Oktober 2017 Menutup kesenjangan PERKEMBANGAN TRIWULANAN PEREKONOMIAN INDONESIA Menutup kesenjangan Oktober 2017 Kata Pengantar Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Indonesia Economic Quarterly, IEQ) mempunyai dua tujuan. Pertama, untuk menyajikan perkembangan utama perekonomian Indonesia dalam tiga bulan terakhir, dan menempatkan dalam konteks jangka panjang dan global. Berdasarkan perkembangan ini, serta perubahan kebijakan dalam periode tersebut, laporan ini menyediakan perkembangan terkini secara rutin tentang prospek perekonomian dan kesejahteraan sosial Indonesia. Kedua, laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia ini memberikan penilaian mendalam terhadap isu-isu ekonomi dan kebijakan tertentu, dan analisis terhadap tantangan pembangunan jangka menengah Indonesia. Laporan ini ditujukan untuk khalayak luas termasuk pembuat kebijakan, pemimpin bisnis, pelaku pasar keuangan, serta komunitas analis dan profesional yang terlibat dan mengikuti perkembangan ekonomi Indonesia. Laporan Triwulanan Perekonomian Indonesia merupakan laporan Bank Dunia di Jakarta dan mendapatkan bimbingan editorial dan strategis oleh dewan editorial yang dipimpin oleh Rodrigo A. Chaves, Country Director untuk Indonesia. Laporan ini disusun oleh tim Macroeconomic dan Fiscal Management Global Practice, dibawah bimbingan Ndiame Diop and Frederico Gil Sander (Lead Economist). Dipimpin oleh Derek H. C. Chen, Senior Economist dan lead author, tim inti terdiri dari Magda Adriani, Arsianti, Dwi Endah Abriningrum, Indira Maulani Hapsari, Ahya Ihsan, Taufik Ramadhan Indrakesuma, Jonathan William Lain, Alief Aulia Rezza, Jaffar Al Rikabi, Dhruv Sharma, dan Pui Shen Yoong. Dukungan administrasi diberikan oleh Sylvia Njotomihardjo. Diseminasi dilakukan oleh Nugroho Sunjoyo, Jerry Kurniawan, dan GB Surya Ningnagara. Ucapan terima kasih untuk Edgar Janz, Jonathan William Lain, Juul Pinxten dan Nathaniel P. Adams atas bantuannya dalam pengecekan laporan ini. Edisi ini juga mencakup kontribusi dari Indira Maulani Hapsari (Bagian A.1 and A.2) Magda Adriani and Dwi Endah Abriningrum (Bagian A.3 dan Kotak 1), Dhruv Sharma (Bagian A.4 dan A.5), Alief Aulia Rezza (Bagian A.5 dan Kotak 2), Jaffar Al Rikabi (Bagian A.6, Kotak 3 dan 4), Jonathan William Lain and Hamidah Alatas (Bagian A7 dan Kotak 5), Taufik Ramadhan Indrakesuma (Bagian A.8), Derek H. C. Chen (Bagian A.9); Jenny Jing Chao, Jeffrey John Delmon, Ian Halvdan Ross Hawkesworth, Sunita Kikeri, Ketut Ariadi Kusuma, Ratih Dwi Rahmadanti, Alexander Weber, Andri Wibisono, dan Pui Shen Yoong, dibawah bimbingan dari Taimur Samad dan Cledan Mandri-Perrott (Bagian B: Memobilisasi sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur); Hamidah Alatas, Ratih Dwi Rahmadanti, Daim Syukriyah, Bagus Arya Wirapati untuk kontribusi data (Lapmiran: indikator sosial). Laporan ini juga mendapat masukan dari diskusi mendalam dengan dan masukan dari Sudhir Shetty (Chief Economist, Bank Dunia), Yongmei Zhou (Program Leader), Ekaterine T. Vashakmadze (Senior Country Economist, Bank Dunia), dan Congyan Tan (Senior Economist, Bank Dunia). Laporan ini disusun oleh para staf International Bank for Reconstruction dan Development Bank Dunia, dengan dukungan pendanaan dari Pemerintah Australia (Departemen Luar Negeri dan Perdagangan atau Department of Foreign Affairs dan Trade, DFAT) melalui program Support for Enhanced Macroeconomic dan Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA). Temuan-temuan, interpretasi dan kesimpulan-kesimpulan yang dinyatakan di dalam laporan ini tidak mencerminkan pdanangan AusAID dan Pemerintah Australia, para Direktur Pelaksana Bank Dunia atau pemerintah yang diwakilinya. Bank Dunia tidak menjamin ketepatan data-data yang termuat dalam laporan ini. Batas-batas, warna, denominasi dan informasi-informasi lain yang digambarkan pada setiap peta di dalam laporan ini tidak mencerminkan pendapat Bank Dunia mengenai status hukum dari wilayah atau dukungan atau penerimaan dari batas-batas tersebut. Photo merupakan Hak Cipta Bank Dunia. Semua Hak Cipta dilindungi. Untuk mendapatkan lebih banyak analisis Bank Dunia tentang ekonomi Indonesia: Untuk informasi mengenai Bank Dunia serta kegiatannya di Indonesia, silakan berkunjung ke website ini www.worldbank.org/id Untuk mendapatkan publikasi ini melalui e-mail, silakan hubungi madriani@worldbank.org. Untuk pertanyaan dan saran berkaitan dengan publikasi ini, silakan hubungi dchen2@worldbank.org. Singkatan ADB Asian Development Bank AIPEG Australia Indonesia Partnership for Economic Governance ANRPC Association of Natural Rubber Producing Countries AP Availability Payments APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ASEAN Association of South East Asia Nations Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BCA Bank Central Asia BI Bank Indonesia BKPM Indonesia’s Investment Promotion Agency BNI Bank Negara Indonesia BOP Balance of Payments BPJT Badan Pengatur Jalan Tol BPS Badan Pusat Statistik BRI Bank Rakyat Indonesia CAGR Compound Annual Growth Rate CEIC Census and Economic Information Center CPI Consumer Price Index CPO Crude Palm Oil DJPPR Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko EBRD European Bank for Reconstruction and Development ECB European Central Bank EMCI Emerging Market Currency Index EMDE Emerging Markets and Developing Economies EPC Engineering, Procurement, and Consruction FDI Foreign Direct Investment GCA Government Contracting Authorities GDP Gross Domestic Product GOI Government of Indonesia GR Government Regulation HET Harga Eceran Tertinggi IIF The Institute of International Finance IIGF Indonesia Infrastructure Guarantee Fund ICP Indonesia Crude Prices IMF International Monetary Fund LFPR Labor Force Participation Rate LHS Left Hand Side JCI The Jakarta Composite Index KPPIP Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas KPPU Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Anti-Monopoly Supervisory Commission) LGST Luxury Goods Sales Tax LNG Liquefied Natural Gas MOF Ministry of Finance MOHA Ministry of Home Affairs MPPD Million Barrels Per Day MSOE Ministry of State-Owned Enterprises NPL Non-Performing Loans NTI Net Trade-Weighted Index OBC Outline Business Cases OECD Organization for Economic Cooperation and Development O&G Oil and Gas O&M Operation and Maintenance OPEC Organization of The Petroleum Exporting Countries PDF Project Development Facility Pelindo Pelabuhan Indonesia (Indonesian Ports) PINA Pembiayaan Investasi Non Anggaran (Non-Budgetary Financing of Infrastructure) PLN Perusahaan Listrik Negara PMI Purchasing Managers’ Index PMK Peraturan Menteri Keuangan PNBP Penerimaan Nasional Bukan Pajak (Other Non-Tax Revenues) PPP Public-Private Partnership PRC People’s Republic of China PSC Public Sector Comparator PSN National Strategic Project PSO Public Service Obligation RHS Right Hand Side RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional SAKERNAS Survei Angkatan Kerja Nasional (National Labor Force Survey) SBI Sertifikat Bank Indonesia SBL Single Borrower Limit SMI Sarana Multi Infrastruktur SOE State-Owned Enterprises S&P Standard and Poor SPV Special Purpose Vehicle SSL Sector Specific Laws SUN Surat Utang Negara (Conventional Government Securities) SUSENAS Survei Sosial Ekonomi Nasional TASPEN Tabungan dan Asuransi Pensiun UNCITRAL United Nations Commission International Trade Law VAT Value Added Tax VGF Viability Gap Funding VIX Volatility Index YOY Year-on-Year Daftar Isi KATA PENGANTAR .............................................................................................................. C   SINGKATAN .......................................................................................................................... D  DAFTAR ISI ............................................................................................................................. F  RINKASAN EKSEKUTIF: MENUTUP KESENJANGAN .................................................... I  A. PERKEMBANGAN EKONOMI DAN FISKAL TERKINI ............................................... 1  1. Lingkungan perekonomian global pada umumnya menguntungkan ............................................... 1  2. Tingkat konsumsi mengecewakan, namun keuntungan investasi menyebabkan pertumbuhan tetap stabil ...................................................................................................................................... 4  3. Inflasi IHK (headline inflation) meningkat pada Triwulan ke-2 akibat kenaikan harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administered price), namun inflasi pangan, transportasi, dan inflasi inti menurun ........................................................................................................................ 9  4. Pasar keuangan berkinerja baik, mencerminkan kepercayaan terhadap fundamental ekonomi makro .............................................................................................................................................12  5. Harga komoditas menurun sementara defisit transaksi berjalan meningkat dua kali lipat ............15  6. Perbaikan pengelolaan fiskal telah ditunjukkan pada tahun 2017, namun risiko yang signifikan masih tetap ada .............................................................................................................................21  7. Pertumbuhan lapangan kerja melampaui pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah penduduk usia kerja 29  8. Pengentasan kemiskinan masih tetap lamban, namun ketimpangan terus menurun .................... 33  9. Perkiraan yang positif namun dengan ketidakpastian yang signifikan .......................................... 35  B. TOPIK FOKUS ................................................................................................................... 40  Memobilisasi sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur ......................................................... 40  a. Kurangnya investasi selama bertahun-tahun telah menyebabkan terjadinya defisit infrastruktur yang besar di Indonesia .......................................................................................................................................................... 40  b. Untuk menutup kesenjangan infrastruktur akan memerlukan peningkatan keterlibatan sektor swasta............ 43  c. Beberapa kendala perlu diatasi untuk dapat memanfaatkan pembiayaan sektor swasta untuk infrastruktur .... 46  d. Upaya untuk mengurangi hambatan terhadap investasi swasta sedang dilakukan ............................................ 57  REFERENSI ........................................................................................................................... 63  LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA ................................ 65  DAFTAR GAMBAR Gambar 1: Volume perdagangan global menguat… ................................................................. 2  Gambar 2: … dan capaian yang positif pada Indeks Pembelian Manajer Gabungan terus memberi sinyal sentimen bisnis yang optimis ................................................................ 2  Gambar 3: Normalisasi kebijakan moneter di AS memberi dampak yang terbatas pada pasar keuangan global ............................................................................................................... 3  Gambar 4: Harga komoditas masih lebih tinggi dibanding harga tahun lalu meski agak menurun tahun ini ........................................................................................................... 3   Gambar 5: Pertumbuhan PDB tetap tidak berubah pada Triwulan ke-2 tahun 2017 karena investasi yang lebih tinggi diimbangi oleh kontraksi konsumsi pemerintah dan perlambatan ekspor bersih .............................................................................................. 5  Gambar 6: Sektor industri mendorong pertumbuhan ekonomi, sementara pertumbuhan sektor pertanian secara substansial melambat ................................................................ 5  Gambar 7: Konsumsi sektor swasta mencatat pertumbuhan yang stabil; pengeluaran untuk makanan dan minuman, serta transportasi dan komunikasi merupakan kontributor terbesar............................................................................................................................. 