66799 Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 Rangkuman untuk Para Penyusun Kebijakan Abhas K Jha | Robin Bloch Jessica Lamond THE WORLD BANK Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 Rangkuman untuk Para Penyusun Kebijakan Abhas K Jha | Robin Bloch Jessica Lamond THE WORLD BANK Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 Penerjemahan Rangkuman Panduan Pengeloloaan Terintegrasi untuk Risiko banjir Perkotaan di Abad 21 ini terlaksana atas dukungan NDMI-MOPAS Republik Korea dan GFDRR. Gambar sampul: Wilaiporn Hongjantuek berjalan melewati air setinggi dada di Amornchai , pinggiran kota Bangkok, Thailand (2011). Sumber: Gideon Mendel Gambar sampul belakang: Gideon Mendel © 2012 International Bank for Reconstruction and Development (IBRD) / International Development Association 1818 H Street NW The World Bank (Bank Dunia) 1818 H Street NW Washington DC 20433 Telephone: 202-473-1000 Internet: www.worldbank.org 1 2 3 4 14 13 12 11 Volume ini merupakan hasil karya staff Bank Dunia dengan kontribusi ahli eksternal. Hasil temuan, interpretasi, dan konklusi yang disampaikan pada volume ini belum tentu menggambarkan pandangan Bank Dunia dan Dewan Direktur Ekeskutif, atau pemerintah yang mereka wakili. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data yang tercantum dalam karya ini. Garis batas, warna, denominasi, dan informasi lainnya yang nampak pada peta apapun dalam karya ini tidak memiliki makna tertentu untuk Bank Dunia yang berkaitan dengan status hukum dari wilayah apapun atau mendukung atau menerima garis batas tersebut. Hak Cipta dan Perijinan Bahan-bahan pada karya ini memiliki hak-cipta. Sesuai dengan prinsip Bank Dunia dalam mendukung diseminasi pengetahuan yang dimiliki, karya ini dapat diproduksi ulang, secara keseluruhan atau bagian, untuk kepentingan non-komersial selama atribusi penuh terhadap karya ini diberikan. Untuk memperoleh ijin dalam mereproduksi bagian apapun dari karya ini untuk kepentingan komersial, mohon untuk menyampaikan permintaan dengan memberikan keterangan selengkapnya dalam bahasa Inggirs ke: Copyright Clearance Center Inc., 222 Rosewood Drive, Danvers, MA 01923, USA;telpon: 978-750-8400; faks: 978-750-4470; Internet: www.copyright.com. Permintaan lainnya yang berkaitan dengan hak dan lisensi, termasuk hak bagian, dapat dialamatkan ke: Office of the Publisher, The World Bank, 1818 H Street NW, Washington, DC 20433, USA; faks: 202-522-2422;e-mail: pubrights@worldbank.org. Mohon disampaikan dalam bahasa Inggris. ISBN (paper): 978-0-8213-8866-2 ISBN (electronic): 978-0-8213-9477-9 DOI: 10.1596/978-0-8213-8866-2 Telah dimintakan pencatatan data pada: Library of Congress Cataloging-in-Publication Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 Daftar Isi Daftar Isi 8 Ucapan Terima Kasih  10 Latar Belakang 12 Meningkatnya tantangan banjir perkotaan  15 Memahami Penyebab dan Risiko banjir perkotaan  23 Pendekatan terintegrasi untuk mengelola risiko banjir perkotaan  29 Menerapkan pengelolaan risiko banjir perkotaan  36 Dua belas prinsip-prinsip utama untuk pengelolaan risiko banjir perkotaan  43 Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 Ucapan Terima Kasih Kota dan Banjir: Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir di Perkotaan Abad 21 dan Rangkuman untuk Penyusun Kebijakan merupakan hasil penelitian dan penulisan yang dipimpin oleh Abhas K. Jha (Kepala Tim Kerja, Bank Dunia), Robin Bloch (GHK Consulting) sebagai manajer proyek dan sebagai Editor Teknis, Jessica Lamond (Universityof the West of England).Zuzana Svetlosakova (Bank Dunia) dan Nikolaos Papachristodoulou (GHK Consulting) memberikan jasa dan masukan tak ternilai sebagai koordinator dari proyek ini. Kami menghargai dukungan pendanaan dari Fasilitas Global untuk Penurunan dan Pemulihan Bencana [Global Facility for Disaster Reduction and Recovery (GFDRR) ]. Dokumen ini dipersiapkan dengan pengarahan Zoubida Allaoua, John Roome dan SarojKumar Jha. Penghargaan khusus adalah untuk organisasi-organisasi yang bermitra dengan Bank Dunia untuk proyek ini: World Meteorological Organization (WMO) dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Kelompok berterima kasih pada konsultansi pimpinan GHK Consulting; Baca Architects, London dan University of Wolverhampton’s School of Technology. Kontributor Ahli terdiri dari Robert Barker, Alison Barrett, Namrata Bhattacharya, Alan Bird, John Davies, Emma Lewis, Peter Lingwood, Ana Lopez dan David Proverbs. Konsep disain dari panduan ini dikembangkan oleh Baca Architects. Chris Jones dan Jamie Hearn dari Artupdate, London menyusun versi cetak ini. Foto-foto berformat besar, termasuk untuk sampul, adalah dari proyek “Dunia yang Tenggelam” karya Gideon Mendel yang sejak 2007 telah memotret kejadian-kejadian yang berhubungan dengan banjir di Inggris, India, Haiti, Pakistan, Australia dan Thailand. Hasil karya proyek telah ditampilkan di media Guardian, dan publikasi lainnya. Kami juga ingin menyampaikan terima kasih atas kontribusi dari para institusi dan organisasi berikut ini:Asian Disaster Preparedness Center (ADPC); UN-HABITAT; Central Public Health & EnvironmentalEngineering Organisation (CPHEEO), Ministry of Urban Development, Government of India; Deltares;German Research Centre for Geosciences GFZ; Metropolitan Manila Development Authority (MMDA), Stadtentwässerungsbetriebe Köln, AöR (StEB-TB); dan Queensland Reconstruction Authority. Kami mendapat manfaat yang tak terhingga dari rekan-rekan pembahas utama dan para penasehat: Franz Drees-Gross, Michael Jacobsen,Manuel Marino, Joe Manous, Carlos Costa, Frans van de Ven, Victor Vergara, Baba Hitoshi, AvinashTyagi, Burrell E. Montz, Curtis B. Barrett, Jose Simas, Heinz Brandenburg, dan Emily White. Untuk kesediaan berbagi pengalaman, memberikan masukan-masukan, atas partisipasi pada pertemuan regional dan keahlian mereka, kami berterima kasih kepada: Madame Ayeva Koko, Ndaye Gora, Zounoubate N’Zombie, Pramita Harjati, Muh Aris Marfai, N.M.S.I.Arambepola, Ho Long Phi, Menake Wijesinghe, Fawad Saeed, Janjaap Brinkman, Fook Chuan, Trevor Dhu, Achmad Haryadi, Marco Hartman, Josefina Faulan, Dinesh Kumar Mishra, Stéphane Hallegatte,Aphisayadeth Insisiengmay, L.V. Kumar, Rajesh Chandra Shukla, Divine Odame Appiah, Robert Belk, Juzer Dhoondia, Heidi Kreibich, Philip Bubeck, Bill Kingdom, Fritz Policelli, Loic Chiquier, Marcus Wijnen,Marianne Fay, Nicola Ranger, Paul Huang, Rolf Olsen, Shahid Habib, Vijay Jagannathan, Winston Yu,Zachary Usher, John Frimpong 8 Manso, Tony Asare, Segbefia Alexander Yao, Stephen Yao, AnthonyMompi, Richard Dugah, Martin Oteng-Ababio, Grace Abena Akese, Clifford Amoako, Solomon N-NBenni, Mohammed Alhassan, Kwasi Baffour Awuah, James K. Boama, Daniel Ayivie, Felix AgyeiAmakye, Wise Ametefe, David Asamoah, Ranjini Mukherjee, Rajeev Malhotra, Rajesh Chandra Shukla,Anirban Kundu, Ranu Sinha, Amit Saha, Deepak Singh, Ahmed Kamal, Naseer Gillani, Hazrat Mir, Alamgir Khan, John Taylor, Oktariadi Adi, Nanang W.P . Safari, Febi Dwi Rahmadi, Teguh Wibowo,Jose Miguel Ruiz Verona, Desti Mega Putri, Matt Hayne, Jonathan Griffin, Aris Munardar, GitaChandrika, Iwan Gunawan, Peter de Vries, Koen Elshol, Jurjen Wagemaker, Tanaka Kataya, YulitaSari Soepardjo, M. Abdul, Anton Sunarwibowo, Olivia Stinson, M. Rudy, G. Dedi, M. Feuyadi, A. Andi,Elfina Rosita, Omar Saracho, Yusak Oppusunggu, Faisyar, Suryani Amin, Paul van Hofwegen, RinsanTobing, Achmad Haryadi, Shinghu Tamotsu, Ampayadi N, Bambang Sigit, M. Feryadiwinarso, Hetty Tambunan, Michael van de Watering, Dan Heldon, Christopher Yu, Ramon Santiago, Liliana Marulanda, Wilson A. Tabston, Gloria R., Arnold Fernandez, Aristioy Teddy Correa, Shelby A. Ruiz, Alvidon F. Asis, Noel Lansang, Reynaldo Versomilla, Joel Las, Yolando R. de Guzman, Morito Francesco, Gabrielle Iglesias, Khondoker Golam Tawhid, Prasad Modak, Young Kim, Arlan Rahman, Stefan G. Koeberle, Ousmane Diagana, Zie Ibrahima Coulibaly, Fasliddin Rakhimov, Makhtar Diop, Boris Enrique Utria, Yolande Yorke, Klaus Rohland, Kate Isles, Lasse Melgaard, Julia M. Fraser, Sombath Southivong, Khamlar Phonsavat, Alaa Hamood, Emmy Yokoyama, Faris Hadad- Zervos, Francis Ato Brown, Pilar Maisterra, Abdulhamid Azad, Suzy Kantor, Poonam Pillai, Anil Pokhrel, Penelope J. Brook, Ellen A. Goldstein, Swarna Kazi, Patricia Lopez, Tatiana Proskuryakova, Giovanna Prennushi, Raja Rehan Arshad, Haris Khan, Yan Zhang, Catherine G. Vidar, Mark C. Woodward, Asta Olesen, Nicholas J. Krafft, David Sislen, Jonathan Rothschild, Dzung Huy Nguyen, Dean A. Cira, Benita Sommerville, Josephine Masanque, A. David Craig, Piers E. Merrick, Chris Pratt, Marie E. Brown, Ana Campos Garcia, Geoffrey H. Bergen, Daniel M. Sellen, Eric Dickson, Francoise Clottes, Michael Corlett, Herve Assah, Syed Waqar Haider, Emmanuel Nkrumah, Camille Lampart Nuamah, Nelson Antonio Medina Rocha, Francisco Carranza, Charles Tellier, Helene Djoufelkit, Michael John Webster, Carlos Felipe Jaramillo, Giuseppe Zampaglione,Armando Guzman, Asif Faiz, Rachid Benmessaoud. Kami juga ingin berterima kasih kepada Liz Campbell, Ryan Hakim, Lawrence Dakurah, D.K. Ahadzie dan Ruby Mangunsong untuk dukungan pengorganisasian dan logistik pada waktu penyelenggaraan rapat kerja regional di Accra, Ghana; Delhi, India; Jakarta, Indonesia; dan Manila, Filipina. Dukungan juga diberikan oleh Mathis Primdal dan Roy Brockman dari GHK Consulting. Carly Rose melakukan edit penulisan pada draft akhir dari buku ini. Jeffrey N. Lecksell dari unit Desain Peta Bank Dunia menciptakan beberapa peta. Pusat penerbitan Bank Dunia, Office of the Publisher, menyediakan layanan percetakan di bawah pengawasan Patricia Katayama dengan bantuan Andrés Meneses dan Denise Marie Bergeron.Sebuah portal informasi dan situs web proyek http://www.gfdrr. org/gfdrr/urbanfloods, yang berisi panduan dan bahan-bahan pendukung lainnya dikembangkan oleh Indy Gill, dan dibangun bersama staff Bank Dunia Jaime Yepez dan Ritesh Sanan, dengan bantuan Hemang Karelia. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 9 Tentang Penulis Abhas K. Jha adalah Lead Urban Specialist dan Kepala Progam untuk Pengelolaan Risiko Bencana untuk World Bank di Kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dia telah bergabung dengan Bank Dunia sejak 2001 dengan memimpin pekerjaan di bidang perkotaan, perumahan dan pengelolaan risiko bencan di Turki, Meksiko, Jamaika dan Peru, serta bertugas sebagai Koordinator untuk Pengelolaan Risiko Bencana di Eropa dan Asia Tengah. Abhas juga pernah mengabdikan diri sebagai Penasehat untuk Direktur Eksekutif dari India, Bangladesh, Sri Lanka dan Bhutan untuk masalah-masalah yang berhubungan dengan perkembangan perkotaan, infrastruktur dan pendanaan iklim. Sebelumnya ia bekerja selama 12 tahun di Indian Administrative Service (di Pusat Layanan Pegawai Sipil Senior India), di Pemerintahan India (pada Kementrian Keuangan dan sebelumnya di negara bagian Bihar). Selain itu dia adalah penulis utama dari publikasi Bank Dunia “Rumah Lebih Aman, Komunitas Lebih Aman: Panduan untuk Rekonstruksi Pasca Bencana.” Abhas memiliki ketertarikan utama pada ketahanan kota dan perkotaan sebagai sistem adaptif yang kompleks. Dr. Robin Bloch adalah Konsultan Utama dan Kepala Bagian untuk Perencanaan, Pertanahan dan Pembangunan Ekonomi GHK Consulting, London. Dia merupakan perencana tata kota dengan edukasi awal dari Afrika Selatan dan kemudian di Amerika Serikat. Keahlian utama dan minat penelitian dia adalah di bidang perkotaan, tata ruang daerah dan metropolitan dan perencanaan penggunaan lahan; pengelolaan, keberlanjutan dan ketahanan lingkungan kota; dan industri kota. Robin memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman internasional, terutama di Sub-Sahara Afrika, Asia Selatan dan Asia Timur dalam hal kebijakan, strategi, penyusunan perencanaan, serta formulasi, implementasi dan evaluasi proyek dan program. Dia adalah profesor tamu di School of Architecture and Planning, University of the Witwatersrand, Johannesburg, dan sebagai Peneliti Ahli pada Centre for Social Science Research, University of Cape Town. Dr. Jessica Lamond adalah adalah peneliti dalam bidang Pengelolaan Risiko Banjir dengan pengamatan utama pada implikasi banjir pada lingkungan yang telah terbangun. Keahlian dia termasuk pemulihan dari banjir, dampak keuangan dan ekonomi pada properti, penilaian properti yang berisiko, implikasi terhadap asuransi dan hambatan serta pemicu adaptasi pada banjir. Saat ini dia adalah peneliti senior pada University of the West of England, di mana dia sedang 10 terlibat dalam penelitian yang didukung oleh para pembiaya penelitian dan industri, dan melakukan konsultasi untuk badan-badan pemerintah dan profesi bidang Pengelolaan Risiko Banjir. Jessica telah menerbitkan karya di jurnal-jurnal akademik/penelitian dan adalah editor utama dari buku: Ancaman Banjir: dampak dan tanggapan untuk lingkungan yang terbangun” untuk Taylor Publishing yang menghimpun berbagai pandangan para ahli tentang pendekatan struktur dan non-struktur terhadap pengelolaan risiko banjir kota. Para Kontributor Robert Barker, Baca Architects Alison Barrett, Konsultan Independen Namrata Bhattacharya, School of Technology, University of Wolverhampton Alan Bird, Konsultan Independen Prof John Davies, Guru Besar Teknik Sipil, Arskitektur dan Bangunan, Faculty of Engineering and Computing, Coventry University Emma Lewis, GHK Consulting Dr Peter Lingwood, CeConsult Dr Ana Lopez, Grantham Research Institute and Centre for the Analysis of Time Series, London School of Economics and Political Science Nikolaos Papachristodoulou, GHK Consulting Prof David Proverbs, Guru Besar danPimpinan dari Department of Construction and Property, University of the West of England Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 11 Latar Belakang Banjir perkotaan merupakan tantangan pembangunan yang serius dan semakin meningkat. Dengan latar belakang pertumbuhan demografik, kecenderungan urbanisasi dan perubahan iklim, penyebab banjir mengalami pergeseran dan dampaknya semakin meningkat. Tantangan yang meluas dan selalu bergeser menunjukan bahwa masih banyak kebutuhan lain yang harus diperhatikan oleh pembuat kebijakan untuk lebih memahami dan secara efektif mengelola risiko saat ini dan mendatang. Rangkuman ini melengkapi Kota dan Banjir: Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 yang menyediakan arahan operasional untuk kepentingan masa depan dalam mengelola risiko banjir pada lingkungan kota yang bertransformasi dan iklim yang selalu berubah. Panduan ini berargumentasi pendekatan strategik untuk mengelola risiko, yaitu memerlukan tindakan-tindakan tepat yang melalui proses mengidentifikasi, mengamati, memilih, dan menyatu agar dapat melibatkan dan menginformasikan pada semua pemangku kepentingan. Panduan ini mencakup pengelolaan terintegarai risiko banjir perkotaan yang tercanggih. Panduan ini didisain secara komprehensif dan mudah dipahami sebagai sumber utama para pembuat keputusan dan kebijakan, ahli teknis, pejabat pemerintah pusat, propinsi dan lokal, dan juga bagi pemangku kepentingan di tingkat komunitas, organisasi-organisasi masyarakat sipil dan non-pemerintah, dan sektor swasta. Panduan ini mengandung bab-bab yang: enjelaskan sebab-sebab, kemungkinan-kemungkinan –– M dan dampak-dampak dari banjir engusulkan pendekatan strategik, inovatif, terintegrasi untuk keberhasilan –– M mengelola risiko banjir melalui pemilihan dan pengkombinasian tindakan- tindakan struktural dan diatur pasti, serta pengelolaan non-struktural. endiskusikan bagaimana tindakan-tindakan dapat didanai dan –– M diimplementasi saat bersamaan dengan upaya memanfaatkan kapasitas dan sumber daya dari semua pemangku kepentingan. elakukan spesifikasi untuk prosedur-prosedur pada saat kemajuan –– M dengan implementasi yang dapat dimonitor dan dievaluasi. 12 Lebih dari 50 studi kasus tentang tindakan dan prosedur manajemen dari berbagai penjuru dunia menggambarkan pesan-pesan kebijakan utama. Pesan-pesan tersebut menggambarkan apa yang telah diimplementasikan secara luas dalam konteks perkotaan untuk dapat memenuhi tantangan menghadapi risiko banjir. Bagian-bagian yang memberikan rangkaian cara tentang rincian operasional dalam mengimplementasikan beberapa tindakan-tindakan manajemen risiko banjir penting, dan memberikan kepada pembaca informasi teknis inti. Sebagai kata akhir, 12 prinsip kebijakan untuk pengelolaan manajemen risiko banjir yang terintegrasi dipaparkan. Ulasan ini menyimpulkan cakupan kunci yang harus diketahui oleh para penyusun kebijakan dan yang harus ditindaklanjuti agar dapat menciptakan arahan-arahan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan risiko banjir kota dan sekaligus mengembangkan kerangka kerja strategis dalam keberhasilan mengelola pertumbuhan risiko banjir kota. Banjir perkotaan mengandung tantangan serius untuk pembangunan dan kehidupan manusia, terutama bagi para penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan negara-negara berkembang. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 13 GhulamRasoolBuriro berjalan di pusat banjir di kotaKhairpur NathanShah, 2010, Pakistan. Source: Gideon Mendel 14 Meningkatnya tantangan banjir perkotaan Banjir merupakan fenomena global yang dapat menyebabkan penderitaan yang meluas, kerusakan-kerusakan ekonomi dan hilangnya nyawa manusia. Selama 18 bulan terakhir, banjir-banjir yang menghancurkan terjadi di sepanjang aliran Sungai Indus di Pakistan sejak Agustus 2010; di Queensland Australia, Afrika Selatan, Sri Lanka dan Filipina pada akhir 2010 dan awal 2011; sekaligus dengan longsor lumpur di kawasan Serrana Brazil pada Januari 2011; setelah kejadian gempa bumi yang mengakibatkan tsunami di pantai timur Jepang pada Maret 2011; sepanjang Sungai Mississippi pada pertengahan 2011; sebagai dampak dari Topan Irene di pantai timur Amerika Serikat pada Augustus 2011; di propinsi Sindh bagian selatan Pakistan pada September 2011; dan di bagian besar Thailand, termasuk Bangkok pada Oktober dan November 2011. Terjadinya banjir merupakan hal yang paling sering dari semua bencana alam. Dalam kurun 20 tahun, jumlah peristiwa bajir yang dilaporkan telah meningkat secara signifikan. Bagan 1 dan 2 menggambarkan kecenderungan ini. Jumlah manusia yang terkena dampak dari banjir dan kerugian finansial, ekonomi, dan asuransi juga telah meningkat. Pada tahun 2010 sendiri, 178 juta manusia terkena dampak banjir. Jumlah kerugian dalam Number events tertentu, seperti 1998 dan tahun-tahun of flood 2010 melebihi $49 milyar. 