai bidang yang diprioritaskan dan mengamanatkan kepada BKPM untuk melaksanakan pemetaan yang terperinci atas proses perizinan dan menyusun peraturan perundangan untuk menyederhanakannya. Bagi PTSP daerah, BKPM menerbitkan standar-standar layanan untuk pelaksanaan PTSP pada tahun 2009. Hal ini awalnya menyebabkan sejumlah kebingungan, karena Kementerian Dalam Negeri sebelumnya pernah menerbitkan peraturan (pada tahun 2007) mengenai pembagian tanggung jawab antara pemerintah pusat dan daerah. Pada akhirnya, kurangnya komitmen tingkat tinggi yang berkelanjutan dalam penyederhanaan dan integrasi proses-proses perizinan melalui PTSP Pusat dan daerah mengakibatkan hanya sejumlah kecil perizinan (dari ribuan perizinan yang ada) yang dialihkan kepada BKPM, sementara prosedur-prosedur perizinan yang terlalu rumit dan tidak efisien tetap menjadi hal yang harus dihadapi oleh para investor pada tingkat nasional maupun daerah. Peraturan Presiden No. 27 Tahun 2009 tentang PTSP di Bidang Penanaman Modal juga menugaskan BKPM untuk mengembangkan suatu Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE) untuk perizinan investasi dalam waktu tiga tahun. Sistem itu bertujuan untuk memberikan layanan satu atap (national single window, NSW) bagi permohonan dan persetujuan perizinan. Sistem itu diharapkan dapat melibatkan PTSP Pusat pada tingkat nasional melalui BKPM, bersama-sama dengan PTSP daerah melalui pemerintah provinsi, kabupaten, dan kotamadya. Sistem online itu juga bertujuan untuk memberikan akses ke proses-proses bisnis untuk izin-izin yang diterbitkan oleh kementerian teknis Indonesia guna membentuk suatu sumber informasi tunggal bagi para investor. Saat ini, meskipun sistem online tersebut telah berjalan dan dapat diakses oleh para investor melalui situs web BKPM, penggunaannya masih jauh dari efektif dan masih terdapat masalah-masalah yang perlu diselesaikan. Sejumlah pemerintah daerah juga menggunakan sistem online tersebut, namun jumlahnya sangat jauh dibawah jumlah yang sebelumnya ditargetkan.31 Upaya-upaya untuk menyederhanakan perizinan usaha dan merevitalisasi PTSP untuk menarik investasi kembali diluncurkan dalam bentuk Paket Kebijakan Ekonomi bulan Agustus 2013 (lihat Triwulanan edisi bulan Desember 2013). Pada awalnya, Pemerintah memutuskan untuk memfokuskan pada perizinan sektor migas yang sangat rumit. Namun rumitnya sektor tersebut dan rendahnya komitmen kementerian dan lembaga terkait untuk mencapai reformasi yang berarti mengakibatkan surutnya momentum dari upaya-upaya tersebut. Pengalaman ini memberikan pembelajaran yang berharga tentang pentingnya koordinasi yang kuat, komitmen kementerian tingkat tinggi, dan fokus kepada sektor- sektor tertentu yang relatif mudah untuk dikelola. Setelah keberhasilan pada sektor-sektor ini mulai diraih, maka pengalaman ini dapat diterapkan untuk memperbesar kemungkinan keberhasilan pada sektor-sektor yang lebih rumit dan menantang. 30 Pedoman itu termasuk: (i) PTSP dikelola oleh Pemerintah Pusat (melalui BKPM) dan oleh Pemerintah Daerah; (ii) kewenangan menerbitkan izin-izin dan fasilitas non-perizinan lainnya dapat didelegasikan oleh kementerian- kementerian teknis kepada kepala BKPM; dan (iii) peraturan selanjutnya tentang PTSP akan diterbitkan dalam peraturan BKPM. 31 Lesher, M., 2012, “The OECD Regulatory Reform Review of Indonesia: Market Openness”, OECD Trade Policy Papers, No. 138, OECD Publishing. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 39 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 3. Laju pertumbuhan PDB yang berkelanjutan di Indonesia: pandangan yang lebih dekat Laju pertumbuhan Pertumbuhan ekonomi melambat secara konsisten, walau bertahap, dalam beberapa ekonomi Indonesia tahun terakhir. Perlambatan ini bertepatan dengan tren perlemahan harga komoditas yang berkelanjutan global sejak tahun 2011, yang menimbulkan pertanyaan sampai sejauh mana harga- menjadi fokus harga komoditas yang lalu mendorong pertumbuhan, dan laju pertumbuhan setelah lonjakan ekonomi seperti apa yang kini dapat dipertahankan pada masa pasca lonjakan harga kenaikan komoditas komoditas. Dari sudut pandang kebijakan ekonomi, pertanyaan tersebut sangat penting dalam kaitannya dengan sasaran Pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan menjadi 7 persen pada masa pemerintahannya yang pertama (yaitu hingga tahun 2019). Bagian ini mengkaji bukti-bukti terkait dinamika pertumbuhan Indonesia yang terbaru dan laju pertumbuhan berjalan yang dapat dipertahankan seiring memudarnya lonjakan harga komoditas, sementara Bagian C memfokuskan pada peran sektor sumber daya alam dalam pembangunan ekonomi Indonesia akhir- akhir ini dan prospek jangka menengahnya.32 a. Harga komoditas mempengaruhi tren dan siklus pertumbuhan … Harga komoditas Harga komoditas merupakan faktor penentu pertumbuhan yang penting di negara berperan penting ekportir komoditas besar seperti Indonesia. Seperti dibahas secara terperinci pada dalam kinerja Bagian C, kenaikan harga komoditas secara persisten pada tahun 2003-2007, dan pertumbuhan sekali lagi pada tahun 2009-2010 selama pemulihan krisis keuangan dunia, ekonomi Indonesia mendorong peningkatan laba perusahaan, pendapatan rumah tangga, dan sejak tahun 2003… penerimaan Pemerintah (Gambar 30). Hal ini pada gilirannya mendorong permintaan konsumsi, mendukung produksi (output) barang-barang dan jasa-jasa dalam negeri (bersama-sama dengan peningkatan impor) selama periode waktu tersebut. Selain itu, terdapat kenaikan investasi yang signifikan, sebagian yang mendukung perluasan kapasitas produktif dari ekonomi, terutama pada sektor pertambangan (Gambar 30). Hal ini kemudian mendorong peningkatan permintaan konsumsi, mendukung produksi (output) barang, dan layanan dalam negeri (serta peningkatan impor) selama periode tersebut. Selain itu, peningkatan signifikan dalam investasi pun tercermati, sebagian didukung oleh perluasan kapasitas produktif bidang ekonomi, terutama sektor pertambangan (Gambar 30). Investasi sektor konstruksi juga menerima dorongan yang signifikan selama lonjakan komoditas tersebut. Namun pertumbuhan investasi dan PDB melambat sejak tahun 2013 dengan penurunan harga komoditas-komoditas ekspor utama Indonesia. 32 Untuk pandangan yang lebih luas tentang tren dan tantangan pembangunan terbaru di Indonesia, lihat Bank Dunia, 2014, Kajian Kebijakan Pembangunan di Indonesia: “Indonesia: Menghindari Perangkap”. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 40 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …namun Untuk memahami implikasi pergeseran tersebut terhadap kinerja pertumbuhan pertumbuhan yang Indonesia, sangat penting untuk membedakan pertumbuhan ekonomi yang diamati diperlihatkan pada pada suatu kurun waktu tertentu, dan potensi (atau keberlanjutan) produksi. Potensi kurun waktu tertentu produksi dan kesenjangan produksi merupakan konsep ekonomi makro utama yang tidaklah sama menjadi landasan berbagai keputusan kebijakan yang penting. Para ekonom dengan umumnya mendefinisikan potensi produksi sebagai tingkat produksi yang pertumbuhan berkelanjutan dengan memperhatikan struktur dasar ekonomi. Kesenjangan Indonesia secara produksi adalah perbedaan antara PDB aktuil, seperti diukur oleh BPS, dan potensi berkelanjutan … produksi. Berkelanjutan berarti bahwa, bila semua hal lainnya sama, tingkat produksi potensial ini tidak menghasilkan produksi ekonomi yang tidak dikehendaki, seperti inflasi yang tinggi serta defisit neraca transaksi berjalan yang besar dan tidak dapat dipertahankan. Inflasi cenderung meningkat ketika tingkat produksi melebihi tingkat potensi dan sebaliknya. …dan harga Potensi produksi bergantung pada banyak faktor yang terkait dengan struktur dasar komoditas ekonomi. Lonjakan komoditas mendorong baik potensi produksi, melalui kenaikan mempengaruhi laju kapasitas produktif, maupun produksi aktuil, melalui kenaikan permintaan dalam pertumbuhan negeri. Hal ini menjelaskan mengapa potensi pertumbuhan Indonesia cenderung siklikal dan potensial bergerak seiring dengan siklus komoditas dunia, namun lebih kecil dari perkiraan bila hanya dilihat dari laju pertumbuhan aktuil. Pertumbuhan pada suatu waktu tertentu juga mencerminkan pengaruh permintaan yang hanya bersifat sementara, kecuali terdapat investasi baru yang bisa mendorong kenaikan pertumbuhan produktivitas secara permanen. b. …yang kini berada pada kisaran 5,5 persen… Perkiraan potensi Sejauh mana penurunan yang belakangan terjadi pada pertumbuhan PDB dapat produksi dapat dikaitkan dengan penurunan pertumbuhan berkelanjutan dan seberapa banyak menyertakan harga- terhadap komponen pertumbuhan siklikal? Untuk menjawab pertanyaan ini, staf harga komoditas… Bank Dunia menggunakan model komponen multivariat yang tidak diamati untuk memperkirakan potensi pertumbuhan produksi (Kotak 5). Pada spesifikasi kedua dari model tersebut, indeks harga dari lima komoditas ekspor utama Indonesia disertakan dalam persamaan untuk kesenjangan produksi. Modifikasi ini memungkinkan pemisahan pengaruh siklikal dari harga komoditas dengan dampaknya terhadap potensi pertumbuhan. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 41 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …dan penyertaan itu Hasilnya menunjukkan bahwa Gambar 30: Potensi pertumbuhan melambat sejak menunjukkan bahwa potensi pertumbuhan tahun 2012 dampak harga produksi di Indonesia (pertumbuhan kuartalan pada laju disetahunkan, persen) komoditas terhadap bervariasi dengan harga 8 Potensi pertumbuhan 2.0 pertumbuhan komoditas, meningkat pada berkelanjutan tahun-tahun yang melonjak, 6 1.5 Indonesia cukup dan menurun pada waktu signifikan… penyusutan (Gambar 30). 4 1.0 Potensi pertumbuhan Ketika informasi harga dengan penyesuaian harga komoditas disertakan, laju 2 komoditas 0.5 perkiraan pertumbuhan yang berkelanjutan mengalami 0 0.0 fluktuasi yang lebih rendah dibanding perkiraan -2 Perbedaan antara -0.5 sebelumnya. Pada sejumlah dua perkiraan (RHS) periode, perbedaan tersebut -4 -1.0 cukup besar, mencapai 0,8 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 poin persentase bila Catatan: Grafik batang menunjukkan perbedaan (dalam poin disetahunkan pada waktu persentase) antara perkiraan potensi pertumbuhan yang memperhitungkan dengan yang tidak memperhitungkan peran krisis keuangan dunia. Pada harga komoditas periode yang terakhir, Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia perkiraan tersebut menunjukkan bahwa laju potensi pertumbuhan Indonesia yang disesuaikan dengan harga komoditas melambat dari 6,4 persen pada tahun 2011 menjadi 5,5 persen pada tahun 2014. c. …yang menunjukkan bahwa percepatan kembali pertumbuhan akan membutuhkan dorongan dari kebijakan …menambah bukti Perkiraan terkini Bank Dunia tentang potensi pertumbuhan produksi di Indonesia, bahwa percepatan dengan memperhitungkan harga komoditas yang lebih rendah, adalah sekitar 5,5 kembali persen per tahun. Angka ini mengikuti satu dekade yang mana potensi pertumbuhan pertumbuhan yang diperkirakan sebesar 6 persen atau lebih. Hal ini juga menunjukkan bahwa porsi berkelanjutan akan yang cukup besar dari perlambatan pertumbuhan yang belakangan terjadi (menjadi membutuhkan 5,0 persen pada kuartal empat 2014, lihat Bagian A) dapat dikaitkan dengan kemajuan reformasi penurunan laju pertumbuhan berkelanjutan. Karenanya, penyusun kebijakan yang signifikan sebaiknya tidak memproyeksikan pertumbuhan untuk kembali meningkat secara mudah ke 6-7 persen, seperti yang tercatat pada periode tahun 2010-2012. Akan dibutuhkan reformasi dan penerapan kebijakan secara besar-besaran, termasuk dalam bidang-bidang perizinan investasi seperti dibahas pada Bagian B.2, karena jumlah dan kualitas pengeluaran investasi merupakan faktor penentu pertumbuhan yang sangat penting. Selain itu, seperti dibahas pada Bagian C, tantangan pada sektor komoditas dapat menjadi rintangan berkelanjutan yang menghadang pertumbuhan. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 42 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 5: Memperkirakan hasil potensi pertumbuhan di Indonesia Bagaimana potensi produksi diukur? Tidak seperti PDB aktuil, yang dihitung dengan menggunakan survei rumah tangga, anggaran Pemerintah, laporan keuangan BUMN dan perusahaan swasta, dll., pengukuran potensi produksi merupakan suatu tantangan karena tidak menggunakan pengamatan. Pendekatan untuk memperkirakan potensi produksi bervariasi dari metode statistika univariat hingga model-model struktural. Filter Hodrick-Prescott (HP) dan model komponen tidak diamati termasuk ke dalam kelompok teknik perkiraan yang pertama. Keunggulan utamanya adalah kebutuhan data yang tidak besar (hanya deret waktu (time series) dari PDB), transparansi, dan kesederhanaan. Metode-metode tersebut menyaring komponen tren dari PDB (potensi produksi) dari yang bersifat siklikal (kesenjangan produksi) pada suatu frekuensi tertentu hanya berdasarkan pada perilaku statistik dari deret PDB tersebut. Kekurangan utama dari metode yang sepenuhnya statistika ini adalah tidak disertakannya informasi ekonomi apapun. Berbeda dengan filter univariat, filter multivariat menggabungkan pendekatan statistika dengan hubungan ekonomi struktural. Salah satu hubungan tersebut adalah kurva Phillips, yang menguraikan hubungan yang positif antara (perkiraan) inflasi dan tingkat produksi aktuil. Kurva Phillips menyajikan informasi tentang sisi penawaran ekonomi dan tahapan siklus usaha. Mengikuti Gerlach dan Smets (1999)1, staf Bank Dunia memperkirakan model komponen multivariat yang tidak diamati untuk Indonesia dengan data mulai tahun 2000. Selain kurva Phillips, model itu juga menyertakan persamaan permintaan agregat yang terkait dengan kesenjangan produksi terhadap suku bunga riil. Perkiraan itu menunjukkan bahwa potensi produksi Indonesia terus meningkat pasca krisis keuangan Asia (Gambar 31). Pertumbuhan itu mengikuti tren harga komoditas, mencapai 6,1 persen pada tahun 2007 pada puncak lonjakan harga komoditas. Setelah penurunan yang terkait dengan krisis keuangan dunia pada tahun 2008-2009, potensi produksi kembali meningkat menjadi 6,4 persen pada tahun 2011 dengan didorong oleh kuatnya harga komoditas. Lebih jauh lagi, dan dengan menerapkan ide dari Borio, Disyatat dan Juselius (2013)2, suatu indeks lima harga komoditas ekspor utama Indonesia dapat disertakan ke dalam persamaan permintaan agregat. Cukup bisa diperkirakan bahwa siklus komoditas akan dapat memperkuat siklus usaha Indonesia dengan mendorong tingkat produksi sementara (lihat Bagian A). Perkiraan model itu menunjukkan hal ini: pada masa kenaikan (penurunan) harga komoditas yang tajam, harga komoditas potensi produksi netral meningkat pada laju yang lebih lambat (lebih cepat) dibanding dengan potensi produksi yang tidak disesuaikan (Gambar 31). Sebagai contoh, selama krisis keuangan dunia, harga komoditas yang disesuaikan dengan potensi produksi berada pada 5,4 persen, lebih tinggi 0,3 poin persentase dibanding perkiraan yang tidak disesuaikan. Menurut pendekatan ini, perkiraan Bank Dunia tentang pertumbuhan potensi produksi sekarang adalah sebesar 5,5 persen. Selain itu, pendekatan struktural memungkinkan pengukuran potensi produksi dengan memperkirakan model ekonomi struktural. Model-model tersebut memungkinkan penafsiran variabel ekonomi langsung dan sangat berguna untuk analisis kebijakan, namun membutuhkan banyak data, rumit, dan sulit untuk direplikasi. Salah satu metode tersebut adalah pendekatan fungsi produksi (dalam hal ini metode Cobb-Douglas dengan skala pengembalian konstan), yang menguraikan laju pertumbuhan potensi produksi menjadi kontribusi dari faktor-faktor masukan (input) berikut: persediaan modal fisik Indonesia, angkatan kerja, rata-rata tahun belajar di sekolah dan kembalinya ke sekolah (digabungkan menjadi “modal manusia”) dan jumlah faktor produktivitas (Gambar 32). Masukan (input) yang terakhir dihitung sebagai suatu residual dan secara teoritis mewakili pengaruh perubahan teknologi dan peningkatan efisiensi. Hasil dari upaya pencatatan pertumbuhan ini menunjukkan bahwa di Indonesia, seperti pada pasar-pasar berkembang (emerging) Asia lainnya, akumulasi modal berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan (rata-rata di atas 4 poin persentase) pada tahun 1980an dan 1990an. Pada beberapa tahun terakhir, dengan penurunan laju akumulasi modal (menjadi 2,5 poin persentase dari jumlah pertumbuhan) dibanding dekade yang lalu, bagian yang lebih besar dari potensi produksi (sekitar 1,5 poin persentase) dikaitkan kepada jumlah faktor produktivitas. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 43 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 31: Pertumbuhan potensi produksi di Indonesia Gambar 32: Pertumbuhan produksi lebih banyak didorong mengikuti tren harga komoditas secara melekat oleh produktivitas dibanding modal fisik sejak tahun 2001 (pertumbuhan potensi tahunan (LHS), persen; indeks harga komoditas (kontribusi terhadap pertumbuhan tahunan, poin persentase) kecuali minyak (RHS), Q1 2010 = 100) 7.0 140 8.0 ǻ LnK ǻ LnH ǻ LnA Potensi pertumbuhan 6.5 disesuaikan harga 120 6.0 6.0 100 4.0 5.5 80 2.0 5.0 60 Potensi pertumbuhan 0.0 4.5 40 Indeks harga komoditas 4.0 kecuali minyak 20 -2.0 3.5 0 -4.0 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013 1981-90 1991-00 2001-13 Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Perbedaan dalam logaritma alami (ƅ Ln) dari K – persediaan modal, H – modal manusia, A – jumlah faktor produktivitas. Sumber: Barro dan Lee (2010); BPS; Dewan Konferensi; UN; Van der Eng (2008); Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia 1Gerlach, S. dan Smets, F., 1999, “Output gaps and monetary policy in the EMU area”, European Economic Review 43. hal. 801-812. 2Pengarang menyertakan variabel keuangan dalam filter multivariat mereka: Borio, C., Disyatat, P. and Juselius, M., 2013, “Rethinking potential output: Embedding information about the financial cycle”, BIS Working Papers No 404. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 44 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia C. Indonesia 2016 dan selanjutnya: Tinjauan pilihan 1. Memanfaatkan sumber daya alam untuk pembangunan Indonesia Sumber daya alam Indonesia memiliki kekayaan alam hidrokarbon (batubara, minyak dan gas alam), yang berlimpah33 mineral (logam dasar dan logam mulia34) dan juga komoditas pertanian yang sangat melimpah (Tabel 8). Kenaikan harga komoditas yang signifikan dari tahun 2002 menguntungkan hingga 2012 mendorong kontribusi yang positif dari sektor sumber daya alam ke Indonesia ketika pertumbuhan PDB nominal, ekspor dan investasi selama dekade yang lalu. Namun harga komoditas dampak sektor tersebut terhadap pertumbuhan produksi (output) riil, penerimaan melonjak naik, negara dan pembangunan di daerah ternyata lebih terbatas. Bagian ini melihat namun kini lonjakan evolusi sektor sumber daya alam selama lonjakan harga komoditas (commodity boom) harga telah berakhir dari tahun 2002 hingga 2012, dampak terhadap sumber daya manusia dan ekonomi dan prospek jangka makro, prospek jangka menengah untuk sektor tersebut, dan menutup pembahasan menengah terlihat dengan bidang kebijakan yang perlu ditangani untuk memanfaatkan sumber daya menantang alam bagi pembangunan Indonesia. Tabel 8: Sumber daya alam berkontribusi secara signifikan kepada ekspor, penerimaan dan produksi (output) Kontribusi terhadap total (persen), 2012 Ekspor Penerimaan PDB pemerintah I. Sumber daya alam – migas dan pertambangan 39,0 28,0 16,5 Komoditas energi 31,0 26,0 10,7 Minyak mentah 6,5 13,9 3,535 Gas alam 10,8 8,1 Batubara 13,8 4,036 7,2 Komoditas mineral non-energi 7,5 2,0 5,8 37 Timah 1,2 N/A Nikel 1,3 Tembaga 1,4 Emas 1,2 Lain-lain (bijih besi, timah hitam) 2,4 II. Sumber daya alam – kehutanan dan perikanan 2,3 0,5 7,0 III. Komoditas pertanian 12,5 1,6 13,838 Minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil, CPO) 6,5 N/A39 Karet 4,2 Lain-lain (termasuk kakao, kopi, teh) 1,8 JUMLAH 53,8 30,1 37,3 Catatan: *Penerimaan termasuk pajak (pajak ekspor dan penghasilan) dan bukan pajak (bagi hasil, royalti, ongkos). Sumber: BPS; BI; Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia 33Bagian ini memfokuskan kepada sektor sumber daya alam migas dan pertambangan (batubara dan mineral termasuk tembaga, emas, nikel, timah, bauksit, besi) dan tidak menyertakan analisis kehutanan dan perikanan. 34 Logam dasar: timah, tembaga, nikel dan aluminum. Logam mulia: emas, perak dan platina. 35 Pemisahan antara gas alam dan minyak mentah tidak tersedia. 36 Bank Dunia mengasumsikan 95 persen PNBP pertambangan adalah batubara dan 50 persen pajak pertambangan adalah batubara. 37 Pemisahan penerimaan pertambangan bukan batubara dan PDB menurut jenis mineral tidak tersedia. 38 Termasuk komoditas pertanian mentah (CPO, karet) dan sudah diproses (mis. produk karet). 39 Mayoritas penerimaan komoditas pertanian berasal dari pajak ekspor CPO. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 45 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia a. Evolusi produksi sektor sumber daya alam selama lonjakan harga Didorong kenaikan Dari tahun 2002 ke 2012, PDB ekonomi pasar berkembang (emerging) dan produksi permintaan yang industri masing-masing tumbuh dengan laju rata-rata sebesar 6,3 dan 7,8 persen. belum pernah terjadi PDB dan produksi industri Cina meningkat lebih cepat dengan laju rata-rata sebesar sebelumnya, 10,6 dan 14,7 persen,40 yang mendorong kenaikan berlipat ganda dalam permintaan terutama dari Cina, komoditas. Sebagai contoh, pada tahun 2012, Cina mengkonsumsi hampir setengah dan tidak elastisnya dari 91 juta ton logam yang diproduksi di seluruh dunia, naik dari hanya 15 persen pasokan jangka pada tahun 2000. Kenaikan permintaan yang cepat ini mempengaruhi tidak pendek, dekade awal elastisnya penawaran jangka pendek, terutama logam-logam dasar41, sehingga tahun 2000an mendorong kenaikan harga komoditas. Semua indeks harga komoditas dunia mencatat lonjakan mencatat kenaikan yang signifikan antara tahun 2002 dan 2012: indeks nominal naik harga energi global (batubara, minyak mentah dan gas alam) meningkat empat kali lipat; komoditas dunia... indeks harga nominal logam dan mineral meningkat tiga kali lipat; indeks logam mulia (termasuk emas) meningkat enam kali lipat; dan komoditas pertanian seperti CPO meningkat tiga kali lipat (Gambar 33).42 Gambar 33: Harga komoditas energi dan non-energi Gambar 34: …mendorong kenaikan yang signifikan dunia meningkat signifikan antara 2002 dan 2012... dalam produksi sejumlah komoditas Indonesia (indeks harga dolar AS, 2002 = 100) (indeks produksi, 2002 = 100) 600 600 Logam mulia 500 500 Energi 400 Logam dan Nikel 400 Batubara mineral 300 300 CPO CPO 200 200 Timah Gas alam 100 100 Minyak mentah 0 0 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Sumber: Database Komoditas Bank Dunia Catatan: Statistik produksi konsentrat timah tersedia hingga 2010. Sumber: BPS, ESDM, ITRI, perhitungan staf Bank Dunia …mendorong naik Kenaikan harga mendorong peningkatan produksi yang besar bagi sejumlah produksi dan ekspor komoditas di Indonesia, terutama untuk ekspor. Peningkatan yang paling drastis komoditas Indonesia tercatat untuk batubara dan minyak sawit, yang hampir mencapai empat kali lipat, dan nikel, dengan lonjakan hampir tiga kali lipat, dalam volume produksi selama periode tahun 2002 hingga 2013 (Gambar 34). Sebaliknya, produksi minyak mentah menurun 35 persen, dan produksi gas dan timah tetap mendatar. Dalam hal nikel dan timah, hampir seluruh produksi diekspor, baik dalam bentuk mentah maupun terproses, dan untuk batubara bagian yang diekspor mengalami peningkatan, dari 72 persen pada tahun 2002 menjadi 80 persen pada tahun 2013. Sebaliknya, bagian penjualan dalam negeri untuk gas alam meningkat dari 25 persen pada tahun 2002 40 Sumber: Prospek Komoditas Bank Dunia, Oktober 2014. 41 Ketidakelastisan penawaran ini karena jeda waktu dalam proyek-proyek yang beralih dari eksplorasi ke produksi. Misalnya, untuk timah, median interval untuk proyek besar yang beralih dari pra-kelayakan ke persiapan produksi adalah 12 tahun, menurut Institut Penelitian Timah Internasional (International Tin Research Institute, ITRI). 42 Sumber: Database Komoditas Bank Dunia, Januari 2015. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 46 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menjadi 50 persen pada tahun 2013, yang didorong oleh kenaikan penggunaan gas untuk pembangkit listrik dalam negeri dan pelaksanaan kewajiban pasokan untuk pasar domestik. Kenaikan produksi UU Pertambangan Indonesia yang baru, diterbitkan pada tahun 2009, pada dasarnya ini juga didorong mengganti sistem konsesi berdasar kontrak yang diterbitkan pada tingkat pusat oleh peningkatan dengan sistem konsesi berdasar izin dengan Izin Usaha Pertambangan (IUP) izin pertambangan diterbitkan pada tingkat daerah. Hal ini mendorong peningkatan penerbitan IUP yang diterbitkan di batubara dan pertambangan sejak tahun 2009 hingga 2012, ketika moratorium untuk tingkat daerah, yang izin baru diberlakukan. Perkiraan menunjukkan jumlah izin meningkat hingga juga meningkatkan sepuluh kali lipat hingga 11.000 pada 2014,43 yang mendorong naiknya produksi pangsa pasar bagi oleh produsen yang lebih kecil, karena ukuran konsesi maksimal dari IUP, yaitu produsen yang lebih 25.000 hektar, adalah jauh lebih kecil dibanding ukuran rata-rata konsesi dengan kecil kontrak, yaitu 200.000 hektar. Pangsa pasar produsen batubara yang lebih kecil meningkat dari 26 persen pada tahun 2005 menjadi 37 persen pada tahun 2012. Sektor ini juga Pertamina (BUMN) meningkatkan pangsa pasarnya dari 13 persen pada tahun 2005 mencatat pergeseran menjadi 23 persen pada tahun 2012 untuk minyak mentah dan dari 12 persen pada menuju kepemilikan tahun 2005 menjadi 18 persen pada tahun 2012 untuk gas alam, melalui modal dalam negeri ventura dan akuisisi saham dalam kontrak bagi hasil (PSC) yang mendekati perpanjangan.44 Komoditas utama lainnya juga kini didominasi oleh perusahaan- perusahaan yang dimiliki dalam negeri; pada tahun 2012, hampir 100 persen dari produksi timah, 95 persen produksi batubara termal dan 80 persen dari produksi nikel, datang dari perusahaan-perusahaan yang dimiliki oleh dalam negeri. b. Kontribusi sektor sumber daya alam terhadap hasil sumber daya manusia dan ekonomi makro selama lonjakan komoditas Pertumbuhan sektor Sektor sumber daya alam berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan PDB sumber daya alam nominal sebesar 14,5 persen antara tahun 2002 dan 2012 (Gambar 35).45 Selain itu, berdampak besar korelasinya – termasuk keterkaitan langsung dan tidak langsung – antara terhadap pertumbuhan PDB nominal dan harga komoditas (sektor sumber daya alam dan pertumbuhan PDB pertanian) – menguat sejalan dengan waktu, meningkat dua kali lipat selama periode nominal, namun tahun 2007-13, dibandingkan periode tahun 2003-06. Berbeda dengan pertumbuhan dampak langsung ke PDB nominal, sektor sumber daya alam hanya mendorong 2 persen pertumbuhan pertumbuhan PDB PDB riil selama periode tahun 2002 hingga 2012, melemah ke 1 persen sejak tahun riil hanya kecil… 2012 (Gambar 36). Kecilnya kontribusi langsung ke pertumbuhan PDB disebabkan karena pertumbuhan dalam sektor itu adalah dalam harga, ketimbang dalam produksi dan penambahan nilai riil. …sementara sektor Pertumbuhan nominal dalam sektor komoditas memiliki dampak yang signifikan ini memiliki dampak terhadap penerimaan, keuntungan dan kekayaan perusahaan, dan juga pendapatan tidak langsung rumah tangga, yang pada gilirannya mendorong permintaan agregat di dalam dengan mendorong ekonomi. Namun sektor komoditas tampaknya memiliki keterkaitan produksi yang permintaan agregat, terbatas dengan sektor-sektor lain di dalam ekonomi. Tabel masukan-keluaran (input- dan pada tertentu output) menunjukkan bahwa peningkatan permintaan final untuk komoditas mentah melalui hubungan sebesar Rp 1, termasuk komoditas sumber daya alam dan pertanian, hanya terkait dengan peningkatan Rp 1,5 dalam produksi (output) untuk semua sektor dalam 43 2014/15 Indonesia Coal Book, Petromindo. 