Akuntabilitas Guru dan Skema Tunjangan Khusus Berbasis Kinerja di (Semi-) Perkotaan Indonesia: Apa Pendapat Pemangku Kepentingan Pendidikan? Marcello Perez-Alvarez, Jan Priebe & Dewi Susanti Januari 2020 © 2020 The World Bank 1818 H Street NW, Washington DC 20433 Telephone: 202-473-1000; Internet: www.worldbank.org Some rights reserved. This work is a product of the staff of The World Bank. The findings, interpretations, and conclusions expressed in this work do not necessarily reflect the views of the Executive Directors of The World Bank or the governments they represent. The World Bank does not guarantee the accuracy of the data included in this work. The boundaries, colors, denominations, and other information shown on any map in this work do not imply any judgment on the part of The World Bank concerning the legal status of any territory or the endorsement or acceptance of such boundaries. Rights and Permissions The material in this work is subject to copyright. Because The World Bank encourages dissemination of its knowledge, this work may be reproduced, in whole or in part, for noncommercial purposes as long as full attribution to this work is given. Attribution—World Bank. 2020. Teacher Accountability and Pay-for-Performance Schemes in (Semi-) Urban Indonesia: What do Education Stakeholders Think?.© World Bank.” All queries on rights and licenses, including subsidiary rights, should be addressed to World Bank Publications, The World Bank Group, 1818 H Street NW, Washington, DC 20433, USA; fax: 202-522-2625; e-mail: pubrights@worldbank.org. Akuntabilitas Guru dan Skema Tunjangan Khusus Berbasis Kinerja di (Semi-) Perkotaan Indonesia: Apa Pendapat Pemangku Kepentingan Pendidikan? Marcello Perez-Alvarez, Jan Priebe & Dewi Susanti 1 Unit Pembangunan Sosial Bank Dunia – Indonesia JANUARI 2020 1 Afiliasi penulis adalah sebagai berikut: (a) University of Göttingen, Department of Economics, e-mail: marcello.perez@wiwi.uni-goettingen.de (b) GIGA Institute Hamburg, Universitas Göttingen, email: jpriebe@uni-goettingen.de (c) World Bank, email: dsusanti@worldbank.org ii. Daftar isi Daftar Isi Daftar Isi iii Daftar Gambar iv Daftar Tabel iv Daftar Singkatan v Ucapan Terima Kasih vii Abstrak xi 01 Pengantar 1 02 Evaluasi Kinerja Guru di Indonesia 5 03 Data dan Metodologi 7 04 Hasil Pendapat tentang Evaluasi dan Indikator Kinerja Guru 9 Ujian UKG 9 Hasil Belajar Murid 12 Ketidakhadiran Guru 17 05 Hasil: Pendapat tentang Evaluasi Berisiko Tinggi 19 Indikator Utama PKG 19 Siapa yang Harus Mengevaluasi Guru 20 Kriteria Pembayaran 25 Analisis Regresi 25 06 Kesimpulan 29 Referensi 31 Lampiran 33 iii. Daftar Gambar Gambar 1. Orang tua: Saya merasa nyaman untuk memberikan penilaian atas keterampilan/ karakteristik guru berikut sebagai indikator kinerja yang akan memengaruhi pembayaran mereka 21 Gambar 2. Murid: Bersedia untuk mengevaluasi kompetensi guru 21 Daftar Tabel Tabel 1. Guru: UKG sebagai Indikator Kinerja 10 Tabel 2. Kepala Sekolah: UKG sebagai Indikator Kinerja 11 Tabel 3. Guru: Pengaruh Guru dan Profil Murid (Tabel I) 12 Tabel 4. Guru: Pengaruh Guru dan Profil Murid (Tabel II) 13 Tabel 5. Guru: Perhatian Heterogen 15 Tabel 6. Kepala Sekolah dan Guru: Nilai Ujian Murid sebagai Indikator Kerja 17 Tabel 7. Guru: Penerimaan atas Ketidakhadiran Guru 18 Tabel 8. Pemeringkatan Kompetensi Guru yang Seharusnya Memengaruhi Pendapatan Guru 20 Tabel 9. Guru dan Kepala Sekolah: Pendapat tentang Pemangku Kepentingan sebagai Penilai 20 Tabel 10. Guru: Senioritas dan Kinerja Guru sebagai Kriteria Pembayaran 22 Tabel 11. Guru: Kriteria Pembayaran 23 Tabel 12 Kepala sekolah: Kriteria Pembayaran Khusus 25 Tabel 13. Regresi LPM Mengenai Opini Guru tentang Senioritas dan Kinerja Guru sebagai Kriteria Pembayaran 26 Tabel 14. Regresi LPM Mengenai Opini Guru tentang Indikator untuk Tunjangan Khusus Berbasis Kinerja 27 iv. Daftar Singkatan Kemendikbud : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia KIAT Guru : Kinerja dan Akuntabilitas Guru LPM : Linear Probability Model (Model Probabilitas Linier) MWW : Mann Whitney Wilcoxon OECD : Organisation for Economic Co-operation and Development PBK : Pay-for-Performance PISA : Programme for International Student Assessment PKG : Penilaian Kinerja Guru PNS : Pegawai Negeri SIpil SD : Sekolah Dasar SMP : Sekolah Menengah Pertama SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan TPG : Tunjangan Profesi Guru UKG : Ujian Kompetensi Guru UN : Ujian Nasional UU : Undang-Undang v. vi. U c a p a n Te r i m a k a s i h Ucapan Terima Kasih Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Pemerintah Australia memberikan dukungan finansial yang murah hati untuk studi ini melalui Dana Hibah Program Mendukung Wajib Belajar 12 Tahun untuk Semua (Supporting 12 Years Quality Education for All atau ID-TEMAN). Kami berterima kasih kepada Dedy Junaedi, Lulus Kusbudiharjo, Anas Sutisna, Mulyana, dan semua enumerator survei atas pengumpulan data; Rajius Idzalika atas dukungan analisis data; Tazeen Fasih, Susiana Iskandar, Lily Hoo, Audrey Sacks, dan Yulia Herawati atas saran teknis dan analitis; Noah Yarrow, Amer Hasan, Samer Al-Samarrai, dan Ezequiel Molina atas komentar mereka pada versi sebelumnya dari studi ini; Bryan Rochelle atas penyuntingan pada versi Bahasa Inggris, Ririt Arya sebagai pengalih bahasa ke Bahasa Indonesia, Hera Diana dan Dinda Putri Hapsari atas penyuntingan pada versi Bahasa Indonesia, dan Yohanes Cahyanto Aji untuk desain tata letak laporan ini. Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini merupakan pandangan penulis sendiri dan bukan merupakan pandangan Pemerintah Australia atau Bank Dunia. vii. viii. A B STRAT Abstrak Evaluasi guru dilakukan untuk mengambil keputusan terkait kepegawaian dan pengembangan keprofesion guru, dengan tujuan akhir untuk menciptakan lingkungan belajar murid yang kondusif. Efektivitas dan kelayakan evaluasi guru, khususnya dalam konteks evaluasi berisiko tinggi (perekrutan, pemberhentian, promosi, skema pendapatan berbasis kinerja), sangat tergantung pada dukungan berbagai pemangku kepentingan pendidikan. Banyak pemerintah di seluruh dunia, termasuk Pemerintah Indonesia, ingin mereformasi dan mengembangkan sistem evaluasi guru, namun tidak memiliki informasi tentang bagaimana pandangan kepala sekolah, guru, orang tua dan murid tentang evaluasi tersebut. Studi ini menggunakan data dari survei opini berskala besar yang dilaksanakan di Indonesia untuk mengkaji pendapat pemangku kepentingan pendidikan tentang evaluasi kinerja guru. Ada empat pembelajaran utama yang teridentifikasi: 1 Pertama, banyak kepala sekolah dan guru setuju dengan skema evaluasi yang digunakan di Indonesia pada saat ini, seperti Ujian Kompetensi Guru (UKG) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG), dan mereka juga terbuka terhadap reformasi dan pengenalan skema baru. 2 Kedua, skema Pendapatan Berbasis Kinerja (PBK) mendapatkan banyak dukungan dari kepala sekolah dan guru, dan lebih disukai dibanding pendapatan yang dikaitkan dengan senioritas. 3 Ketiga, guru di daerah perkotaan lebih menyukai skema Pendapatan Berbasis Kinerja daripada guru di daerah semi-perkotaan. 4 Terakhir, semua pemangku kepentingan umumnya mendukung konsep di mana kepala sekolah, guru, dan orang tua berperan sebagai penilai kinerja. ix. x. P E N G A N TAR 01 Angka partisipasi murni (APM) Pengantar Selama 15 tahun terakhir, Indonesia telah membuat kemajuan dan investasi penting dalam meningkatkan akses dan capaian pendidikan. Angka partisipasi murni (APM) di sekolah dasar tetap tinggi pada angka di atas 90 persen, sementara APM di di sekolah dasar sekolah menengah telah meningkat dari 54 persen pada tahun 2003 menjadi 76 di atas persen pada 2015 (World Bank 2018a). Pada saat yang sama, Pemerintah Indonesia 90% telah melakukan investasi fiskal yang signifikan untuk meningkatkan kualitas dan efektivitas layanan dan hasil pendidikan. Sebagai dampak dari Undang-Undang (UU) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengeluaran di sekolah menengah Pemerintah Indonesia untuk pendidikan telah meningkat lebih dari dua kali lipat meningkat dari selama abad 21. Selain itu, sejak tahun 2009, 20 persen dari anggaran nasional 54% tahun 2003 telah dialokasikan untuk sektor pendidikan (Chang et al. 2014). Sebagian besar upaya fiskal Pemerintah Indonesia dialokasikan untuk meningkatkan pendapatan guru. Pada tahun 2005, Pemerintah Indonesia menjadi mengesahkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang bertujuan 76% tahun 2015 untuk meningkatkan kualitas dan motivasi tenaga pengajar. Komponen utama UU Guru adalah pengenalan proses sertifikasi guru. Untuk mencapai sertifikasi, guru harus memenuhi standar kualitas pendidikan tertentu untuk mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (selanjutnya disebut TPG) yang menggandakan pendapatan pokok mereka (Bank Dunia 2010). Besaran anggaran TPG merupakan Anggaran Nasional porsi yang cukup besar pada anggaran fiskal Pemerintah Indonesia. Pada tahun 20% 2017, 52 persen dari total anggaran pendidikan dialokasikan untuk pendapatan dan tunjangan guru, dengan total TPG sebesar 35,2 persen dari jumlah anggaran dari anggaran nasional tersebut (Kementerian Keuangan 2016).2 dialokasikan untuk sektor pendidikan Guru penerima TPG merasa lebih puas dengan pendapatan mereka dan cenderung sejak 2009 tidak lagi mengejar pekerjaan tambahan di luar tugas mengajar reguler mereka (de Ree et al. 2018). Namun demikian, pengenalan TPG belum menghasilkan kemajuan yang nyata dalam meningkatkan hasil belajar murid (de Ree et al. 2018). Pelajar Anggaran Indonesia terus berada di peringkat terbawah pada studi Program untuk Penilaian Pendidikan Pelajar Internasional (Programme for International Student Assessment atau PISA) 2015, tahun 2017 yakni peringkat 66 dari 72 negara yang berpartisipasi (OECD 2016).3,4 Demikian juga hasil belajar murid Indonesia di perdesaan sangat rendah dibandingkan dengan 52% mereka yang di daerah perkotaan, sebuah hasil yang sebagian dapat dikaitkan dengan infrastruktur sekolah yang lebih buruk dan tingkat ketidakhadiran guru dialokasikan untuk gaji dan tunjangan guru yang lebih tinggi di wilayah perdesaan (ACDP 2014). 35.2% untuk TPG 2 Ini setara dengan USD5,5 miliar menurut perhitungan penulis sendiri berdasarkan berbagai laporan pengeluaran pemerintah yang dipublikasikan. 