5  Gambar 8: Indikator konsumsi bulanan melemah di Triwulan ke-2 ........................................ 5  Gambar 9: Investasi di Bangunan Gedung dan Struktur terus mendorong pertumbuhan investasi............................................................................................................................ 6  Gambar 10: Indikator bulanan memberi sinyal adanya pelemahan dalam pertumbuhan investasi............................................................................................................................ 6  Gambar 11: Kontraksi konsumsi pemerintah sebagian disebabkan oleh penurunan yang tajam pada belanja barang ............................................................................................... 7   Gambar 12: Total pertumbuhan ekspor anjlok karena ekspor non-migas menurun dan ekspor migas berkontraksi .......................................................................................................... 8  Gambar 13: Pertumbuhan impor total juga melambat dengan kontraksi pada impor migas .. 8  Gambar 14: Sektor konstruksi mengalami peningkatan yang paling pesat, seiring dengan pertumbuhan investasi yang tinggi pada bangunan gedung dan struktur ..................... 8  Gambar 15: Inflasi IHK meningkat di Triwulan ke-2 karena adanya kenaikan tarif listrik ..... 9  Gambar 16: Penurunan harga pangan utama dalam negeri terus berlanjut selama bulan Ramadhan tahun 2017 ..................................................................................................... 11   Gambar 17: Nilai Rupiah yang stabil di tengah menguatnya mata uang Negara-negara Pasar Berkembang… ................................................................................................................12   Gambar 18: ...menyiratkan adanya depresiasi efektif...............................................................12  Gambar 19: Sektor infrastruktur, keuangan dan barang konsumsi memimpin di Triwulan ke- 2 .......................................................................................................................................13  Gambar 20: Imbal hasil obligasi turun dan selisih (spread) antara obligasi Indonesia dan AS mengecil ..........................................................................................................................13  Gambar 21: Suku bunga pinjaman modal kerja dan investasi turun secara signifikan ...........13  Gambar 22: Laju pertumbuhan deposito terus meningkat di Triwulan ke-2 ..........................14  Gambar 23: Sistem perbankan tetap sehat ...............................................................................14   Gambar 24: Harga di tingkat global untuk enam komoditi ekspor utama di Triwulan ke-2, dengan sebagian besar harga komoditas relatif stabil dan sebagian lagi menurun ......16  Gambar 25: Harga minyak mentah diperkirakan akan naik dalam jangka menengah, sementara harga batubara diperkirakan akan turun ......................................................16  Gambar 26: Indeks harga tertimbang perdagangan bersih menunjukkan adanya kejutan nilai tukar perdagangan komoditas yang positif untuk Indonesia sejak Juli 2016 .................16  Gambar 27: Neraca Pembayaran (BOP) tetap surplus pada Triwulan ke-2 tahun 2017, meskipun terjadi peningkatan defisit transaksi berjalan sebanyak dua kali lipat..........16  Gambar 28: Pertumbuhan ekspor barang melambat oleh karena adanya liburan Idul Fitri, yang berlangsung relatif lama.........................................................................................19   Gambar 29: Pertumbuhan impor migas yang lambat menyebabkan penurunan impor barang secara keseluruhan ..........................................................................................................19  Gambar 30: Pertumbuhan impor barang modal turun meskipun terjadi lonjakan impor kendaraan bermotor dan bahan bangunan serta konstruksi ..........................................19  Gambar 31: Total arus masuk portofolio meningkat seiring dengan lonjakan pembelian obligasi global pemerintah ............................................................................................ 20  Gambar 32: Aliran masuk ekuitas portofolio berubah negatif dan Indonesia kalah jika dibandingkan dengan negara-negara setara di kawasan .............................................. 20  Gambar 33: Arus masuk FDI bersih melonjak pada Triwulan ke-2 tahun 2017 ......................21  Gambar 34: Penerimaan terkait migas dan PPN mendorong pertumbuhan pemungutan penerimaan yang tinggi hingga saat ini ........................................................................ 22  Gambar 35: Tingkat pelaksanaan anggaran menunjukkan peningkatan secara bertahap dari tahun 2015 ...................................................................................................................... 23  Gambar 36: Pergeseran dalam belanja terus berlanjut dari belanja pegawai dan subsidi ke belanja barang, modal dan sosial................................................................................... 23  Gambar 37: Target penerimaan yang ditetapkan pada APBN-P tahun 2017 lebih realistis dibandingkan dengan yang ditetapkan pada tahun-tahun sebelumnya ....................... 24  Gambar 38: Alokasi pengeluaran pada APBN-P tahun 2017 mencerminkan kualitas pengeluaran yang lebih tinggi ....................................................................................... 24  Gambar 39: Bank Dunia memproyeksikan pemungutan penerimaan turun sedikit dari target APBN 2017 ..................................................................................................................... 24  Gambar 40: Rasio pajak terhadap PDB meningkat lagi setelah beberapa tahun mengalami penurunan ...................................................................................................................... 27  Gambar 41: Rancangan APBN tahun 2018 memprioritaskan belanja modal dan sosial, dan memotong belanja barang. Subsidi energi meningkat .................................................. 28  Gambar 42: Sementara nominal belanja subsidi direncanakan meningkat pada tahun 2017, porsi belanja subsidi ini lebih kecil daripada belanja Pemerintah Pusat tahun 2017 .... 28  Gambar 43: Pertumbuhan lapangan kerja melampaui pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah penduduk usia kerja, didorong oleh meningkatnya upah kerja, jumlah para pekerja mandiri di sektor non-pertanian, dan pekerjaan di lingkungan keluarga yang tidak berbayar ................................................................................................................ 29  Gambar 44: Pergeseran pekerja dari sektor pertanian ke jasa telah melambat, dan proporsi pekerja dengan pekerjaan di sektor industri mulai menurun ........................................31  Gambar 45: Pendapatan rata-rata riil bertumbuh sebanyak dua digit di tahun ini sampai bulan Februari 2017 .........................................................................................................31  Gambar 46: Meskipun koefisien Gini untuk pendapatan riil turun dari tingkatnya yang tinggi yang diamati pada tahun 2014 dan 2015, ketidaksetaraan pendapatan mulai meningkat lagi.................................................................................................................................. 32  Gambar 47: Pengentasan kemiskinan dari bulan Maret 2016 sampai Maret 2017 melanjutkan tren pengentasan kemiskinan yang lebih lambat sejak tahun 2011 ............................... 33  Gambar 48: Lebih dari 20 persen orang Indonesia rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan34  Gambar 49: Setelah beberapa tahun mendekati stagnasi, koefisien Gini telah turun, menurut yoy, sebanyak empat kali berturut-turut ........................................................................ 34  Gambar 50: Continued low food price inflation is expected to weigh on headline inflation in 2017 and 2018 .................................................................................................................. 36  Gambar 51: Neraca transaksi berjalan diperkirakan akan melebar secara moderat di tahun 2018 ................................................................................................................................. 38  Gambar 52: Peningkatan modal saham publik diperkirakan akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi ....................................................................................41  Gambar 53: Stok modal publik Indonesia per orang terhadap negara-negara pasar berkembang lainnya dan negara-negara maju rendah ...................................................41  Gambar 54: Stok modal publik per kapita telah tumbuh lebih lambat dari waktu ke waktu relatif terhadap kebanyakan negara-negara setara… .................................................... 42  Gambar 55: ... mengarah pada persepsi bahwa infrastruktur Indonesia memiliki kualitas yang relatif lebih rendah ................................................................................................ 42  Gambar 56: Belanja modal oleh Pemerintah Pusat telah meningkat….................................. 44  Gambar 57: ...dan suntikan modal yang cukup besar telah diberikan kepada BUMN, terutama di tahun 2015-2016........................................................................................... 44   Gambar 58: Investasi swasta perlu ditingkatkan secara signifikan untuk mencapai target Pemerintah… ................................................................................................................. 45  Gambar 59: ...akan tetapi investasi swasta di infrastruktur inti terus menurun sampai saat ini ........................................................................................................................................ 45  Gambar 60: Mengidentifikasi, menyeleksi dan mempersiapkan proyek infrastruktur KPS melibatkan banyak pelaku ............................................................................................. 49  Gambar 61: Pendapatan BUMN telah menurun dan laba tetap mendatar sebagai bagian dari PDB................................................................................................................................ 52  Gambar 62: ... dan BUMN yang terdaftar di bursa saham memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan swasta di sebagian besar sektor infrastruktur ................................................................................................................... 52  Gambar 63: Sektor perbankan di Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan sektor perbankan di negara-negara setara di kawasan… ......................................................... 54  Gambar 64: ... dan aset perbankan cukup terkonsentrasi ....................................................... 54  Gambar 65: Sektor infrastruktur merupakan sumber penerbitan obligasi korporasi terbesar kedua .............................................................................................................................. 56  Gambar 66: Sepertiga aset dana pensiun diinvestasikan pada deposito bank dengan keuntungan dalam jangka yang relatif pendek ............................................................. 56  DAFTAR LAMPIRAN GAMBAR Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil .......................................................................... 65  Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran ................................................ 65  Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB produksi ...................................................... 65  Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor ...................................................... 65  Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen ............................................................................. 65  Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri dan Manufaktur PMI ............................... 65  Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran .............................................................................. 