44 Data tentang struktur produksi hanya tersedia setelah 2005, dan berasal dari laporan statistik pertambangan tahunan ESDM untuk batubara, dan laporan tahunan SKK Migas untuk minyak mentah. 45 Sektor komoditas pertanian, terutama CPO, berkontribusi tambahan 11 persen ke pertumbuhan PDB nominal antara tahun 2002 dan 2012. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 47 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia produksi ke sektor- perekonomian, yang lebih rendah dibanding sektor-sektor lain seperti manufaktur sektor lain (peningkatan Rp 2,5).46 Sektor sumber daya Kondisi perdagangan Indonesia meningkat sebesar 74 persen dari tahun 2002 alam memiliki hingga 2013, terutama didorong oleh kenaikan harga ekspor komoditas. Komoditas dampak positif sumber daya alam dan komoditas pertanian secara bersama-sama berkontribusi 7,6 terhadap neraca poin persentase kepada rata-rata pertumbuhan ekspor nominal tahunan dari tahun eksternal selama 2002 hingga 2013, dibanding hanya 3,6 poin persentase dari manufaktur (Gambar lonjakan komoditas 37).47 Kenaikan ekspor bersih komoditas Indonesia berperan dalam menjaga keseluruhan neraca perdagangan barang dalam keadaan surplus (Gambar 38), dengan rata-rata neraca perdagangan komoditas pada 6,1 persen dari PDB dari tahun 2002 hingga 2013, sementara rata-rata neraca non-komoditas hanya pada 0,2 persen dari PDB. Kebergantungan terhadap ekspor komoditas untuk membayar impor yang umumnya bukan komoditas sepertinyat sejalan dengan keunggulan komparatif Indonesia, namun membuat ekonomi menjadi rentan terhadap gejolak harga komoditas (lihat Kotak 2, dan Bagian A, Nomor 7). Berbeda dengan Produksi minyak mentah Indonesia menurun pada dekade yang lalu, dari 1,26 juta sektor sumber daya barel pada tahun 2002 menjadi 861.000 barel per hari pada tahun 2012, sementara alam secara konsumsi minyak mentah, yang didorong oleh konsumsi BBM pada sektor keseluruhan, minyak transportasi, meningkat dengan cepat (Gambar 39). Karenanya Indonesia menjadi mentah membawa importir bersih minyak mentah pada tahun 2004 (Gambar 40) dan keluar dari dampak yang negatif Organisasi Negara Pengekspor Minyak (Organization of the Petroleum Exporting terhadap neraca Countries, OPEC) pada tahun 2008. Bersama-sama dengan tingginya harga minyak perdagangan mentah secara historis pada tahun 2000an, hal ini mendorong pelebaran defisit perdagangan minyak menjadi 23 miliar dolar AS pada tahun 2012 (Gambar 43). Sejak tahun 2012, walau dengan menurunnya harga minyak, defisit perdagangan minyak terus meningkat, hingga 25 miliar dolar AS pada 2014, yang mencerminkan penurunan berkelanjutan produksi minyak dan peningkatan konsumsi BBM. Kenaikan Kenaikan indeks harga ekuitas pertambangan48 sebesar dua puluh kali lipat dari akhir penerimaan dan tahun 2002 ke akhir tahun 2012 berkontribusi kepada peningkatan sepuluh kali lipat keuntungan pada indeks ekuitas secara keseluruhan. Karena kenaikan harga ekuitas yang besar perusahaan tersebut, dan penerbitan ekuitas baru, kapitalisasi pasar ekuitas dalam negeri berkontribusi pada meningkat dari 16 persen dari PDB pada tahun 2000-02 menjadi 49 persen dari kenaikan signifikan PDB pada tahun 2010-12. Sektor pertambangan dan pertanian memberikan sekitar di pasar saham seperlima kontribusi langsung kepada peningkatan ini. Lonjakan komoditas Setelah turun drastis setelah krisis tahun 1997/98, rasio investasi-terhadap-PDB juga mendukung Indonesia pulih dengan kuat, meningkat hingga 32 persen pada tahun 2012. peningkatan besar Sementara sebagian besar peningkatan itu berasal dari kenaikan harga investasi, rasio investasi pertumbuhan investasi riil mencatat nilai rata-rata tahunan sebesar 8,4 persen selama terhadap PDB periode 2008-12. Hal ini mencerminkan investasi yang lebih tinggi dalam sektor- sektor komoditas karena peningkatan pengembangan pada sektor-sektor tersebut, dan juga kenaikan investasi pada sektor-sektor non-komoditas, termasuk karena peningkatan jumlah dana yang dapat ditanamkan dari keuntungan sektor terkait 46 Perhitungan berdasarkan tabel input-output yang paling akhir (2008). 47 Di dalam kelompok komoditas, sektor sumber daya alam berkontribusi rata-rata 3,7 poin persentase secara tahunan sementara komoditas pertanian berkontribusi 3.9 poin persentase kepada pertumbuhan ekspor nominal. Manufaktur berbasis komoditas tidak termasuk. 48 Indeks harga ekuitas pertambangan hanya menyertakan saham-saham perusahaan pertambangan (komoditas batubara dan mineral) dan tidak menyertakan perusahaan-perusahaan migas. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 48 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dengan sumber daya alam. Namun sebagian besar investasi ditanamkan pada konstruksi ketimbang infrastruktur yang dapat meningkatkan produktivitas. Sektor Pada periode tahun 2009 hingga 2013, penanaman modal asing (PMA) dalam non- pertambangan49 migas meningkat 14 kali lipat dari 330 juta dolar AS ke 4,8 miliar dolar AS. Namun menarik PMA, sebagian besar PMA tersebut merupakan investasi dalam operasi proyek-proyek umumnya ke proyek yang telah ada sebelumnya (brown-field), seperti investasi untuk tambang tembaga yang telah ada Grasberg, ketimbang pengembangan proyek-proyek yang baru (green-field). Gambar 35: Sektor sumber daya alam berkontribusi Gambar 36: …namun kontribusi sektor sumber daya signifikan pada pertumbuhan PDB nominal… alam ke pertumbuhan PDB riil tidak besar (kontribusi pertumbuhan nominal tahun-ke-tahun, poin persentase) (kontribusi pertumbuhan nominal tahun-ke-tahun, poin persentase) 30 7 PDB riil PDB nominal 6 25 Sektor SDA, kecuali kehutanan dan 5 20 perikanan 4 Kehutanan dan perikanan Kehutanan 15 dan perikanan 3 Sektor SDA, kecuali kehutanan dan perikanan Komoditas pertanian 2 Komoditas pertanian 10 1 5 0 0 -1 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Gambar 37: Kontribusi komoditas ke kenaikan ekspor Gambar 38: Komoditas, termasuk sumber daya alam, melampaui kontribusi dari produk manufaktur mendukung keseluruhan neraca perdagangan (kontribusi ke pertumbuhan ekspor nominal, poin persentase) (persen PDB nominal) Natural resource sector 15 40 Agricultural commodities Manufacturing Neraca keseluruhan 30 Total 10 Neraca komoditas 20 5 10 0 0 Neraca sektor sumber daya alam -10 -5 Neraca non- komoditas -20 2002 2004 2006 2008 2010 2012 -10 2002 2004 2006 2008 2010 2012 Sumber: WITS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: WITS; perhitungan staf Bank Dunia 49 Data FDI yang akurat untuk sektor migas dari tahun 2002 hingga 2013 tidak tersedia. Namun tren penurunan eksplorasi minyak dan mendatarnya eksplorasi gas menunjukkan bahwa FDI pada sektor migas mungkin tidak meningkat secara signifikan pada periode tersebut. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 49 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 39: Indonesia menjadi importir bersih minyak Gambar 40: …dan defisit minyak melebar hingga sejak tahun 2004… 2014, didorong oleh kenaikan harga minyak mentah (produksi dan konsumsi minyak mentah harian, ribu barel) (ekpor,impor,neraca perdagangan minyak, nominal miliar dolar AS) 1,800 50 1,600 Impor minyak Konsumsi minyak 40 1,400 30 1,200 20 Ekspor minyak 1,000 Produksi minyak 10 800 0 600 400 -10 200 -20 0 -30 Neraca perdagangan minyak 2000 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Sumber: BP Statistical Review of World Energy; perhitungan staf Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Bank Dunia Walaupun sektor Penerimaan sumber daya Gambar 41: Bagian sektor sumber daya alam dalam sumber daya alam alam dari pajak dan bukan penerimaan negara mengalami penurunan tetap penting bagi pajak50 mencatat (penerimaan fiskal, miliar Rp, LHS; bagian penerimaan negara, penerimaan negara, penurunan sebagai bagian RHS) Non-resource revenue kontribusinya dari total penerimaan, dari Forestry and fishery terhadap total 31,4 persen pada tahun Mining revenue penerimaan semakin 2002 ke 28 persen pada Gas revenue Oil revenue menurun 2012 (penerimaan minyak Resource revenues, percent of total (RHS) 40 1,400 turun dari 16,1 persen ke 13,9 persen, penerimaan 30 gas turun dari 9,9 persen 900 ke 8,1 persen pada 2012, sementara penerimaan 20 pertambangan sedikit 400 meningkat dari 5,2 persen 10 ke 6,0 persen) (Gambar 41). Faktor utama penentu -100 0 penerimaan migas adalah 2002 2004 2006 2008 2010 2012 nilai bruto produksi migas Sumber: Kemenkeu; perhitungan staf Bank Dunia dalam rupiah dan bagian efektif pemerintah pada nilai produksi tersebut.51 Nilai bruto produksi migas menurun sebagai bagian dari PDB pada periode tahun 2002 hingga 2012 dengan penurunan produksi secara sebagian mengimbangi kenaikan harga migas dan depresiasi rupiah. Lemahnya Tingkat kenaikan penerimaan pertambangan tidak sebanding dengan peningkatan kepatuhan menjadi pada nilai produksi, yang menunjukkan kebocoran dari lemahnya kepatuhan permasalahan, (compliance). Hal ini terutama terlihat pada sektor batubara, dengan kenaikan harga terutama pada sektor dan produksi yang mencapai rata-rata 14 persen per tahun selama periode tahun batubara 2002 hingga 2012, yang seharusnya memberikan kenaikan 30 persen dalam 50 Terutama volume migas yang diserahkan ke negara, dan royalti produksi untuk batubara dan mineral. 