3 Angka ini mengacu pada jumlah total negara yang berpartisipasi dan terdiri dari seluruh negara dan wilayah administrasi khusus dari negara-negara seperti Hong Kong-Cina dan Makau-Cina. 4 Banyak negara berkembang yang miskin tidak berpartisipasi dalam studi PISA (Programme for International Student Assessment atau Program untuk Penilaian Murid Internasional). Karenanya, hasil belajar murid Indonesia berada di peringkat rendah dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan menengah dan tinggi lainnya yang berpartisipasi dalam program PISA. 1. Untuk memperbaiki penyediaan layanan pendidikan dan dan menemukan bahwa baik kepala sekolah dan guru meningkatkan hasil belajar murid, de Ree et al. (2018) menganggap evaluasi UKG dan PKG sebagai metode mengusulkan pengenalan mekanisme akuntabilitas guru yang berguna untuk meningkatkan kinerja guru. May- yang kuat, yaitu skema Pendapatan Berbasis Kinerja oritas responden menyatakan bahwa evaluasi ini seha- (Pay-for-Performance, selanjutnya PBK). Rekomendasi rusnya dilakukan setiap tahun. ini menanggapi temuan dari literatur internasional yang Sehubungan dengan kelayakan dan kesinambungan menyatakan bahwa skema PBK dapat memperbaiki skema PBK guru, hasil survei ini menunjukkan bahwa: penyediaan layanan dan meningkatkan hasil belajar murid, terutama di negara-negara berpenghasilan 1 Secara keseluruhan, kepala sekolah dan guru rendah dan menengah (Bruns and Schneider 2016; mendukung keterkaitan langsung antara evaluasi Jinnai 2016; Evans and Popova 2015; Chang et al. 2014; UKG dan PKG dengan pendapatan guru, dengan Holla et al. 2012; Pradhan et al. 2014; Joshi 2013; Kremer, tingkat persetujuan lebih dari 70 persen. Brannen and Glennerster 2013; Muralidharan and Sundararaman 2011a, 2011b; Bruns, Filmer and Patronis 2 Guru sangat menyukai skema PBK guru (tingkat 2011; Glewwe, Ilias and Kremer 2010; Murnane and persetujuan 97 persen) daripada skema yang Cohen 1986). Demikian pula, World Development Report mengaitkan pendapatan dengan senioritas 2018 mengusulkan penggunaan insentif yang berkaitan (tingkat persetujuan 34 persen). dengan finansial dan non-finansial untuk meningkatkan 3 Secara keseluruhan, studi ini menemukan bahwa motivasi guru dan hasil belajar murid (World Bank 2018b). skema PBK guru didukung dengan baik, dengan Pengenalan unsur-unsur PBK guru merupakan inisiatif tingkat dukungan tertinggi berasal dari guru yang yang masih baru untuk Indonesia. Program Rintisan bekerja di daerah perkotaan. Analisis regresi KIAT Guru5 telah mengkaji pendekatan pemberdayaan multivariat menunjukkan tingkat dukungan guru di masyarakat lokal—melalui pembentukan kelompok daerah perkotaan terhadap berbagai skema PBK pengguna layanan dan janji bersama dengan guru tentang lebih tinggi 10-13 poin persentase dibandingkan indikator kinerja layanan—yang dikombinasikan dengan dengan guru di daerah semi-perkotaan. skema PBK. Evaluasi dampak KIAT Guru menunjukkan 4 Guru terbuka pada gagasan untuk mengaitkan bahwa skema ini dapat meningkatkan hasil belajar murid indikator tambahan di luar UKG dan PKG, seperti secara signifikan dan menurunkan ketidakhadiran guru hasil belajar murid, dengan jalur karir profesional (Gaduh et al. 2018). mereka, dan oleh karena itu pula, dengan Temuan KIAT Guru dan prioritas Pemerintah Indonesia pendapatan mereka. untuk meningkatkan efektivitas belanja pendidikan, 5 Ada perbedaan penting antara opini kepala mendorong pemerintah untuk mengeksplorasi sekolah-guru dan orang tua-murid tentang pengenalan skema PBK di wilayah perkotaan dan semi- indikator PBK mana yang sesuai. Kepala sekolah perkotaan di Indonesia. Namun skema PBK hanyalah dan guru, misalnya, lebih memilih indikator salah satu dari berbagai elemen yang mungkin dilakukan yang berfokus pada input guru, seperti rencana dalam sistem evaluasi guru yang komprehensif. Inisiatif pelaksanaan pembelajaran dan persiapan untuk lain yang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah kegiatan kelas, sementara orang tua cenderung Ujian Kompetensi Guru (UKG) dan Penilaian Kinerja lebih memilih indikator yang menekankan interaksi Guru (PKG) untuk mendukung pembuatan keputusan guru-orang tua dan guru-murid. kepegawaian dan pendapatan, dan juga pengembangan 6 Gagasan mengenai pengawas sekolah, kepala dan promosi keprofesian guru. Karena sistem evaluasi sekolah, guru, orang tua, dan murid sebagai penilai guru Indonesia akan mengalami reformasi lebih kinerja mendapat dukungan secara umum. Namun, lanjut dalam waktu dekat, studi ini meneliti preferensi kepala sekolah dan guru menunjukkan preferensi pemangku kepentingan pendidikan mengenai berbagai yang jauh lebih besar pada peran evaluasi yang metode evaluasi dan indikator yang digunakan saat ini. dilakukan oleh pengawas, kepala sekolah, dan Studi ini menggunakan data dari survei opini berskala guru daripada oleh orang tua dan murid. Orang besar yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2017, tua juga bersedia untuk mengevaluasi guru secara rutin dengan menggunakan indikator yang paling familier bagi mereka, seperti interaksi guru-murid, 5 Uji coba program KIAT Guru telah berjalan sejak 2016 di daerah perdesaan terpencil di lima kabupaten di luar Jawa. Silakan lihat World Bank disiplin guru, dan kemajuan belajar murid. (2017) untuk rincian lebih lanjut mengenai KIAT Guru. 2. P E N G A N TAR Hasil-hasil utama jelas menunjukkan opini positif secara umum tentang skema PBK. Namun demikian, hasil-hasil ini harus ditafsirkan secara cermat karena potensi bias yang melekat pada data opini. Bagian selanjutnya dari studi ini disusun sebagai berikut: Bagian 2 menjelaskan instrumen evaluasi kinerja guru di Indonesia yang relevan dengan studi ini. Bagian 3 mem- bahas data dan metodologi yang digunakan dalam studi ini. Hasil temuan disajikan pada Bagian 4 dan 5. Bagian 6 menyajikan kesimpulan dari studi ini 3. 4. E v a lu a s i kne r j a gu r u d i i ndone s i a 02 Evaluasi Kinerja Guru di Indonesia Seperti yang disebutkan di awal studi ini, dua instrumen utama dari evaluasi guru dalam sistem pendidikan Indonesia terdiri dari Uji Kompetensi Guru (UKG) dan Penilaian Kinerja Guru (PKG). Studi ini mengkaji opini para pemangku kepentingan pendidikan di Indonesia tentang penggunaan dua instrumen tersebut sebagai indikator kinerja guru. Selain itu, studi ini mengkaji pandangan guru tentang hasil belajar murid dan ketidakhadiran guru. UKG adalah ujian wajib yang secara langsung mengukur kompetensi dan kemampuan guru. Ujian ini berfokus pada pengetahuan mata pelajaran dan pengetahuan konten pedagogis. UKG pertama kali diterapkan pada 2012 sebagai bagian dari proses sertifikasi guru dan diikuti dengan pelaksanaan dalam lingkup nasional pada 2015. UKG adalah prasyarat sertifikasi guru yang memberikan hak kepada guru untuk mendapatkan Tunjangan Profesi Guru (TPG). Namun pada saat seorang guru telah mencapai sertifikasi, nilai UKG mereka tidak lagi menjadi faktor penentu peningkatan pendapatan mereka. Sebagai akibat dari nilai ujian yang rendah pada UKG 2015, Pemerintah Indonesia melaksanakan program Pengembangan Profesi Guru pada 2016 yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru yang gagal dalam ujian tersebut (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016; World Bank 2015). PKG mengukur kinerja guru dengan menilai karakteristik pribadi, sosial, pedagogis, dan profesional guru (Chang et al. 2014; World Bank 2010). Evaluasi ini, yang menilai kinerja guru dengan menggunakan skala mulai dari A hingga D, secara tradisional telah dilakukan oleh kepala sekolah setiap tahun, mencakup 14 kompetensi menggunakan 78 indikator.6 Meskipun hasil belajar murid belum diterapkan sebagai indikator kinerja guru di Indonesia, sebuah penilaian murid yang sudah distandardisasi dalam lingkup nasional telah dilakukan secara rutin. Ujian Nasional (UN) menguji murid di berbagai tingkatan pada mata pelajaran seperti bahasa, matematika dan sains untuk memberikan ukuran atas kinerja sekolah dan pada prinsipnya dapat diadopsi dan diadaptasi sebagai ukuran kinerja guru (UNESCO 2017). 6 Namun selama bertahun-tahun nilai evaluasi guru selalu tetap sangat tinggi (A atau paling buruk B), sementara hasil belajar murid mengalami stagnasi selama 15-20 tahun terakhir. Untuk meningkatkan objektivitas evaluasi guru, sebuah unit di dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) telah berupaya untuk melibatkan penilai selain kepala sekolah dalam proses evaluasi seperti guru, orang tua, anggota masyarakat, dan perwakilan dari sektor swasta. Kemendikbud melaksanakan usulan ini di 2.000 sekolah menengah. Namun inisiatif ini belum dikembangkan karena kompleksitas instrumen yang mencakup banyak indikator, beberapa di antaranya tidak jelas dan perlu penafsiran. 5. 6. D ATA d a n m e t o d o l o g i 03 Data dan Metodologi Studi ini menggunakan data dari survei opini yang dilaksanakan di 100 sekolah di Indonesia. Survei ini dilaksanakan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (Kemendikbud) selama bulan April 2017. Survei dilakukan di 10 kabupaten di lima provinsi (lihat Tabel A1), dengan kabupaten-kabupaten yang berpartisipasi dipilih dalam proses dua tahap. Pada tahap pertama, lima kabupaten dipilih secara sistematis untuk mewakili heterogenitas geografi, terdiri dari kategori daerah yang sangat terpencil, terpencil, berkembang, dan maju. Pada tahap kedua, satu kabupaten tetangga juga dipilih untuk masing-masing dari lima kabupaten pilihan tersebut. Di setiap kabupaten, 10 sekolah—tiga sekolah dasar (SD), tiga sekolah menengah pertama (SMP), tiga sekolah menengah atas (SMA), dan satu sekolah menengah kejuruan (SMK)—dipilih untuk mewakili heterogenitas dalam hal hasil belajar murid. Heterogenitas ini diwakili oleh hasil belajar murid yang berkinerja rendah, berkinerja rata-rata, dan berkinerja tinggi dalam setiap kategori sekolah, berdasarkan Ujian Nasional (UN).7,8 Survei ini disebarkan kepada 1.605 orang yang terdiri dari kepala sekolah, guru, orang tua, dan murid. Di masing-masing dari 100 sekolah survei, satu kepala sekolah, lima guru, lima orang tua, dan lima murid diwawancarai oleh tim survei.9 Di antara guru, empat tipe guru diwawancarai, yaitu pegawai negeri sipil (PNS) bersertifikasi (n = 193), PNS tidak bersertifikasi (n = 100), non-PNS bersertifikasi (n = 33), dan non-PNS tidak bersertifikasi (n = 177). Sebanyak 60 persen dari guru sampel bekerja di sekolah semi-perkotaan, sedangkan 40 persen sisanya mengajar di daerah perkotaan. Guru, orang tua, dan murid dipilih secara acak. Sampel murid diambil dari semua kelas antara kelas 4 dan 12. Survei ini dilakukan melalui wawancara tatap muka. Sebagian besar pertanyaan survei terdiri dari bentuk pertanyaan skala Likert yang memungkinkan pilihan di antara lima opsi jawaban: satu berarti “sangat tidak setuju”, dua untuk “tidak setuju”, tiga untuk “ragu-ragu”, empat untuk “setuju”, dan lima untuk “sangat setuju”. Pertanyaan survei lainnya meminta responden untuk memilih dari daftar kategori. Misalnya responden memilih siapa di antara pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua, dan murid, yang mereka anggap sebagai penilai kinerja yang paling sesuai untuk mengukur berbagai kompetensi guru. Selain itu, responden 7 Pemilihan sekolah kejuruan dilakukan pada sekolah-sekolah dengan hasil belajar rata-rata, berdasarkan nilai UN. 8 Dari 100 sekolah dalam sampel, 83 adalah sekolah negeri dan 17 sekolah swasta. Angka-angka ini mirip dengan jumlah sekolah nasional, yang menunjukkan bahwa 80 persen sekolah di Indonesia adalah sekolah negeri dan 20 persen swasta. 