66  Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan ................................................................... 66  Lampiran Gambar 9: Ekspor barang ...................................................................................... 66  Lampiran Gambar 10: Impor barang ...................................................................................... 66  Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus masuk modal ............................................ 66  Lampiran Gambar 12: Inflasi................................................................................................... 66  Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan .......................................................................... 67  Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara................................................ 67  Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan internasional ............................................ 67  Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan pengangguran ............................................. 67  Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional ........................................................................ 67  Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS............................................................................ 67  Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah 5-tahunan dalam mata uang lokal .. 68  Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS terhadap kelompok negara-negara EMBI Global ............................................................................................................................. 68  Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, pedesaan dan deposito .................... 68  Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan ................................................................ 68  Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah ............................................................................... 68  Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri ................................................................................ 68  DAFTAR TABEL Tabel 1: Pertumbuhan PDB riil diperkirakan meningkat menjadi 5,3 persen pada tahun 2018 .........................................................................................................................................iii  Tabel 2: Pertumbuhan di negara-negara besar menguat di Triwulan ke-2 .............................. 1  Tabel 3: Neraca Pembayaran Indonesia (BOP - Balance of Payments) .................................18  Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah dibandingkan dengan APBN tahun 2017 ...................................................................... 26  Tabel 5: Pengentasan kemiskinan di pedesaan lebih tinggi pencapaiannya selama tahun lalu, sebagian karena terjadinya urbanisasi masyarakat miskin ................................... 33  Tabel 6: Ketimpangan terus menurun, karena meningkatnya pangsa konsumsi dari Kelompok 40 Terbawah dan Kelompok 40 Menengah.................................................. 35  Tabel 7: Indikator ekonomi utama.......................................................................................... 37  DAFTAR TABEL LAMPIRAN Lampiran Tabel 1: Realisasi dan proyeksi anggaran belanja Pemeritah ................................ 69  Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran ................................................................................. 69  Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia .............................. 70  Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia ..............................................71  DAFTAR KOTAK Kotak 1: Inflasi harga makanan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri mereda tahun ini, sebagian karena upaya Pemerintah ................................................................................ 11   Kotak 2: Harga untuk sebagian besar komoditas utama Indonesia membaik dalam beberapa bulan terakhir ..................................................................................................................17  Kotak 3: Analisis target penerimaan pada APBN 2018 ........................................................... 27  Kotak 4: Analisis rencana pengeluaran dalam APBN tahun 2018 .......................................... 28  Kotak 5: Efek perubahan metodologi di Sakernas .................................................................. 32  Kotak 6: Indonesia membutuhkan investasi infrastruktur yang signifikan dalam bidang transportasi, energi dan air bersih ................................................................................. 43  Kotak 7: Beberapa proyek KPS mengalami kesulitan karena kendala hukum dan peraturan 47  Kotak 8: Pemerintah Indonesia telah mengembangkan beberapa instrumen pembiayaan untuk mendukung pelaksanaan KPS............................................................................. 49  Kotak 9: Menilai 'nilai uang' proyek KPS ............................................................................... 59  Kotak 10: Daftar periksa untuk mengidentifikasi moda pelaksanaan proyek yang paling relevan untuk proyek infrastruktur ................................................................................ 60  Kotak 11: Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk memobilisasi pembiayaan dari investor lembaga dalam negeri................................................................................61  Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Rinkasan eksekutif: Menutup kesenjangan Tingkat PDB riil Indonesia meningkat sebesar 5,0 persen tahun-ke-tahun (yoy) di Triwulan pertumbuhan PDB ke-2 tahun 2017, tidak berubah dari Triwulan ke-1. Tingkat pertumbuhan telah Indonesia tetap stabil sebesar sekitar 5 persen sejak Triwulan ke-1 tahun 2014, lebih rendah dari stabil di angka 5,0 yang tercatat pada awal dekade ini. Walaupun tingkat pertumbuhan ini persen… menempatkan Indonesia di antara negara-negara besar yang pertumbuhannya paling cepat di dunia, tidak adanya percepatan menjadi masalah yang perlu diperhatikan, mengingat lingkungan eksternal dan momentum reformasi kebijakan domestik yang baik. …meskipun Pertumbuhan perekonomian global membaik, perdagangan internasional meningkat, peningkatan dan kondisi moneter di negara-negara maju tetap stabil selama triwulan terakhir. perekonomian global Harga komoditas, walaupun menurun selama Triwulan ke-2, tetap lebih tinggi terus berlanjut dan dibandingkan dengan tahun 2016. Yang lebih penting lagi, fundamental ekonomi adanya momentum makro Indonesia baik dan telah meningkat, karena Pemerintah terus menerapkan yang kuat dalam reformasi struktural yang penting. Peningkatan peringkat baru-baru ini oleh Standard reformasi kebijakan & Poor's mengenai sovereign credit rating dan meningkatnya peringkat Indonesia dalam Doing Business Bank Dunia mencerminkan fundamental yang terus meningkat. Maraknya investasi Pertumbuhan investasi naik ke tingkat tertinggi sejak Triwulan ke-4 tahun 2015, didorong oleh investasi di sektor Bangunan Gedung dan Struktur. Pertumbuhan yang tinggi dalam investasi konstruksi sebagian mencerminkan adanya peningkatan investasi infrastruktur publik pada paruh pertama tahun ini, akibat meningkatnya komposisi pengeluaran – satu contoh penting dari reformasi struktural yang dilakukan di masa lalu. Tingkat suku bunga pinjaman yang lebih rendah, sejalan dengan penurunan tingkat suku bunga kebijakan sebesar 150 basis poin pada tahun 2016, dan investasi langsung asing yang tinggi juga berkontribusi terhadap pertumbuhan investasi yang lebih tinggi. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA i Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Pertumbuhan Pertumbuhan konsumsi swasta secara tidak terduga tetap sama di Triwulan ke-2. konsumsi swasta Momentum yang stabil dalam konsumsi swasta, yang mencakup lebih dari separuh tidak mengalami PDB Indonesia, berlawanan dengan beberapa faktor pendorong yang peningkatan di menguntungkan: pertumbuhan lapangan kerja yang tinggi (empat juta pekerjaan tengah kondisi yang yang tercipta pada tahun tersebut hingga bulan Februari), kenaikan gaji sebanyak dua kondusif digit, kepercayaan konsumen yang tinggi, menurunnya inflasi harga pangan, nilai Rupiah yang stabil, dan beralihnya periode Idul Fitri ke Triwulan ke-2 tahun ini, yang biasanya menyebabkan adanya lonjakan konsumsi. Sementara itu, konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya, sebagian mencerminkan dampak dasar (base effect) dari peningkatan belanja barang yang besar di Triwulan ke- 2 tahun lalu, ditambah dengan adanya hari kerja yang lebih sedikit di Triwulan ke-2 tahun ini. Pertumbuhan ekspor Setelah mengalami lonjakan pada Triwulan ke-1, pertumbuhan ekspor dan impor melemah, secara signifikan melambat, sebagian mencerminkan penurunan harga komoditas berkontribusi pada pada Triwulan ke-2 dan hari kerja yang lebih sedikit karena libur Lebaran. Defisit melebarnya defisit neraca berjalan meningkat dua kali lipat menjadi 2,0 persen dari PDB di Triwulan transaksi berjalan ke-2. Peningkatan musiman pada defisit penerimaan primer dan pelebaran defisit perdagangan jasa disebabkan oleh impor jasa transportasi dan perjalanan melonjak selama masa Lebaran. Hal ini juga berkontribusi terhadap defisit neraca berjalan yang lebih besar. Menderita dalam Tidak adanya peningkatan dalam pertumbuhan di Triwulan ke-2, terutama konsumsi jangka pendek untuk sektor swata, adalah teka-teki yang memerlukan data dan analisis lebih lanjut. Salah keuntungan jangka satu kemungkinannya adalah bahwa perekonomian menyesuaikan diri dengan panjang? reformasi baru-baru ini, sementara dampak pertumbuhan membutuhkan waktu untuk terealisasi. Misalnya, reformasi subsidi yang sedang berlangsung menyiratkan adanya kenaikan inflasi sementara yang mengurangi daya beli banyak rumah tangga menengah dan atas. Namun demikian, manfaat nyata dari reformasi ini – peningkatan ruang fiskal untuk belanja modal tambahan – hanya akan bertambah dalam jangka menengah. Penjelasan lain atas momentum pertumbuhan yang tidak terlalu besar ini adalah perkembangan perekonomian yang sensitif terhadap harga komoditas, yang menurun di Triwulan ke-2 relatif terhadap Triwulan ke-1. Selain itu, masalah perhitungan statistik yang biasa terjadi mengingat peralihan periode hari raya Lebaran dan efek dasar hari raya tersebut, kemungkinan juga berperan dalam kinerja konsumsi publik dan ekspor. Revisi Anggaran Kebijakan fiskal dan moneter saat ini merespon momentum pertumbuhan dengan tahun 2017 dan kebijakan yang menstimulasi perekonomi namun tetap berhati-hati (prudent). Revisi pemotongan suku Anggaran 2017 yang baru-baru ini disetujui oleh DPR menetapkan defisit fiskal yang bunga BI baru-baru lebih tinggi sebesar 2,9 persen dari PDB, naik dari 2,4 persen dalam APBN tahun ini memberikan 2017, terutama karena kenaikan pengeluaran, termasuk subsidi karena adanya beberapa stimulus penundaan penghapusan subsidi listrik. Penerimaan juga direvisi menurun. Defisit akan tetap berada di dalam batas legal sebesar 3,0 persen serta perbaikan pemungutan penerimaan yang diharapkan akan mencegah pemotongan anggaran menjelang akhir tahun anggaran, mencerminkan pengelolaan fiskal yang baik yang terus berlanjut. Belum lama ini BI memulai siklus pelonggaran moneter yang baru, dengan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin di bulan Agustus dan September untuk mendukung pertumbuhan PDB. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa inflasi saat ini lebih rendah dari perkiraan dan pertumbuhan kredit masih lamban. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA ii Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB Tabel 1: Pertumbuhan PDB riil diperkirakan meningkat riil diperkirakan riil yang diperkirakan menjadi 5,3 persen pada tahun 2018 akan meningkat mencapai 5,1 persen 2016 2017p 2018p menjadi 5,3 persen pada tahun 2017, (Perubahan PDB riil persentase 5,0 5,1 5,3 pada tahun 2018 dari meningkat menjadi tahunan) 5,1 persen pada 5,3 persen pada (Perubahan Indeks Harga tahun 2017 karena tahun 2018 karena Konsumen persentase 3,5 4,0 3,5 tahunan) reformasi terus perekonomian global Neraca transaksi berlanjut mulai yang mendukung dan (Persen PDB) -1,8 -1,7 -1,8 berjalan memberikan kondisi domestik Saldo anggaran (Persen PDB) -2,5 -2,7 -2,2 dampak, walaupun yang lebih kuat. Sumber: Bank Indonesia; Badan Pusat Statistik (BPS); Kementerian Keuangan; Perhitungan staf Bank Dunia harga komoditas Kuatnya Catatan: Untuk tahun 2016 adalah nilai yang sebenarnya; p adalah yang lemah perekonomian singkatan dari perkiraan Bank Dunia memberikan domestik ini juga hambatan disebabkan oleh reformasi perekonomian yang terus berlanjut dan secara bertahap mulai memberikan dampak. Konsumsi swasta diproyeksikan menguat seiring dengan kenaikan upah riil dan peningkatan lapangan kerja, sementara investasi swasta akan mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga BI baru-baru ini yang berdampak pada penurunan biaya pinjaman, perbaikan lingkungan bisnis, dan peningkatan investasi publik di bidang infrastruktur. Sektor eksternal diharapkan dapat memberikan kontribusi positif mengingat perekonomian global semakin kuat, walaupun kontribusi ini sebagian akan diimbangi oleh nilai tukar perdagangan (terms- of-trade) yang diproyeksikan menurun karena adanya penurunan harga batu bara. Defisit neraca berjalan diperkirakan akan melebar dari 1,7 persen pada tahun 2017 menjadi 1,8 persen pada tahun 2018. APBN tahun 2018 Konsumsi pemerintah diperkirakan akan meningkat pada tahun 2018, namun defisit menegaskan kembali akan tetap terjaga karena peningkatan kinerja penerimaan terkait dengan komitmen pertumbuhan ekonomi dan reformasi perpajakan. Sebagai sinyal atas komitmennya Pemerintah terhadap terhadap disiplin fiskal, APBN tahun 2018 yang diusulkan oleh Pemerintah kebijakan fiskal yang menyiratkan defisit sebesar 2,2 persen dari PDB, suatu sinyal yang jelas yang realistis dan menyatakan bahwa kehati-hatian fiskal mendapat perhatian yang tinggi. Perkiraan bertanggungjawab penerimaan bersifat konservatif, dan penurunan defisit bergantung pada pembatasan pengeluaran yang signifikan, terutama dalam pengeluaran belanja barang. Pengelolaan fiskal yang kuat terus memberikan landasan yang kuat bagi pertumbuhan di masa depan. Resiko terhadap Risiko eksternal terhadap perkiraan perekonomian (outlook) mecakup beberapa perkiraan faktor, yaitu: adanya ketidakpastian global jika Bank Sentral Amerika Serikat (the Fed) perekonomian menyimpang dari perkiraan normalisasi kebijakan moneter dan neracanya yang mencakup dilakukan bertahap, pelemahan harga komoditas yang terus berjalan, dan hambatan-hambatan implementasi kebijakan proteksionis oleh negara-negara maju yang akan memiliki eksternal… dampak negatif pada pertumbuhan global. Perekonomian Indonesia cukup bergantung pada pendanaan eksternal, baik publik maupun pihak swasta, dan oleh karena itu tetap sensitif terhadap volatilitas arus modal global. … dan hilangnya Momentum reformasi yang sudah berjalan juga penting dipertahankan karena momentum kesenjangan dalam modal fisik, manusia, dan kualitas kelembagaan, masih cukup reformasi besar. Bagian B dari laporan ini menyoroti kasus kesenjangan modal infrastruktur, dengan tidak mengesampingkan kekurangan-kekurangan di sektor lain yang juga memerlukan komitmen yang teguh untuk melakukan reformasi dan memastikan pelaksanaannya di lapangan. Dengan semakin dekatnya pemilihan anggota legislatif Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA iii Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dan pemilihan presiden, peluang untuk melakukan reformasi struktural yang diperlukan untuk pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi namun mungkin tidak popular, akan semakin sempit. Jika reformasi struktural ini diabaikan, pertumbuhan potensial bisa melambat dan berdampak buruk bagi perkiraan perekonomian. Edisi ini mencakup topik fokus yang membahas peningkatan partisipasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur Diperlukan adanya Kebutuhan infrastruktur di perekonomian di kota-kota besar Indonesia yang peningkatan berkembang pesat sangatlah besar. Namun demikian, minimnya investasi selama partisipasi sektor bertahun-tahun telah menyebabkan terjadinya defisit infrastruktur yang besar, yang swasta dalam menghambat pertumbuhan Indonesia dan membatasi laju pengentasan kemiskinan. pembangunan Stok modal (capital stock) publik per kapita Indonesia yang hanya sepertiga dari infrastruktur untuk negara-negara berkembang lainnya, menyiratkan adanya kesenjangan aset menutup infrastruktur yang diperkirakan sebesar sekitar USD 1,5 triliun. Pemerintah kesenjangan Indonesia menyadari pentingnya infrastruktur, dan sebagai titik awal, menargetkan infrastruktur di investasi tambahan di sektor transportasi, air bersih, energi dan sektor utama Indonesia lainnya, sebesar lebih dari USD 400 miliar selama tahun 2015-2019. Memanfaatkan investasi sektor swasta dapat membantu Indonesia memenuhi kebutuhan infrastrukturnya yang besar dengan lebih efisien dan efektif. Peningkatan partisipasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur akan membutuhkan adanya perbaikan dalam (i) lingkungan hukum dan peraturan yang kompleks untuk kemitraan pemerintah-swasta, (ii) perencanaan proyek, proses penilaian dan seleksi, (iii) transparansi dan efisiensi badan usaha milik negara yang mendominasi sektor infrastruktur, dan (iv) kedalaman pasar perbankan lokal dan pasar modal. Pemerintah telah mulai mengambil langkah-langkah untuk mengatasi masalah ini, namun diperlukan upaya lebih lanjut untuk mempercepat laju investasi sektor swasta untuk menutup kesenjangan infrastruktur dengan negara-negara berkembang lainnya. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA iv Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia A. Perkembangan ekonomi dan fiskal terkini 1. Lingkungan perekonomian global pada umumnya menguntungkan Peningkatan Peningkatan dalam momentum pertumbuhan global terus berlanjut sepanjang paruh pertumbuhan global pertama tahun 2017. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan yang lebih baik dari berlanjut selama negara-negara maju maupun negara-negara berkembang di Triwulan ke-2, paruh pertama tahun pertumbuhan perdagangan internasional yang terus berlanjut, dan kondisi moneter 2017 global yang akomodatif, di tengah terjadinya normalisasi kebijakan moneter AS secara bertahap serta menurunnya pelonggaran kuantitatif secara terukur oleh Bank Sentral Eropa (ECB - European Central Bank). Walaupun harga komoditas utama telah menurun sejak awal tahun ini, namun harga komoditas tersebut masih berada di atas harga rata-rata periode yang sama tahun lalu, sehingga menyebabkan negara- negara pengekspor komoditas utama mengalami lonjakan positif nilai tukar perdagangan (terms-of-trade). Negara-negara besar Pertumbuhan di Triwulan ke-2 Tabel 2: Pertumbuhan di negara-negara besar mencatat untuk negara-negara besar seperti menguat di Triwulan ke-2 pertumbuhan yang Amerika Serikat, Kawasan Eropa (pertumbuhan yoy, persen) Q1-2017 Q2-2017 lebih tinggi di dan Jepang serta China Amerika Serikat 2,0 2,1 Triwulan ke-2 meningkat, relatif terhadap Kawasan Eropa 1,9 2,2 Triwulan ke-11 (Tabel 2). Di Inggris raya 2,0 1,7 Amerika Serikat, pertumbuhan Jepang 1,4 2,1 Tiongkok 6,9 6,9 menguat didukung oleh Sumber: statistik OECD; CEIC; Haver Analytics; pemulihan yang terjadi di pasar perhitungan staf Bank Dunia tenaga kerja, sementara di Catatan: Laju pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, disesuaikan secara Kawasan Eropa, pertumbuhan musiman ekonomi yang kuat sebagian 1 Berdasarkan tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun (year-on-year, yoy) aktual di Triwulan ke-2, disesuaikan secara musiman dengan data OECD. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 1 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia disebabkan oleh perkembangan politik yang positif, terutama dengan hasil pemilihan umum di Perancis. Di Jepang dan Tiongkok, pertumbuhan kembali pulih karena menguatnya permintaan dalam negeri dan ekspor22. Hal tersebut sebagian besar mencerminkan adanya pemulihan kondisi perekonomian di negara-negara pengekspor komoditas, pertumbuhan perekonomian di negara-negara pasar berkembang dan negara-negara berkembang (EMDEs - emerging markets and developing economies) juga mendapatkan momentum, didukung oleh permintaan global yang kuat dan kondisi pasar keuangan yang relatif stabil. Volume Volume perdagangan global juga mencatat pertumbuhan yang tinggi di Triwulan ke- perdagangan global 2 sebesar 4,4 persen yoy, naik dari 3,2 persen di Triwulan ke-1 (Gambar 1). tumbuh paling cepat Pertumbuhan ekspor dan impor global menguat, seiring meningkatnya pertumbuhan dalam enam tahun di perdagangan negara-negara maju yang melebihi pertumbuhan perdagangan negara- Triwulan ke-2 negara pasar berkembang yang lebih lemah. Pertumbuhan yang stabil dalam perdagangan global tersebut sebagian besar didorong oleh investasi, yang sebagian mencerminkan bahwa penurunan investasi global telah mencapai titik terendahnya dan mulai menuju pemulihan (bottom out). Perdagangan yang menguat yang didorong oleh investasi sejalan dengan peningkatan kepercayaan bisnis global yang terus berlanjut, ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers' Index - PMI) di Triwulan ke-2, khususnya untuk Kawasan Eropa dan Jepang (Gambar 2). Gambar 1: Volume perdagangan global menguat… Gambar 2: … dan capaian yang positif pada Indeks (pertumbuhan yoy, persen) Pembelian Manajer Gabungan terus memberi sinyal sentimen bisnis yang optimis (indeks) 7 58 Q1 Q2 Jul-17 Aug-17 57 6 56 Ekspor dunia 55 5 54 53 4 52 51 3 50 49 2 48 1 0 -1 May-11 May-13 May-15 May-17 Sumber: CBP World Trade Monitor, perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Markit Economics, Haver Analytics; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Hasil di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi dan hasil di bawah 50 menunjukkan adanya kontraksi. Pasar keuangan Pasar keuangan global relatif tenang sepanjang paruh pertama tahun 2017. Hal ini tetap tenang terlepas sebagian besar karena pasar telah membukukan kenaikan suku bunga, kenaikan suku adanya kebijakan bunga dana federal AS pada bulan Juni baru-baru ini tidak mengganggu pasar keuangan global, seperti yang ditunjukkan oleh indeks VIX dan MOVE3 yang tetap 2Bank Dunia (2017c). 3Indeks VIX mengukur volatilitas di pasar ekuitas, sementara indeks MOVE merupakan tolok ukur volatilitas pasar obligasi. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 2 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pengetatan moneter terjaga relatif rendah pasca kenaikan tersebut (Gambar 3). Di dalam negeri, imbal di Amerika Serikat hasil obligasi Indonesia untuk seluruh tenor terus terjaga kestabilannya sejak kenaikan suku bunga dana federal AS4. Meskipun terjadi normalisasi kebijakan moneter secara bertahap di Amerika Serikat, kondisi moneter global tetap akomodatif. Bank Sentral Eropa (ECB) terus mempertahankan tingkat refinancing acuan pada rekor terendah sebesar nol persen, dan telah mengkonfirmasi pembelian aset bersih tersebut dimaksudkan untuk dapat berlangsung pada kecepatan bulanan sebesar 60 Miliar Euro sampai akhir bulan Desember 2017, atau lebih lama lagi, jika diperlukan. Demikian pula, Bank of Japan terus mempertahankan suku bunga utama jangka pendeknya tetap tidak berubah sebesar -0,1 persen dan program pembelian asetnya pada tingkat tahunan sebesar 80 triliun yen5. Gambar 3: Normalisasi kebijakan moneter di AS Gambar 4: Harga komoditas masih lebih tinggi memberi dampak yang terbatas pada pasar keuangan dibanding harga tahun lalu meski agak menurun global tahun ini (indeks, 1 Januari 2017 = 100) (indeks, Januari 2016 = 100) 160 180 Fed Reserve Rate hike 150 170 2017 140 160 Energy 130 150 120 VIX 140 110 MOVE 130 2016 Precious metal 100 120 90 110 80 2016 2017 100 70 Non Energy 60 90 Oct-16 Mar-17 Aug-17 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Sumber: Bloomberg; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Pink Sheet Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Garis horisontal menunjukkan indeks rata-rata harga Januari – Agustus untuk setiap kategori komoditas. Meskipun melemah Setelah melonjak di paruh kedua tahun 2016, harga-harga komoditas global telah di Triwulan ke-2, menurun dari nilai puncaknya di awal tahun 2017, namun masih di atas nilai rata- harga komoditas ratanya pada periode yang sama tahun lalu (Gambar 4). Harga komoditas non-energi masih lebih tinggi melemah, terutama karena menurunnya harga komoditas logam dan mineral. Harga dibanding tahun energi mencapai puncaknya di bulan Februari dan menurun secara substansial sejak lalu, sehingga saat itu. Sementara itu, sebagian besar harga komoditas melemah di Triwulan ke-2, memberi dorongan namun masih lebih tinggi dari nilainya tahun lalu, sehingga memberikan dorongan nilai tukar nilai tukar perdagangan yang positif bagi negara-negara utama pengekspor perdagangan yang komoditas6. positif bagi negara- negara utama pengekspor komoditas 4 Lihat pembahasan terinci di Bagian 4 mengenai sektor keuangan makro. 