51 Kontrak bagi hasil (PSC) mengharuskan kontraktor untuk membayar royalti yang terkait dengan nilai bruto produksi dalam rupiah dan juga menyetor pajak penghasilan badan. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 50 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia penerimaan yang terkait dengan batubara, dengan tidak adanya perubahan peraturan fiskal yang besar. Namun penerimaan dari penjualan batubara hanya meningkat sebesar 18 persen per tahun selama periode tahun 2002 hingga 2012 tersebut. Suatu penelitian bersama yang dilakukan oleh Bank Dunia dan Kementerian Keuangan tentang pengelolaan penerimaan negara bukan pajak (PNBP), dengan fokus pada batubara, memperkirakan bahwa 22 hingga 46 persen potensi PNBP (Rp 16-51 triliun) dari pelaporan penjualan batubara tidak dipungut pada periode tahun 2010- 12 karena lemahnya kepatuhan. Pekerjaan di sektor Pada tahun 2010, rata-rata upah bulanan adalah Rp 2,5 juta untuk sektor sumber sumber daya alam daya alam, dibanding Rp 1,2 juta untuk sektor sekunder dan Rp 1,5 juta untuk memiliki tingkat sektor tersier. Di dalam sektor primer, sektor sumber daya alam juga memiliki keterampilan yang persentase tertinggi pekerja dengan pendidikan sekolah menengah atas, berjumlah lebih tinggi 28 persen dari jumlah pekerja dibanding 9 persen pada pertanian tanaman bukan dibanding sektor pangan dan 10 persen bagi pertanian tanaman pangan. Lapangan pekerjaan primer lainnya, meningkat pada sektor itu selama masa lonjakan harga namun karena merupakan dengan upah yang sektor yang padat modal, sektor itu secara langsung hanya berkontribusi 1,2 persen lebih tinggi namun dari keseluruhan jumlah tenaga kerja pada tahun 2010, dibanding kontribusinya jumlahnya terbatas terhadap PDB yang mencapai 9,5 persen. Lonjakan itu Lonjakan komoditas tersebut mendorong kenaikan penerimaan sumber daya alam mendorong sebesar 43 persen antara tahun 2007 hingga 2011 yang dibagi dengan daerah, dimana penerimaan yang daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam52 menerima dua kali lipat sumber signifikan pada daya fiskal per kapita – mencapai Rp 4 juta dibanding Rp 2 juta untuk daerah-daerah daerah yang kaya yang lain (Gambar 42). Namun walau dengan kenaikan tingkat belanja per kapita sumber daya alam untuk memberikan layanan masyarakat seperti infrastruktur, kesehatan, air dan namun tidak sanitasi, daerah-daerah kaya sumber daya alam tersebut ternyata memiliki beberapa mendorong hasil- indikator hasil layanan yang paling buruk, dibanding daerah terpencil secara hasil pembangunan geografis, terutama untuk jalan daerah beraspal, akses kepada air dan sanitasi, dan tenaga terlatih untuk membantu persalinan (Gambar 43). Gambar 42: Daerah kaya sumber daya alam memiliki Gambar 43: …namun memiliki hasil layanan publik sumber daya fiskal terbesar berkat bagi hasil… yang buruk, termasuk akses ke layanan dasar (belanja per kapita per sektor pada tahun 2009, nominal ribu Rp) (akses ke layanan dasar pada tahun 2009, persen populasi) Health Education Infrastructure Others Senior high school NER Population access to clean water 5,000 Population access to safe sanitation 4,500 100 Skilled birth attendance 4,000 3,500 80 3,000 2,500 60 2,000 40 1,500 1,000 20 500 - 0 Resource Metro Kota Suburban Remote Resource Metro Kota Sub-urban Remote Rich rich Sumber: Database DAPOER Bank Dunia Sumber: Database DAPOER Bank Dunia 52 Daerah kaya sumber daya alam didefinisikan sebagai daerah yang mendorong 10 persen atau lebih PDB daerahnya dari komoditas, termasuk sektor sumber daya alam dan komoditas pertanian. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 51 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia c. Pasca masa lonjakan harga: prospek jangka menengah yang menantang Harga komoditas Harga ekspor sumber daya alam Indonesia telah menurun secara signifikan dari nilai sumber daya alam puncaknya, dengan penurunan harga batubara sebesar 45 persen, penurunan harga Indonesia minyak mentah yang melampaui 50 persen dan penurunan indeks harga logam dan diproyeksikan akan mineral sebesar 25 persen dari tahun 2011 hingga akhir tahun 2014 (Gambar 44). terus melemah Dalam jangka menengah, harga batubara internasional diproyeksikan akan sedikit meningkat dari tingkat akhir 2014 menjadi 79 dolar AS per ton pada tahun 2019, masih 35 persen di bawah nilai puncaknya pada akhir tahun 2011. Proyeksi harga minyak mentah, gas alam dan nikel juga diproyeksikan akan sedikit meningkat pada tahun 2019, namun masing-masing masih tetap berada pada 34 persen, 26 persen dan 27 persen di bawah nilai puncaknya pada akhir tahun 2011. Penurunan harga Faktor-faktor utama yang mendorong penurunan batubara, logam dasar dan logam bersifat struktural mulai adalah penyusutan permintaan dari Tiongkok dan kelebihan pasokan dari dan didorong oleh proyek-proyek yang diprakarsai selama lonjakan harga komoditas. Penurunan harga penurunan minyak didorong oleh peningkatan dalam pasokan global dari sumber-sumber permintaan dunia minyak inkonvensional di Amerika Utara, moderasi permintaan, terutama pada dan kelebihan negara-negara OECD dan kurangnya tanggapan pasokan dari OPEC. Harga gas pasokan dari proyek alam cair (Liquefied Natural Gas, LNG), yang mana Indonesia merupakan ekportir yang diprakarsai saat LNG terbesar ketiga dunia, diperkirakan akan turun mengikuti harga minyak mentah lonjakan harga karena kontrak penjualan biasanya mengikuti indeks harga minyak. Gambar 44: Harga komoditas menurun sejak tahun Gambar 45: Belanja eksplorasi tetap rendah selama 2011 dan diperkirakan tetap rendah hingga tahun 2019 lonjakan harga minyak mentah dan gas alam (belanja per kapita per sektor pada tahun 2009, nominal ribu Rp) (belanja menurut produsen migas, miliar Rp; bagian jumlah belanja, RHS, persen) 800 20 Production costs 35 700 Administrative costs 30 Timah 600 15 Nikel Batubara Exploration spending 25 500 Minyak mentah Exploration, percent of total 20 10 spending (RHS) 400 15 300 10 200 5 CPO Gas alam 5 100 0 0 0 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Sumber: Prospek Komoditas Bank Dunia, Januari 2015 Sumber: SKK Migas; perhitungan staf Bank Dunia Prospek jangka Indonesia tidak mencatat peningkatan kegiatan eksplorasi minyak mentah dan gas menengah produksi alam ketika harga-harga komoditas meningkat pada tahun 2000an. Belanja eksplorasi migas lemah, karena secara keseluruhan menyusut sebesar 50 persen dari puncaknya pada tahun 1998 rendahnya belanja sampai tahun 2012 (Gambar 45). Selain itu, eksplorasi menjadi lebih mahal karena eksplorasi selama lapangan baru yang potensial terletak pada daerah lepas pantai. Karenanya Indonesia masa lonjakan harga mencatat penurunan cadangan minyak mentah sebesar 30 persen sejak tahun 1997, komoditas dan peningkatan cadangan gas alam hanya sebesar 10 persen pada periode yang sama. Rasio penggantian cadangan (reserve replacement ratio) untuk minyak mentah adalah 50 persen pada tahun 2012, yang berarti bahwa untuk setiap 2 barel minyak Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 52 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mentah yang diproduksi di Indonesia, hanya 1 barel yang diganti pada cadangan. Rasio penggantian cadangan untuk gas alam lebih tinggi pada 127 persen, yang mencerminkan kegiatan eksplorasi yang relatif lebih tinggi sejak tahun 2000an. Keprihatinan Survei tahunan PwC53 tentang sektor migas di Indonesia menunjukkan keprihatinan terhadap kontrak yang meningkat antar investor tentang masa depan kontrak bagi hasil (PSC), yang bagi hasil dan kini menjadi landasan hukum bagi semua operasi migas besar di Indonesia, dan pemulihan biaya syarat dan kondisi untuk perpanjangan semua PSC. Lebih dari setengah investor berkontribusi menyatakan tingkat kesakralan kontrak (contract sanctity) “sangat penting” pada survei terhadap tahun 2012, dibanding hanya 32 persen pada tahun 2008. Selain itu, 48 persen perlambatan dalam investor menyatakan tingkat ketidakpastian karena pengetatan peraturan cost recovery eksplorasi migas sebagai “sangat penting” di tahun 2012 tersebut, dibanding hanya 37 persen pada tahun 2008 (cost recovery adalah aturan pada PSC yang memungkinkan perusahaan untuk menggganti biaya eksplorasi dan pengeluaran lainnya). Keprihatinan tersebut, bersama-sama dengan tantangan peraturan kebijakan dalam perizinan pada berbagai tingkatan pemerintahan (lihat Bagian B.2 tentang perizinan usaha secara umum), berkontribusi terhadap bertahan rendahnya tingkat investasi untuk eksplorasi. Penurunan Mayoritas lapangan minyak Gambar 46: Produksi minyak dan gas diperkirakan eksplorasi lapangan di Indonesia telah menua menurun selama jangka menengah minyak baru dan membutuhkan metode (indeks, 2002 = 100) bersama-sama pemulihan canggih yang 140 dengan penuaan mahal untuk meneruskan Produksi gas Proyeksi 2015-2019 lapangan minyak produksi. Rendahnya 120 yang ada investasi eksplorasi telah 100 diperkirakan akan menurunkan kemungkinan mengakibatkan penambahan lapangan- 80 penurunan lapangan baru dalam jangka Produksi gas berkelanjutan dalam menengah. Selain itu, dengan 60 produksi minyak asumsi waktu yang 40 dalam jangka dibutuhkan (lead time) dari menengah eksplorasi ke penemuan dan 20 produksi lapangan-lapangan 0 baru setidaknya 5 tahun, 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 2016 2018 maka walau terdapat Sumber: BPS; Prospek Komoditas Bank Dunia; perhitungan staf penemuan baru dalam waktu Bank Dunia dan proyeksi dekat, lapangan-lapangan tersebut tampaknya belum akan dapat mengimbangi penurunan produksi dari lapangan-lapangan yang menua dalam jangka menengah. Karenanya proyeksi dasar (baseline) adalah berlanjutnya penurunan produksi minyak sebesar 18 persen dari tahun 2014 hingga 2019, dari 818.000 menjadi 670.000 barel per hari (Gambar 46). Produksi gas juga Kegiatan eksplorasi gas lebih tinggi dibanding minyak dengan kenaikan jumlah dapat menurun sumur gas yang selesai sebanyak sepuluh kali lipat selama periode 2002-2012, yang karena menunjukkan prospek produksi gas jangka menengah yang lebih positif. Namun ketidakpastian investasi di blok-blok gas utama seperti blok gas alam Mahakam54 telah terhambat 53 PriceWaterhouseCoopers Indonesia Oil and Gas Survey, 2008 dan 2012. 