9 Ada beberapa deviasi minor dari aturan ini. 7. diminta untuk memilih lima indikator kinerja teratas Studi ini menganalisis data opini yang dihasilkan dalam konteks Pembayaran Berbasis Kinerja (PBK) dari menggunakan tiga pendekatan yang saling melengkapi. daftar 17 kompetensi guru. Dari 17 kompetensi ini, 14 Analisis ini menyajikan distribusi total jawaban atas didasarkan pada kompetensi inti yang tercantum dalam berbagai pernyataan terkait PfP melalui tabel dan PKG yang mengacu pada karakteristik dan kemampuan angka deskriptif serta distribusi terpilah berdasarkan guru yang berkaitan dengan interaksi guru dengan status perkotaan.11 Kedua, analisis ini secara eksplisit murid, orang tua, dan kelas mereka. Selain itu, dua menguji apakah daya sepakat respden atas berbagai kompetensi guru yang mengacu pada kapasitas guru pernyataan secara statistik berbeda berdasarkan status untuk meningkatkan hasil belajar murid dan satu yang perkotaan, dengan menggunakan tes Mann Whitney terkait dengan kemampuan guru untuk memotivasi Wilcoxon (MWW).12 Ketiga, Model Probabilitas Linier orang tua, ditambahkan ke dalam daftar.10 Selanjutnya, (Linear Probability Model atau LPM) digunakan dalam daftar 17 indikator ini disebut sebagai “daftar PKG melakukan analisis regresi yang menyoroti korelasi tambahan”. demografis dan institusional terkait preferensi terhadap skema PfP. 10 Lihat daftar lengkap kompetensi guru di Indonesia pada Tabel A2. 11 Ini termasuk analisis berbagai subkelompok berdasarkan status perkotaan, status pegawai negeri, status publik, dan gender sebagai kriteria. Pemilahan berdasarkan status perkotaan adalah yang paling informatif, seperti yang ditunjukkan oleh jumlah respons yang berbeda secara statistik di seluruh kategori terkait. Dalam beberapa kasus di mana lokasi sekolah tidak dapat ditemukan, jumlah subsampel perkotaan dan semi-perkotaan tidak genap sesuai ukuran sampel total, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini. Hasil-hasil subkelompok lainnya tersedia berdasarkan permintaan. 12 MWW adalah tes non-parametrik mapan yang dapat menguji data berskala ordinal dengan baik (Mann dan Whitney 1947). Dengan tingkat signifikansi (10) 5 persen, nilai-p di bawah (0,1) 0,05 menunjukkan bahwa daya sepakat subkelompok secara statistik berbeda satu sama lain. 8. H ASI L : P E N D A P AT T E N TA N G E VA L U ASI D A N I N D I K AT O R K E RJA 04 Hasil: Pendapat tentang Evaluasi dan Indikator Kinerja Guru Pada bagian ini, studi mengkaji pandangan berbagai pemangku kepentingan pendidikan tentang evaluasi guru dan indikator kinerja guru tertentu. Opini tentang UKG, hasil belajar murid, dan ketidakhadiran guru dibahas pada bagian ini. Meskipun studi dilakukan dengan tanggapan dari semua responden, yakni kepala sekolah, guru, orang tua, dan murid, laporan ini lebih berfokus pada responden guru. Bagian ini berfokus pada seluruh sampel survei dan subsampel perkotaan dan semi-perkotaan.13 Seperti dijelaskan pada Bagian 2, UKG adalah salah satu skema evaluasi guru dan indikator kinerja utama yang telah diperkenalkan oleh Kemendik- bud selama beberapa dekade terakhir (Chang et al. 2014; Wolrd Bank 2010). Mengingat pengalaman kepala sekolah dan guru dengan skema UKG, bagian ini mengkaji opini mereka tentang indikator kinerja tersebut dalam konteks umum. Selain itu, bagian ini juga mengkaji beberapa indikator alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi guru secara rutin, seperti hasil bela- jar murid dan ketidakhadiran guru. Opini berbagai pemangku kepentingan (kepala sekolah, guru, orang tua dan murid) terkait indikator-indikator yang disebut terakhir dibahas pada bagian ini. Ujian UKG Secara keseluruhan, respons guru memperlihatkan dukungan kuat untuk UKG sebagai indikator kinerja yang sesuai (lihat Panel A–C pada Tabel 1). Pertama, lebih dari 80 persen guru mendukung UKG sebagai alat penilaian kinerja. Dalam nada yang sama, lebih dari 72 persen guru percaya bahwa UKG dapat menilai kompetensi mengajar mereka. Sejalan dengan itu, hanya 10 persen dari responden guru percaya bahwa UKG tidak berguna untuk pengembangan karier, hal ini menunjukkan lebih jauh lagi besarnya dukungan guru untuk ujian kompetensi ini. Kedua, respons guru mengisyaratkan UKG sebagai indikator kinerja yang sesuai melalui pernyataan yang beragam (lihat Panel D dan E pada Tabel 1). Misalnya dalam pelaksanaan rutin UKG didukung oleh mayoritas guru, 71 persen guru menyukai gagasan untuk melaksanakan UKG setiap tahun. Respons yang berkaitan dengan kesulitan ujian UKG juga menunjukkan kelayakannya sebagai indikator kinerja, karena kesulitan yang dirasakan tidak terkonsentrasi pada ujung skala penilaian. Ketika ditanya tentang kesulitan UKG pada skala penilaian menggunakan lima kategori mulai dari “sangat sulit” hingga “sangat mudah”, hampir 40 persen responden guru menyatakan kesulitan tingkat menengah, sementara 50 persen menyatakan bahwa UKG adalah ujian yang “sulit”. Selain itu, tes MWW menunjukkan bahwa guru di daerah perkotaan secara sistematis menunjukkan tingkat dukungan yang lebih tinggi untuk UKG sebagai indikator kinerja daripada guru di sekolah semi-perkotaan. 13 Wilayah geografis Indonesia secara administratif dikategorikan menjadi kota dan kabupaten. Di bawah kategori kabupaten, pembagian lebih lanjut didasarkan pada Indeks Desa Membangun yang mengidentifikasi desa maju, desa berkembang, desa tertinggal, dan desa sangat tertinggal. Sampel perkotaan dalam kelompok ini mencakup kota dan desa maju, sedangkan sampel semi perkotaan mencakup desa berkembang. 9. Tabel 1. Guru: UKG sebagai Indikator Kinerja Panel A. Pernyataan: ”UKG seharusnya dikaitkan dengan penilaian kinerja guru” Sangat tidak Total setuju dan Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 9.8 2.4 71.3 16.5 87.8 Semi-perkotaan 0.0 16.3 7.2 64.6 11.8 76.4 Total 0.0 13.8 5.4 67.1 13.8 80.9 nilai-p .01 Panel B. Pernyataan: ”UKG dapat menilai kompetensi Anda' Sangat tidak Total setuju dan Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 15.2 3.0 62.2 19.5 81.7 Semi-perkotaan 1.5 24.0 8.0 58.6 8.0 66.5 Total 0.9 20.5 6.1 59.9 12.6 72.5 nilai-p 0 Panel C. Pernyataan: ”UKG tidak berguna untuk pengembangan karier' Sangat tidak Total setuju dan Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju sangat setuju Urban 16.5 70.1 4.9 6.7 1.8 8.5 Semi-perkotaan 11.0 71.5 6.5 10.6 0.4 11.0 Total 13.3 70.9 5.8 9.1 0.9 10.0 nilai-p .08 Panel D. Pernyataan: “Seberapa sulit kah UKG?' Sangat sulit Sulit Netral Mudah Sangat Mudah Urban 6.1 49.7 36.7 7.5 0.0 Semi-perkotaan 5.9 49.6 41.9 2.5 0.0 Total 6.0 49.9 39.7 4.4 0.0 nilai-p .74 Panel E. Pernyataan: ”Seberapa sering seharusnya UKG dilaksanakan? Setiap…' 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun Urban 80.9 13.8 2.6 0.0 2.6 Semi-perkotaan 64.2 21.8 10.0 0.4 3.5 Total 71.0 18.5 7.0 0.3 3.1 nilai-p 0 Catatan: Panel A-C memiliki sampel guru dari 429 pengamatan, dengan 164 pengamatan perkotaan dan 263 semi-perkotaan. Panel D memiliki sampel guru dari 385 pengamatan, terdiri dari 147 pengamatan perkotaan dan 236 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. Panel E memiliki sampel guru dari 383 pengamatan, yakni 152 adalah pengamatan perkotaan dan 229 semi-perkotaan. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju’ dan ‘(tidak) setuju’. Pernyataan ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. 10. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI DAN INDIKATOR KERJA Tabel 2 menunjukkan bahwa mayoritas kepala sekolah sistematis lebih menyukai kedua pernyataan ini daripada yang menjadi responden juga mendukung UKG sebagai kepala sekolah di daerah semi-perkotaan. Selain itu, indikator kinerja. Sebanyak 78 persen kepala sekolah 71 persen kepala sekolah setuju dengan pelaksanaan percaya bahwa UKG harus dikaitkan dengan penilaian ujian kompetensi setiap tahun. Yang menarik, 72 persen kinerja guru. Selain itu, 69 persen kepala sekolah kepala sekolah dilaporkan setuju atau sangat setuju berpendapat bahwa UKG juga sesuai untuk menilai dengan anggapan bahwa UKG memaksa guru untuk kompetensi guru. Sejalan dengan guru di daerah meningkatkan kompetensi mereka. perkotaan, kepala sekolah di daerah perkotaan secara Tabel 2. Kepala Sekolah: UKG sebagai Indikator Kinerja Panel A. Pernyataan: ”UKG seharusnya dikaitkan dengan penilaian kinerja guru' Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 7.5 5.0 70.0 17.5 87.5 Semi-perkotaan 0.0 23.3 5.0 66.7 5.0 71.7 Total 0.0 17.0 5.0 68.0 10.0 78.0 nilai-p .01 Panel B. Pernyataan: ”UKG memaksa guru untuk meningkatkan kompetensi” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 5.0 30.0 0.0 45.0 20.0 65.0 Semi-perkotaan 0.0 21.7 1.7 56.7 20.0 76.7 Total 2.0 25.0 1.0 52.0 20.0 72.0 nilai-p .31 Panel C. Pernyataan: ”UKG sangat sesuai untuk menilai kompetensi guru” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 17.5 7.5 35.0 40.0 75.0 Semi-perkotaan 0.0 25.0 10.0 46.7 18.3 65.0 Total 0.0 22.0 9.0 42.0 27.0 69.0 nilai-p .05 Panel D. Pernyataan: ”Seberapa sering seharusnya UKG dilaksanakan. Setiap…” 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun Urban 76.3 13.2 7.9 2.6 0.0 Semi-perkotaan 67.3 14.5 9.1 1.8 7.3 Total 71.0 14.0 8.6 2.2 4.3 nilai-p .28 .28 Catatan: Panel A-C memiliki sampel kepala sekolah dari 100 pengamatan, di mana 40 adalah pengamatan perkotaan dan 60 semi-perkotaan. Panel D memiliki sampel kepala sekolah dari 93 pengamatan, dengan 38 adalah pengamatan perkotaan dan 55 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari ‘Sangat (tidak) setuju’ dan ‘(tidak) setuju’. Pernyataan ditampilkan dalam uru- tan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. 11. penting untuk mengidentifikasi apakah guru percaya Hasil Belajar Murid bahwa mereka dapat secara langsung memengaruhi Di sebagian besar negara, termasuk Indonesia, pembelajaran murid. Seperti yang ditunjukkan dalam pelaksanaan evaluasi guru biasanya dikaitkan dengan Tabel 3 dan Tabel 4, sebagian besar guru yang disurvei input pendidikan seperti kehadiran, keterampilan yakin dapat mengatasi hambatan belajar murid yang pedagogis, keterampilan mengajar, dan sebagainya. tidak terkait dengan guru, seperti keterbatasan dalam Namun di beberapa negara lain, evaluasi guru lebih latar belakang finansial atau lingkungan rumah murid dikaitkan secara langsung dengan output pendidikan, dan juga persiapan yang buruk dari kelas sebelumnya, seperti hasil belajar murid. Secara intuitif, indikator selain potensi hambatan lainnya. Secara umum, kinerja guru yang berorientasi pada output seharusnya responss ini menyiratkan bahwa hasil belajar murid merupakan ukuran yang dapat dipengaruhi oleh dianggap tergantung pada kemampuan guru dan dan berdampak langsung pada guru. Karenanya, karenanya secara tidak langsung mendukung indikator ini sebagai ukuran kinerja.14 Tabel 3. Guru: Pengaruh Guru dan Profil Murid (Tabel I) Panel A. Pernyataan: ”Sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantu murid belajar jika orang tua tidak mengupayakan masukan dari guru' Sangat tidak Sangat Total setuju dan Tidak setuju Ragu-ragu Setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 3.5 50.0 7.0 34.5 5.0 39.5 Semi-perkotaan 5.7 54.0 9.7 27.3 3.3 30.7 Total 5.0 52.5 8.5 30.0 4.0 34.0 nilai-p .06 Panel B. Pernyataan: ”Sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantu murid belajar jika murid tidak memiliki persiapan dari kelas sebelumnya' Sangat tidak Total setuju dan Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju sangat setuju Urban 5.0 56.0 7.5 27.0 4.5 31.5 Semi-perkotaan 8.7 59.7 8.7 20.3 2.7 23.0 Total 7.4 58.3 8.2 22.9 3.4 26.2 nilai-p .03 Panel C. Pernyataan: ”Sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantu murid belajar jika orang tua memiliki terlalu banyak masalah sehingga kurang peduli dengan pendidikan anak' Sangat tidak Total setuju dan Tidak setuju Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju sangat setuju Urban 11.0 54.0 7.5 19.5 8.0 27.5 Semi-perkotaan 9.7 57.0 8.3 22.7 2.3 25.0 Total 10.3 55.9 8.0 21.3 4.6 25.8 nilai-p .62 14 Sejalan dengan hal ini, 65 persen orang tua percaya bahwa hasil belajar anak mereka adalah produk dari kemampuan guru mereka untuk mengajar (lihat Gambar A3 pada Lampiran). 12. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI DAN INDIKATOR KERJA Panel D. Pernyataan: ”Sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantu murid belajar jika murid tidak siap untuk mengerjakan tugas sekolah' Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 7.5 54.0 4.5 28.5 5.5 34.0 Semi-perkotaan 10.7 65.3 4.7 17.0 2.3 19.3 Total 9.5 60.8 4.6 21.5 3.6 25.0 nilai-p 0 Panel E. Pernyataan: ”Sedikit yang bisa saya lakukan untuk membantu murid belajar jika orang tua ti- dak memiliki pendidikan yang diperlukan untuk membantu anak' Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 6.5 63.5 5.5 22.5 2.0 24.5 Semi-perkotaan 9.7 74.7 4.0 10.3 1.3 11.7 Total 8.5 70.2 4.6 15.1 1.6 16.7 nilai-p 0 Catatan: Sampel guru dari 503 pengamatan, dengan 200 adalah pengamatan perkotaan dan 300 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persen- tase. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Pernyataan ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. Analisis subkelompok pada Tabel 3 menunjukkan bah- khusus apakah guru dapat mengatasi pengaruh lingkun- wa lebih banyak jumlah guru di sekolah perkotaan yang gan rumah terhadap kinerja murid, guru semi-perkotaan percaya bahwa mereka mampu membantu murid yang tampaknya secara sistematis setuju bahwa mereka lebih kurang mampu daripada guru di sekolah semi-perko- mampu melakukannya dibandingkan dengan guru perko- taan. Namun ketika ditanya tanggapan mereka secara taan, seperti ditunjukkan pada Panel E pada Tabel 4. Tabel 4. Guru: Pengaruh Guru dan Profil Murid (Tabel II) Panel A. Pernyataan: ”Saya yakin saya bisa memotivasi murid untuk belajar terlepas dari status finan- sial mereka' Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 5.0 1.0 43.5 50.5 94.0 Semi-perkotaan 1.3 2.0 1.3 46.7 48.7 95.3 Total 0.8 3.2 1.2 45.5 49.3 94.8 nilai-p .81 Panel B. Pernyataan: ”Saya yakin saya bisa mengimbangi persiapan yang buruk dari beberapa murid dari kelas sebelumnya' Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.5 1.0 3.0 69.5 26.0 95.5 Semi-perkotaan 0.7 0.7 6.0 69.3 23.3 92.7 Total 0.6 0.8 4.8 69.4 24.5 93.8 nilai-p .28 13. Panel C. Pernyataan: ”Saya yakin saya dapat membantu bahkan murid dengan kinerja terendah sekalipun' Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 2.0 7.0 2.5 58.0 30.5 88.5 Semi-perkotaan 0.7 1.3 2.7 62.0 33.3 95.3 Total 1.2 3.6 2.6 60.4 32.2 92.6 nilai-p .1 Panel D. Pernyataan: ”Saya bertanggung jawab atas hasil belajar murid meskipun proses belajar mereka dipengaruhi oleh banyak faktor' Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 1.0 16.5 6.5 55.0 21.0 76.0 Semi-perkotaan 0.3 13.7 4.7 57.3 24.0 81.3 Total 0.6 14.7 5.4 56.5 22.9 79.3 nilai-p .17 Panel E. Pernyataan: ‘Saya yakin saya bisa mengatasi pengaruh lingkungan rumah terhadap kinerja murid' Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 1.5 8.0 16.0 63.5 11.0 74.5 Semi-perkotaan 1.0 9.7 23.0 58.7 7.7 66.3 Total 1.2 8.9 20.3 60.6 8.9 69.6 nilai-p .05 Catatan: Sampel guru dari 503 pengamatan, dengan 200 pengamatan perkotaan dan 300 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. ”To- tal (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Pernyataan ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. Meskipun tabel-tabel sebelumnya telah menunjukkan murid yang kurang mampu. Menurut sebagian bahwa guru merasa mampu membentuk hasil belajar besar guru, murid yang orang tuanya terlibat dan murid yang kurang mampu, tabel-tabel tersebut mau berinvestasi dalam pendidikan anak mereka tidak menginformasikan apakah guru percaya bahwa layak mendapatkan perhatian lebih daripada murid murid yang kurang mampu layak mendapat perhatian lainnya. Hal yang sama berlaku untuk murid yang lebih. Guru dalam lingkup penghasilan menengah dan lebih termotivasi untuk belajar, masuk sekolah secara rendah mungkin harus mengelola kelas-kelas dengan rutin, datang ke sekolah dengan bahan-bahan yang kemampuan dan kebutuhan murid yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan tugas sekolah, memiliki bervariasi (World Bank 2018b). Dalam konteks seperti fondasi yang diperlukan dari kelas sebelumnya, dan itu mungkin sulit bagi guru untuk memberikan perhatian berprestasi dengan baik di kelas. Namun demikian, yang seimbang kepada semua murid. Sejalan dengan meskipun opini guru secara dominan mengindikasikan skenario ini, duapertiga dari guru yang diwawancarai bahwa lebih banyak perhatian harus diberikan kepada percaya bahwa mereka sulit memberikan perhatian murid yang “baik”, guru juga menyatakan bahwa murid yang seimbang kepada semua murid dalam kelas besar. yang tertinggal dalam pekerjaan kelas atau pekerjaan Sementara itu, guru di sekolah semi-perkotaan yang rumah layak mendapatkan perhatian yang lebih dari memiliki perspektif ini 10 persen lebih banyak daripada mereka. Pada saat yang sama, guru percaya bahwa guru di sekolah perkotaan (lihat Tabel 5). mereka mampu membentuk hasil belajar murid yang kurang mampu, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3 Mayoritas guru menyatakan bahwa murid yang mampu and Tabel 4. lebih layak mendapatkan perhatian mereka daripada 14. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI DAN INDIKATOR KERJA Singkatnya, sebagian besar guru menyukai gagasan yang mereka berikan adalah hadiah yang layak atas untuk memberikan perhatian tambahan kepada murid kinerja yang baik dari murid yang termotivasi. yang berkinerja lebih baik, sebuah temuan yang juga telah diamati dalam konteks lingkup penghasilan Sulit untuk memprediksi konsekuensi apa yang akan di- rendah dan menengah lainnya. (World Bank 2018b; hasilkan dari skenario peningkatan upaya guru yang di- Sabarwal and Abu-Jawdeh 2017; Abadzi and Llambiri dorong oleh evaluasi guru. Arah dari berbagai dampak 2011). Mungkin ada berbagai penjelasan terkait perilaku pada kesenjangan kemampuan akan tergantung pada ini, misalnya bahwa murid berkemampuan tinggi lebih bagaimana guru mengalokasikan perhatian tambahan mudah untuk diajari dan hal ini dapat secara langsung pada murid dengan profil yang berbeda dan pada tangga- memberikan kepuasan mengajar. Demikian juga, guru pan marginal atas perhatian guru. mungkin percaya bahwa dukungan belajar tambahan Tabel 5. Guru: Perhatian Heterogen Panel A. Pernyataan: ”Sulit bagi saya untuk memberikan perhatian yang seimbang kepada semua murid di kelas besar' Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 8.0 31.5 0.5 43.5 16.5 60.0 Semi-perkotaan 2.0 26.7 0.7 53.0 17.7 70.7 Total 4.4 28.8 0.6 49.1 17.1 66.2 nilai-p .02 Panel B. Pernyataan: ”Murid layak mendapatkan lebih banyak perhatian saya jika mereka berprestasi di kelas” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 4.0 3.0 66.0 27.0 93.0 Semi-perkotaan 0.3 5.3 1.0 62.7 30.7 93.3 Total 0.2 5.0 1.8 63.6 29.4 93.0 nilai-p .43 Panel C. Pernyataan: ”Murid layak mendapatkan lebih banyak perhatian saya jika mereka tertinggal dalam pelajaran kelas/pekerjaan rumah” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 2.0 13.0 3.0 50.0 32.0 82.0 Semi-perkotaan 0.7 6.3 0.3 49.7 43.0 92.7 Total 1.2 8.9 1.4 49.7 38.8 88.5 nilai-p 0 Panel D. Pernyataan: ”Murid layak mendapatkan lebih banyak perhatian saya jika mereka memiliki fondasi yang diperlukan dari kelas sebelumnya” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 1.0 12.0 4.5 59.5 23.0 82.5 Semi-perkotaan 0.3 10.3 1.7 68.0 19.7 87.7 Total 0.6 11.1 2.8 64.6 20.9 85.5 nilai-p .82 15. Panel E. Pernyataan: ”Murid layak mendapatkan lebih banyak perhatian saya jika mereka termotivasi untuk belajar” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 3.5 15.0 2.5 56.0 23.0 79.0 Semi-perkotaan 1.0 13.7 2.3 50.0 33.0 83.0 Total 2.0 14.3 2.4 52.5 28.8 81.3 nilai-p .02 Panel F. Pernyataan: ”Murid layak mendapat lebih banyak perhatian saya jika mereka datang ke seko- lah dengan bahan-bahan yang diperlukan untuk mengerjakan tugas sekolah” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 1.0 14.5 1.5 60.5 22.5 83.0 Semi-perkotaan 0.7 16.7 2.7 60.3 19.7 80.0 Total 0.8 15.7 2.2 60.6 20.7 81.3 nilai-p .34 Panel G. Pernyataan: ”Murid layak mendapat lebih banyak perhatian saya jika mereka masuk sekolah secara rutin” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 2.5 21.0 2.0 56.5 18.0 74.5 Semi-perkotaan 0.7 13.7 2.0 59.7 24.0 83.7 Total 1.4 16.7 2.0 58.4 21.5 79.9 nilai-p .01 Panel H. Pernyataan: ”Murid layak mendapat lebih banyak perhatian saya jika orang tua terlibat dalam pendidikan anak mereka” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 1.0 14.5 4.5 53.5 26.5 80.0 Semi-perkotaan 0.7 18.7 3.3 58.0 19.3 77.3 Total 0.8 17.3 3.8 56.1 22.1 78.1 nilai-p .09 Panel I. Pernyataan: ”Murid layak mendapatkan lebih banyak perhatian saya jika orang tua mau mengin- vestasikan sumber-sumber finansial yang diperlukan dalam pendidikan” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 4.0 26.0 8.5 42.5 19.0 61.5 Semi-perkotaan 4.7 41.0 11.7 34.3 8.3 42.7 Total 4.4 34.8 10.5 37.8 12.5 50.3 nilai-p 0 Sumber: Survei Opini Perkotaan KIAT GURU 2017. Sampel guru dari 503 pengamatan, dengan 200 pengematan perkotaan dan 300 semi-perko- taan. Nilai diajikan dalam persentase. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Pernyataan Panel B-I ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. 16. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI DAN INDIKATOR KERJA Dua pertanyaan survei mengumpulkan opini langsung sebagai faktor terpenting untuk hasil belajar murid. dari kepala sekolah dan guru tentang pemanfaatan hasil Ini menunjukkan bahwa hasil belajar murid dapat belajar murid sebagai indikator kinerja guru, yang mana mewakili kumpulan indikator yang relevan yang hal ini mendapatkan dukungan yang relatif kuat. Seperti dipilih sebagai indikator kinerja-guru-terbaik.16 Secara yang digambarkan dalam Tabel 6, sekitar 70 persen keseluruhan, respons menunjukkan bahwa nilai ujian kepala sekolah dan guru setuju bahwa nilai ujian murid murid mendapatkan dukungan yang relatif kuat sebagai harus menjadi faktor utama dalam menilai kinerja guru. indikator kinerja guru. Yang menarik, para guru di sekolah-sekolah perkotaan secara sistematis lebih memiliki preferensi atas Ketidakhadiran Guru pernyataan ini, seperti yang dinyatakan oleh tes MWW. Kehadiran guru di sekolah dan kelas adalah salah Secara khusus, dukungan untuk hasil belajar murid indikator kinerja yang dapat dikaitkan pada evaluasi sebagai indikator kinerja guru agak lebih lemah guru. Sebuah studi menemukan bahwa guru di dibandingkan dengan lima indikator teratas dari Indonesia seringkali absen (ACDP 2014) meskipun “daftar PKG tambahan” yang dipilih guru untuk menilai indikator khusus kehadiran guru dikumpulkan secara kinerja mereka; lima indikator teratas dari pemangku rutin oleh dinas pendidikan kabupaten. Masalah terkait kepentingan pendidikan utama dikaji secara terperinci indikator kehadiran guru terletak pada tidak adanya data dalam Bagian 5.15 Dari daftar PKG tambahan, sekitar 30 yang akurat mengenai kehadiran guru, di mana tingkat persen guru memilih peningkatan dalam hasil belajar kehadiran yang dilaporkan hampir selalu menunjukkan mata pelajaran khusus, sementara kepala sekolah kehadiran 100 persen.17 Terlebih lagi, guru sering menunjukkan dukungan yang sedikit lebih kuat daripada merasa bahwa ketidakhadiran guru cukup dapat guru untuk hasil belajar murid sebagai indikator kinerja diterima. Walapun bukan mayoritas, cukup banyak guru guru. Yang penting, empat dari lima kompetensi guru membenarkan ketidakhadiran guru jika persyaratan yang dipilih oleh guru sebagai kompetensi terpenting tertentu telah terpenuhi, seperti yang ditunjukkan pada untuk menilai kinerja guru juga dipilih oleh mereka Tabel 6. Kepala Sekolah dan Guru: Nilai Ujian Murid sebagai Indikator Kinerja Panel A (Kepala Sekolah). Pernyataan: ”Indikator utama kinerja guru seharusnya adalah nilai ujian murid” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 25.0 2.5 42.5 30.0 72.5 Semi-perkotaan 3.3 23.3 3.3 51.7 18.3 70.0 Total 2.0 24.0 3.0 48.0 23.0 71.0 nilai-p .32 Panel B (Guru). Pernyataan: ”Indikator utama kinerja guru seharusnya adalah nilai ujian murid” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.0 13.5 3.0 68.5 15.0 83.5 Semi-perkotaan 0.7 31.0 7.3 51.7 9.3 61.0 Total 0.4 24.3 5.6 58.3 11.5 69.8 nilai-p 0 Catatan: Panel A: Sampel kepala sekolah dari 100 pengamatan, di mana 40 adalah pengamatan perkotaan dan 60 semi-perkotaan. Panel B: Sampel guru dari 503 pengamatan, dengan 200 pengamatan perkotaan dan 300 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. 15 Daftar PKG tambahan kompetensi guru untuk evaluasi kinerja guru 17 Dalam evaluasi dampak uji coba program KIAT Guru, mengikatkan disajikan dalam Tabel A2 pada Lampiran. tunjangan daerah terpencil guru dengan kehadiran guru secara signifikan meningkatkan waktu yang digunakan untuk mengajar, 16 Keempat indikator yang dipilih dalam kedua pertanyaan tersebut adalah keterlibatan orang tua, dan hasil belajar murid (Gaduh et. Al. 2018). apakah guru memiliki etos kerja yang kuat, rasa tanggung jawab, dan rasa Kehadiran guru didokumentasikan setiap hari menggunakan aplikasi bangga atas profesinya; dapat menerjemahkan kurikulum ke dalam rencana berbasis Android dan diverifikasi setiap bulan oleh perwakilan pelaksanaan pembelajaran; telah menguasai pengajaran edukatif dan teori masyarakat dan orang tua. Bukti yang dihasilkan oleh aplikasi tidak dan prinsip pembelajaran; dan telah menguasai mata pelajaran yang mereka dapat direkayasa dan dapat diverifikasi, serta memberikan hasil ajar. objektif yang menyulitkan guru untuk lalai. 17. Tabel 7. Guru: Penerimaan atas Ketidakhadiran Guru Panel A. Pernyataan: ”Saya pikir absen diperbolehkan jika saya meninggalkan murid dengan tugas yang harus mereka kerjakan selama ketidakhadiran saya” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 15.0 48.0 6.0 27.0 4.0 31.0 Semi-perkotaan 9.0 44.3 8.7 36.3 1.7 38.0 Total 11.3 46.1 7.6 32.4 2.6 35.0 nilai-p .03 Panel B. Pernyataan: ”Saya pikir absen diperbolehkan jika saya telah menyelesaikan kurikulum yang ditugaskan” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 14.0 48.0 5.0 28.0 5.0 33.0 Semi-perkotaan 9.7 44.7 9.3 32.3 4.0 36.3 Total 11.3 46.1 7.6 30.4 4.6 35.0 nilai-p .13 Panel C. Pernyataan: ”Saya pikir absen diperbolehkan jika untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 10.5 57.0 8.5 23.0 1.0 24.0 Semi-perkotaan 8.7 46.3 13.3 28.7 3.0 31.7 Total 9.5 50.7 11.3 26.2 2.2 28.4 nilai-p .01 Catatan: Sampel guru dari 503 pengamatan, dengan 200 pengamatan perkotaan dan 300 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. ”To- tal (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Pernyataan ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. Tabel 7. Misalnya, 35 persen guru berpendapat bahwa gambaran yang agak berbeda dari yang diberikan oleh absen dari mengajar adalah hal yang dapat diterima guru. Di satu sisi, lebih dari 92 persen orang tua setuju jika guru meninggalkan murid dengan tugas yang harus dengan pernyataan bahwa guru hadir di sekolah dan mereka kerjakan atau jika guru telah menyelesaikan mengajar secara rutin. Dengan kata lain, sebagian besar kurikulum yang ditugaskan kepada mereka. Demikian orang tua percaya bahwa tingkat ketidakhadiran guru pula, lebih dari 28 persen guru membenarkan agak rendah secara umum. Di sisi lain, hampir 31 persen ketidakhadiran jika tugas yang mereka lakukan selama murid menjawab bahwa guru sering tidak memulai dan ketidakhadiran mereka tersebut bermanfaat bagi mengakhiri pelajaran tepat pada waktunya. Demikian masyarakat.18 Angka-angka ini menunjukkan bahwa pula, lebih dari seperempat murid menjawab bahwa sebagian besar guru tidak menganggap ketidakhadiran guru mereka sering tidak hadir sepenuhnya selama jam sebagai kelalaian, tetapi sebagai praktik yang dapat pelajaran. Karenanya, respons murid menunjukkan tingkat dibenarkan dan dapat diterima dalam kondisi tertentu. ketidakhadiran guru yang substansial (lihat Gambar A1 dan Gambar A2 pada Lampiran). Secara keseluruhan, respons Selain itu, orang tua dan murid juga ditanyakan ini menunjukkan bahwa guru sering hadir di sekolah tetapi pendapatnya tentang perilaku guru terkait dengan sering absen dari kelas; sebuah hasil yang sesuai dengan prevalensi ketidakhadiran guru. Yang menarik, opini angka terkini dari survei ketidakhadiran guru (McKenzie et yang diberikan oleh orang tua dan murid memberikan al. 2014; UNCEN et al. 2012). Interpretasi alternatif dari hasil 18 Angka-angka tersebut menempatkan Indonesia pada kisaran sedang ini adalah bahwa respons murid terkait ketidakhadiran dalam tingkat ketikhadiran yang dapat diterima di antara delapan negara guru lebih berdasar daripada respons orang tua. yang dianalisis oleh Sabarwal dan Abu-Jawdeh (2017). 18. H ASI L : P E N D A P AT T E N TA N G E VA L U ASI B E RISI K O TI N G G I 05 Hasil: Pendapat tentang Evaluasi Berisiko Tinggi Pilihan pemangku kepentingan pendidikan terkait indikator yang sesuai dan orang yang cocok untuk menjadi penilai dapat berbeda secara signifikan tergantung pada apakah evaluasi memengaruhi pendapatan guru atau tidak. Khususnya dalam evaluasi berisiko tinggi, seperti yang memengaruhi promosi dan karir guru (misalnya menjadi pegawai negeri sipil atau tersertifikasi) atau pendapatan guru (seperti skema Pembayaran Berbasis Kinerja dalam KIAT Guru), skema perlu dirancang dengan cermat. Keberhasilan skema PBK (dan mekanisme insentifnya) sangat bergantung pada kepatuhan penyedia layanan yang bergantung pada opini penyedia tentang skema tersebut. Bagian ini mengkaji pandangan para pemangku kepentingan pendidikan tentang evaluasi berisiko tinggi, dengan penekanan pada skema PBK. Indikator Utama PKG Para pemangku kepentingan pendidikan diminta untuk membuat daftar dan memberi peringkat hingga lima indikator yang dirasa paling penting untuk mencapai kinerja guru yang lebih baik dan yang seharusnya dikaitkan dengan skema PBK guru. Untuk membatasi jumlah pilihan indikator, responden diminta untuk memilih dari 17 kompetensi pada daftar kompetensi PKG tambahan. Pemeringkatan yang dilaporkan di bawah ini ditentukan oleh frekuensi indikator yang dipilih oleh masing-masing jenis responden. Seperti ditunjukkan dalam tabel berikut, kepala sekolah dan guru menunjukkan sikap yang sama dalam penilaian mereka. Selain itu, preferensi mereka sering kali berbeda dari preferensi orang tua. Di satu sisi, kepala sekolah dan guru memprioritaskan indikator yang hanya berfokus pada guru. Keduanya menyarankan indikator berikut sebagai salah satu dari lima teratas mereka: apakah guru memiliki etos kerja yang kuat, rasa tanggung jawab, dan rasa bangga atas profesi mereka; dapat mengembangkan kurikulum ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran; dan terus meningkatkan kompetensi mengajar, pengetahuan, dan keterampilan mereka. Selain itu, guru percaya bahwa menguasai mata pelajaran mereka adalah indikator yang baik. Namun kepala sekolah lebih sering merujuk pada kapasitas guru untuk meningkatkan hasil belajar murid dan kapasitas mereka untuk melakukan kegiatan belajar mengajar sebagai indikator kinerja terbaik. Orang tua, di sisi lain, lebih sering memilih indikator yang mencerminkan interaksi guru-orang tua/murid dan keterampilan komunikasi. Dua indikator yang paling sering dipilih oleh orang tua merujuk pada kemampuan guru untuk menilai karakteristik murid dan apakah guru dapat berkomunikasi dengan guru lain, orang tua, murid, tenaga kependidikan, dan masyarakat. Orang tua juga menyatakan bahwa guru harus berperilaku sesuai dengan norma moral, sosial, budaya, dan agama, sebagai indikator penting. Kompetensi ke-4 dan ke-5 yang paling sering dipilih oleh orang tua merujuk pada kemampuan guru untuk mengajar, seperti melakukan kegiatan belajar mengajar serta menguasai pengajaran edukatif dan teori dan prinsip pembelajaran. 