5 Bank of Japan (2017). 6 Lihat pembahasan terinci di Bagian 5 mengenai harga komoditas. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 3 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Resiko terhadap Meskipun menurun, risiko terhadap gambaran perekonomian global masih masih gambaran condong ke arah negatif. Ketegangan yang terus berlanjut dengan Korea Utara telah perekonomian memberi tekanan hebat bagi pasar ekuitas, sebagaimana yang ditunjukkan oleh global, yang lonjakan indeks VIX baru-baru ini. Eskalasi tak terduga dalam ketegangan akan sementara menurun, memberi masalah bagi sentimen pasar, yang menyebabkan pelarian modal menuju masih condong ke tempat pelarian aset yang aman (safe haven), seperti surat utang jangka pendek arah negatif (treasury bills) dalam Yen Jepang dan Dolar AS7. Pergeseran tak terduga dalam kebijakan moneter AS, termasuk rencana untuk mengurangi besaran neraca Bank Sentral (Federal Reserve), dapat memicu volatilitas pasar global. Demikian pula, perubahan dalam kebijakan perdagangan AS dapat meredam aktivitas perdagangan global. Yang terakhir, penurunan harga komoditas yang tidak terduga akan memberikan tekanan terhadap melemahnya nilai tukar perdagangan para pengekspor komoditas, yang memberi masalah bagi keseimbangan eksternal dan pertumbuhan ekonomi. 2. Tingkat konsumsi mengecewakan, namun keuntungan investasi menyebabkan pertumbuhan tetap stabil PDB riil Indonesia PDB riil Indonesia tumbuh sebesar 5,0 persen pada Triwulan ke-2 tahun 2017, tidak tumbuh sebesar 5 berubah dari Triwulan ke-1, dan sedikit di bawah ekspektasi pasar sebesar 5,1 persen selama dua persen. Tingkat pertumbuhan (yoy) telah berada di sekitar 5 persen sejak Triwulan triwulan berturut- ke-1 tahun 2014, jauh lebih rendah daripada yang tercatat pada awal dekade ini. turut yang didukung Pertumbuhan investasi meningkat mencapai tingkat tertinggi pada enam triwulan oleh penguatan terakhir, namun diimbangi oleh kontraksi konsumsi Pemerintah, pertumbuhan pertumbuhan konsumsi sektor swasta yang tidak berubah, dan perlambatan pertumbuhan ekspor investasi bersih. Meskipun melambat secara signifikan, pertumbuhan ekspor dan impor tetap positif selama tiga triwulan secara berturut-turut, setelah terjadi kontraksi selama dua tahun (Gambar 5). Di sisi produksi, pertumbuhan didorong oleh sektor industri, namun terbebani oleh penurunan yang signifikan dalam pertumbuhan di sektor pertanian (Gambar 6). Pertumbuhan Meskipun terjadi pergeseran perayaan Idul Fitri ke Triwulan ke-2 tahun ini, yang konsumsi sektor biasanya menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi, pertumbuhan konsumsi swasta tetap tidak sektor swasta adalah sebesar 5,0 persen yoy selama empat triwulan berturut-turut. berubah meski pada Pertumbuhan konsumsi rumah tangga sedikit melambat, dengan pertumbuhan yang musim perayaan di sebagian besar didorong oleh pengeluaran di restoran dan hotel8 (Gambar 7). bulan Juni Indikator bulanan juga mengisyaratkan melemahnya konsumsi rumah tangga. Kecuali untuk indeks kepercayaan konsumen yang lebih tinggi, penjualan eceran, penjualan mobil penumpang, dan penjualan sepeda motor juga melambat selama triwulan kedua dibandingkan dengan Triwulan ke-1 (Gambar 8). Pertumbuhan konsumsi sektor swasta yang tidak berubah dapat mengindikasikan adanya kelemahan mendasar, di mana lonjakan yang diakibatkan oleh musim hari raya, penurunan tingkat pengangguran dan lonjakan upah riil9 diimbangi oleh inflasi yang lebih tinggi, sebagian diakibatkan adanya pemotongan subsidi listrik, harga bahan bakar non subsidi yang lebih tinggi, dan pajak rokok, yang membebani daya beli konsumen10. Selain itu, peningkatan upaya untuk meningkatkan pemungutan pajak 7 The Guardian (2017). 8 Pertumbuhan konsumsi lembaga nirlaba meningkat dari 8,0 persen pada Triwulan ke-1 menjadi 8,5 persen di Triwulan ke-2, meskipun kontribusinya tetap kecil sebesar 0,2 poin persentase terhadap total pertumbuhan konsumsi sektor swasta. 9 Lihat pembahasan terinci di Bagian 7 mengenai pasar tenaga kerja. 10 Indonesia Investment (2017). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 4 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia mungkin telah menyebabkan adanya tindakan antisipasi berupa penghematan yang lebih ketat dari rumah tangga berpendapatan tinggi, yang diindikasikan oleh kenaikan simpanan bank akibat rumah tangga secara efektif mengurangi konsumsi. Gambar 5: Pertumbuhan PDB tetap tidak berubah Gambar 6: Sektor industri mendorong pertumbuhan pada Triwulan ke-2 tahun 2017 karena investasi yang ekonomi, sementara pertumbuhan sektor pertanian lebih tinggi diimbangi oleh kontraksi konsumsi secara substansial melambat pemerintah dan perlambatan ekspor bersih (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) Stat. discrepancy* Net exports Agriculture Industry Investment Government consumption Services Tax minus subsidies Private consumption GDP Total GDP 7 5.5 4.5 5 3.5 3 2.5 1 1.5 -1 0.5 -3 -0.5 Jun-14 Mar-15 Dec-15 Sep-16 Jun-17 Jun-14 Mar-15 Dec-15 Sep-16 Jun-17 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * Perbedaan statistik mencakup perubahan persediaan. Catatan: Sektor industri terdiri dari pertambangan dan galian, manufaktur, utilitas dan konstruksi; Sektor jasa terdiri dari perdagangan, perhotelan dan restoran, transportasi dan komunikasi, keuangan dan jasa. Gambar 7: Konsumsi sektor swasta mencatat Gambar 8: Indikator konsumsi bulanan melemah di pertumbuhan yang stabil; pengeluaran untuk Triwulan ke-2 makanan dan minuman, serta transportasi dan (pertumbuhan 3mma yoy, persen, Seb. Kiri; indeks; Seb. Kanan) komunikasi merupakan kontributor terbesar (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) Non-Profit Institutions Passenger car Others 30 130 Restaurant & Hotel sales Transportation & Comm Health & Education Equipments 20 Consumer 120 App, Footwear & Maintenance confidence index F&B, Other than Restaurant (RHS) 6 Private Consumption 10 110 Retail sales index 4 0 100 2 -10 90 Motorcycle sales 0 -20 80 Mar-14 Sep-15 Mar-17 Aug-16 Dec-16 Apr-17 Aug-17 Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia. Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Indeks penjualan eceran diukur secara tahun-ke-tahun (yoy). Semua variabel lainnya di sebelah kiri diukur secara rata-rata persentase pergerakan selama 3 bulan (mma) yoy. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 5 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 9: Investasi di Bangunan Gedung dan Gambar 10: Indikator bulanan memberi sinyal adanya Struktur terus mendorong pertumbuhan investasi pelemahan dalam pertumbuhan investasi (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) (pertumbuhan 3mma yoy, persen, Seb. Kiri; persen; Seb. Kanan) Intellectual Property Cultivated Bio. Res. Other Equipments Vehicles 30 16 Machine & Equipment Buildings & Structures Investment 20 Investment credit 14 7 growth (RHS) 10 12 6 5 0 10 4 Cement sales 3 -10 8 Nominal capital 2 goods import -20 6 1 Commercial 0 vehicle sales -30 4 -1 -2 -40 2 Jun-14 Dec-15 Jun-17 Aug-16 Feb-17 Aug-17 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; BPS; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Nilai nominal dari impor barang modal diukur secara yoy. Semua variabel lainnya di Seb. Kiri diukur secara persentase rata- rata pergerakan dalam 3 bulan (mma) yoy. Pertumbuhan Pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto meningkat sebesar satu setengah investasi meningkat menjadi sebesar 5,4 persen dari 4,8 persen pada Triwulan ke-1 tahun 2017, secara mencapai tingkat signifikan didorong oleh pertumbuhan investasi pada bangunan gedung dan struktur tertinggi pada enam (Gambar 9), yang sejalan dengan kenaikan penjualan semen dan penjualan triwulan terakhir… kendaraan niaga di Triwulan ke-2 (Gambar 10). Investasi infrastruktur pemerintah (dan BUMN) yang lebih tinggi tampaknya telah mendapat pijakan kuat meskipun terjadi perlambatan dalam pertumbuhan pengeluaran belanja modal publik dari APBN, sementara suku bunga yang lebih rendah juga memberikan kontribusi positif. Investasi pada kendaraan dan 'Peralatan Lainnya' (kategori yang mencakup peralatan kantor dan barang elektronik) juga bertumbuh dengan kuat. Sumber Daya Hayati dan Produk Kekayaan Intelektual pulih setelah berkontraksi di Triwulan ke-1, dan memberikan dorongan tambahan terhadap total investasi. Sebaliknya, investasi mesin dan peralatan mengalami kontraksi, sejalan dengan melemahnya impor barang modal. Investasi langsung asing naik ke tingkat tertingginya sejak Triwulan ke-3 tahun 201611. 11 Lihat pembahasan terinci di Bagian 5 mengenai sektor eksternal ini. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 6 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia …namun diimbangi Konsumsi pemerintah, Gambar 11: Kontraksi konsumsi pemerintah sebagian oleh kontraksi dalam dengan pangsa sebesar 8,6 disebabkan oleh penurunan yang tajam pada belanja konsumsi persen dari PDB, barang Pemerintah… berkontraksi sebesar 1,9 (kontribusi terhadap pertumbuhan nominal yoy, poin persentase) persen yoy secara riil 40 Personnel (tingkat pertumbuhan Materials nominal sebesar 0,8 30 Social Others persen), turun dari 2,7 Total persen pada Triwulan ke-1 20 (6,2 persen dalam nominal). Perlambatan 10 tersebut sebagian 0 disebabkan oleh Q22017 penurunan belanja barang -10 (7,0 persen yoy secara nominal), yang mungkin -20 mencerminkan efek dasar Q22015 Q12016 Q42016 July-Aug dari peningkatan besar 2017 dalam belanja barang Sumber: Data realisasi anggaran bulanan, Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia selama periode yang sama Catatan: Realisasi konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran tahun lalu (Gambar 11). pemerintah pusat untuk belanja pegawai, belanja barang, belanja sosial dan pengeluaran lainnya. Belanja pegawai juga menurun sebagian disebabkan oleh keterlambatan pembayaran bonus kepada pegawai negeri. Belanja sosial naik 18,6 persen (secara nominal) dari kenaikan sebesar 3,4 persen di Triwulan ke-1, setelah berkontraksi selama enam triwulan sebelumnya berturut-turut. Namun demikian, data realisasi anggaran bulanan pada bulan Juli dan Agustus menunjukkan bahwa pertumbuhan konsumsi pemerintah meningkat secara signifikan sebesar 17,4 persen yoy secara nominal. Pemulihan pada bulan Juli dan Agustus sebagian besar didorong oleh lonjakan dalam belanja barang dan belanja sosial. … dan pertumbuhan Pertumbuhan ekspor dan impor anjlok menjadi masing-masing sebesar 3,4 persen ekspor bersih yang dan 0,5 persen, setelah melonjak di Triwulan ke-1. Ekspor bersih menyumbang 0,6 melemah sebagian poin persentase terhadap pertumbuhan PDB – turun dari 0,7 poin persentase pada disebabkan oleh Triwulan ke-1 tahun 2017. Hal ini berpotensi terjadi karena sejumlah besar hari kelesuan sektor libur, yang menyebabkan hari kerja menjadi lebih sedikit secara signifikan di manufaktur Triwulan ke-2 tahun ini, yang menurunkan aktivitas perekonomian. Perlambatan pertumbuhan ekspor ini terutama disebabkan oleh terjadinya penurunan yang signifikan dalam pertumbuhan ekspor barang, terutama pertumbuhan ekspor non- migas (Gambar 12), sementara perlambatan pertumbuhan impor terutama disebabkan oleh kontraksi impor barang-barang minyak dan gas bumi (Gambar 13). Menurunnya pertumbuhan ekspor non-migas disebabkan oleh ekspor manufaktur yang mengalami kontraksi12, sementara penurunan impor minyak berpotensi disebabkan oleh kenaikan produksi (lifting) minyak mentah dalam negeri, di mana beberapa kilang kembali berproduksi setelah berhenti beroperasi pada Triwulan ke-1 akibat kerusakan generator dan perawatan rutin. 