54 Blok Mahakam, yang sebelumnya dioperasikan oleh Total, adalah blok terbesar di Indonesia dengan 25 persen jumlah produksi gas Indonesia pada tahun 2013. PSC-nya akan berakhir pada tahun 2017. Total mengumumkan pada bulan Oktober 2013, bahwa, karena ketidakjelasan dalam perpanjangan PSC, perusahaan akan menunda rencana investasi 7,3 miliar dolar AS untuk periode tahun 2014-17. Periode ketidakpastian tersebut mencatat penurunan produksi sebesar 20 persen dari blok tersebut. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 53 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia prospek produksi karena berlanjutnya ketidakpastian peraturan perundangan tentang PSC. Ini adalah dari blok-blok gas satu faktor di belakang proyeksi dasar (baseline) Bank Dunia akan penurunan utama produksi gas sebesar 12 persen dari tahun 2014 hingga 2019. Rendahnya belanja Sementara data time-series tentang belanja eksplorasi untuk batubara dan mineral- eksplorasi mineral lainnya tidak tersedia, penurunan cadangan mineral yang ada menunjukkan pertambangan bahwa investasi eksplorasi tidak tinggi. Walau memiliki potensi geologis tinggi, pada mencerminkan tahun 2012 Indonesia menarik kurang dari 1 persen dari belanja eksplorasi mineral lemahnya peraturan dunia.55 Survei Fraser Institute tentang perusahaan pertambangan dunia tahun 2013 perundangan, dan menempatkan Indonesia hampir di peringkat paling bawah dari 96 negara yang dampak larangan disurvei dalam hal lingkungan kebijakan yang kondusif untuk mendukung investasi ekspor bijih mineral pada pertambangan non-migas. Pada bulan Januari 2014, pemerintah meluncurkan bulan Januari 2014 peraturan yang melarang ekspor nikel dan bauksit yang tidak diproses, dan menetapkan pajak ekspor untuk mineral lain yang belum diproses.56 Moderasi harga dan Dominasi komoditas dalam ekspor Indonesia, bersama-sama dengan kejutan negatif lemahnya prospek keadaan perdagangan karena penurunan harga komoditas sejak medio 2011 dan produksi penurunan permintaan komoditas pada pasar ekspor utama Jepang dan Cina, telah diperkirakan terus mendorong penurunan ekspor Indonesia sejak tahun 2011 (lihat Bagian A, Kotak 2). membebani neraca Berlanjutnya moderasi dalam harga komoditas, penurunan produksi minyak mentah eksternal dan gas dan bertahannya larangan ekspor bijih mineral akan memberikan tekanan kepada neraca luar negeri Indonesia dalam jangka menengah. Juga terdapat Perbandingan jumlah penerimaan-terhadap-PDB diproyeksikan akan turun dari 15,2 peningkatan tekanan persen pada tahun 2014 menjadi 13,3 persen pada tahun 2019, menurut skenario fiskal dari penurunan “business as usual” (yaitu tidak adanya reformasi kebijakan penerimaan atau proyeksi penerimaan administrasi yang besar).57 Pajak penghasilan non-migas dan pajak konsumsi yang terkait sumber diproyeksikan akan meningkat dari 10,0 persen menjadi 10,4 persen dari PDB secara daya alam keseluruhan. Kenaikan ini diimbangi oleh proyeksi penurunan yang signifikan (secara absolut dan sebagai bagian dari PDB) dalam penerimaan migas, dari 3,0 persen menjadi 0,8 persen dari PDB, karena proyeksi penurunan dasar penerimaan (nilai produksi bruto migas dalam rupiah). Penurunan harga minyak juga menyusutkan belanja pemerintah untuk BBM (solar, minyak tanah dah LPG) dan subsidi listrik, namun dampak bersih fiskal adalah negatif karena penurunan dalam penerimaan lebih besar dari penghematan dalam pengeluaran. Secara lebih luas, Perlambatan sektor komoditas berkorelasi dengan perlambatan pertumbuhan PDB melemahnya kondisi sejak tahun 2012. Dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi sektor sumber daya pada daerah-daerah kaya sumber daya alam seperti Aceh, Kalimantan Timur, Papua, alam diperkirakan Riau dan Papua Barat58, yang mengalami laju pertumbuhan PDB riil tahun-ke-tahun akan mempengaruhi 55 Sumber: Wood Mackenzie. 56 Bank Dunia memproyeksikan bahwa kebijakan ini akan menyebabkan dampak negatif terhadap perdagangan bersih sebesar 12,5 miliar dolar AS dan kehilangan penerimaan fiskal sebesar 6,5 miliar dolar AS selama periode tahun 2014-17, karena penurunan ekspor mineral yang belum diproses dan kenaikan impor (untuk membangun dan mengelola peleburan [smelter]), yang tidak akan diimbangi dengan kenaikan ekspor mineral terproses (lihat Triwulanan edisi bulan Maret 2014). Untuk tindak lanjut dampak pelarangan terhadap ekspor mineral, lihat Triwulanan edisi bulan Juli 2014. 57 Lihat Triwulanan edisi bulan December 2014 untuk pembahasan tentang kinerja penerimaan dan prospek penerimaan jangka menengah Indonesia. Asumsi harga minyak yang digunakan untuk proyeksi penerimaan pada waktu itu adalah 85 dolar AS per barel. Proyeksi jangka menengah terakhir Bank Dunia, yang tercermin pada Triwulanan edisi ini, adalah berdasarkan harga yang lebih rendah sebesar 55 dolar AS per barel untuk tahun 2015, dengan pemulihan menjadi 69 dolar AS per barel pada tahun 2019. 58 Papua, Kalimantan Timur dan Riau menerima antara 42 persen dan 68 persen dari PDB daerah mereka dari sektor penggalian dan pertambangan migas. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 54 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia lapangan kerja, yang lebih rendah secara signifikan dibanding rata-rata nasional pada tahun 2014.59 investasi, dan Lebih rendahnya harga komoditas berperan signifikan dalam menurunkan laju akhirnya pertumbuhan PDB sejak tahun 2012 (lihat Bagian B.3). Berlanjutnya moderasi harga pertumbuhan seperti diantisipasi pada skenario dasar (baseline) akan membuat upaya percepatan kembali pertumbuhan yang berkelanjutan menjadi lebih menantang. d. Memaksimalkan manfaat dan meminimalkan risiko dari sumber daya alam Berakhirnya Sektor sumber daya alam Indonesia akan tetap menjadi sektor yang penting untuk lonjakan komoditas produksi (output), ekspor dan penerimaan pemerintah nasional, dan menjadi penentu membuat utama bagi kondisi fiskal dan ekonomi bagi daerah-daerah kaya sumber daya alam. pengelolaan sektor Selain itu, pengembangan komoditas energi, terutama sektor gas, sangat penting bagi sumber daya alam pencapaian sasaran energi Indonesia yang ambisius. Namun dampak negatif yang baik menjadi perlambatan komoditas sudah mulai terlihat. Menghadapi tantangan-tantangan lebih kritis, untuk tersebut, dan untuk memastikan Indonesia memperoleh manfaat terbesar dari memaksimalkan sumber daya alamnya, walau periode lonjakan harga komoditas tahun 2003-2012 manfaat dan telah berakhir, maka menjadi lebih penting membuat kemajuan dalam menyusun menurunkan risiko kerangka kebijakan dan peraturan perundangan yang baik dan pengelolaan yang efektif dalam sektor tersebut. Kemajuan seperti itu merupakan prasyarat untuk meningkatkan investasi, secara berkelanjutan memungut lebih banyak penerimaan dan mengubah kegiatan sumber daya alam dan penerimaan ke hasil pembangunan yang diinginkan.60 Selama jangka waktu yang lebih panjang, penurunan risiko-risiko dan kerentanan yang terkait dengan kebergantungan kepada sektor sumber daya alam dan potensi gejolak harga komoditas dunia akan membutuhkan reformasi kebijakan dan implementasi untuk mendukung sektor non-komoditas. Titik awalnya adalah Peningkatan iklim investasi migas membutuhkan penghapusan ketidakpastian menarik investasi tentang status dan perpanjangan PSC, menyederhanakan proses-proses peraturan eksplorasi dan yang mempengaruhi perusahaan-perusahaan pada sektor tersebut, dan menurunkan produksi yang jumlah perizinan yang dibutuhkan untuk eksplorasi. Dalam bidang pertambangan, berkualitas akan sangat penting untuk menyelesaikan proses yang disebut “Clean and Clear” untuk menentukan dan menyelesaikan konsesi pertambangan dan membentuk proses yang terikat dengan waktu untuk pemrosesan perpanjangan Kontrak Karya. Kebijakan untuk Kegiatan sumber daya alam secara langsung mempengaruhi hasil pembangunan, membentuk terutama melalui pengadaan lapangan kerja, keterkaitan produksi hulu dan hilir, dan keterkaitan ekonomi, dampak operasi terhadap lingkungan. Untuk meningkatkan manfaat yang bersih, mendorong lapangan harus terdapat kebijakan yang efektif dalam pembagian manfaat daerah lokal, dan kerja daerah dan pengawasan yang lebih kuat atas kewajiban sosial, tenaga kerja dan lingkungan dari menurunkan perusahaan. Hal ini pada gilirannya bergantung kepada pembentukan catatan kerusakan kepemilikan tambang nasional (kadaster) yang akurat, yang termasuk semua izin IUP lingkungan adalah yang diterbitkan oleh daerah, dan yang mengaitkan informasi kadaster dengan sektor penting… kehutanan dan penggunaan lahan lainnya, sehingga bersama-sama membentuk satu pandangan nasional yang kuat (atau “Satu Peta”). Pada tingkat nasional, tidak ada strategi yang jelas untuk membangun keterkaitan produksi antara sektor sumber daya alam dan sektor lainnya, dengan fokus sejauh ini pada pengembangan hilir di dalam sektor melalui kebijakan pemrosesan mineral dalam negeri (meningkatkan keprihatinan terhadap keberlangsungan kebijakan tersebut secara ekonomi). 