19. Tabel 8. Pemeringkatan Kompetensi Guru yang Seharusnya Memengaruhi Pendapatan Guru Kepala Orang Guru Gabungan Sekolah Tua Guru Memiliki etos kerja yang kuat, rasa tanggung jawab, dan rasa bangga atas 1 1 - 1 profesi mereka Dapat mengembangkan kurikulum ke dalam rencana pelaksanaan 2 2 - 2 pembelajaran Terus meningkatkan kompetensi mengajar, pengetahuan, dan keterampilan 3 4 - 5 mereka Menguasai pengajaran edukatif dan teori dan prinsip pembelajaran 4 3 5 4 Menguasai materi mata pelajaran mereka 5 - - - Meningkatkan hasil belajar - 5 - - Dapat menilai karakteristik murid - - 1 3 Mampu berkomunikasi dengan guru, orang tua, tenaga kependidikan, - - 2 - murid, dan masyarakat Berperilaku sesuai dengan norma-norma moral, sosial, budaya, dan agama - - 3 - Melakukan kegiatan belajar mengajar - 5 4 - Catatan: Sampel dari 488 pengamatan guru, dengan 64 adalah pengamatan kepala sekolah dan 488 pengamatan orang tua. Indikator disajikan dalam urutan menurun setelah respons guru. Hanya lima indikator teratas untuk setiap jenis responden yang disertakan di sini. Lihat Tabel A2 pada Lampiran untuk daftar lengkap indikator. Kepala sekolah dan guru ditanyai mengenai siapa, dari lima Siapa yang Harus Mengevaluasi pemangku kepentingan pendidikan yang berbeda, yang Guru? menurut mereka dapat memberikan penilaian akurat atas lima indikator kinerja PBK terpilih. Pilihan penilai terdiri dari Evaluasi kinerja adalah sebuah proses kompleks yang pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua, dan membutuhkan tingkat kenyamanan tertentu, rasa saling murid. Yang menarik, kepala sekolah dan guru memiliki percaya, dan penghormatan serta penerimaan dari sikap yang sangat mirip mengenai kesesuaian penilai penilai maupun objek evaluasi. Akibatnya, pandangan untuk indikator kinerja berisiko tinggi (lihat Tabel 9). para pemangku kepentingan tentang kesesuaian penilai Keduanya menunjukkan dukungan terbesar bagi kepala yang potensial untuk melakukan evaluasi sangat penting sekolah. Lebih dari 80 persen responden kepala sekolah dalam pembahasan dan rancangan langkah-langkah dan guru percaya bahwa guru dan pengawas sekolah kebijakan mengenai evaluasi yang akan dilakukan. Saat lainnya juga cocok untuk menjadi penilai indikator ini, kinerja guru di Indonesia dievaluasi oleh kepala kinerja utama. Secara khusus, kepala sekolah dan guru sekolah (Chang et al. 2014; World Bank 2010). Bagian ini lebih memilih murid dengan 10 poin persentase di atas mengkaji opini para pemangku kepentingan pendidikan orang tua, dengan jumlah di atas 60 persen. (kepala sekolah, guru, orang tua dan murid) tentang isu-isu yang terkait dengan penilai yang sesuai untuk Murid dan orang tua ditanyai tentang kenyamanan melakukan penilaian kinerja guru. mereka sebagai penilai kinerja guru. Hasil dalam Gambar 1 menunjukkan bahwa orang tua umumnya merasa Tabel 9. Guru dan Kepala Sekolah: Pendapat tentang Pemangku Kepentingan sebagai Penilai Panel A. Jumlah respons setuju dan sangat setuju dengan pemangku kepentingan berikut sebagai penilai (%) Sample Pengawas Kepala Sekola Guru Lain Orang Tua Murid Guru 81.2 95.9 83.0 52.9 62.9 Kepala Sekolah 85.4 100 85.4 51.2 60.0 Catatan: Sampel guru dari 503 pengamatan. Sampel kepala sekolah dari 100 pengamatan. Untuk menghitung nilai-nilai yang ditunjukkan, jumlah respons setuju dan sangat setuju dengan pertanyaan penilai terkait lima indikator kinerja guru teratas yang dipilih oleh masing-masing respon- den dijumlahkan. Pada langkah kedua, dihitung rata-rata dari kelima nilai tersebut. . 20. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI BERISIKO TINGGI nyaman dengan gagasan untuk menilai kinerja guru dalam Dengan menggunakan daftar indikator yang lebih evaluasi yang memengaruhi pendapatan dan promosi. singkat daripada yang diberikan kepada orang tua, Mayoritas orang tua menyatakan bahwa mereka merasa murid ditanyai tentang tingkat kenyamanan mereka nyaman untuk mengevaluasi masing-masing kompetensi sebagai penilai kinerja guru (lihat Gambar 2 di guru pada daftar 17 indikator PKG tambahan; tidak bawah). Mayoritas murid merasa nyaman dan mau lebih dari 28 persen orangtua mengisyaratkan perasaan mengevaluasi guru mereka terkait sebagian besar tidak nyaman untuk mengevaluasi kompetensi tertentu. indikator dalam daftar, meskipun pertanyaan ini tidak Indikator yang dirasa paling nyaman untuk dievaluasi oleh ditanyakan dalam lingkup PBK.19 Murid merasa sangat orang tua adalah mampu berkomunikasi dengan guru, mampu mengevaluasi hubungan sosial antara guru orang tua, tenaga kependidikan, murid, dan masyarakat dan murid serta keterampilan pedagogik seorang guru. (71 persen); dan kapasitas guru untuk mengembangkan Yang menarik, kategori yang menerima persetujuan potensi murid mereka (71 persen). Sebaliknya, orang tua paling sedikit–kurang dari setengah responden murid– relatif kurang bersedia untuk menilai apakah seorang adalah yang menyangkut evaluasi kehadiran guru. guru adalah panutan (58 persen), apakah guru menguasai Penjelasan potensial yang konsisten dengan besarnya mata pelajaran mereka (57 persen), dan apakah guru keraguan ini melibatkan bias kesopanan yang umum terus meningkatkan kompetensi, pengetahuan, dan terjadi dalam hal pelaporan, di mana murid merasa keterampilan mereka (56 persen). tidak nyaman untuk melaporkan ketidakhadiran guru Gambar 1. Orang tua: Saya merasa nyaman untuk memberikan penilaian atas keterampilan/karakteristik guru berikut sebagai indikator kinerja yang akan memengaruhi pembayaran mereka Jumlah Respon Guru Membangun potensi murid 71 16.1 12.9 Mampu berkomunikasi dengan pemangku kepentingan kunci 70.9 18.9 10.2 Meningkatkan komunikasi dengan murid 69.4 18.7 11.9 Berperilaku sesuai dengan norma-norma moral 68.9 17.4 13.7 Memiliki etos kerja yang kuat, tanggung jawab 66.7 20 13.3 Menguasai pengajaran edukatif dan teori dan prinsip pembelajaran 65.9 23.5 10.6 Improving learning outcomes 65.8 18.7 15.5 Meningkatkan hasil belajar rata-rata di sekolah 64.9 23 12.2 Meningkatkan hasil belajar 64.6 20.9 14.6 Toleran dan tidak diskriminatif 63.7 23 13.3 Dapat menilai karakteristik murid 63.5 24.3 12.2 Melakukan kegiatan belajar mengajar 63.2 23 13.8 Mampu memotivasi orang tua 62.2 23.6 14.2 Dapat mengembangkan kurikulum ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran 61.1 22.2 16.7 Merupakan panutan 58 25 17 Menguasai mata pelajaran 56.7 26.9 16.3 Meningkatkan kompetensi mereka 56.3 27.8 15.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 (%) Ya Tidak Ragu-ragu Catatan : Sampel orang tua dengan jumlah pengamatan yang bervariasi (74–302) tergantung pada kompetensi. Gambar 2. Murid: Bersedia untuk mengevaluasi kompetensi guru Saya bersedia untuk mengevaluasi Jumlah Respon Hubungan sosial guru dengan murid 70.6 14 15.4 Kompetensi pedagogik guru 63.8 22.8 13.4 Ketrampilan guru dalam kompetensi mata pelajaran 63.4 19.6 17 Perilaku guru 60.4 23.6 16 Kehadiran guru 49.6 33.4 17 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 (%) Ya Ragu-ragu Tidak Catatan: Sampel murid dari 500 pengamatan. 19 Tidak jelas apakah anak-anak dapat memahami konsep PBK. Untuk murid, pertanyaan ini tidak secara eksplisit merujuk pada konsekuensi pembayaran atau promosi dari evaluasi. 21. mereka. Hal ini menunjukkan bahwa murid cenderung Kriteria Pembayaran lebih berkompromi dalam mengevaluasi ketidakhadiran guru daripada dalam mengevaluasi indikator kinerja Para guru ditanyai opini mereka tentang apakah lainnya. Karena melaporkan ketidakhadiran guru adalah pendapatan mereka seharusnya dikaitkan dengan bukti kuat yang menunjukkan kurang seriusnya upaya kinerja atau senioritas mereka. Hasilnya menunjukkan guru, dengan konsekuensi yang berpotensi buruk bagi bahwa guru lebih memilih kinerja guru daripada guru, murid sebagai penilai yang bersimpati dengan senioritas. guru mereka mungkin menemukan diri mereka dalam Seperti yang digambarkan dalam Tabel 10, hampir situasi kompromi yang lebih suka mereka hindari. Selain semua responden setuju atau sangat setuju dengan itu, murid mungkin takut dengan implikasi atas evaluasi gagasan untuk mendapatkan promosi guru, yang yang tidak menguntungkan bagi guru. Tabel 10. Guru: Senioritas dan Kinerja Guru sebagai Kriteria Pendapatan Panel A. Pernyataan: ”Promosi guru seharusnya didasarkan pada kinerja guru” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 0.5 0.5 2.0 66.0 31.0 97.0 Semi-perkotaan 0.3 2.0 0.3 65.3 32.0 97.3 Total 0.4 1.4 1.0 65.6 31.6 97.2 nilai-p .79 Panel B. Pernyataan: ”PKG seharusnya memengaruhi pendapatan guru” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 1.5 18.5 4.5 65.5 10.0 75.5 Semi-perkotaan 2.0 21.0 8.7 60.0 8.3 68.3 Total 1.8 19.9 7.2 62.0 9.1 71.2 nilai-p .12 Panel C. Pernyataan: ”Promosi guru seharusnya didasarkan pada senioritas” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 5.0 44.5 7.0 40.5 3.0 43.5 Semi-perkotaan 7.3 56.7 8.0 26.3 1.7 28.0 Total 6.6 51.7 7.6 32.0 2.2 34.2 nilai-p 0 Panel D. Pernyataan: ”Pendapatan guru seharusnya dikaitkan dengan senioritas” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 10.0 50.0 4.5 31.0 4.5 35.5 Semi-perkotaan 10.7 59.0 10.3 19.0 1.0 20.0 Total 10.5 55.5 8.0 23.7 2.4 26.0 nilai-p .01 Catatan: Sampel guru dari 503 pengamatan, dengan 200 pengamatan perkotaan dan 300 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Pernyataan ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW. 22. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI BERISIKO TINGGI biasanya berdampak pada pendapatan mereka, Lebih dari 83 persen guru percaya bahwa UKG seharusnya berdasarkan kinerja guru. Selain itu, sebagian besar menjadi bagian dari proses sertifikasi guru, dan 62 persen guru setuju agar pendapatan mereka didasarkan pada percaya bahwa UKG juga seharusnya dikaitkan dengan penilaian kinerja guru. Sebaliknya, mayoritas responden pembayaran TPG. PKG dan hasil belajar murid juga sangat guru menolak gagasan untuk mengaitkan promosi atau didukung oleh guru sebagai indikator yang sesuai untuk pendapatan guru dengan senioritas. Sementara secara memengaruhi pendapatan dan promosi. Perlu dicatat keseluruhan, dukungan guru untuk mengaitkan promosi bahwa UKG dan PKG menerima dukungan yang lebih besar guru dan pendapatan dengan senioritas rendah, guru dari guru (dan kepala sekolah) daripada hasil belajar murid. di sekolah perkotaan secara sistematis menunjukkan Selain itu, dibandingkan dengan guru di sekolah semi- tingkat preferensi yang lebih tinggi terhadap senioritas. perkotaan, guru di sekolah perkotaan secara sistematis menyatakan dukungan yang lebih tinggi untuk UKG dan Hasil menunjukkan bahwa guru memberikan dukungan hasil belajar murid sebagai indikator evaluasi berbasis yang kuat untuk UKG, PKG, dan hasil belajar murid sebagai kinerja yang sesuai yang dikaitkan dengan pendapatan indikator evaluasi berbasis kinerja yang sesuai untuk guru, seperti ditunjukkan pada Panel A, C, dan D. dikaitkan dengan pendapatan guru (Tabel 11). Tabel 11. Guru: Kriteria Pembayaran Panel A. Pernyataan: ”UKG seharusnya menjadi bagian dari proses sertifikasi guru” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.6 7.3 2.4 71.3 18.3 89.6 Semi-perkotaan 0.4 13.7 6.1 68.1 11.8 79.8 Total 0.5 11.2 4.7 69.2 14.5 83.7 nilai-p 0 Panel B. Pernyataan: ”PKG seharusya memengaruhi pendapatan guru” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 1.5 18.5 4.5 65.5 10.0 75.5 Semi-perkotaan 2.0 21.0 8.7 60.0 8.3 68.3 Total 1.8 19.9 7.2 62.0 9.1 71.2 nilai-p .12 Panel C. Pernyataan: ”UKG seharusnya dikaitkan dengan TPG” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 0.6 21.3 4.9 56.7 16.5 73.2 Semi-perkotaan 0.8 33.1 11.0 45.2 9.9 55.1 Total 0.7 28.4 8.6 49.7 12.6 62.2 nilai-p 0 Panel D. Pernyataan: ”Sebagian elemen promosi saya seharusnya tergantung pada nilai ujian murid saya” Sangat tidak Tidak Total setuju dan Ragu-ragu Setuju Sangat Setuju setuju setuju sangat setuju Urban 3.5 20.5 6.5 59.0 10.5 69.5 Semi-perkotaan 1.7 30.0 12.0 49.3 7.0 56.3 Total 2.4 26.2 9.7 53.3 8.3 61.6 nilai-p .01 23. Panel E. Pernyataan: ”Seharusnya saya menerima bonus jika murid saya berprestasi baik dalam ujian” Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 21.0 