12 Lihat pembahasan terinci di Bagian 5 mengenai sektor eksternal ini. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 7 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 12: Total pertumbuhan ekspor anjlok karena Gambar 13: Pertumbuhan impor total juga melambat ekspor non-migas menurun dan ekspor migas dengan kontraksi pada impor migas berkontraksi (kontribusi terhadap pertumbuhan riil yoy, poin persentase) (kontribusi terhadap pertumbuhan riil yoy, poin persentase) Services Services 10 10 Goods: Oil & Gas Goods: Oil & Gas 8 Goods: Non-Oil & Gas 8 Goods: Non-Oil & Gas Export of Goods and Services Import of Goods and Services 6 6 4 4 2 2 0 0 -2 -2 -4 -4 -6 -6 -8 -8 -10 -10 Mar-14 Sep-15 Mar-17 Mar-14 Sep-15 Mar-17 Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia. Di sisi produksi, Di sisi produksi, Gambar 14: Sektor konstruksi mengalami peningkatan peningkatan di pertumbuhan didorong yang paling pesat, seiring dengan pertumbuhan sektor konstruksi oleh sektor industri, investasi yang tinggi pada bangunan gedung dan dan transportasi terutama konstruksi, di struktur (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) diimbangi oleh mana pertumbuhan naik penurunan yang dari 5,9 persen pada 6 Tax-subsidies signifikan di sektor Triwulan ke-1 menjadi 7,0 Other services pertanian persen pada triwulan ini 5 Financial (Gambar 14), sejalan services dengan kontribusi 4 Transport & communication investasi di Bangunan Trade, hotel & 3 restaurant Gedung dan Struktur Construction terhadap total 2 Electricty, gas pertumbuhan investasi. & water Pertumbuhan yang kuat ini 1 Manufacturing sebagian diimbangi oleh Mining & penurunan yang signifikan 0 quarrying Agriculture di sektor pertanian, yang pertumbuhannya turun -1 Total GDP dari 7,1 persen menjadi 3,3 Jun-14 Jun-15 Jun-16 Jun-17 persen di Triwulan ke-2. Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Pertumbuhan sektor jasa juga menurun, terutama karena perlambatan pertumbuhan Jasa-jasa Lain (termasuk layanan publik, layanan pendidikan, layanan kesehatan dan kegiatan pelayanan sosial). Pajak dikurangi dengan subsidi, yang sering dikenal sebagai pajak tidak langsung bersih13, tumbuh cukup tinggi sebesar 23,3 persen di Triwulan ke-2. Kategori ini umumnya tumbuh pesat selama lima tahun terakhir. 13 Pajak Tidak Langsung Bersih adalah pajak tidak langsung dikurangi subsidi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan pajak lainnya, kecuali pajak penghasilan dan pajak pribadi sedangkan subsidi terdiri dari subsidi yang diberikan oleh Pemerintah kepada unit-unit produksi. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 8 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 3. Inflasi IHK (headline inflation) meningkat pada Triwulan ke-2 akibat kenaikan harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administered price), namun inflasi pangan, transportasi, dan inflasi inti menurun Tekanan inflasi Inflasi IHK (Indeks Harga Gambar 15: Inflasi IHK meningkat di Triwulan ke-2 meningkat di Konsumen) mencapai karena adanya kenaikan tarif listrik Triwulan ke-2 level tertingginya dalam 15 (perubahan yoy, persen; pengamatan terakhir di bulan Agustus dibandingkan bulan di bulan Juni dan 2017) dengan Triwulan ke- meningkat menjadi rata- 14 Administered 28 1 dan Triwulan ke-4 rata 4,3 persen yoy di 12 Administered price increases 24 tahun 2016 yang Triwulan ke-2 tahun 2017 didorong oleh dari rata-rata 3,6 persen 10 20 adanya kenaikan pada Triwulan ke-1 dan 8 Food 16 tarif listrik… 3,3 persen pada Triwulan ke-4 tahun 2016. Lonjakan 6 12 inflasi tersebut, yang mulai Headline 4 8 menurun pada bulan Juli dan Agustus, disebabkan 2 Core 4 oleh adanya efek gabungan dari kenaikan tarif listrik 0 0 pada paruh pertama tahun Quarterly headline, RHS -2 -4 ini dan masa Ramadhan Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17 dan Idul Fitri pada bulan Juni (Gambar 15). Tarif Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia listrik dinaikkan untuk Catatan: Harga pangan adalah rata-rata tertimbang dari komponen harga bahan baku dan olahan dari IHK pelanggan rumah tangga dengan daya 900-VA (18,7 juta rumah tangga)14 pada bulan Januari, Maret dan Mei tahun ini untuk mengurangi belanja subsidi energi melalui penetapan sasaran yang lebih baik15. Inflasi inti rata-rata sebesar 3,2 persen pada Triwulan ke-2, lebih rendah dibanding rata-rata 3,4 persen di Triwulan ke-1. … namun tekanan Pada saat yang sama, meskipun terjadi kenaikan harga barang-barang yang diatur peningkatan harga Pemerintah (administered price) yang relatif tajam, tekanan kenaikan harga sebagian dan inflasi menurun diimbangi oleh turunnya inflasi pangan sepanjang paruh pertama tahun 2017. pada bulan Juli dan Kenaikan harga bahan pangan rata-rata sebesar 2,9 persen pada Triwulan ke-2, Agustus terendah dalam 13 tahun terakhir, sebagian besar disebabkan untuk kondisi cuaca yang menguntungkan dan keberhasilan program pemerintah untuk menstabilkan harga pangan (Kotak 1). Demikian pula, inflasi harga makanan siap saji menurun menjadi rata-rata 4,6 persen di Triwulan ke-2, dan menjadi yang terendah sejak Triwulan ke-1 tahun 2012. Inflasi IHK turun pada bulan Juli dan Agustus menjadi masing-masing sebesar 3,9 dan 3,8 persen yoy, dari 4,4 persen pada bulan Juni, karena meredanya tekanan peningkatan sementara di H1 dan inflasi pangan yang terus menurun. Memang benar, inflasi bahan makanan turun ke level terendah selama 17 tahun ini sebesar 1,5 persen pada bulan Agustus, sementara harga makanan siap saji hanya naik menjadi 4,2 persen, terendah sejak bulan Oktober 200416. Inflasi inti berada pada rekor 14 Lihat bank Dunia (2017a). 15 Lihat Bank Dunia (2017d). 16 Bobot IHK saat ini dibangun berdasarkan data pengeluaran rumah tangga dalam Survei Biaya Hidup, Badan Pusat Statistik. Survei ini dilakukan setiap 5 tahun sekali dengan survei terakhir dilakukan pada tahun 2012. Bobot untuk 'makanan siap saji' berdasarkan Survei tahun 2012 adalah 16,2 persen. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 9 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia bulanan terendah sebesar 3,0 persen pada bulan Agustus, sedikit berkurang dari bulan Juni dan Triwulan ke-4 tahun 2016. Harga-harga yang stabil di tengah pertumbuhan ekonomi yang stabil menunjukkan bahwa perkiraan inflasi sebagian besar telah dapat dijaga, dengan nilai tukar yang stabil, harga komoditas yang rendah, serta pelonggaran inflasi makanan yang mengimbangi tekanan ke atas dari kenaikan harga listrik rumah tangga. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 10 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 1: Inflasi harga makanan selama bulan Ramadhan dan Idul Fitri mereda tahun ini, sebagian karena upaya Pemerintah Gambar 16: Penurunan harga pangan utama dalam Periode Ramadan dan Idul Fitri baru-baru ini di bulan negeri terus berlanjut selama bulan Ramadhan tahun Mei-Juni, yang biasanya mengalami tekanan kenaikan 2017 harga yang signifikan, mengalami tingkat kenaikan (perubahan yoy, persen) harga yang menurun (serupa dengan yang diamati pada tahun 2014 karena faktor cuaca yang menguntungkan Rice Chicken Beef dan adanya kebijakan impor beras1), terutama karena Cooking oil Sugar menurunnya inflasi pangan terutama dari bahan Ramadan 20 makanan. Rendahnya harga bahan makanan domestik utama seperti beras, gula, ayam, dan minyak goreng, 15 memberikan sumbangan inflasi makanan yang sangat 10 rendah selama periode Ramadhan ini (Gambar 16). 5 Terlepas dari kondisi cuaca yang kondusif, inflasi harga pangan yang rendah dikaitkan dengan upaya 0 Pemerintah untuk menstabilkan harga pangan dalam -5 negeri yang melibatkan kementerian-kementerian terkait, lembaga-lembaga seperti Bulog (Badan Urusan -10 Logistik), dan asosiasi perdagangan. Sebelum bulan -15 Ramadhan, Pemerintah mengizinkan impor bawang putih, daging sapi, dan gula untuk meningkatkan stok -20 pangan dalam negeri. Misalnya, untuk mengantisipasi Aug-14 Aug-15 Aug-16 Aug-17 lonjakan permintaan daging sapi dalam negeri dan Sumber: BPS; perhitungan staf Bank Dunia untuk mengurangi tekanan pada harga, Kementerian Perdagangan mengizinkan impor 10.000 ton daging sapi, di samping stok sebanyak 45.000 ton di gudang Bulog2. Sedangkan untuk beras, gudang lokal diminta untuk menambah stok, sementara dilakukan tindakan yang keras terhadap praktek penimbunan oleh para operator lokal, yang secara historis mendorong kenaikan harga, terutama menjelang bulan Ramadan3. Selain itu, program Jalan Tol Laut yang diluncurkan pada tahun 2015 dan meningkatknya teknologi infrastruktur digital saat ini juga berkontribusi untuk mengurangi kemacetan dalam sistem distribusi makanan4. Suatu portal web yang disponsori oleh bank sentral, hargapangan.id, menampilkan harga pangan rata-rata dan kelangkaan pangan di seluruh negeri, suatu panduan yang berguna bagi pemerintah dalam mengarahkan pengiriman bahan pangan yang sangat dibutuhkan. Pada awal tahun 2017, Pemerintah menandatangani MoU dengan sejumlah asosiasi ritel dan distributor makanan untuk menyetujui harga patokan (Harga Eceran Tertinggi atau HET) dari komoditas pangan utama. Untuk lebih mendukung efektivitas kebijakan tersebut, Kementerian Keuangan dan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menandatangani MoU lain pada bulan Mei 2017, untuk menyetujui pertukaran informasi untuk mencegah kartel impor untuk menetapkan kenaikan harga bahan makanan pokok secara besar-besaran. Selain itu, juga pada awal tahun ini, Pemerintah mengumumkan enam langkah kebijakan untuk mengendalikan inflasi tahun ini, termasuk memperbaiki infrastruktur logistik pangan, mengembangkan database yang memantau lalu lintas bahan pangan dan barang, menyediakan instrumen fiskal untuk memberi insentif kepada pemerintah daerah untuk menjaga stabilitas pangan, serta memperbaiki pola tanam makanan pokok5. 1 Lihat Bank Dunia (2014). 2 http://www.salaamgateway.com/en/story/indonesia_pushing_early_beef_imports_ahead_of_ramadan_will_review_process_for_india_buffalo_meat _-salaam02042017164159/ 3 EIU (2017). 4 Siaran pers Bank Indonesia, “Penguatan Infrastruktur dan Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Mendukung Pengendalian Inflasi”, http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_195517.aspx, July 27, 2017. 5 https://www.kemenkeu.go.id/Berita/ini-enam-langkah-strategis-pemerintah-dan-bi-untuk-jaga-inflasi-2017 Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 11 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 4. Pasar keuangan berkinerja baik, mencerminkan kepercayaan terhadap fundamental ekonomi makro Minat investor Pada Triwulan ke-2, aset Indonesia melanjutkan pola yang terlihat pada Triwulan ke- terhadap aset 1 dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sekali lagi bertumbuh Indonesia terus sebesar hampir 5 persen (mengungguli beberapa mitra regional kecuali India, menguat di Triwulan Vietnam dan Filipina), imbal hasil obligasi menurun dan nilai Rupiah sedikit ke-2 menguat terhadap dolar AS. Nilai Rupiah stabil Sementara beberapa mata uang negara pasar berkembang lainnya mengalami sementara mata apresiasi, stabilitas nilai Rupiah (Gambar 17) bertahan di sebagian besar Triwulan uang negara-negara ke-2 dengan nilai yang tetap tidak berubah dan mengarah pada depresiasi efektif pasar berkembang (Gambar 18). Kenaikan cadangan devisa yang terlihat pada semester pertama tahun yang setara ini (mendekati level rekor yang tertinggi) berkontribusi terhadap stabilitas nilai terapresiasi Rupiah, yang mengimbangi tekanan ke atas yang timbul dari kuatnya portofolio dan arus modal yang masuk. Namun demikian, dalam beberapa bulan terakhir ini, tren tersebut sedikit berbalik. Gambar 17: Nilai Rupiah yang stabil di tengah Gambar 18: ...menyiratkan adanya depresiasi efektif menguatnya mata uang Negara-negara Pasar (perubahan year-to-date, persen) Berkembang… (indeks, January 3 2017 = 100) 110 6 4 108 2 JP Morgan EMCI 106 0 104 -2 102 -4 -6 100 USD/IDR -8 Malaysia Korea Singapore Philippines China Japan Thailand India Vietnam Indonesia 98 96 Feb-16 May-16 Aug-16 Nov-16 Feb-17 May-17 Aug-17 Sumber: CEIC, JP Morgan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: JP Morgan Real Broad Effective Exchange Rate Index, Catatan: Pergerakan ke bawah mewakili depresiasi Berbasis IHK (2010 = 100); perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Pergerakan ke bawah mewakili depresiasi Investor terus Sektor infrastruktur, keuangan dan barang konsumsi memimpin dengan penguatan tertarik pada ekuitas yang tinggi di Triwulan ke-2 (Gambar 19). Momentum yang kuat di Triwulan ke-1 Indonesia di dan Triwulan ke-2 didorong oleh imbal hasil yang cukup besar menuju ke Triwulan Triwulan ke-2… ke-3, meskipun IHSG mencapai rekor tertinggi di awal Juli. Secara khusus, sub indeks manufaktur dan perdagangan menurun. Namun demikian, dalam apa yang mungkin menjadi pertanda baik bagi keseluruhan aktivitas ekonomi dan potensi pertumbuhan, sub-indeks pertambangan, infrastruktur dan keuangan naik pada Triwulan ke-3. …serta obligasi yang Seperti halnya ekuitas, investor juga mencari obligasi Indonesia di Triwulan ke-2 imbal hasilnya terus dengan imbal hasil obligasi yang jatuh di semua tenor, namun pada laju yang lebih menurun lambat dari yang terlihat pada Triwulan ke-1. Mengikuti tren di Triwulan ke-1 2017, Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 12 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia penerbitan obligasi tetap mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) di Triwulan ke-2 karena investor mencari imbal hasil17. Selisih (spread) imbal hasil obligasi Indonesia dan AS terus berlanjut di Triwulan ke-2 (Gambar 20). Tren penurunan imbal hasil ini juga muncul di Triwulan ke-3. Imbal hasil obligasi AS dengan tenor 10 tahun telah turun 11 basis poin karena ketegangan geopolitik di Semenanjung Korea menyebabkan peningkatan permintaan terhadap sarana pelarian aset yang aman (safe haven). Secara year-to-date, imbal hasil obligasi Indonesia di semua tenor masing-masing turun rata-rata sebesar 130 basis poin. Gambar 19: Sektor infrastruktur, keuangan dan barang Gambar 20: Imbal hasil obligasi turun dan selisih konsumsi memimpin di Triwulan ke-2 (spread) antara obligasi Indonesia dan AS mengecil (indeks, April 3 2017 = 100) (persen) 115 8.5 4.5 Infrastructure 110 Finance 8.0 4.0 105 JCI Indonesia 10 year 7.5 3.5 100 Consumer goods 7.0 3.0 S&P rating 95 upgrade 6.5 U.S. 10 year (RHS) 2.5 90 Mining Agriculture 85 6.0 2.0 Apr-17 May-17 Jun-17 Jul-17 Aug-17 Sep-17 Jan-17 May-17 Sep-17 Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Bank Indonesia Setelah suku bunga stabil Gambar 21: Suku bunga pinjaman modal kerja dan menurunkan suku sebesar 4,75 persen sejak investasi turun secara signifikan bunga acuan karena bulan Oktober 2016, Bank (persen) pertumbuhan Indonesia (BI) memulai 0.5 ekonomi yang lebih siklus pelonggaran baru lemah dari perkiraan dengan memotong suku 0.0 pertumbuhan bunga acuan, 7-day reverse Consumption ekonomi di Triwulan repo, dengan 25 basis poin ke-2 serta inflasi pada bulan Agustus dan -0.5 yang rendah September. Inflasi yang Investment rendah dan defisit neraca -1.0 transaksi berjalan yang terkelola dengan baik Working capital dipergunakan sebagai -1.5 dasar oleh BI sebagai Policy rate alasan utama bagi program -2.0 pelonggaran baru ini. Bank Dec-15 May-16 Oct-16 Mar-17 Aug-17 sentral juga mencatat Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia bahwa risiko eksternal yang berasal dari laju normalisasi kebijakan moneter AS dan rencana Bank Sentral AS untuk mengurangi ukuran neraca telah menurun.Hal itu memberi tambahan ruang bagi kebijakan pelonggaran moneter. Penurunan suku bunga juga dilakukan 17 Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (22 Agustus 2017). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 13 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia karena pertumbuhan PDB di Triwulan ke-2 yang lebih lemah dari perkiraan dan beberapa tanda bahwa pemotongan suku bunga yang dilakukan pada tahun 2016 telah mulai berdampak pada perekonomian secara riil, Tingkat suku bunga pinjaman modal kerja dan investasi telah turun dan berkontribusi terhadap pertumbuhan investasi yang lebih kuat di Triwulan ke-2. Selain itu, mengingat tekanan harga yang cukup besar dan adanya fakta bahwa APBN tahun 2018 memberi sinyal mengenai berlanjutnya komitmen terhadap kebijakan fiskal yang berhati-hati, kemungkinan akan ada ruang bagi pelonggaran lebih lanjut jika diperlukan. Sementara suku bunga pinjaman untuk modal kerja dan investasi turun sebesar paling sedikit 100 basis poin sejak Januari 2016, suku bunga pinjaman konsumsi turun hanya sekitar 70 basis poin (Gambar 21). Sayangnya, pertumbuhan kredit juga berbalik dari lintasannya ke atas yang terlihat di akhir tahun lalu dan awal tahun ini. Pertumbuhan deposito terus melampaui pertumbuhan kredit. Pertumbuhan deposito mencapai dua digit, pada bulan Mei dan Juni, untuk pertama kalinya sejak September 2015 dan telah sedikit berkurang sejak saat itu. Pertumbuhan ini, terlepas dari tingkat suku bunga simpanan utama, seperti suku bunga deposito 3 bulan, turun rata-rata sebesar 130 basis poin sejak Januari 2016 (Gambar 22). Kredit macet (NPLs - non-performing loans) saat ini tetap tidak berubah sejak pertengahan tahun lalu, sementara rasio kecukupan modal juga sama saja, dan tetap berada di atas ambang batas Basel III (Gambar 23). Sementara NPL tidak menjadi perhatian yang signifikan saat ini, ada beberapa bukti yang menyatakan bahwa jumlah pinjaman yang direstrukturisasi (dengan mengecualikan Kredit Macet) meningkat namun mengingat adanya penyangga yang cukup dalam sistem perbankan, hal ini bukanlah sesuatu yang harus diperhatikan pada tahap ini18. Gambar 22: Laju pertumbuhan deposito terus Gambar 23: Sistem perbankan tetap sehat meningkat di Triwulan ke-2 (persen) (pertumbuhan, persen yoy) 14 24 4.0 Capital adequacy ratio 12 23 Deposit growth 3.5 10 22 8 3.0 Credit growth 21 6 Non-performing loans (RHS) 2.5 4 20 7 Day reverse repo 2 19 2.0 Aug-15 Jan-16 Jun-16 Nov-16 Apr-17 Sep-17 Jul-15 Jul-16 Jul-17 Sumber: CEIC; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC 18 Moody’s Investor Service (24 Agustus 2017). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 14 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 5. Harga komoditas menurun sementara defisit transaksi berjalan meningkat dua kali lipat Harga untuk Enam komoditas utama Indonesia, termasuk minyak mentah, minyak kelapa sawit sebagian besar mentah (CPO), karet, batubara, logam dasar, dan gas alam cair (liquefied natural gas / komoditas utama LNG), dan produk olahannya mencapai hampir 45 persen dari total ekspor pada Indonesia cenderung bulan Juni 201719. Harga untuk sebagian besar komoditas ekspor utama tersebut tetap stabil dan sebagian stabil atau telah mengalami penurunan di Triwulan ke-2. Pengecualiannya adalah bagi lainnya mengalami harga LNG yang naik. penurunan di Triwulan ke-2 Setelah mencapai level tertinggi selama hampir lima tahun terakhir pada akhir tahun 2016, harga batubara mulai menurun pada awal Triwulan ke-2, sebagian karena pemerintah Tiongkok memutuskan untuk melonggarkan batas produksi dalam negeri mereka. Penurunan lebih lanjut kemudian terhenti oleh gangguan pasokan yang disebabkan oleh Badai Tropis Debbie. Penurunan harga minyak di Triwulan ke-2 juga terdorong oleh kondisi pasokan. Peningkatan produksi minyak AS yang signifikan mendorong pasar minyak mentah untuk mengabaikan risiko geopolitik dan, sebaliknya, berfokus pada ketidakmampuan OPEC dan Rusia untuk mengurangi produksi untuk menyeimbangkan kembali kondisi pasar. Harga LNG terus meningkat di Triwulan ke-2 karena pasar mengantisipasi tingginya permintaan untuk keperluan pembangkit listrik selama musim panas. Harga karet dan CPO, di sisi lain, telah menurun di Triwulan ke-2 karena tingginya produksi dan melemahnya permintaan (lihat Kotak 2 untuk pembahasan lebih terinci mengenai pergerakan harga komoditas dalam beberapa bulan terakhir ini). Tampilan data terbaru pada bulan Juli dan Agustus menunjukkan adanya kenaikan harga untuk semua komoditas. Untuk batubara, CPO, karet, dan minyak mentah, harga yang lebih tinggi di bulan Juli dan Agustus mewakili terjadinya pemulihan karena harga telah menurun setelah mencapai puncaknya pada akhir tahun lalu sampai akhir awal tahun ini. Harga LNG dan logam dasar, di sisi lain, telah menguat secara konsisten sejak paruh kedua tahun 2016 (Gambar 24). Nilai tukar Proyeksi Bank Dunia (2017b) menunjukkan bahwa harga karet, logam dasar, LNG perdagangan (ToT) dan minyak kelapa sawit akan relatif tetap di tahun 2017 dibandingkan tahun 2016 komoditas utama (Gambar 25). Harga minyak mentah diperkirakan akan naik sebesar 28,5 persen Indonesia pada akhir pada 2017 dan 9,1 persen pada tahun 201820. Sebaliknya, harga batubara rata-rata tahun 2017 sebesar USD 87,5 per metrik ton pada bulan Juli, namun diperkirakan akan diperkirakan berada mencapai USD 70/mt pada tahun 2017, dan turun lebih lanjut menjadi USD 60/mt di tingkat yang sama pada tahun 2018. Karena Indonesia adalah eksportir bersih batubara dan pengimpor seperti tahun 2016, bersih minyak, perkiraan pergerakan harga batubara dan minyak mengakibatkan sebelum menurun adanya penurunan nilai tukar perdagangan (ToT - terms of trade) negara21. Indeks pada tahun 2018 Harga Komoditas Perdagangan Bersih (Net Trade Commodity Price Index)22 untuk 19 Sektor pertambangan saja menyumbang 23 persen dari total ekspor, sementara tambahan sebesar 22 persen berasal dari karet olahan, minyak kelapa sawit, logam dasar, LNG dan produk minyak. 20 Harga rata-rata minyak mentah adalah USD 42,8 per barel (bbl) pada tahun 2016. Diperkirakan akan meningkat menjadi USD 55/bbl dan USD 60/bbl pada tahun 2017 dan 2018 masing-masing 21 Nilai tukar perdagangan (TOT - Terms of Trade) mengacu pada harga impor dalam hal ekspor dan didefinisikan sebagai rasio harga ekspor terhadap harga impor. Hal tersebut dapat diartikan sebagai jumlah barang impor yang bisa dibeli oleh suatu negara per satuan barang ekspor 22 Indeks Harga Perdagangan Komoditas Bersih (NTI - Net Trade-Commodity Price Index) , , , , didefinisikan sebagai: di mana , ∑ dan i= jenis , , ∑ , komoditas; t= bulan; p=siklus periode (contoh rata-rata 5 tahun); N = jumlah komoditas; T= tahun dasar; E=nilai ekspor; I=nilai impor Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 15 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia tahun 2017 diperkirakan akan sedikit lebih tinggi dari pada besaran indeks di tahun 2016. Indeks pada tahun 2018 diproyeksikan lebih rendah dari tingkat besaran indeks tahun 2016 (Gambar 26). Gambar 24: Harga di tingkat global untuk enam Gambar 25: Harga minyak mentah diperkirakan akan komoditi ekspor utama di Triwulan ke-2, dengan naik dalam jangka menengah, sementara harga sebagian besar harga komoditas relatif stabil dan batubara diperkirakan akan turun sebagian lagi menurun (indeks 2015=100) (indeks Januari 2016 = 100) Avg Q1 Avg Q2 Aug-17 220 160 Coal (Australian) 2017(f) 2018(f) YTD-Avg Rubber 180 120 ICP 140 80 CPO Base Metals (ex. iron ore) 100 40 LNG (Japan) 60 0 Rubber Base Coal Crude LNG Palm oil Metals oil Sumber: Pink Sheet Bank Dunia; CEIC; perhitungan staf Bank Sumber: Bank Dunia (2017); perhitungan staf Bank Dunia Dunia. Catatan: Gas Alam Cair (LNG - Liquefied Natural Gas) Catatan: f untuk perkiraan Gambar 26: Indeks harga tertimbang perdagangan Gambar 27: Neraca Pembayaran (BOP) tetap surplus bersih menunjukkan adanya kejutan nilai tukar pada Triwulan ke-2 tahun 2017, meskipun terjadi perdagangan komoditas yang positif untuk Indonesia peningkatan defisit transaksi berjalan sebanyak dua sejak Juli 2016 kali lipat (indeks 2015=100) (USD milyar) 150 20 Current account Direct investment Portfolio investment Other investment 140 Overall balance Basic balance 15 130 10 120 2016 2017 5 110 2018 0 100 2015 -5 90 -10 80 -15 Jun-14 Jun-15 Jun-16 Jun-17 Sumber: BPS; Bank Dunia; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC dan BI; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Indeks harga tertimbang perdagangan bersih dibangun di atas enam komoditas ekspor utama di Indonesia (karet, logam dasar, batubara, minyak, gas, dan minyak kelapa sawit) Neraca Pembayaran Neraca Pembayaran (BOP) Indonesia membukukan surplus sebesar USD 0,7 miliar membukukan (0,3 persen dari PDB) pada Triwulan ke-2 tahun 