59 Untuk pembahasan lebih mendetil lihat Triwulanan edisi bulan Juli 2014. 60 Lihat Bank Dunia, 2014, Tinjauan Kebijakan Pembangunan Indonesia: “Indonesia: Avoiding the Trap”. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 55 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …dan juga pungutan Untuk memungut potensi penerimaan sepenuhnya (di bawah pengaturan fiskal yang potensi penerimaan berjalan) dari sektor pertambangan akan membutuhkan penguatan sistem sumber daya administrasi penerimaan bukan pajak untuk pertambangan dan penanganan sepenuhnya melalui pertambangan ilegal. Hanya meningkatkan tarif, misalnya tarif royalti, untuk peningkatan meningkatkan penerimaan mungkin tidak efektif, karena lebih rendahnya harga pada administrasi dan jangka menengah. Saat ini tidak ada kebijakan penggunaan penerimaan sumber daya meng-investasikan alam untuk meningkatkan persediaan modal fisik dan manusia untuk menggantikan dalam modal modal alam yang dihabiskan. Saat ini juga tidak terdapat strategi untuk mengelola manusia dan fisik gejolak penerimaan dari siklus komoditas dan untuk menentukan tingkat yang dihabiskan saat ini dibanding penghematan untuk masa depan. Sektor itu juga harus Sebagian besar penduduk Indonesia masih tidak memiliki akses terhadap listrik, dan mendukung tujuan- pembangunan industri dirintangi oleh tidak adanya tenaga listrik yang handal dan tujuan energi terjangkau. Pengembangan sektor gas sangat penting untuk meningkatkan akses Indonesia kepada bahan bakar yang lebih bersih dari batubara. Untuk memberikan insentif pada investasi infrastruktur gas dan industri gas hulu (untuk menghubungkan hulu dan hilir) akan membutuhkan pengembangan mekanisme terkait pasar yang transparan untuk penetapan harga gas dalam negeri; membentuk agregator gas dan menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan perpanjangan PSC. Meningkatkan Di Indonesia dan di tempat lain, terdapat insentif yang kuat untuk memperoleh transparansi di keuntungan yang jauh di atas normal (“rents”) yang terkait dengan kegiatan sektor ini untuk pertambangan, dan korupsi masih menjadi masalah yang serius yang membatasi mengurangi pembagian manfaat. Peningkatan transparansi adalah hal yang sangat penting dalam keuntungan diatas menurunkan ruang untuk korupsi dan mendukung upaya anti-korupsi. Walau telah normal (rent terdapat kemajuan, terutama dalam penerimaan melalui Prakarsa Transparansi seeking) akan tetap Penerimaan Industri Ekstraktif (Extractive Industries Transparency Initiative, EITI), penting sebagian besar sektor tersebut masih tidak transparan (sebagai contoh, dalam akses informasi yang terkait dengan pemberian kontrak dan perizinan). Proses Ketidakpastian kebijakan di sektor ini dinyatakan oleh para investor sebagai salah pengembangan dan satu keprihatinan yang paling besar. Ketidakpastian ini dapat diturunkan dengan penerapan kebijakan melibatkan industri di dalam pertimbangan dan proses-proses, dan lintas bidang harus mengkomunikasikan keputusan secara tepat waktu. Pengembangan, yang turut ditujukan untuk memperhitungkan, dan komunikasi, kebijakan berdasar bukti (evidence based) juga mengurangi dapat berperan penting, terutama untuk mengklarifikasi tarik menarik (trade-off) ketidakpastian antara tujuan yang berbeda (misalnya promosi ekspor dibanding konsumsi dalam negeri, dan menurunkan tingkat ekstraksi dibanding memenuhi permintaan energi), sehingga terdapat konsistensi dan saling melengkapi antar kebijakan-kebijakan. Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 56 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran (pertumbuhan PDB riil, persen) (kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen) Private cons. Gov cons. 4 8 Investment Net exports tahun-ke-tahun, kanan Stat.discrepancy* GDP 8 3 6 Triwulanan, 4 2 penyesuaian 4 musim, kiri Rata-rata, kanan* 0 1 2 0 0 -4 Dec-08 Dec-10 Dec-12 Dec-14 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Catatan: * Rata-rata pertumbuhan Tw-k-Tw Q2 2008 – Q4 2014 Catatan: * termasuk perubahan inventori Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor produksi (pertumbuhan penjualan dengan penyesuaian musim, percent) (kontribusi pertumbuhan PDB riil yoy, persen) Agriculture Mining and constr. 60 Manufacturing Comm & transport Trade, hotel & rest Other services 8 GDP Mobil 40 20 Cement sales 4 0 -20 Sepeda motor 0 -40 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Jan-15 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri (tahun dasar pernjualan eceran 2010=100) (indeks PMI dan pertumbuhan yoy, persen) 180 60 20 Indeks penjualan ritel BI 160 Indeks survey Indeks produksi industri, kanan konsumen BI 140 55 10 120 100 50 0 80 Indeks manufaktur PMI, kiri 60 45 -10 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Sumber: BI Sumber: BPS; Markit HSBC Purchasing Manager’s Index Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 57 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan (miliar dolar AS) (miliar dolar AS, kiri, dan persen, kanan) Capital and financial Current account 10 Errors and omissions Overall BoP inflows 15 Goods trade Secondary income 5 10 0 5 -5 Current account 0 -5 -10 Primary income Services trade -10 -15 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Dec-11 Dec-12 Dec-13 Dec-14 Sumber: BI Sumber: BI; Perhitungan staff Bank Dunia Lampiran Gambar 9: Ekspor barang Lampiran Gambar 10: Impor barang (rata-rata 3 bulanan, miliar dolar AS) (rata-rata 3 bulanan, miliar dolar AS) 20 20 Total ekspor 16 Total impor 16 12 12 Bahan baku (tidak termasuk minyak dan gas) 8 Manufaktur 8 Pertanian dan kehutanan Minyak dan gas 4 4 Minyak dan gas Barang modal Barang konsumsi Tambang dan mineral 0 0 Nov-12 May-13 Nov-13 May-14 Nov-14 Jan-13 Jul-13 Jan-14 Jul-14 Jan-15 Sumber: BPS, Perhitungan staff Bank Dunia Sumber: BPS; Perhitungan staff Bank Dunia Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus Lampiran Gambar 12: Inflasi dan kebijakan moneter masuk modal (pertumbuhan bulan-ke-bulan dan tahun-ke-tahun, persen) (miliar dolar AS) 150 5.0 3.5 12.0 Inflasi headline, tahun-ke-tahun, kanan Cadangan devisa, kiri Tingkat bunga 125 2.5 Inflasi Core, tahun-ke- BI, kanan 2.5 tahun, kanan 8.0 100 0.0 1.5 4.0 Inflasi headline, bulan- 75 -2.5 ke-bulan, kiri 0.5 0.0 50 -5.0 Aliran masuk porfolio asing, kanan Equities SUN SBI 25 -7.5 -0.5 -4.0 Jan-12 Jan-13 Jan-14 Jan-15 Feb-11 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 Sumber: BI; MoF Sumber: BPS Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 58 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 13: Rincian bulanan IHK Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa (persen kontribusi terhadap pertumbuhan bulanan) negara (tahun-ke-tahun, February 2015) 3.6 Core Administered Volatile Headline India 3.0 Indonesia* Philippines 2.4 Japan 1.8 China* Malaysia 1.2 Korea 0.6 USA 0.0 Singapore Thailand* -0.6 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia *Data February 2015, lainnya data January Sumber: Biro statistik nasional via CEIC; BPS Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan internasional pengangguran (perbedaan harga persen kiri, harga kulakan Rp per kg, kanan) (persen) 120 11,000 25 Persen perbedaan harga, kiri Harga beras domestik, IR64-II, kanan) 20 70 8,000 Tingkat kemiskinan 15 10 20 5,000 5 Tingkat pengangguran Vietnamese rice 5% broken (RHS) -30 2,000 0 Feb-12 Feb-13 Feb-14 Feb-15 2002 2004 2006 2008 2010 2012 2014 Sumber: Pasar Induk Beras Cipinang; FAO; Bank Dunia Sumber: BPS Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS (indeks harian, mata uang local, Marcj 9, 2012=100) (indeks bulanan, Febnuary 2012=100) 175 75 BSE-india 100 Turkey 150 JCI -Indonesia SET-Thailand Indonesia India 125 125 150 South Africa 100 SGX-Singapore Appreciation Brazil Shanghai-China 175 75 Mar-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 59 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS 5-tahunan dalam mata uang lokal pemerintah EMBI (persen) (basis poin) 10 475 Indonesia spreads less overall EMBIG 60 Indonesia index spread (RHS) 8 400 0 6 325 -60 4 Thailand Malaysia 250 -120 2 United States 175 -180 Singapore Indonesia EMBIG bond spread (LHS) 0 100 -240 Mar-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Mar-11 Mar-12 Mar-13 Mar-14 Mar-15 Sumber: CEIC Sumber: JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan pedesaan dan deposito (persen) (tahun-ke-tahun, persen) 40 100 10 Rasio pinjaman dan deposito-LDR, kiri Kredit komersial dan pedesaan 80 8 30 60 6 20 Rasio kredit bermasalah-NPL, Rasio pengembalian 40 4 aset-ROA, kanan Deposito 10 20 2 Rasio kecukupan modal-CAR, kiri 0 0 0 Jan-09 Jan-11 Jan-13 Jan-15 Dec-09 Mar-11 Jun-12 Sep-13 Dec-14 Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri (persentase terhadap PDB; miliar dolar AS) (persentase terhadap PDB; miliar dolar AS) 60 Private external debt, RHS 300 60 Domestic debt, RHS 300 Public external debt, RHS External debt, RHS Total external debt