250 200 150 100 50 0 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 kejadian median perpindahan 10 tahun Bagan 1: Jumlah kejadian banjir yang dilaporkan. Sumber: berdasarkan data pada EM-DAT/CRED Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 15 0–20 21–40 41–60 >60 no data IBRD 38919 NOVEMBER 2011 Bagan 2: Kejadian Banjir, 1970-2011. Sumber: EM-DAT: OFDA/CRED International Disaster Database www.emdat.be -UniversitéCatholiquede Louvain - Brussels - Belgium Hilangnya nyawa manusia dari banjir telah menurun secara perlahan ataupun berdasarkan waktu, yang tentu menggambarkan keberhasilan dari implementasi tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir. Walau ini melegakan, kematian tetap tinggi di negara –negara berkembang yang menunjukan bahwa peristiwa banjir memiliki dampak yang tidak proporsional terhadap kaum miskin dan yang secara sosial tidak beruntung seperti para perempuan dan anak-anak. Wilayah-wilayah perkotaan yang rentan terhadap risiko banjir semakin ditempa dengan hasil pengamatan yang menunjukan peningkatan dampak banjir diseluruh dunia. Tingkat dampak banjir yang ada pada saat ini dan ke depan menuntut semakin mendesaknya untuk membuat pengelolaan risiko banjir di wilayah tempat tinggal perkotaan sebagai prioritas tinggi dalam agenda politik dan kebijakan. Memahami sebab-sebab dan efek-efek dampak banjir dan melakukan rancangan, investasi dan implementasi tindakan-tindakan banjir yang meminimalisasi risiko merupakan kewajiban dari pemikiran arus utama pembangunan dan merupakan bagian dari tujuan-tujuan pembangunan yang lebih luas. Banjir memengaruhi semua jenis tempat tinggal perkotaan, dari desa-desa kecil hingga kota pasar menengah dan pusat-pusat layanan, sebagai contoh sepanjang Sungai Indus, ke kota-kota utama, wilayah kota megapolitan dan metropolitan seperti Sendai, Brisbane, New York, Karachi dan Bangkok, yang semuanya baru saja terkena dampak banjir. 16 Negara-negara mendefenisikan kata “urban” dengan berbagai cara, sehingga membuat definisi banjir kota sulit untuk medapatkan konsistensi. Statistik kerugian tidak biasa diklasifikasikan oleh lokasi kota atau desa, sehingga membuatnya sulit untuk secara proporsional megukur kerugian antara populasi perkotaan dan pedesaan. Namun demikian, terdapat perbedaaan fungsional antara banjir perkotaan dan pedesaan. Bila banjir pedesaan memengaruhi sebagian besar wilayah lahan dan bagian termiskin dari populasi, banjir perkotaan lebih besar biaya kerugiannya dan sulit untuk dikelola. Dampak dari banjir perkotaan juga sangat khusus karena konsentrasi penduduk dan aset-aset yang lebih besar berada pada lingkungan perkotaan. Hal ini tentu membuat kerusakan-kerusakan semakin banyak dan mahal. Tempat tinggal perkotaan juga mengandung mayoritas atribut-atribut ekonomi dan sosial dan aset-aset yang berbasis populasi nasional, sehingga banjir perkotaan yang menyebabkan kerusakan dan gangguan dari cakupan air banjir yang sebenarnya sering kali menyebabkan konsekuensi sosial untuk masyarakat. Kerugian Ekonomi Kematian Akibat Banjir 250 250 200 200 150 150 100 100 50 50 0 0 1950s 1960s 1970s 1980s 1990s 2000s 1950s 1960s 1970s 1980s 1990s 2000s Kerugian Ekonomi dalam US$ Kematian Akibat Banjir Bagan 3: Kerugian ekonomi dan kematian yang dilaporkan Sumber: berdasarkan data pada EM-DAT/CRED Dampak-dampak langsung dari kejadian-kejadian utama menggambarkan risiko terbesar untuk kehidupan dan properti. Bagan 3 menunjukan kenaikan dampak keuangan yang terjadi karena banjir. Pengaruh dampak secara tidak langsung dalam jangka panjang, seperti munculnya penyakit, penurunan nutrisi dan kesempatan edukasi, hilangnya mata pencaharian, juga dapat mengikis ketahanan masyarakat dan tujuan-tujuan pembangunan, sebagaimana kebutuhan untuk dapat mengatasi banjir yang terjadi secara reguler dan berskala kecil. Dampak Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 17 tidak langsung akan lebih sulit untuk diidentifikasi secara cepat dan dihitung kerugiannya secara kuantitas dan nilai. Akan tetapi, mereka yang miskin dan rentan biasanya menderita paling banyak dari risiko banjir. Urbanisasi, sebagai fitur utama definisi pertumbuhan demografik dunia, sudah pasti terlibat dan merupakan penyebab risiko banjir. Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya dalam sejarah manusia, setengah dari penduduk dunia tinggal di daerah perkotaan, yang dua-pertiganya berada di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Hal ini diperkirakan akan meningkat ke 60 persen pada tahun 2030, dan 70 persen pada tahun 2050 dengan jumlah 6.2 milyar, atau dua kali lipat dari proyeksi populasi pedesaan pada saat itu. Mengingat bahwa populasi perkotaan menunjukan porsi terbesar penduduk dunia, banjir perkotaan akan mencakup kenaikan terbesar dari dampak banjir secara keseluruhan. Banjir perkotaan dengan demikian menjadi semakin bahaya dan semakin merugikan untuk dikelola karena begitu besarnya populasi yang terpapar dalam wilayah tinggal perkotaan. Ini akan memengaruhi semua ukuran tempat tinggal: yang diperkirakan pada tahun 2030 adalah 75 aglomerasi dari lima juta penduduk, populasi kota pada setiap kelas sosial juga akan meningkat sebagaimana terlihat pada Bagan 4 dan 5. Pada tahun 2030 mayoritas penghuni perkotaan akan tinggal di kota-kota dengan populasi kurang dari satu juta orang yang memiliki infrastruktur dan insititusi yang tidak dapat mengatasi banjir. Pengelolaan risiko banjir perkotaan bukan saja merupakan isu yang muncul pada kota skala besar. 18 Pertumbuhan populasi berdasarkan skala kota 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0 1950 1960 1970 1980 1990 2000 2010 2020 Kurang dari 500.000 500.000 hingga 1 juta 10 juta atau lebih 1 hingga 5 juta 5 hingga 10 juta Bagan 4: Pertumbuhan populasi berdasarkan skala kota Sumber: berdasarkan pada Divisi Populasi, Departemen Ekonomi dan Sosial, Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa, Prospek Populasi Dunia: Revisi 2008 dan Prospek Urbanisasi Dunia: Revisi 2009.. < 1 million 1–2 million 2–3 million 3–5 million > 5 million IBRD 38921 NOVEMBER 2011 Bagan 5: Agglomerasi perkotaan dengan lebih dari 750.000 penduduk, 2010. Sumber: Divisi Populasi, Departemen Ekonomi dan Sosial, Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa; Prospek Urbanisasi Dunia: Revisi 2009; Dokumen 12: Populasi Agglomerasi Perkotaan dengan 750. 000 Penduduk atau lebihpada 2009, berdasarkan negara, 1950-2025 (dalam ribuan) Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 19 Urbanisasi dengan perencanaan dan pengelolaan yang tidak baik memberi konstribusi dalam meningkatknya ancaman banjir karena perubahan penggunaan lahan secara tidak layak. Dengan semakin membengkaknya dan bertumbuhnya kota-kota ke arah luar untuk mengakomodasi pertumbuhan populasi, ekspansi perkotaan dalam skala besar dalam bentuk pembangunan yang tidak terencana untuk dataran banjir, di wilayah pesisir maupun darat, maupun di daerah banjir itu sendiri. Di negara-negara berkembang, porsi tertinggi pertumbuhan populasi kota dan ekspansi wilayah terjadi pada lokasi tinggal terpadat, kualitas tempat tinggal informal berkualitas rendah yang dikenal dengan istilah ‘kumuh’. Kawasan tersebut berada pada pusat kota ataupun pinggiran, baik yang dekat maupun jauh, dan seringkali berada pada risiko tertinggi. Konsentrasi kaum miskin di wilayah ini, yang secara umum tidak memiliki tempat tinggal, infratruktur dan provisi layanan yang layak, meningkatkan risiko banjir dan menekankan bahwa dampak banjir lebih buruk bagi yang terpuruk. Meningkatnya dampak-dampak banjir perkotaan yang harus menjadi perhatian para pembuat keputusan semakin dipengaruhi oleh pembangunan yang berada di luar pencegahan banjir yang sudah ada; peningkatan dalam pembuatan jalan dan lapisan-lapisan impermeable; kepadatan berlebih, penambahan densitas dan kongesitas; keterbatasan drainase, tua atau dikelola dengan buruk, sanitasi dan infrastruktur limbah padat; ekstrasi air tanah yang berlebih sehingga menjurus ke penurunan tanah, dan terbatasnya aktivitas pengelolaan risiko banjir. Perubahan iklim merupakan tren global skala besar yang dianggap merupakan dampak signifikan pada risiko banjir. Pergeseran-pergeseran pada pola meteorologi yang berhubungan dengan iklim yang lebih hangat merupakan pemicu semakin banyak terjadi banjir, bersama dengan dampak-dampak langsung dan tidak langsung. Observasi dan pra-kiraan pola-pola perubahan iklim dapat memperkuat pengaruh risiko banjir yang sudah ada, sebagai contoh dengan: –– Menambah percepatan kenaikan tingkat air laut yang merupakan salah satu faktor penyebab kerusahan karena banjir di daerah pantai. –– Berubahnya pola hujan lokal dapat menyebabkan lebih banyak dan tingkat yang lebih tingginya banjir dari sungai dan semakin banyak banjir badang –– Merubah banyaknya dan durasi kekeringan yang mengarah pada ekstraksi air dan menurunnya lahan yang merupakan kesatuan dampak kenaikan air laut –– Meningkatnya badai yang mengarah pada semakin seringnya lonjakan air laut 20 Berdasarkan pendapat dari para ilmuwan iklim, sebagaimana tercermin dalam Panel Antar Pemerintah tentang Perubahan Iklim (Intergovernmental Panel on Climate Change - IPCC), observasi peningkatan cuaca ekstrim konsisten dengan iklim yang menghangat. Walau masing-masing kejadian cuaca ekstrim tidak dapat diatribusikan dengan perubahan iklim, namun perubahan iklim dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya peningkatan dari kejadian-kejadian tersebut. Naiknya batas