48.5 5.0 19.0 6.5 25.5 Semi-perkotaan 14.0 67.0 7.7 9.0 2.3 11.3 Total 16.7 59.8 6.6 12.9 4.0 16.9 nilai-p .22 Sumber: Survei Opini Perkotaan KIAT GURU 2017. Panel A dan C memiliki sampel guru dari 429 pengamatan, di mana 164 adalah pengamatan perkotaan dan 263 semi-perkotaan. Panel B, D, dan E memiliki sampel guru dari 503 pengamatan, di mana 200 adalah pengamatan perkotaan dan 300 semi-perkotaan. Nilai disajikan dalam persentase. ”Total (tidak) setuju” dihitung sebagai jumlah dari “Sangat (tidak) setuju” dan “(tidak) setuju”. Pernyataan ditampilkan dalam urutan menurun setelah nilai “Total setuju”. Nilai-p yang dilaporkan sesuai dengan tes MWW.. Guru menyatakan opini yang berbeda tentang hasil belajar Singkatnya, guru mendukung gagasan skema PBK. murid tergantung pada jenis komponen gaji terkait (Tabel Alasan potensial yang populer terkait skema ini dapat 11). Meskipun mayoritas responden guru percaya bahwa berupa tingginya tingkat keadilan dan transparansi yang hasil belajar murid seharusnya memengaruhi promosi guru dirasakan dan dilaporkan oleh guru mengenai elemen- (lihat Panel D), hanya 17 persen yang menyukai gagasan elemen yang ada dari proses penilaian kinerja guru, untuk menerima bonus sebagai penghargaan atas hasil seperti proses PKG, proses sertifikasi guru, promosi belajar murid yang baik. Ketika membandingkan hasil ini guru, dan pembagian beban kerja. Tingkat keadilan dengan survei opini di negara lain, penolakan yang sama dan transparansi yang sangat dirasakan dalam sistem terhadap skema bonus diamati di Argentina. Sebaliknya, cenderung menumbuhkan kepercayaan guru terhadap sampel dari Afghanistan, India, Myanmar, Pakistan, Senegal, keandalan administrator sistem dan dapat memotivasi Tajikistan, dan Tanzania menunjukkan dukungan guru yang guru untuk menerima pendapatan yang dikaitkan dengan kuat untuk skema pembayaran yang memberi penghargaan kinerja. Muralidharan and Sundararaman (2011a), yang kepada guru dengan bonus sebagai penghargaan atas hasil menggunakan pendekatan metode campuran di India, belajar murid yang baik (Sabarwal and Abu-Jawdeh 2017; mengutarakan penjelasan ini. Alasan populer kedua Muralidharan and Sundararaman 2011a). di kalangan guru tentang hasil belajar murid sebagai Table 12. Principals: Specific Pay Criteria Panel A. Statement: ‘UKG should be part of the teacher certification process’ Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 0.0 7.5 2.5 77.5 12.5 90.0 Semi-perkotaan 1.7 16.7 8.3 63.3 10.0 73.3 Total 1.0 13.0 6.0 69.0 11.0 80.0 nilai-p .08 Panel B. Statement: ‘Student test scores should be considered in teacher promotion’ Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 2.5 17.5 7.5 52.5 20.0 72.5 Semi-perkotaan 0.0 11.7 3.3 63.3 21.7 85.0 Total 1.0 14.0 5.0 59.0 21.0 80.0 nilai-p .28 24. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI BERISIKO TINGGI Panel C. Statement: ‘UKG should be linked to TPG’ Sangat tidak Tidak Sangat Total setuju dan Ragu-ragu Setuju setuju setuju Setuju sangat setuju Urban 0.0 15.0 7.5 70.0 7.5 77.5 Semi-perkotaan 0.0 31.7 10.0 50.0 8.3 58.3 Total 0.0 25.0 9.0 58.0 8.0 66.0 nilai-p .09 Source: KIAT GURU Urban Opinion Survey 2017. Principal sample of 100 observations, of which 40 are urban and 60 semi-urban. Values are in percentages. ‘Total (dis)agree’ is calculated as the sum of ‘Strongly (dis)agree’ and ‘(dis)agree’. Statements are shown in descending order after values of ‘Total agree’. Reported p-values correspond to the MWW test. dasar skema pembayaran adalah keyakinan guru telah lulus proses sertifikasi guru) secara sistematis bahwa mereka dapat memengaruhi nilai murid, seperti terkait dengan dukungan yang lebih tinggi untuk dibahas pada bagian sebelumnya. Sebagian besar guru pernyataan terkait PBK. Regresi ini juga mengendalikan menyatakan keyakinannya akan kemampuan mereka faktor kelembagaan, seperti apakah seorang guru adalah untuk memengaruhi nilai murid, termasuk nilai dari pegawai negeri sipil dan apakah seorang guru bekerja murid yang termasuk dalam kategori kurang mampu. di sekolah umum. Akhirnya, indikator biner pengendali dipertimbangkan dalam menentukan apakah suatu Sejalan dengan hasil ini, guru setuju untuk bertanggung sekolah terletak di daerah semi-perkotaan dan bukan di jawab atas hasil belajar murid. daerah perkotaan.22 Terakhir, survei menanyakan kepada kepala sekolah Tabel 13 menunjukkan regresi pada senioritas dan tentang peran UKG dan hasil belajar murid dalam kinerja guru sebagai kriteria pembayaran. Dua kolom memengaruhi pendapatan guru. Seperti yang ditunjukkan pertama menunjukkan bahwa tidak ada faktor dalam dalam Tabel 12, respons kepala sekolah berkorelasi tabel yang secara sistematis berhubungan dengan dengan opini guru. Sebagian besar kepala sekolah dukungan yang lebih tinggi untuk mengaitkan kinerja mendukung UKG (sebagai kriteria untuk sertifikasi guru) guru dengan pendapatan guru atau untuk mengaitkan dan TPG, sementara nilai ujian murid didukung sebagai PKG dengan pendapatan guru. Terkait hubungan penentu yang valid dalam promosi guru. pertama, hasil ini tidak mengejutkan. Mengingat bahwa lebih dari 97 persen guru setuju dengan pernyataan Analisis Regresi bahwa promosi guru harus didasarkan pada kinerja Pernyataan-pernyataan yang disajikan dalam Tabel 13 guru, hampir tidak ada variasi yang perlu dijelaskan oleh dan Tabel 14 sangat relevan dengan pertimbangan- predictor apapun. Sebaliknya, regresi yang melibatkan pertimbangan kebijakan. Meskipun hasil menunjukkan senioritas sebagai kriteria promosi dan pendapatan bahwa skema PfP umumnya didukung dengan baik oleh secara statistik menunjukkan hasil yang signifikan. guru, karakteristik guru tertentu menunjukkan tingkat Probabilitas dukungan terhadap senioritas meningkat dukungan yang lebih tinggi atau lebih rendah. Karenanya, seiring bertambahnya usia dan berkurang jika guru studi ini melakukan analisis regresi multivariat untuk adalah seorang pegawai negeri atau jika sekolah menjelaskan korelasi demografis dan institusional terkait tersebut terletak di daerah semi-perkotaan. Guru daya sepakat guru terhadap pernyataan survei.20 Tabel perempuan lebih cenderung mendukung gagasan untuk 13 dan Tabel 14 menunjukkan hasil regresi LPM dengan mengaitkan pendapatan dengan senioritas, sementara variabel dependen yang diberi nilai satu jika guru sangat guru yang lebih berpendidikan cenderung tidak setuju dengan pernyataan dan nol jika tidak.21 mendukung gagasan ini. Selain itu, skala efek ini cukup luas. Status pegawai negeri sipil, misalnya, mengurangi Kerangka regresi menelusuri apakah faktor-faktor probabilitas dukungan terhadap senioritas sebagai demografis (seperti status guru perempuan, usia, kriteria promosi guru sebesar 21 poin persentase, memiliki gelar Sarjana Pendidikan atau lebih tinggi, atau 20 Analisis ini tidak dilakukan untuk sampel kepala sekolah yang terlalu yang diberi nilai 1, 2 dan 3 untuk (sangat) tidak setuju, ragu-ragu, dan kecil untuk menjalankan analisis regresi multivariat yang memadai. (sangat) setuju. Karena variabel dependen tersusun sedikit berbeda dari variabel terkait LPM dan estimasi probit, hipotesis yang diuji agak berbeda 21 Sebagai sebuah uji ketahanan, tim peneliti menjalankan regresi probit dan karenanya hasilnya tidak sepenuhnya dapat dibandingkan. Namun dengan variabel dependen biner yang sama. Hasilnya sangat mirip baik demikian, sebagian besar kecenderungan yang muncul tetap berlaku untuk dalam signifikansi maupun besarnya efek marginal. Uji ketahanan lebih estimasi probit yang berurutan. Hasil-hasil regresi ini tersedia berdasarkan lanjut dilakukan dengan mengeksploitasi lebih banyak informasi yang permintaan. terkandung dalam variabel skala Likert dengan menjalankan regresi probit yang berurutan. Regresi ini mempertimbangkan variabel dependen ordinal 22 Semua regresi kecuali usia adalah variabel biner. 25. sedangkan probabilitas guru berusia 50 tahun yang sekolah semi-perkotaan, misalnya, memiliki probabilitas mendukung senioritas sebagai kriteria promosi guru 20 10 persen lebih rendah dalam mendukung penyertaan poin persentase lebih tinggi daripada guru berusia 30 UKG dalam proses sertifikasi guru. Yang menarik, tahun. besarnya koefisien tetap sama di berbagai skema. Ini menunjukkan bahwa dalam hal penerimaan guru, Tabel 14 menyajikan hasil regresi pada daya sepakat implementasi skema PBK mungkin kurang menantang guru terhadap berbagai skema PBK yang melibatkan nilai di daerah perkotaan dibandingkan dengan di semi- UKG, PKG dan murid. Terlihat jelas bahwa guru sekolah perkotaan. Akhirnya, guru yang bersertifikasi cenderung semi-perkotaan cenderung kurang menyukai sistem mendukung gagasan untuk mengaitkan UKG dengan PBK dalam empat dari lima skema yang diusulkan. Guru TPG. Tabel 13. Regresi LPM Mengenai Opini Guru tentang Senioritas dan Kinerja Guru sebagai Kriteria Pembayaran Promosi guru PKG seharusnya Promosi guru Pendapatan guru seharusnya memengaruhi seharusnya didasarkan seharusnya dikaitkan didasarkan pada pendapatan guru pada senioritas dengan senioritas kinerja guru -0.01 -0.05 0.03 0.10** Perempuan (0.01) (0.04) (0.04) (0.04) 0.00 0.00 0.01*** 0.01** Usia (0.00) (0.00) (0.00) (0.00) S-1 atau lebih 0.01 0.06 -0.10 -0.19** tinggi (0.02) (0.07) (0.08) (0.09) -0.00 -0.07 -0.08 -0.07 Lulus sertifikasi (0.02) (0.06) (0.06) (0.05) 0.00 -0.01 -0.21*** -0.13*** PNS (0.02) (0.05) (0.05) (0.05) 0.01 -0.05 -0.00 0.03 Masyarakat (0.02) (0.06) (0.07) (0.06) 0.00 -0.06 -0.14*** -0.13*** Semi-perkotaan (0.01) (0.04) (0.05) (0.05) % setuju 97.2% 71.2% 34.2% 26% Pengamatan 500 500 500 500 R-kuadrat 0.008 0.015 0.089 0.092 Catatan: Sampel guru. Regresi LPM dengan variabel dependen biner yang diberi nilai 1 jika guru setuju atau sangat setuju dengan pernyataan dan 0 jika sebaliknya. *, **, *** signifikan pada tingkat 0,1, 0,5 dan 0,01. Kesalahan standar dikelompokkan di tingkat sekolah dalam tanda kurung. Kolom disusun dari kiri ke kanan dalam urutan menurun setelah kolom jumah guru yang (sangat) setuju dengan pernyataan terkait. 26. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI BERISIKO TINGGI Tabel 14. Regresi LPM Mengenai Opini Guru tentang Indikator untuk Pembayaran Berbasis Kinerja Sebagian elemen Seharusnya saya UKG seharusnya PKG UKG promosi saya menerima bonus menjadi bagian dari seharusnya seharusnya seharusnya jika murid saya proses sertifikasi memengaruhi dikaitkan tergantung pada nilai berprestasi baik guru gaji guru dengan TPG ujian murid saya dalam ujian Perempuan 0.03 -0.05 -0.06 -0.04 -0.05 (0.04) (0.04) (0.05) (0.04) (0.03) Usia -0.00 0.00 0.00 0.01** 0.00 (0.00) (0.00) (0.00) (0.00) (0.00) S-1 atau lebih 0.02 0.06 -0.07 -0.05 -0.02 tinggi (0.06) (0.07) (0.06) (0.08) (0.07) Lulus -0.05 -0.07 -0.21*** -0.02 -0.08 sertifikasi (0.04) (0.06) (0.07) (0.06) (0.05) PNS -0.07 -0.01 -0.06 -0.01 -0.04 (0.04) (0.05) (0.05) (0.05) (0.05) Masyarakat -0.05 -0.05 0.01 -0.04 -0.05 (0.06) (0.06) (0.07) (0.06) (0.07) Semi- -0.10** -0.06 -0.11** -0.13*** -0.12*** perkotaan (0.04) (0.04) (0.05) (0.05) (0.04) % setuju 83.7% 71.2% 62.2% 61.6% 16.9% Pengamatan 427 500 427 500 500 R-kuadrat 0.043 0.015 0.091 0.041 0.054 Catatan: Sampel guru. Regresi LPM dengan variabel dependen biner yang diberi nilai 1 jika guru setuju atau sangat setuju dengan pernyataan dan 0 jika sebaliknya. *, **, *** signifikan pada tingkat 0,1, 0,5 dan 0,01. Kesalahan standar dikelompokkan di tingkat sekolah dalam tanda kurung Kolom disusun dari kiri ke kanan dalam urutan menurun setelah kolom jumlah guru yang (sangat) setuju dengan pernyataan terkait. 