to GDP, LHS 50 Total debt to GDP, LHS 250 50 250 40 200 40 200 30 150 30 150 20 100 20 100 10 50 10 50 0 0 0 0 2006 2008 2010 2012 2014 2006 2008 2010 2012 2014 Sumber: MoF; BI; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 60 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 1: Realisasi dan anggaran belanja Pemerintah (Rupiah triliun) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBN-P sementara A. Penerimaan dan hibah 849 995 1,211 1,338 1,439 1,537 1,762 1. Penerimaan pajak 620 723 874 981 1,077 1,143 1,489 2. Penerimaan non-pajak 227 269 331 352 355 391 269 B. Pengeluraran 937 1,042 1,295 1,491 1,651 1,765 1,984 1. Pemerintah pusat 629 697 884 1,011 1,137 1,191 1,320 2. Transfer ke pemerintah 309 345 411 481 513 574 665 daerah C. Neraca utama 5 42 9 -53 -99 -94 -67 D. Surplus/defisit -89 -47 -84 -153 -212 -227 -223 (persen dari PDB) -1.5 -0.7 -1.1 -1.8 -2.2 -2.2 1.9 Catatan: Defisit/surplus terhadap persentase PDB menggunakan PDB tahun dasar 2010. Sumber: Kemenkeu Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran (Miliar dolar AS) 2013 2014 2012 2013 2014 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Neraca Pembayaran  0.2 -7.3 15.2 -2.5 -2.6 4.4 2.1 4.3 6.5 2.4 Persen dari PDB  0.0 -0.8 1.7 -1.0 -1.2 2.1 1.0 1.9 2.8 1.1 Neraca berjalan -24.4 -29.1 -26.2 -10.1 -8.6 -4.3 -4.1 -8.9 -7.0 -6.2 Persen dari PDB  -2.7 -3.2 -3.0 -4.3 -3.8 -2.1 -2.0 -4.0 -3.0 -2.8 Neraca perdagangan  -1.9 -6.2 -3.6 -4.1 -2.7 1.6 1.1 -3.3 -1.0 -0.4 Pendapatan bersih & transfer berjalan  -22.5 -22.9 -22.6 -6.0 -5.9 -5.9 -5.3 -5.6 -5.9 -5.8 Neraca modal & keuangan 24.9 22.0 43.6 8.7 4.6 8.7 7.2 13.9 14.7 7.8 Persen dari PDB  2.7 2.4 4.9 3.7 2.0 4.2 3.4 6.2 6.4 3.5 Investasi langsung  13.7 12.3 15.3 3.3 5.5 0.3 3.3 3.5 5.9 2.6 Investasi porfolio  9.2 10.9 25.8 3.8 1.5 1.7 8.7 8.0 7.4 1.6 Investasi lain  1.9 -1.2 2.5 1.6 -2.4 6.7 -4.8 2.4 1.3 3.6 Kesalahan & pembulatan -0.3 -0.2 -2.1 -1.0 1.4 0.1 -1.0 -0.6 -1.3 0.8 Cadangan devisa* 112.8 99.4 112.0 98.1 95.7 99.4 102.6 107.7 111.2 111.9 Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode Sumber: BI; BPS Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 61 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 3: Indikator utama makro-ekonomi Indonesia 1995 2000 2005 2010 2011 2012 2013 2014 1 Neraca Nasional (% perubahan)  PDB riil 8.4 4.9 5.7 6.4 6.2 6.0 5.6 5.0  Investasi riil 22.6 11.4 10.9 6.7 8.9 9.1 5.3 4.1  Konsumsi riil 21.7 4.6 64.4 4.1 5.1 5.4 5.6 4.8  Swasta 22.7 3.7 0.9 4.1 5.1 5.5 5.4 5.3  Pemerintah 14.7 14.2 6.6 4.0 5.5 4.5 6.9 2.0  Ekspor rill, barang dan jasa 18.0 30.6 16.6 15.3 14.8 1.6 4.2 1.0  Impor riil, barang dan jasa 29.6 26.6 17.8 16.6 15.0 8.0 1.9 2.2  Investasi (% PDB) 28 20 24 31 31 33 32 33  Nominal PDB (milyar dolar AS) 202 165 286 755 893 918 910 889  PDB per capita (dolar AS) 1229 948 1,560 3,233 3,663 3,718 3,644 3,524 Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP)2  Penerimaan dan hibah 15.2 20.8 17.9 14.5 15.5 15.5 15.1 14.6  Penerimaan bukan pajak 4.8 9.0 5.3 3.9 4.2 4.1 3.7 3.7  Penerimaan pajak 10.3 11.7 12.5 10.5 11.2 11.4 11.3 10.8  Pengeluaran 13.9 22.4 18.4 15.2 16.5 17.3 17.3 16.7  Konsumsi 3.9 4.0 3.0 3.6 3.8 3.9 4.1 4.0  Modal 4.6 2.6 1.2 1.2 1.5 1.7 1.9 1.3  Bunga pinjaman 1.4 5.1 2.4 1.3 1.2 1.2 1.2 1.3  Subsidi .. 6.3 4.4 2.8 3.8 4.0 3.7 3.7  Surplus/defisit 1.3 -1.6 -0.6 -0.7 -1.1 -1.8 -2.2 -2.2  Utang Pemerintah 32.3 97.9 47.2 24.3 22.8 22.6 24.1 23.9  Utang luar negeri pemerintah 32.3 51.4 23.4 11.1 10.2 9.9 11.2 10.2  Total utang luar negeri (termasuk utang swasta) 61.5 87.1 47.1 26.8 25.2 27.5 29.2 32.9 Neraca Pembayaran (% PDB)3  Neraca pembayaran keseluruhan .. .. 0.2 4.0 1.3 0.0 -0.8 1.7  Neraca transaksi berjalan 3.2 4.8 0.1 0.7 0.2 -2.7 -3.2 -3.0  Ekspor, barang dan jasa 26.2 42.8 35.0 22.0 23.8 23.0 22.5 22.3  Impor, barang dan jasa 26.9 33.9 32.0 19.2 21.2 23.2 23.1 22.7  Transaksi berjalan -0.8 8.9 2.9 2.8 2.7 -0.2 -0.7 -0.4  Neraca transaksi keuangan .. .. 0.0 3.5 1.5 2.7 2.4 4.9  Penanaman modal langsung, neto 2.2 -2.8 1.8 1.5 1.3 1.5 1.3 1.7  Cadangan devisa bruto (USD billion) 14.9 29.4 34.7 96.2 110.1 112.8 99.4 112.0 Moneter (% change)3  Deflator PDB1 9.9 20.4 14.3 7.3 7.5 3.8 4.7 5.4  Suku bunga Bank Indonesia (%) .. .. 9.1 6.5 6.6 5.8 6.5 7.5  Kredit domestik .. .. 28.7 17.5 24.4 24.2 22.1 15.9  Nilai tukar Rupiah/Dolar AS (rata-rata)4 2,249 8,422 9,705 9,090 8,770 9,387 10,461 11,865 Harga-harga (% perubahan)1  Indeks harga konsumen (akhir periode) 9.0 9.4 17.1 7.0 3.8 3.7 8.1 8.4  Indeks harga konsumen (rata-rata) 9.4 3.7 10.5 5.1 5.3 4.0 6.4 6.4  Harga minyak mentah Indonesia (Dolar AS per barel)5 17 28 53 79 112 113 107 60 Sumber: 1 BPS dan kalkulasi staf Bank Dunia; 2 Kementerian Keuangan dan perhitungan staf Bank Dunia (untuk 1995 menggunakan tahun dasar FY 1995/1996; untuk tahun 2000 hanya 9 bulan); 3 Bank Indonesia; 4 IMF; 5 CEIC. Catatan: Angka PDB menggunakan PDB tahun dasar 2010 (SNA 2008) Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 62 Harapan besar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator pembangunan Indonesia 1995 2000 2005 2010 2011 2012 2013 2014 1 Kependudukan Penduduk (juta) 199 213 227 241 244 247 250 .. Tingkat pertumbuhan penduduk (%) 1.5 1.3 1.2 1.3 1.3 1.2 1.2 .. Penduduk perkotaan (% terhadap total) 36 42 46 50 51 51 52 .. Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja) 61 55 54 53 53 52 52 .. Angkatan Kerja2 Angkatan kerja, total (juta) 84 98 106 117 117 120 120 126 Laki-laki 54 60 68 72 73 75 75 77 Perempuan 31 38 38 45 44 46 45 49 Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%) 43 45 44 38 36 35 35 35 Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%) 19 17 19 19 21 22 20 21 Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%) 38 37 37 42 43 43 45 44 Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja) 7.0 8.1 11.2 7.1 7.4 6.1 6.2 5.7 Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan3 Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan) .. 104 211 374 421 446 487 548 Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan) .. 73 129 212 234 249 272 303 Jumlah penduduk miskin (juta) .. 38 35 31 30 29 28 28 Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan) .. 19.1 16.0 13.3 12.5 12.0 11.4 11.3 Di perkotaan .. 14.6 11.7 9.9 9.2 8.8 8.4 8.3 Di perdesaan .. 22.4 20.0 16.6 15.7 15.1 14.3 14.2 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga .. 15.5 13.3 11.0 10.2 9.5 9.2 11.2 Perempuan sebagai kepala rumah tangga .. 12.6 12.8 9.5 9.7 8.8 8.6 11.9 GINI indeks .. 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 0.4 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%) .. 9.6 8.7 7.9 7.4 7.5 7.4 7.5 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%) .. 38.6 41.4 40.6 46.5 46.7 47.3 46.8 Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% PDB)4 .. .. 0.4 0.4 0.4 0.4 0.6 0.5 Kesehatan dan Gizi1 Tenaga kesehatan (per 1,000 people) 0.16 0.16 0.13 0.29 .. 0.20 .. .. Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) 67 52 42 33 32 31 29 .. Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup) 26 22 19 16 15 15 14 .. Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) 51 41 34 27 26 25 25 .. Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran hidup) 420 340 270 210 .. .. 190 .. Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun) 63 74 77 78 80 85 84 .. Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP) 1.8 2.0 2.8 2.9 2.9 3.0 .. .. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP) 0.7 0.7 0.9 1.1 1.1 1.2 .. .. Pendidikan3 Angka partisipasi murni (APM) SD, (%) .. .. 92 92 92 93 92 93 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. .. 48 48 49 49 50 48 Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%) .. .. 52 61 60 60 61 65 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. .. 50 50 50 49 50 50 Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%) .. .. 9 16 14 15 16 18 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. .. 55 53 50 54 54 55 Angka melek huruf Dewasa (%) .. .. 91 91 91 92 93 93 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB)5 .. .. 2.7 3.5 3.6 3.8 3.8 3.6 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN)5 .. .. 14.5 20.0 20.2 20.1 20.0 19.9 Air Bersih dan Kesehatan lingkungan1 Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot 74 78 81 84 84 85 .. .. penduduk) Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 91 91 92 93 93 93 .. .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 65 68 71 75 76 76 .. .. Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot penduduk) 38 44 53 57 59 59 .. .. Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 60 64 70 70 73 71 .. .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 26 30 38 44 44 46 .. .. Lainnya1 Pengurangan resiko bencana, penilaian (skala 1-5; 5=terbaik) .. .. .. .. 3.3 .. .. .. Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%)6 .. 8 11 18 18 19 19 17 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 Kementrian Keuangan dan kalkulasi oleh staf Bank Dunia dan hanya termasuk pengeluaran aktual untuk Raskin, Jamkesmas, BLT, BSM, dan PKH; 5 MoF; 6 Inter-Parliamentary Union Maret 2015 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 63 Supported by funding from the Australian Government ;ĞƉĂƌƚŵĞŶƚŽĨ&ŽƌĞŝŐŶīĂŝƌƐĂŶĚdƌĂĚĞ͕&dͿ͕ƵŶĚĞƌƚŚĞ Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis ;^D&WͿƉƌŽŐƌĂŵ͘