air laut juga merupakan fenomena yang diakui dan diamati. Pada saat perubahan iklim memiliki potensi untuk meningkatkan ancaman banjir dan risiko banjir, namun tidak nampak sebagai pemicu utama kenaikan dampak yang terjadi. Dalam waktu pendek variabilitas alamiah sistem iklim dan risiko non-iklim lainnya diperkirakan akan memberikan dampak yang lebih luas dari pada kecenderungan iklim jangka panjang. Selain itu, semakin cepat terjadinya urbanisasi dan perkembangan perkotaan juga dapat secara signifikan meningkatkan risiko banjir, tanpa pengaruh perubahan iklim. Sebagai ilustrasi, di Jakarta, Indonesia, penurunan tanah karena ekstrasi air tanah dan pemadatan memiliki pengaruh terhadap tanah dan tingkat airlaut sepuluh kali lebih besar daripada dampak Trends in water–related disasters kenaikan tingkat laut. 750 600 Jumlah bencana yang terjadi 450 300 150 0 1981–1983 1987–1989 1993–1995 1999–2001 2005–2007 1984–1986 1990–1992 1996–1998 2002–2004 2008–2010 Pergerakan Massa Basah Badai Epidemi Kekeringan Banjir Bagan 6: Kecenderungan kejadian bencana yang berhubungan dengan air. Sumber: berdasarkan data pada EM-DAT/CRED Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 21 Salah satu penduduk mencoba untuk membuang lumpur setelah banjir di Gonaïves, Haiti, 2008. Sumber: Gideon Mendel 22 Dalam jangka panjang, perubahan iklim dapat memiliki peran signifikan. Baik kesempatan jangka pendek dan jangka panjang perlu dipertimbangkan dalam mengelola risiko banjir: “Masalah dasarnya adalah menemukan cara-cara untuk mengembangkan investasi dan pilihan jangka pendek dan pertimbangan tren jangka panjang serta skenario terburuk.”1 Bagan 6 menunjukan kecenderungan bencana berkaitan dengan air selama periode 30 tahun. Dalam mengelola risiko banjir saat ini, dan dalam merencanakan kedepan, keseimbangan harus didapatkan antara pendekatan praktis yang meminimaliasi dampak-dampak melalui pengelolaan perkotaan yang lebih baik dan pemeliharaan terhadap infrastruktur mitigasi banjir yang sudah ada, dan pendekatan yang melihat ke depan untuk mengantisipasi dan membela terhadap ancaman banjir dengan membangun infratruktur baru untuk pencegahan banjir atau secara radikal menyusun ulang lingkungan kota. Keseimbangan yang didapat akan berbeda tiap kota yang menghadapi risiko. Dalam mencapai kesepakatan untuk menentukan prioritas yang tepat mengenai usaha pengelolaan banjir, pemahaman tentang bajir saat ini dan mendatang tetap diperlukan. Memahami Penyebab dan Risiko banjir perkotaan Sebagai langkah awal dalam pengelolaan risiko banjir , para pembuat keputusan perlu memahami bahwa ancaman banjir dapat memengaruhi lingkungan perkotaan. Memahami ancaman membutuhkan pengertian tentang jenis-jenis dan penyebab banjir, kemungkinan-kemungkinan kejadian, dan tampilan dari sudut tingkat, durasi, kedalaman dan kecepatan. Pemahaman ini sangat penting dalam mendesain tindakan-tindakan dan solusi- solusi yang dapat mencegah atau mengurangi kerusakan yang timbul dari jenis banjir tertentu. Sama pentingnya adalah mengerti di mana dan seberapa sering kejadian-kejadian banjir akan terjadi, populasi mana dan aset-aset apa saja yang berada pada kawasan yang terkena dampak, bagaimana tingkat kerentanan dari penduduk dan lokasi tempat tinggal mereka, dan bagaimana perencanaan dan 1 Revkin A. “On Dams, Gutters, Floods and Climate Resilience.” Dot Earth blog dalam The New York Times, Agustus 30, 2011 Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 23 pengembangannya dijalankan, dan apa saja yang telah dilkaukan untuk menurunkan risiko banjir. Hal ini adalah penting untuk mampu mengatasi kebutuhan, urgensi dan prioritas dalam menerapkan tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir. Dengan risiko banjir yang dalam kurun waktu tertentusenantiasa berubah, para pembuat kebijakan juga memerlukan cara untuk mengeksplorasi bagaimana perubahan keputusan dapat terjadi sesuai dengan perkembangan perubahan iklim. Informasi mengenai model-model yang dipergunakan untuk melihat perubahan iklim dalam skala-skala yang berbeda dan memahami ketidakpastian karena hasil perubahan harus berada pada pusat proses pembuatan keputusan. Kawasan perkotaan dapat terkena banjir karena sungai, pesisir pantai, curah hujan dan luapan air tanah, serta kegagalan sistem artifisial. Banjir perkotaan berawal dari kombinasi penyebab-penyebab yang merupakan hasil dari kombinasi kejadian meteorologis dan hidrologis, seperti pengendapan dan aliran yang ekstrim. Akan tetapi juga dapat sering terjadi karena kegiatan-kegiatan manusia, termasuk pertumbuhan dan perkembangan kota yang tidak terencana untuk dataran banjir, atau dari kerusakan bendungan atau tanggul yang gagal dalam melindungi pembangunan yang telah direncanakan. Sangat penting untuk dibedakan antara probabilitas kejadian karena cuaca dengan kejadian banjir. Banjir secara utama disebabkan oleh kejadian-kejadian cuaca yang seringkali susah untuk diprediksi. Dengan alasan tersebut prediksi ancaman banjir biasanya tersedia dalam bentuk perhitungan probabilitas dengan menggunakan data historis untuk kawasan yang menjadi pengamatan. Nilai kesimpukan berdasarkan observasi historis biasanya tergantung pada tersedianya dan kualitas data. Maka memahami probablitas ini sangat penting untuk memahami risiko. Bahasa probabilitas dapat menjadi membingungkan karena biasanya orang tidak dengan mudah memahami secara intiutif probabilitas nilai banjir satu persen (1 diantara 100). Penggunaan konsep alternatif estimasi periode ‘kembalinya kejadian” seperti “banjir 100 tahun” juga disalah-mengerti sebagai banjir yang sudah pasti akan terjadi hanya setiap 100 tahun sekali – atau juga dianggap sebagai banjir yang hanya bisa terjadi setiap 100 tahun. Disamping itu, dua kejadian yang terjadi pada periode yang sama dapat memiliki besaran yang berbeda, dan konsekuensinya memberikan pengaruh yang berbeda terhadap orang yang sama. Bila ketidak pastian sangat tidak terjangkau atau kurang difahami, misal saja karena tidak da kecukupan data, komunikasi risiko banjir dalam arti probabilitas banjir dan penggunaannya dalam memutuskan pengelolaan banjir dapat menjadi salah arah. 24 Peta-peta ancamana banjir merupakan perangkat visualisasi untuk mengkomunikasikan situasi ancaman pada suatu wilayah. Peta-peta ancaman ini sangat penting untuk menentukan aktivitas perencanaan pembangunan, perencanaan keadaan gawat darurat, dan juga pengembangan kebijakan. Peta- peta risiko banjir memasukan informasi ancaman banjir dalam konteks data tentang aset-aset dan populasi, dan kerentanan terhadap ancaman tersebut. Informasi tersebut dapat diartikulasikan sebagai kerusakan yang dapat terjadi, dan juga dapat dipergunakan sebagai perangkat pendukung pembuat keputusan. Ramalan banjir juga merupakan perangkat esensial yang menyediakan masyarakat yang masih terpapar risiko dengan pemberitahuan dini banjir sebagai upaya untuk menyelamatkan nyawa dan properti. Namun tanpa analisis tentang penyebab- penyebab fisik dari rekaman banjir, dan dari unsur geo-fisika, bio-fisika dan anthropogenik, atau unsur buatan manusia, konteks untuk menentukan potensi formasi banjir, prediksi-prediksi memiliki potensi untuk mengkontribusikan pada kerusakan-kerusakan akibat banjir karena kurangnya atau melebihi estimasi ancaman-ancaman yang terjadi. Membuat model –model ancaman memiliki banyak tantangan. Untuk melakukan proyeksi tentang risiko banjir ke depan, juga masih terdapat sumber-sumber ketidakpastian yang lebih besar. Asumsi yang biasa dipergunakan adalah bahwa pola-pola banjir merupakan kelanjutan dari masa lalu karena dihasilkan dari proses siklus iklim, medan, geologi dan faktor lain yang sama. Bila asumsi ini benar,maka suatu sistem dikatakan tetap sehingga masa depan memang bisa diprediksi dari masa lalu. Bila asumsinya tidak benar, maka masa depan menjadi semakin tidak pasti. Bagan 7 mengilustrasikan penggunaan peta- peta ancamana untuk menggambarkan situasi-situasi masa kini dan ke depan. Untuk banjir perkotaan, dua sumber potensi yang disebut sebagai sebab tidak tetap (misal pola-pola sebelum dan tren sebagai prediktor terlemah dari masa depan), adalah pengembangan yang cepat wilayah-wilayah yang cenderung terkena banjir karena urbanisasi, dan perubahan-perubahan pola-pola cuaca yang berhubungan dengan perubahan iklim. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 25 Situasi saat ini Dengan kenaikan 1 m Dengan kenaikan 2 m permukaan laut permukaan laut 1 dalam kurun 1000 tahun 1 dalam kurun 100 tahun Bagan 7: Peta Ancaman Banjir. Sumber: Baca Architects Urbanisasi dapat dikatakan tidak bisa dihindari, dihentikan dan merupakan tren positif walau mempunyai potensi untuk meningkatkan risiko banjir. Akan tetapi, proyeksi ke depan dalam pertumbuhan populasi perkotaan memiliki hubungan dengan ketidakpastian dalam skala dan spasial distribusi populasi. Sama pentingnya, pengaruh pertumbuhan perkotaan mendatang dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan dan pilihan-pilihan penghuni kota yang mungkin atau tidak berada pada area berisiko banjir, atau mengadopsi perencanaan dan rancangan perkotaan yang layak. Terdapat pula ketidakpastian yang cukup besar dalam proyeksi iklim. Hal ini terjadi karena sulitnya mendapatkan prediksi yang tepat dalam melihat alur perkembangan sosio-ekonomi, dan sebagai konsekuensi ketidaktahuan yang menyeluruh tentang sistem iklim dan keterbatasan model-model komputasi yang dipergunakan untuk mendapatkan proyeksi. Kepentingan yang relatif dan absolut untuk mendapat sumber-sumber berbeda tentang ketidakpastian tergantung pada skala spasial, waktu yang cukup untuk mendapatkan proyeksi, dan variabel yang dipergunakan dalam pertimbangan. Sebagai konklusi tak terelakan adalah bahwa akurasi dan presisi dari ramalan risiko banjir jangka panjang adalah rendah, dan bahwa ketergantungan yang besar pada probabilitas masa depan tidaklah tepat. Sama nyatanya bahwa perencanaan yang matang dan pengelolaan perkembangan perkotaan dapat menghindari pertumbuhan risiko banjir mendatang. 