27. 28. K E SI M P U L A N 06 Kesimpulan Studi ini membahas opini kepala sekolah, guru, orang tua dan murid dari 100 Membahas opini kepala sekolah, guru, sekolah di Indonesia tentang berbagai isu yang terkait dengan evaluasi kinerja orang tua dan murid guru dan skema PfP. Berbagai temuan utama diidentifikasi. dari 100 sekolah di Indonesia 1 Pertama, secara umum, UKG dan PKG sangat didukung oleh kepala sekolah dan guru sebagai penilai kinerja guru. 2 Kedua, skema PBK yang melibatkan UKG dan PKG sangat populer di kalangan kepala sekolah dan guru. 3 Ketiga, guru sangat menyukai skema PBK daripada skema berdasarkan senioritas. Keempat, meskipun dukungan guru secara keseluruhan cukup 4 tinggi, guru di daerah perkotaan menunjukkan tingkat dukungan yang secara sistematis lebih tinggi terhadap skema PBK daripada guru di daerah semi-perkotaan. 5 Kelima, guru mendukung gagasan mengenai hasil belajar murid sebagai indikator yang dikaitkan dengan skema PBK. Keenam, guru dan kepala sekolah lebih menyukai indikator PBK 6 yang berfokus pada input guru, sementara orang tua lebih menyukai interaksi guru-orang tua dan guru-murid. 7 Terakhir, meskipun gagasan mengenai pemangku kepentingan pendidikan (termasuk pengawas sekolah, kepala sekolah, guru, orang tua, dan murid) sebagai penilai kinerja mendapat dukungan secara umum, kepala sekolah dan guru menunjukkan dukungan yang lebih kuat untuk penilai yang memiliki latar belakang pedagogis. Menunjang Studi ini menyajikan informasi bagi para pembuat kebijakan pendidikan. rancangan dan Pendapat para pemangku kepentingan pendidikan tentang evaluasi kinerja yang pelaksanaan disajikan dalam studi ini akan dapat menunjang rancangan dan pelaksanaan kebijakan kebijakan terkait dan turut menentukan keberhasilannya. Dengan menanggapi terkait dan turut opini para pemangku kepentingan pendidikan utama, pembuat kebijakan menentukan memiliki kesempatan untuk mengkaji konteks rancangan kebijakan yang tepat keberhasilannya dan meminimalkan risiko yang tidak diinginkan. Namun demikian, perlu dicatat bahwa data opini, seperti yang disajikan dalam studi ini, memiliki keterbatasan inheren yang dapat menjadi sumber bias respons terkait dengan keinginan untuk mendapatkan persetujuan/penerimaan atau kesopanan sosial. Namun, bias respons dalam studi ini cenderung minimal karena mayoritas pertanyaan survei meminta responden untuk mengungkapkan opini tentang potensi kebijakan masa depan daripada menilai peristiwa masa lalu. Dukungan terhadap Secara umum, analisis menunjukkan dukungan umum yang jelas dari skema PBK. pemangku kepentingan pendidikan terhadap skema PBK. 29. 30. R E F E R E N SI Referensi Abadzi, Helen, and Stavri Llambiri. 2011. “Selective Teacher Attention in Lower-Income Countries: A Phenomenon Linked to Dropout and Illiteracy?” Prospects 41 (4): 491–506. ACDP (Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership). 2014. Study on Teacher Absenteeism in Indonesia 2014. Jakarta: ACDP Bruns, Barbara, Deon Filmer, and Harry Anthony Patrinos. 2011. Making Schools Work: New Evidence on Accountability Reforms. Human Development Perspectives. Washington, DC: The World Bank. Bruns, Barbara, and Ben Ross Schneider. 2016. Managing the Politics of Quality Reforms in Education Policy: Lessons from Global Experience. Background Paper: The Learning Generation. New York: The Education Commission Chang, Mae Chu, Sheldon Shaeffer, Samer Al-Sammarrai, Andrew B. Ragatz, Joppe de Ree, and Ritchie Stevenson. 2014. Teacher Reform in Indonesia: The Role of Politics and Evidence in Policy Making. Directions in Development: Human Development. Washington, DC: The World Bank. de Ree, Joppe, Karthik Muralidharan, Menno Pradhan, and Halsey Rogers. 2018. “Double for Nothing? Experimental Evidence on an Unconditional Teacher Salary Increase in Indonesia.” Quarterly Journal of Economics 133 (2): 993– 1039. Evans, David, and Anna Popova. 2015. “What Really Works to Improve Learning in Developing Countries? An Analysis of Divergent Findings in Systematic Reviews.” World Bank Policy Research Working Paper 7203. Washington, DC: The World Bank. Gaduh, Arya, Menno Pradhan, Jan Priebe, and Dewi Susanti. "Impact evaluation of community empowerment and teacher pay for performance in Indonesia." Unpublished manuscript, last modified 15th December, 2018. Microsoft Word file. Glewwe, Paul, Nauman Ilias, and Michael Kremer. 2010. "Teacher incentives". American Economic Journal: Applied Economics 2 (3): 205-227. Holla, Alaka, Margaret Koziol, Dena Ringold, and Santhosh Srinivasan. 2012. Citizens and Service Delivery: Assessing the Use of Social Accountability Approaches in the Human Development Sectors. Directions in Development: Human Development. Washington, DC: The World Bank. Jinnai, Yusuke. 2016. “To Introduce or Not To Introduce Monetary Bonuses : The Cost of Repealing Teacher Incentives.” Economics & Management Series, no. EMS-2016-08. Minamiuonuma: International University of Japan Joshi, Anuradha. 2013. “Do They Work? Assessing the Impact of Transparency and Accountability Initiatives in Service Delivery.” Development Policy Review 31 (S1). Kremer, M., C. Brannen, and R. Glennerster. 2013. “The Challenge of Education and Learning in the Developing World.” Science 340 (6130): 297–300. Mann, H. B., and D. R. Whitney. 1947. On a test of whether one of two random variables is stochastically larger than the other. Annals of Mathematical Statistics 18, 1 (1947): 50–60. McKenzie, Phillip, Dita Nugroho, Clare Ozolins, Julie McMillan, Sudarmo Sumarto, Nina Toyamah, Vita Febriany, Robert J. Sodo, Luhur Bima, and Armand A. Sim. 2014. “Study on Teacher Absenteeism in Indonesia.” Jakarta: Education Sector Analytical and Capacity Development Partnership (ACDP), Agency for Research and Development (Balitbang), Ministry of Education and Culture. 31. Ministry of Education and Culture. 2016. Laporan Hasil UKG 2015 [Report on Results of the Teacher Competence Test 2015]. Jakarta: Ministry of Education & Culture, Directorate General for Teachers and Education Personnel. Ministry of Finance, Indonesia. 2016. Belanja Pemerintah Pusat, 2011-2016 (miliar rupiah).  Jakarta. http://www. anggaran.depkeu.go.id/dja/athumbs/apbn/2016Pendidikan.pdf Muralidharan, Karthik, and Venkatesh Sundararaman. 2011a. “Teacher Opinions on Performance Pay: Evidence from India.” Economics of Education Review 30 (3): 394–403. Muralidharan, Karthik, and Venkatesh Sundararaman. 2011b. “Teacher Performance Pay: Experimental Evidence from India.” Journal of Political Economy 119 (1): 39–77. Murnane, Richard, and David Cohen. 1986. “Merit Pay and the Evaluation Problem: Why Most Merit Pay Plans Fail and a Few Survive.” Harvard Educational Review 56 (1): 1–18. OECD. 2016. PISA 2015 Results (Volume I): Excellence and Equity in Education. Paris: OECD Publishing. Pradhan, Menno, Daniel Suryadarma, Amanda Beatty, Maisy Wong, Arya Gaduh, Armida Alisjahbana, and Rima Prama Artha. 2014. “Improving Educational Quality through Enhancing Community Participation: Results from a Randomized Field Experiment in Indonesia.” American Economic Journal: Applied Economics 6 (2): 105–26. Sabarwal, Shwetlena, and Malek Abu-Jawdeh. 2017. “What Teachers Believe: Mental Models about Accountability and Absenteeism.” Policy Research working paper; no. WPS 8454. Washington, D.C. : The World Bank.  UNCEN (Cendrawasih University), UNCEN, UNIPA, SMERU, BPS, and UNICEF. 2012. “‘We Like Being Taught’ A Study on Teacher Absenteeism in Papua and West Papua.” Jayapura. UNESCO. 2017. Global Education Monitoring Report. Accountability in Education: Meeting Our Commitments. Paris. World Bank. 2010. Transforming Indonesia’s Teaching Force. Volume II: From Pre-Service Training to Retirement: Producing and Maintaining a High-Quality, Efficient, and Motivated Workforce. Human Development Department, East Asia and Pacific Region. Jakarta: The World Bank World Bank. 2015. INDONESIA: Teacher Certification and Beyond. An Empirical Evaluation of the Teacher Certification Program and Education Quality Improvements in Indonesia. Education Global Practice, East Asia and Pacific Region. Jakarta: The World Bank World Bank. 2018a. Education Statistics (EdStats) Database. http://datatopics.worldbank.org/education/. World Bank. 2018b. The World Development Report 2018. Learning to Realize Education’s Promise. Washington, DC: World Bank. 32. L A M P IRA N Lampiran Tabel A1. Lokasi Survei Provinsi Nama Kota/Kabupaten Sasaran/Tetangga Geografi Kota Banjar Tetangga Maju Jawa Barat Kota Tasikmalaya Tetangga Berkembang Bali Kota Denpasar Tetangga Maju Kabupaten Dompu Sasaran Berkembang Nusa Tenggara Barat Kota Bima Sasaran Maju Kabupaten Manggarai Timur Sasaran Sangat terpencil Nusa Tenggara Timur Kabupaten Sumba Barat Daya Sasaran Terpencil Kabupaten Sumba Barat Tetangga Terpencil Kota Bitung Sasaran Berkembang Sulawesi Utara Kota Manado Tetangga Berkembang Catatan: Pada tahap pertama survei, lima kota-kabupaten dipilih secara sistematis untuk mewakili heterogenitas geografis (ko- ta-kabupaten sasaran). Pada tahap kedua survei, dipilih juga satu kota-kabupaten terdekat dari masing-masing lima kota-kabu- paten tersebut (kota/kabupaten tetangga). Tabel A2. Daftar PKG Tambahan Kompetensi Guru untuk Evaluasi Kinerja Guru Dapat menilai karakteristik murid Menguasai pengajaran edukatif serta teori dan prinsip pembelajaran Dapat mengembangkan kurikulum ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran Melakukan kegiatan belajar mengajar Mengembangkan potensi murid Meningkatkan hasil belajar* Meningkatkan hasil belajar rata-rata di sekolah* Meningkatkan komunikasi dengan murid Dapat menilai dan mengevaluasi murid Berperilaku sesuai dengan norma-norma moral, sosial, budaya, dan agama Merupakan panutan Memiliki etos kerja yang kuat, rasa tanggung jawab, dan rasa bangga atas profesi mereka Toleran dan tidak diskriminatif Mampu berkomunikasi dengan guru, orang tua, tenaga kependidikan, murid, dan masyarakat Mampu memotivasi orang tua* Menguasai materi pelajaran mereka Terus meningkatkan kompetensi mengajar, pengetahuan, dan keterampilan mereka Catatan: *Tiga kompetensi tambahan yang disertakan dalam daftar PKG yang terkait dengan hasil belajar murid. 33. Gambar A1. Orang Tua: Ketidakhadiran Guru Catatan: 502 pengamatan. Gambar A2. Murid: Ketidakhadiran Guru Catatan: 500 pengamatan. Gambar A3. Orang Tua: Kemampuan Guru dan Hasil Belajar Anak Catatan: 502 pengamatan. 34. HASIL: PENDAPAT TENTANG EVALUASI BERISIKO TINGGI 35.