26 Masyarakat berbaris untuk mendapatkan bantuan makanan di kota Gonaïves, Haiti yang kebanjiran selama dua minggu setelah seluruh kota menghadapi Badai Ike dan Hanna, 2008. Sumber: Gideon Mendel Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 27 Perkembangan untuk mendapatkan adaptasi yang tepat sebagai upaya perlindungan terhadap ketidakpastian risiko masa depan semakin rumit dengan terdapatnya karakteristik-karakteristik infrastruktuktur perkotaan yang harus dilindungi dan perlunya waktu untuk dan menentukan periode kepastian untuk melindungi infrastruktur dan proyek-proyek banjir perkotaan. Hal ini dapat menghasilkan tantangan baru bagi skema-skema perlindungan terhadap banjir besar sebelum selesai dibuat seperti yang terjadi pada Ho Chi Minh, Vietnam pada saat Perencanaan Dasar 2001 untuk mengatasi banjir melalui peningkatan drainase harus berhadapan dengan peningkatan curah hujan yang jauh dari prakiraan. Menghadapi banjir di masa mendatang berarti membutuhkan pendekatan- pendekatan yang lebih solid dalam mengelola banjir agar dapat bertahan terhadap ketidakpastian yang semakin besar atau perlu lebih dapat beradaptasi dengan keragaman masa depan. Hal ini dapat mengarah pada ketergantungan yang lebih pada fleksibilitas, pendekatan-pendekatan bertahap dalam mengelola risiko banjir, penerapan felksibilitas yang lebih besar pada rancangan tindakan- tindakan rekayasa, atau penerimaan terhadap spesifikasi yang berlebih untuk tindakan-tindakan yang tidak fleksibel. Dengan pemahaman kuat mengenai penyebab-penyebab dan dampak banjir perkotaan, maka apresiasi terhadap probabilitas banjir mendatang dan ketidakpastian lingkungan, serta pemahaman tentang potensi maupun batasan pendekatan pengelolaan risiko banjir, maka para pembuat kebijakan dapat mengadopsi pendekatan integratif dalam mengelola risiko banjir. 28 Pendekatan terintegrasi untuk mengelola risiko banjir perkotaan Pendekatan pengelolaan risiko banjir yang terintegrasi merupakan kombinasi dari tindakan-tindakan pengeloaan risiko banjir, bila diterapkan secara keseluruhan, dapat berhasil dalam mengurangi risiko banjir. Panduan ini membantu para pembuat kebijakan mengembangkan pendekatan strategis yang terintegrasi dalam upaya mengurangi risiko banjir sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Tindakan-tindakan pengelolaan banjir biasanya dideskripsikan sebagai struktural dan non-struktral. Tindakan-tindakan struktural bertujuan untuk mengurangi risiko banjr dengan mengendalikan aliran air dari luar maupun dari dalam tempat tinggal perkotaan. Tindakan ini merupakan pelengkap dari tindakan-tindakan non-struktural yang berusaha menjamin bahwa masyarakat aman terhadap banjir dengan memimiliki perencanaan dan pengelolaan pengembangan perkotaan. Strategi terintegrasi yang komprehensif seharusnya dikaitkan dengan perencanaan perkotaan dan kebijakan dan praktek-praktek sebelumnya. Tindakan-tidakan struktural dan non-struktural tidak mendahului kepentingan satu sama lain, dan strategi-strategi yang berhasil biasanya mengkombinasikan keduanya. Penting juga untuk mengakui tingkat dan karakterisik dari risiko saat ini dan perubahan ke depan agar dapat mencapai keseimbangan investasi jangka pendek dan panjang dalam pengelolaan risiko banjir. Namun dengan akselerasi urbanisasi dan perubahan iklim secara bersamaan, kemungkinan perlu untuk menjauh dari ketergantungan yang berlebih terhadap perlindungan-perlindungan rekayasa fisik ke arah solusi-solusi non-struktural yang lebih adaptif dan bertahap. Rangkaian tindakan-tindakan dapat bersifat struktural seperti perlindungan banjir dan kanal-kanal drainase, ke arah tindakan-tindakan alternatif yang lebih alamiah dan berkelanjutan seperti lahan banjir dan pencegah-pencegah alami. Kesemuanya dapat menjadi sangat efektif bila dipergunakan secara tepat, seperti yang telah didokumentasikan melalui keberhasilan Pencegahan Thames, perlindungan laut di Belanda dan sistem perairan sungai di Jepang. Tindakan-tindakan struktural, akan tetapi, dapat dilampai oleh kejadian-kejadian yang berada di luar kapasitas disain. Kebanyakan tindakan-tindakan struktural dapat menimbulkan risiko banjir di tempat lain dengan mengurangi risiko banjir pada satu tempat. Pengalihan aliran air juga dapat berdampak pada lingkungan. Pada suatu peristiwa mungkin dapat diterima dan merupakan tindakan tepat, namun di tempat lain tidak. Dalam semua kasus pasti tetap terdapat sisa risiko Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 29 banjir. Solusi-solusi struktural juga dapat menimbulkan biaya dimuka, kadangkala mempercepat kepuasaan dengan kehadiran mereka, dan dapat menghasilkan kenaikan dampak bila gagal atau diluar dugaan, seperti apa yang kita saksikan secara tragis dengan kejadian tsunami di Jepang pada tahun 2011. Pertimbangan-pertimbangan seperti tersebut, dan bahwa pada faktanya pasti terdapat sisa risiko banjir, mengarah pada perlunya memasukan tindakan- tindakan non-struktural pada strategi apapun. Sudah pasti terdapat peran untuk tindakan-tindakan non-struktural yang mengelola risiko melalaui peningkatan kapasitas manusia dalam menghadapi banjir disekitarnya. Tindakan-tindakan non-struktural seperi sistem peringatan dini dapat dianggap sebagai upaya melindungi manusia bila tidak adanya tindakan-tindakan struktural yang lebih mahal – namun juga perlu mengelola sisa risiko setelah implementasi tindakan struktural. Tindakan-tindakan non-struktural bisanya tidak memerlukan investasi yang besar di muka, namun sering bergantung pada pemahaman baik tentang ancaman banjir dan sistem ramalan yang dapat diandalkan, seperi rencana evakuasi gawat darurat tidak akan berfungsi bila tidak ada peringatan di awal. Tindakan-tindakan non-struktural dapat dikategorisasikan dalam empat kegunaan: –– Perencanaan dan pengelolaan keadaan gawat darurat, termasuk peringatan dini dan evakuasi, sebagai contoh sistem pemberitahuan banjir di Filipina dan Lai Nullah Basin, Pakistan. –– Meningkatnya kesiagaan melalui kampanye kesadaran sebagaimana didemonstrasikan di Mozambik dan Afghanistan. Kesiapsiagaan termasuk prosedur pengelolaan penurunan risiko banjir perkotaan seperti usaha untuk memelihara drainase tetap lancar melalui pengelolaan limbah yang lebih baik. –– Menghindari banjir dengan perencanaan penggunaan lahan seperti yang terdapat pada German Flood Act dan regulasi-regulasi perencanaan di Inggris dan Wales. Perencanaan tata guna lahan memberi kontribusi dalam mengatasi dan mengadaptasi terhadap banjir perkotaan. –– Mempercepat pemulihan dan menggunakan proses pemulihan untuk meningkatkan ketahanan melalui perbaikan disain bangunan dan konstruksi – yang dikenal sebagai “membangun dengan lebih baik.” Merencanakan ketahanan rekonstruksi dari sebuah desa dapat dilihat pada desa yang terkena dampak tsunami di Xaafuun, Somalia.Pembiayaan risiko yang sepadan bila tersedia, atau menggunakan sumber-sumber donor dan pemerintah, dapat membantu pemulihan yang lebih cepat. 30 Tantangan yang dihadapi dengan banyaknya tindakan-tindakan non-struktural adalah perlunya untuk melibatkan dan mendapatkan persetujuan para pemangku kepentingan dan institusi mereka. Hal ini kadangkala termasuk memelihara sumber daya, membangun kesadaran dan kesiapan selama beberapa dekade tanpa ada kejadian banjir sama sekali, mengingat bahwa daya ingat tentang sebuah bencana mulai berkurang dengan berjalannya waktu. Tantangan ini semakin besar dengan kenyataan bahwa tindakan-tindakan non-struktural bertujuan untuk mengurangi kerusakan dan bukan mencegah, sehingga kebanyakan masyarakat secara naluri lebih memilih tindakan struktural. Bagan 8: Permainan Sungai. Sumber: UN-HABITAT Untuk mendapatkan perubahan sikap dan perilaku yang perlu, akan membutuhkan waktu dan investasi dalam berkomunikasi dan berkonsultansi secara lebih luas. Salah satu contoh praktek terbaik dalam membina hubungan dengan masyarakat melalui perangkat didik yang diterapkan di Mozambique dengan menggunakan permaian sungai (River Game) yang dikembangkan oleh proyek Cities Alliance dari UN-HABITAT dan mitra lokal (Bagan 8) untuk mengedukasi, berkomunikasi dan berhubungan dengan beragam pemangku kepentingan. Pengelolaan banjir dapat bermanfaat besar dengan keterlibatan para pemangku Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 31 kepentingan. Tentu, bila tantangan komunikasi dan konsultasi dapat diatasi, peningkatan ketahanan menghadapi banjir juga pasti signifikan. Sangat penting juga untuk mempertimbangkan masalah temporal dan ruang bila menentukan strategi. Pengelolaan risiko banjir perkotaan yang terintegrasi terjadi dalam skala luas, termasuk daerah aliran sungai dan tangkapan air sebagai satu kesatuan. Hal ini karena pada faktanya sumber banjir berada pada jarak tertentu dari kota. Seringkali pilihan terbaik adalah mengatasi banjir sebelum sampai di kawasan perkotaan. Bagan 9: Uraian singkat pilihan pengelolaan risiko banjir. Sumber: Baca Architects Terdapat banyak teknik pengelolaan yang dapat diidentifikasi dalam lokasi-lokasi penangkapan di sekitar lingkungan perkotaan, sebagaimana digambarkan pada Bagan 9. Tindakan-tindakan struktural seperti pertahanan banjir dan sistem pengangkutan dapat terbentuk sebagai tanggapan risiko banjir jangka panjang. Akan tetapi dibutuhkan investasi besar yang tentu tidak selamanya pasti tersedia. Tindakan-tindakan non-struktural seperti sistem peringatan banjir dan perencanaan evakuasi penting untuk menjaga warga kota yang memiliki risiko terkena banjir, walau sudah dilindungi oleh penghadang bajir 32 atau tidak. Terdapat pula tindakan-tindakan berupa rancangan dan pengelolaan perkotaan yang dapat diimplementasi dengan lebih cepat, seperti operasional dan pemeliharaan infrastruktur; penghijauan di wilayah perkotaan; perbaikan drainase dan pengelolaan limbah/sampah; dan rancangan gedung yang lebih baik dan perlindungan yang tinggal pasang-bongkar. Hal ini memungkinkan wilayah-wilayah yang memiliki risiko banjir dapat ditinggali, sambil mengurangi dampak bila terjadi banjir. Perencanaan penggunaan lahan dan regulasi pengembangan merupaka aspek kunci dalam pengelolaan risiko banjir perkotaan. Di negara-negara berkembang pada khususnya, kesempatan melakukan perencanaan dalam membentuk wilayah perkotaan adalah inti untuk pencegahan terhadap dampak-dampak banjir yang semakin meningkat. Kebutuhan untuk mengintegrasikan pengelolaan risiko banjir ke dalam perencanaan dan pengelolaan lahan menjadi penting untuk meminimalisasi risiko dan mengelola dampak banjir. Di tempat tinggal perkotaan yang sedang tumbuh pada khususnya, risiko banjir dapat dilihat sebagai hal yang tidak terlalu penting dibanding masalah-masalah sosial dan ekonomi. Dengan demikian perkembangan dataran banjir akan berlanjut karena tekanan terhadap sumber daya lahan dan pertimbangan politik – ekonomi. Akan tetapi, di wilayah perkotaan baru yang lebih terencana untuk menghadapi risiko banjir, rancangan tahan banjir dapat lebih mudah diterapkan dengan biaya dan gangguan yang lebih rendah saat fase pembangunan dan rekonstruksi daripada usaha untuk melakukan penyesuaian. Hal ini memberi kesempatan untuk merancang bangunan yang lebih tangguh – yang tentu akan bernilai di masa mendatang. Potensi untuk mendapatkan tindakan-tindakan berbiaya lebih rendah dan manfaat berkepanjangan dari pengelolaan risiko banjir masih dapat dicari. Sebagai contoh, penggunaan yang sangat efektif dari lahan terbatas di daerah perkotaan yang padat penduduk adalah konstruksi cekungan penghadang multi fungsi yang dapat menyimpan air banjir untuk mengendalikan tumpahan air bila diperlukan. Di saat lain cekungan tersebut dipergunakan untuk kegiatan lain seperti fasilitas olahraga dan rekreasi atau bahkan parkiran. Memelihara air hujan juga merupakan cara inovatif untuk mencegah banjir. Dalam bentuk sistem drainase yang berkesinambungan dan dipergunakan sebagai air simpanan (bukan untuk diminum) atau konservasi. Investasi untuk pengelolaan kota yang lebih baik, seperti untuk limbah/sampah juga dapat mengurangi risiko banjir, yang memberi manfaat kesehatan dan lingkungan, dan dapat menciptakan lapangan kerja serta mengentaskan kemiskinan. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 33 Masyarakat desa bekerja sama untuk membangun pencegahan fisik banjir agar air tidak sampai ke desa mereka pada tahun 2010 di Pakistan Sumber: Gideon Mendel 34 Pengelolaan air tanah dapat mencegah penurunan tanah yang mengatasi wilayah dataran rendah yang rentan banjir, namun juga melindungi gedung- gedung dan infrastruktur dari kegagalan meninggikan tanah yang turun, seperti yang telah dicoba di Bangkok. Lahan basah, pelindung-bio, zona perlindungan lingkungan dan tindakan-tindakan “penghijauan kota” yang menghasilkan manfaat lingkungan dan kesehatan di wilayah perkotaan juga dapat mengurangi dampak banjir. Tindakan-tindakan penghijauan ini akan memberikan manfaat lain selain menurunkan risiko banjir di wilayah sekitarnya, termasuk menurunkan dampak panas pulau perkotaan dan tingkat emisi CO2, sehingga menciptakan lingkungan kota yang lebih sehat. Sebagai contoh, wilayah penyangga disekitar Sungai Primero di kota Cordoba, Argentina memperbaiki lingkungan kota dan memindahkan penduduk yang berisiko ke lokasi yang lebih aman. Mengingat banyaknya tujuan pembangunan yang urgent dan terbatasnya sumber yang dihadapi oleh para pembuat keputusan, maka tidaklah mungkin untuk terlalu preskriptif dalam mengaplikasikan pengelolaan risiko banjir. Paket tindakan yang sesuai untuk suatu lokasi tertentu sebaiknya diadopsi setelah melalui pertimbangan yang sungguh-sungguh dan konsultasi dengan para pemangku kepentingan. Aksi untuk menciptakan pendekatan integratif akan melibatkan pengidentifikasian teknis tindakan-tindakan yang memungkinkan untuk mengurangi risiko banjir. Strategi-strategi pengelolaan risiko banjir perkotaan yang terintegrasi secara alamiah dirancang untuk dapat masuk dalam isu-isu perencanaan yang berkaitan dengan air dan dapat merupakan bagian dari agenda yang lebih luas seperti regenerasi kota atau adaptasi perubahan iklim. Aksi untuk mengurangi risiko banjir harusnya dijalankan melalui proses partisipatif yang melibatkan semua pemangku kepentingan yang memiliki minat dalam pengelolaan banjir, termasuk masyarakat yang berisiko atau terkena pengaruh banjir. Tindakan-tindakan yang dipilih perlu untuk dinegosiasikan dengan para pemangku kepentinganm dan dapat beradaptasi dengan kondisi alam, sosial dan ekonomi yang dapat terjadi dalam kurun waktu tertentu. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 35 Menerapkan pengelolaan risiko banjir perkotaan Panduan untuk Pengelolaan Risiko Banjir Terintegrasi berpendapat perlu pendekatan terintegrasi dalam mengelola risiko banjir perkotaan yang mengkombinasikan tindakan-tindakan struktural dan non-struktural. Pendekatan pengelolaan risiko banjir perkotaan seperti tersebut menggambarkan satu kesatuan cakupan, isi yang strategis dan kolaboratif. Pendekatan integratif bisa jadi sulit tercapai bila pengelola pemerintah kota tidak memiliki kapasitas teknis, pendanaan atau sumber daya yang culup. Minat para pemangku kepentingan juga beragam, sehingga mengarah pada perbedaan insentif dan motif untuk bertindak. Sebagai contoh, seringkali para penduduk tidak bersedia untuk pindah dari lokasi yang sudah mapan di kawasan banjir – yang tentu rentan dan melanggar regulasi penggunaan lahan yang disusun oleh para pembuat keputusan dan perencana. Situasi ini dapat melibatkan penduduk miskin yang tinggal di bantaran sungai dekat dengan kesempatan ekonomi, atau orang-orang kaya yang memiliki rumah di pinggir pantai. Implementasi memerlukan partisipasi luas dan perubahan cara-cara manajemen tradisional agar berhasil. Dalam tingkatan politik dan institutional, tindakan untuk menurunkan risiko banjir perlu menerapkan perangkat-perangkat dan teknik- teknik untuk meramal tren-tren saat ini dan pemicu ke depan, untuk memperoleh skenario-skenario alternatif, dan untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan strategis terintegrasi. Pengulangan kesalah masa lalu dapat memiliki konsekuensi- konsekuensi yang membahayakan paa masa ini dan yang akan datang. Merupakan hal penting untuk mengidentifikasikan informasi, pengalaman dan cara- cara yang dapat disediakan oleh para pemangku kepentingan, termasuk praktisi dan penduduk – dan juga merancang tindakan-tindakan dengan menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka. Juga merupakan hal yang penting adalah memahami konteks pengelolaan risiko banjir perkotaan yang mana beroperasi. Hal ini dapat berupa dinamika pembuatan keputusan pada tingkat nasional, regional, lokal/kota dan komunitas. Pengelolaan risiko banjir perkotaan demikian memerlukan koordinasi yang lebih besar antara pemerintah kota, pemerintah nasional, menteri-menteri terkait, perusahaan sektor publik, termasuk utilitas, dan institusi-institusi meteorologi dan perencanaan, masyarakat madani, organisasi-organisasi non-pemerintahan, institusi-institusi pendidikan dan pusat-pusat penelitian, serta sektor swasta. 36 Merupakan hal yang penting untuk memahami kapasitas dan insentif dari para pemain tersebut, termasuk pada cara mereka memilih atau mempergunakan sumber-sumber mereka yang terbatas dalam tingkat ketidakpastian yang tinggi. Keputusan-keputusan pemerintah perihal pengelolaan risiko diimbangi dengan keterbatasan sumber daya yang mungkin bertentangan, dan seringkali lebih penting, dan prioritas lain dalam penggunaan lahan dan pengembangan ekonomi. Mendapatkan keseimbangan yang tepat antara tindakan-tindakan struktural juga merupakan tantangan. Para pembuat kebijakan memerlukan visi yang jelas tentang alternatif-alternatif dan metode-metode dan perangkat-perangkat untuk membantu mereka membuat pilihan-pilihan. Keputusan-keputusan tentang pengelolaan risiko banjir sangat kompleks dan membutuhkan partisipasi luas dari para spesialis teknis dan begitu pula non-spesialis. Perangkat-perangkat dan teknik-teknik yang dapat memberikan para pembuat kebijakan dan para spesialis teknis untuk memutuskan antar berbagai alternatif dan melihat pada pembiayaannya memang ada. Jelas terdapat peran untuk perangkat-perangkat yang dapat memprediksi hasil dari keputusan-keputusan, mengkomunikasikan risiko dan menciptakan jalinan dari para pemangku kepentingan. Sebagai contoh adalah peta-peta risiko dan ancaman atau teknik-teknik simulasi dan visualisasi yang dapat menggambarkan dampak dari keputusan-keputusan ke beragam pemangku kepentingan, dan menyampaikan analisa biaya-manfaat yang dapat menunjukan proses pembuat-keputusan lebih transparan dan bertanggung jawab. Alat pengukuran yang tepat, permainan simulasi yang tepat, data risiko yang baik dan perangkat visualisasi data akan membantu. Namun dasar utama dari perangkat tersebut adalah perlunya pemahaman mendasar, yang seringkali kurang, dari proses-proses fisik yang terlibat dalam situasi banjir dan hasil yang diharapkan dari pengukuran pengelolaan banjir atas tindakan yang diambil. Bila implementasi dan hasil dari tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir dapat didefinisikan dalam terminologi ekonomi, pertimbangan yang dibuat oleh para pembuat keputusan, para perencana perkotaan dan para spesialis teknis juga harus melihat pada masalah-masalah yang lebih luas. Mereka harus mempertimbangkan banyak aspek seperti dampak dari tindakan-tindakan tentang degradasi lingkungan, bio-diversitas, ekuitas, kapital/kapasitas sosial, dan potensi keuntungan-keuntungan lain. Sangat penting untuk menyadari bahwa sisa risiko yang ada tidak akan menjadi nol, bahwa biaya untuk menurunkan risiko tersebut akan melebihi dari manfaat yang seharusnya, dan bahwa dana tidak ada untuk berinvestasi pada tindakan-tindakan yang harus diambil. Disamping itu, membuat Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 37 kebijakan pada era urbanisasi dan perubahan iklim harus berhadapan dengan ketidakpastian yang berhubungan dengan prediksi ke depan tentang pola-pola banjir. Ketidakpastian seperti itu dapat mengarah ke tidak adanya keputusan. Membuat keputusan harus menunjukan kekuatan. Evaluasi biaya dan manfaat dari tiap tindakan, atau kombinasi tindakan-tindakan, harus menyatu dengan strategi yang lebih luas yang menentukan sasaran-sasaran investasi tindakan- tindakan dan memprioritaskan pengeluaran pada aktivitas-kativitas yang paling penting dan efektif. Mengkombinasikan alternatif-alternatif yang menghasilkan dalam berbagai skenario akan merupakan strategi terpilih daripada mencari solusi yang optimal, seperti ilustrasi pada Bagan 10. Hal ini akan mengarah pada pilihan untuk mendapatkan pendekatan fleksibel dan ‘tanpa sesal’ yang pasti lebih berbiaya efektif tanpa melihat apakah terdapat perubahan risiko banjir di masa mendatang. Manfaat rendah Penempatan dibanding biaya di zona beresiko lebih rendah Asuransi Membangun kembali ekosistem alam Pengendalian erosi Pengendalian pembangunan kota Sistem drainase Sistem Peringatan kota Awal Tata laksana gedung Pengurangan Pertahanan Manfaat tinggi kerentanan sosial terhadap banjir dibanding biaya Tinggi Kecepatan dalam menghadapi ketidakpastian Rendah Bagan 10: Biaya dan manfaat relatif dari pilihan pengelolaan banjir. Sumber: Diadaptasi dari Ranger danGarbett-Shields 2011 38 Banyak tindakan-tindakan non-struktural cenderung bersifat fleksibel, sebagai contoh sistem peringatan dini atau perencanaan evakuasi. Tindakan-tindakan struktural dilihat kurang fleksibel, walau kadangkala fleksibilitas dapat digabungkan, seperti menginstalasi fondasi pencegahan banjir dengan lebih lebar sehingga bila akan ditingkatkan tidak perlu lagi memperkuat dasar bangunan. Membeli barikade-barikade bajir temporer juga dapat dilihat sebagai alternatif fleksibel karena dapat diperoleh kapan dan di mana bila perlu, karena risiko banjir dapat berubah. Tindakan-tindakan ‘tanpa sesal’ menghasilkan manfaat yang lebih dari biaya yang dikeluarkan dan independen terhadap perubahan risiko banjir mendatang. Contoh selanjutnya adalah ramalan dan sistem peringatan dini yang tidak sensitif terhadap risiko banjir ke depan dan secara relatif berbiaya rendah untuk diterapkan; sistem pengelolaan limbah/sampah yang memiliki manfaat kesehatan walau ada tidaknya risiko banjir; dan tindakan-tindakan lingkungan memiliki nilai yang mudah didapat. Mengidentifikasi institusi-institusi pengelola yang lebih efektif dalam menyampaikan tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir perkotaan juga merupakan dasar dari keberhasilan. Negara-negara – dan kota-kota – dengan institusi-institusi yang memiliki kinerja tinggi lebih baik di dalam mencegah bencana. Akan tetapi, seringkali terdapat kekurangan pengaturan institusional dan kekurangan kerangka kebijakan yang tepat untuk mendukung pengintegrasian dan koordinasi pengelolaan risiko banjir perkotaan. Ketidaksesuian antara tata kelola dan mekanisme pengelolaan bencana yang resmi dan apa yang diperlukan dalam mengimplementasi pengelolaan risiko banjir terintegrasi merupakan hambatan untuk mempengaruhi perubahan. Bila peran institusi tidak mapan atau jelas, reformasi diperlukan agar para institusi-institusi yang ada saling melengkapi dan mengimbangi sisyem yang ada agar dapat menciptakan efisiensi dalam mengambil tindakan-tindakan dan menerapkannya dengan lebih cepat. Institusi-institusi informal dan jaringan sosial juga memiliki peranan penting. Pembelajaran berharga dapat ditarik dari pengalaman-pengalaman akar rumput dalam menghadapi banjir pada tingkat rumah tangga dan komunitas. Pengelolaan risiko banjir perkotaan yang terintegrasi merupakan intervensi multi-disiplin dan multi sektoral yang jatuh pada tanggung jawab dari keragaman badan-badan pemerintah dan non-pemerintah. Tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir seharusnya bersifat komprehensif, spesifik secara lokal, terintegrasi dan berimbang dengan semua sektor yang terlibat. Karena kedekatan spasial, otoritas lokal lebih mudah dalam membuat keputusan yang tepat. Namun demikian, Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 39 1. Pemahaman $ ...ancaman banjir sekarang dan di masa mendatang. Memahami siapa dan apa saja yang akan terkena dampak saat banjir terjadi. 2. Mengidentifikasi $$ $$ ...tindakan-tindakan paling efektif untuk mengurangi risiko nyawa dan properti. KONSULTASI 3. Merencanakan $$$ kegaga ...tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir dengan perencanaan tata kota dan lan dalam menerapkan k e b i j a k a n d praktek manajemen. Mengintegrasikan KONSULTASI tindakan-tindakan untuk menciptakan solusi-solusi yang memberikan manfaat terhadap lingkungan, kesehatan dan ekonomi. KONSULTASI ap at be rd am an h a r u s mem pa ng an, d ula kp ada a n keua id ari k e r u g i a n n y awa d aw al Bagan 11: Lima tahap pengelolaan risiko banjir yang terintegrasi Sumber: GHK Consulting dan Baca Architects 40 PERBAIKAN: bertujuan untuk menurunkan risiko, meningkatkan kesadaran dan memperbaiki implementasi Tahap 1: Memahami ancaman sangat penting dalam merancang tindakan-tindakan dan solusi-solusi yang dapat mencegah atau membatasi kerusakan dari jenis banjir tertentu. Tahap 2: Pendekatan terintegrasi pengelolaan risiko banjir merupakan kombinasi tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir yang apabila disatukan dapat mengurangi risiko banjir perkotaan. Tahap 3:Pengelolaan risiko banjir perkotaan membutuhkan pengembangan komprehensif strategi jangka panjang yang terintegrasi yang dapat dikaitkan dengan perencanaan perkotaan dan kebijakan dan praktek-praktek pengelolaan yang sudah ada. 4. Keuangan dan Implementasi $$$$ Tahap 4:Pengelolaan risiko banjir ...tindakan-tindakan untuk mengurangi yang terintegrasi merupakan risiko. Memprioritaskan tindakan-tindakan intervensi multi-displin dan “tanpa sesal” dan tepat guna multi-sektoral yang merupakan tanggung jawab dari berbagai badan pemerintah maupun non-pemerintah. 5. Evaluasi $ Tahap 5: Evaluasi merupakan ...bagaimana tindakan-tindakan kegiatan penting untuk memperbaiki yang diterapkan berhasil dan rancangan dan penerapan apa yang dapat diubah tindakan-tindakan pengelolaan risiko KONSULTASI mendatang. banjir, baik secara struktural maupun non-struktural Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 41 dukungan politis yang lebih luas dan dasar-dasar organisasional sangat penting untuk menjamin keberhasilan dari pengelolaan risiko banjir yang terintegrasi. Dengan tekanan laju urbanisasi, tata kelola perkotaan dan pembuatan keputusan sering mengalami kekurangan untuk dapat memberi tanggapan yang diperlukan dalam menghadapi banjir. Penerapan standar-standar dan regulasi sering tidak lengkap atau malah tidak ada. Kerangka peraturan juga sering menentukan standar yang tidak realistik dan pada saat yang bersamaan kurang adanya mekanisme yang cukup untuk menerapkan regulasi tersebut. Pendanaan juga sering terbatas. Dengan demikian sangat penting untuk mengkaitkan risiko banjir dengan inisiatif- inisiatif yang berhubungan dengan penurunan kemisikan dan adaptasi terhadap perubahan iklim, dan dengan isu-isu spesifik perencanaan dan pengelolaan perkotaan, seperti pengaturan perumahan, pemilikan tanah, pembangunan infrastruktur kota dan penyediaan layanan dasar. Solulsi-solusi yang kita dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan risiko banjir, dan pada waktu yang bersamaan menciptakan kesempatan untuk mempromosikan pembangunan kota yang berkelanjutan dan tangguh. Bagan 11 pada halaman berikut menggambarkan proses Pengelolaan Risiko Banjir Perkotaan yang Terintegrasi. Proses tersebut memiliki lima langkah yang berawal dari pemahaman terhadap ancaman banjir dan mengidentifikasi tindakan- tindakan yang paling tepat, hingga pada perencanaan, implementasi dan terakhir evaluasi strategi dan tindakan-tindakan yang diterapkan. 42 Dua belas prinsip-prinsip utama untuk pengelolaan risiko banjir perkotaan 1. Setiap skenario risiko banjir berbeda: tidak ada cetak biru pengelolaan banjir. Memahami jenis, sumber, dan probabilitas banjir, aset-aset yang terekspose dan kerentanan yang dihadapi kesemuanya merupakan hal yang penting bila ingin mengidentifikasi tindakan-tindakan pengelolaan risiko banjir secara tepat. Ketepatan tindakan terhadap konteks dan kondisi yang dihadapi sangat penting: penghadang banjir di tempat yang salah dapat memperburuk banjir karena jatuhnya air hujan akan terhalang untuk masuk ke sungai dengan mendorong air ke tempat-tempat yang rentan di hilir, dan sistem peringatan dini dapat memiliki dampak terbatas pada upaya mengurangi risiko dari banjir badang. 2. Rancangan untuk pengelolaan banjir harus dapat menyesuaikan dengan perubahan dan ketidakpastian di masa depan. Dampak urbanisasi terhadap pengelolaan banjir saat ini dan seterusnya akan signifikan. Namun tentu saja tidak dapat secara keseluruhan diprediksi. Disamping itu, pada masa kini dan jangka panjang, model-model banjir dan prediksi iklim bahkan dapat menghasilkan ketidakpastian yang cukup besar. Hal ini karena iklim mendatang sangat tergantung pada tindakan-tindakan manusia yang tidak dapat diprediksi terhdap iklim – dan karena iklim berada pada skenario-skenario yang sebelumnya tidak terlihat. Para pengelola risiko banjir dengan demikian perlu untuk mempertimbangkan tindakan-tindakan yang tangguh terhadap ketidakpastian dan terhadap berbagai skenario banjir yang berbeda dalam kondisi perubahan iklim. 3. Urbanisasi yang berjalan cepat membutuhkan pengelolaan risiko banjir secara terintegrasi dengan rancangan kota rutin dan tata laksana. Perencanaan dan pengelolaan perkotaan yang mengintergrasikan pengelolaan risiko banjir merupakan ketentuan kunci, yang juga memasukan unsur penggunaan lahan, lokasi perlindungan, infratruktur dan jasa. Perluasan yang cepat dari pembangunan kota juga memberikan kesempatan untuk mengembangkan tempat tinggal-tempat tinggal baru yang memasukan pengelolaan risiko banjir yang Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 43 terintegrasi pada saat awal. Kegiatan operasional dan perawatan yang cukup untuk mengelola aset-aset manajemen banjir juga merupakan isu manajemen perkotaan. 4. Strategi terintegrasi membutuhkan penggunaan tindakan- tindakan struktural dan non-struktural dan cara pengukuran yang tepat untuk medapatkan hasil yang seimbang secara tepat. Dua jenis tindakan yang ada jangan dianggap dua hal yang berbeda satu sama lain. Namun merupakan tindakan yang saling melengkapi. Setiap tindakan memberikan kontribusi terhadap penurunan risiko banjr, akan tetapi strategi paling efektif biasanya adalah mengkombinasikan beberapa tindakan – yang mungkin merupakan kedua jenis tersebut. Sangat penting untuk dapat mengidentifikasi berbagai cara mengurangi risko agar dapat memilih mana yang terbaik untuk dapat mencapai sasaran saat ini – dan mendatang. 5. Tindakan-tindakan struktural dengan rekayasa tinggi dapat menyebabkan transfer risiko di hilir dan hulu. Tindakan-tindakan struktural berekayasa tinggi dapat efektif bila digunakan secara tepat. Namun demikian harus dilihat karakteristiknya apakah pada saat mengatasi risiko banjir di satu lokasi akan meningkatkan risiko di tempat lain. Para pengelola banjir perkotaan harus mempertimbangkan apakah tindakan-tindakan yang diambil telah mewakili kawasan tangkapan air yang lebih luas. 6. Kemungkinan untuk meniadakan risiko banjir secara keseluruhan adalah mustahil. Tindakan-tindakan yang bersifat rekayasa keras bertujuan untuk menghadapi tingkat risiko yang dapat diperkirakan. Namun, bisa juga gagal. Sedangkan tindakan-tindakan non-struktural lain biasanya dirancang untuk meminimalisasi risiko daripada mencegah. Akan selalu ada risiko yang tersisa dan perlu diantisipasi. Tindakan-tindakan juga dirancang gagal harus secara luwes, jika benar-benar gagal menimbulkan kerusakan yang lebih parah bila mana tidak ada tindakan-tindakan tersebut. 44 7. Banyak tindakan pengelolaan banjir memiliki keuntungan berganda di atas peran mereka mengelola banjir. Keterkaitan antara pengelolaan banjir, rancangan kota, perencanaan dan pengelolaan, dan inisiatf-inisiatif perubahan iklim akan bermanfaat. Sebagai contoh, penghijauan di ruang-ruang kota memiliki nilai keindahan, mendukung bio-diversitas, melindungi terhadap panas perkotaan dan dapat menjadi penghalang api, penyedia makanan kota dan merupakan lokasi evakuasi. Perbaikan dalam pengelolaan limbah memberikan manfaat kesehatan dan sekaligus memelihara kapasitas sistem drainase dan mengurangi risiko banjir. 8. Sangat penting untuk mempertimbangkan konsekuensi sosial dan ekologis secara lebih luas dalam pembiayaan pengelolaan banjir. Walau biaya dan manfaat dapat didefeiniskan dalam terminologi ekonomi, jarang sekali keputusan-keputusan diambil berdasarkan pada nilai-nilai ekonomi saja. Konsekuensi-konsekuensi sosial dan ekologis, seperti hilangnya kohesifitas masyarakat dan bio-diversitas, tidal terlalu mudah untuk diukur dalam terminologi ekonomi. Dugaan-dugaan kualitatif seharusnya dibuat oleh pengelola-pengelola kota, masyarakat yang berisiko, perencana tata-kota, dan para profesional pengelola risiko banjir pada topik yang lebih luas lagi. 9. Kejelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab untuk konstruksi dan pengelolaan program-program risiko banjir sangat perlu. Pengelolaan risiko bajir perkotaan secara terintegrasi sering berada dan jatuh pada dinamika dan perbedaan insentif dalam mengambil keputusan di tingkat nasional, resgional, perkotaan dan masyarakat. Pemberdayaan dan kebersamaan terhadap masalah banjir oleh badan-badan dan individu-individu yang relevan dapat menghasilkan tindakan yang positf untuk mengurangi risiko. 10. Implementasi tindakan-tindakan pengelolaan risiko bajir memerlukan kerjasama dari para pemangku kepentingan. Hubungan yang erat dengan masyarakat yang berisiko pada setiap tahap merupakan faktor kunci keberhasilan. Kedekatan hubungan meningkatkan penerapan standar, menghasilkan peningkatan kapasitas dan menurunkan konflik. Hal ini perlu dikombinasikan dengan kepemimpinan yang kuat dan berani membuat keputusan, serta komitmen dari pemerintahan nasional dan lokal. Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 45 11. Perlu adanya komunikasi yang berlangung secara terus menerus untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat kesiapan. Komunikasi yang berlangsung secara terus menerus dapat menghindarkan kemungkinan manusia lupa tentang risiko banjir. Bahkan sebuah bencana besar mudah dilupakan oleh generasi kedua atau sebagain generasi pertama, sedangkan ancaman yang menghadang dianggap lebih mendesak. Kejadian yang memiliki dampak lebih kecil dapat dilupakan dalam kurun tiga tahun. 12. Rencanakan pemulihan secara cepat setelah terjadi banjir dan gunakan proses pemulihan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Dengan kejadian-kejadian banjir yang akan terus membuat masyarakat menderita walau praktik-praktik pengelolaan risiko banjir tetap berlangsung, maka sangat penting untuk merencanakan pemulihan yang cepat. Hal ini termasuk tersedianya perencanaan sumber daya dan sumber pendanaan. Rencana pemulian terbaik adalah menggunakan kesempatan rekonstruksi untuk membangun dengan lebih aman dan komunitas yang lebih kuat agar dapat memiliki kapasitas dalam menghadapi banjir dengan lebih baik di masa mendatang. 46 Daftar Isi Bab I Memahami Ancaman Banjir 50 – 129 Bab 2 Memahami Dampak-dampak Banjir 130 – 189 Bab 3 Pengelolaan Terintegrasi Risiko Banjir: Tindakan Struktural 190 – 281 Bab 4 Pengelolaan Terintegrasi Risiko: Tindakan Non - Struktural 282 – 437 Bab 5 Evaluasi terhadap Pilihan-Pilihan Pengelolaan Risiko Banjir: Perangkat untuk Penyusun Kebijakan 438 – 487 Bab 6 Mengimplementasi Pengelolaan Terintegrasi Risiko Banjir 488 – 581 Bab 7 Kesimpulan: Mempromosikan Pengelolaan Terintegrasi Risiko Banjir Perkotaan 582 – 619 Singkatan-singkatan 620 – 625 Kamus istilah 626 – 631 Kota dan Banjir Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 47 Banjir perkotaan merupakan tantangan pembangunan yang serius dan semakin meningkat. Hal ini merupakan fenomena global yang mengakibatkan penderitaan yang meluas, kerusakan- kerusakan ekonomi dan hilangnya nyawa manusia. Kota dan Banjir: Panduan Pengelolaan Terintegrasi untuk Risiko Banjir Perkotaan di Abad 21 menyediakan arahan operasional yang menilik ke masa depan kepada para penyusun kebijakan dan ahli teknis di kota-kota yang dengan cepat meluas dan di negara-negara berkembang mengenai cara terbaik dalam mengelola risiko banjir. Diperlukan pendekatan strategis, yaitu berupa tindakan-tindakan tepat dalam mengelola risiko melalui proses mengidentifikasi, mengamati, memilih, dan menyatu agar dapat melibatkan dan menginformasikan pada semua pemangku kepentingan. SKU 32664 48