2017, surplus untuk lima triwulan surplus yang lebih secara berturut-turut, namun turun dari USD 4,5 miliar (1,9 persen dari PDB) dan kecil di Triwulan ke- dari USD 2,2 miliar ( 0,9 persen dari PDB) yang tercatat pada masing-masing 2 tahun 2017, karena Triwulan ke-1 tahun 2017 dan Triwulan ke-2 tahun 2016 (Tabel 3). Hal yang Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 16 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia defisit transaksi mendasari surplus Neraca Pembayaran tersebut adalah defisit neraca transaksi berjalan meningkat berjalan yang lebih lebar, meningkat dua kali lipat menjadi 2,0 persen dari 1,0 persen dua kali lipat dan dari PDB di Triwulan ke-1. Pada saat yang sama, surplus neraca keuangan menyusut surplus neraca menjadi 2,3 persen namun masih melampaui defisit transaksi berjalan (Gambar 27). keuangan mengecil Dengan demikian, cadangan devisa mencapai USD 123,1 miliar pada akhir Triwulan ke-2, naik USD 1,3 miliar dari akhir Triwulan ke-1, cukup untuk membiayai pembayaran hutang luar negeri pemerintah dan impor selama 8,6 bulan. Kotak 2: Harga untuk sebagian besar komoditas utama Indonesia membaik dalam beberapa bulan terakhir Setelah melemah dari puncak harganya pada bulan Desember tahun lalu, harga minyak mentah naik pada bulan Juli menyusul penurunan persediaan minyak mentah AS selama empat minggu berturut-turut dan pemanfaatan persediaan minyak secara besar-besaran. Harga juga didorong oleh komitmen baru dari anggota anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengurangi pasokan minyak1, kemungkinan AS akan menjatuhkan sanksi terhadap Venezuela dan pembicaraan oleh beberapa perusahaan minyak untuk mengurangi pengeluaran barang modal mereka2. Harga LNG telah meningkat sebesar 5,7 persen sejak awal tahun, karena perkiraan cuaca musim panas yang lebih hangat dari biasanya di Asia. Harga LNG pada bulan Juli didorong positif oleh turunnya curah hujan yang menurunkan kapasitas pembangkit listrik tenaga air di Tiongkok dan lonjakan permintaan untuk alat pendingin, namun terimbangi oleh adanya persediaan gas yang tinggi di Korea Selatan, Taiwan dan Jepang, serta kelebihan produksi dari ladang gas tertentu di Indonesia. Setelah merosot lebih dari 30 persen antara bulan Februari dan Juni, harga karet naik tipis pada bulan Juli dan Agustus. Tingkat kenaikan tersebut sebagian disebabkan oleh pergerakan harga minyak yang menguat3 dan kemungkinan pemerintah Thailand melakukan intervensi untuk meningkatkan harga karet dengan menyerap kelebihan pasokan karet produksi Thailand4. Harga batu bara telah mendapatkan momentum lebih lanjut selama beberapa bulan terakhir dengan banyak faktor yang bermain. Produsen di Tiongkok telah memproduksi lebih sedikit karena kebijakan pemerintah yang membatasi produksi mereka. Setelah dilanda Badai Tropis Debbie pada bulan Maret, pasokan batubara dari Australia telah terganggu oleh mogok kerja dari para pekerja tambang. Di sisi permintaan, lonjakan permintaan listrik untuk alat pendingin selama bulan-bulan musim panas di Tiongkok, dan gangguan cuaca yang mengurangi kapasitas pembangkit listrik tenaga air telah cukup menaikkan kebutuhan untuk meningkatkan keluaran listrik dari pembangkit listrik tenaga batubara. Akibatnya, harga referensi batubara Indonesia telah ditetapkan pada level tertinggi selama tujuh bulan ini sebesar USD 83,97/mt, naik 44 persen yoy dan 6,4 persen lebih tinggi dari bulan Juni 2017. Harga minyak kelapa sawit melanjutkan penurunannya pada bulan Juli, menyebabkan harga tesrsebut menjadi 18 persen lebih rendah dari puncaknya pada bulan Januari. Harga di bulan Juli terganggu oleh perkiraan kenaikan produksi di Malaysia dan Indonesia ketika para pekerja kembali dari hari raya Lebaran. Keluaran juga diharapkan meningkat secara bertahap, sejalan dengan pola musiman, dengan puncaknya yang biasanya terjadi pada bulan Oktober. Harga logam dasar terus meningkat sejak awal tahun lalu, didukung oleh permintaan yang kuat, terutama dari sektor properti, infrastruktur, dan manufaktur Tiongkok. Sisi penawaran juga menjadi pendorong yang penting, terutama, karena pemogokan di antara para pekerja tambang di Chili, ketidakpastian peraturan seputar masalah nikel dan tembaga Asia Tenggara serta keputusan beberapa penambang untuk beroperasi di bawah kapasitas. 1 Pada bulan November 2016, anggota OPEC sepakat untuk mengurangi produksi minyak gabungannya sebesar 1,2 juta bpd untuk menurunkan stok global dan menyeimbangkan pasar dengan pasokan lebih. 2 https://www.cnbc.com/2017/07/27/big-oil-reports-could-put-the-brakes-on-the-earnings-fueled-rally.html 3 Karet sintetis, pengganti karet alam, adalah elastomer buatan yang terbuat dari bahan baku petrokimia. Oleh karena itu, harga karet pada umumnya mengikuti harga minyak dan harga bahan baku. 4 http://news.xinhuanet.com/english/2017-07/17/c_136450651.htm Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 17 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 3: Neraca Pembayaran Indonesia (BOP - Balance of Payments) (USD milyar, kecuali dinyatakan lain) Q2-2016 Q3-2016 Q4-2016 Q1-2017 Q2-2017 Neraca Pembayaran Keseluruhan 2,2 5,7 4,5 4,5 0,7 Sebagai persen PDB 0,9 2,3 1,9 1,9 0,3 Neraca Transaksi Berjalan (5,2) (5,0) (1,9) (2,4) (5,0) Sebagai persen PDB (2,2) (2,0) (0,8) (1,0) (2,0) Neraca perdagangan barang 3,8 3,9 5,1 5,6 4,8 Neraca perdagangan jasa (2,4) (1,5) (2,0) (1,3) (2,3) Penerimaan (7,8) (8,4) (6,2) (7,8) (8,5) Neraca Modal dan Neraca 6,8 9,78 7,6 7,9 5,9 Keuangan Sebagai persen PDB 2,9 4,0 3,2 3,3 2,3 Investasi Langsung 3,3 6,6 3,3 2,8 4,6 Investasi Portofolio 8,3 6,5 (0,3) 6,6 7,4 Investasi Lainnya (4,7) (3,2) 4,8 (1,3) (6,2) Sumber: BI; perhitungan staf Bank Dunia Defisit neraca Defisit neraca transaksi berjalan melebar di Triwulan ke-2 tahun 2017, karena defisit transaksi berjalan yang lebih besar untuk perdagangan jasa dan pendapatan primer berkontribusi pada melebar pada surplus perdagangan yang lebih sempit. Sejak tahun 2012, defisit neraca transaksi surplus perdagangan berjalan di Triwulan ke-2 sebagai bagian dari PDB di Indonesia selalu menjadi yang yang lebih rendah tertinggi di antara empat triwulan, terutama karena defisit musiman pada neraca dan defisit penerimaan primer23. Kondisi musiman ini sejalan dengan lonjakan pembayaran penerimaan primer dividen yang terjadi pada akhir Triwulan ke-2 setiap tahunnya. Triwulan ke-2 tahun yang lebih besar 2017 khususnya, mengalami peningkatan porsi dividen yang dibayarkan kepada investor asing, mengikuti arus masuk portofolio investasi bersih luar negeri yang besar selama paruh pertama tahun 2017. Selain itu, defisit neraca jasa pada periode pelaporan saat ini sebagian besar didorong oleh terjadinya lonjakan perjalanan luar negeri oleh masyarakat Indonesia selama masa liburan di akhir bulan Juni. Perdagangan barang Sebagian disebabkan oleh berkurang hari kerja karena libur hari raya Idul Fitri yang tetap surplus, namun relatif lebih lama, dan fakta bahwa Idul Fitri beralih ke Triwulan ke-2 tahun ini dari mengecil bila Triwulan ke-3 tahun lalu, ekspor barang tumbuh sebesar 7,9 persen yoy, jauh lebih dibandingkan lambat dari peningkatan sebesar 23,4 persen yang terjadi di Triwulan ke-1 (Gambar dengan Triwulan ke- 28). Pertumbuhan impor barang juga melambat menjadi 5,6 persen (Triwulan ke-1: 1 +15,5 persen) karena impor minyak dan gas bumi (migas) turun karena produksi migas dalam negeri yang lebih baik yang memberi lebih banyak pasokan untuk konsumsi dalam negeri (Gambar 29)24. Secara keseluruhan, kenaikan impor bahan baku dan konsumsi barang untuk memenuhi permintaan untuk perayaan Idul Fitri tidak mencukupi untuk mengimbangi penurunan impor migas. Surplus perdagangan barang dengan demikian menyempit menjadi USD 4,8 miliar, turun dari USD 5,6 miliar pada Triwulan ke-1, namun masih lebih tinggi dari surplus USD 3,8 miliar yang tercatat pada Triwulan ke-2 tahun 2016. 23Satu-satunya pengecualian untuk hal ini adalah pada tahun 2015. 24Tingkat produksi minyak bumi pada Triwulan ke-1 tahun 2017 tercatat sebesar 0,79 juta barel per hari (mbpd) sedangkan pada Triwulan ke-2 tahun 2017 tercatat sebesar 0,82 mbpd. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 18 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 28: Pertumbuhan ekspor barang melambat Gambar 29: Pertumbuhan impor migas yang lambat oleh karena adanya liburan Idul Fitri, yang menyebabkan penurunan impor barang secara berlangsung relatif lama keseluruhan (pertumbuhan yoy, persen) (pertumbuhan yoy, persen) Oil and gas Coal Fuel Mining Palm oil Capital Rubber Manufacturing Consumer goods net of fuels Other Total Goods Exports 25 Raw materials net of fuel 25 20 Total Goods Imports 20 15 15 10 10 5 5 0 0 -5 -5 -10 -10 -15 -15 -20 -20 -25 -25 Jun-15 Jun-16 Jun-17 Jun-15 Jun-16 Jun-17 Sumber: CEIC dan BI; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC dan BI; perhitungan staf Bank Dunia Ekspor non migas Nilai ekspor barang non migas tumbuh sebesar 8,1 persen yoy, jauh lebih lambat dari tumbuh sebesar 8,1 pertumbuhan sebesar 21,9 persen yang tercatat di Triwulan ke-1. Selain semakin persen yoy, lebih sedikit hari kerja yang ada selama triwulan tersebut, pertumbuhan ekspor barang lambat dari non migas yang lamban disebabkan oleh kontraksi ekspor manufaktur, berlawanan pertumbuhan yang dengan kontribusi positif sektor ini terhadap pertumbuhan ekspor yang tercatat tercatat di Triwulan pada dua triwulan sebelumnya. Pada saat bersamaan, harga barang ekspor utama ke-1 tahun 2017 Indonesia, terutama produk primer seperti produk pertanian dan makanan, juga melemah. Secara khusus, penurunan harga CPO yang terus berlanjut telah mempengaruhi nilai pertumbuhan ekspor Indonesia ke Tiongkok, Amerika Serikat, Singapura, Malaysia, dan Belanda25. Impor barang modal Nilai impor barang non Gambar 30: Pertumbuhan impor barang modal turun turun di Triwulan migas tumbuh sebesar 5,6 meskipun terjadi lonjakan impor kendaraan bermotor ke-2 persen yoy, jauh lebih dan bahan bangunan serta konstruksi lambat dari pertumbuhan (pertumbuhan yoy, persen) sebesar 15,5 persen di Data Processing Machines Motor Vehicles* Triwulan ke-1. Impor pada 100 Telecommunication Equipment 20 Triwulan ke-2 didorong Other Machineries 16 Building and Construction* oleh peningkatan impor Capital Goods Import (RHS) 12 barang konsumsi 8 (terutama buah dan 4 sayuran segar, termasuk 0 0 angkutan laut) baik secara -4 nominal maupun riil, serta -8 impor bahan baku -12 (terutama untuk peralatan -100 -16 telekomunikasi, suku Jun-16 Oct-16 Feb-17 Jun-17 cadang kendaraan, dan Sumber: CEIC dan BI; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * Sumbu Seb. Kiri terpotong pada angka 100. Pada Triwulan ke-1 tahun 2017 impor mesin bangunan gedung dan konstruksi tumbuh sebesar 128 persen. Pada Triwulan ke-2 tahun 2017, impor kendaraan bermotor meningkat sebesar 208 persen. 25 Bank Indonesia (2017). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 19 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pakan ternak)26. Impor barang modal menyusut 4,4 persen, meskipun terjadi lonjakan impor barang modal untuk kendaraan bermotor dan bangunan gedung serta konstruksi (Gambar 30)27. Gambar 31: Total arus masuk portofolio meningkat Gambar 32: Aliran masuk ekuitas portofolio berubah seiring dengan lonjakan pembelian obligasi global negatif dan Indonesia kalah jika dibandingkan dengan pemerintah negara-negara setara di kawasan (USD milyar) (USD milyar) 9 Gov. global bonds SUN 6 SBI 5 Equities 6 4 India Main net portfolio inflows 3 2 3 1 Thailand 0 0 Philippines -1 Indonesia -2 -3 -3 Jul-15 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Jul 15 Jan 16 Jul 16 Jan 17 Jul 17 Sumber: Database Institute of International Finance (IIF), Sumber: Database Institute of International Finance (IIF), perhitungan Staf Bank Dunia perhitungan Staf Bank Dunia Catatan: Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Utang Negara (SUN) Surplus neraca Surplus neraca keuangan mengecil pada Triwulan ke-2 menjadi 2,3 persen dari PDB, keuangan mengecil dari 3,3 persen pada Triwulan ke-1. Peningkatan peringkat utang negara (sovereign credit oleh karena adanya rating) oleh Standard and Poor's pada akhir Mei sebagian telah menyebabkan masuknya arus keluar dari arus modal asing yang lebih tinggi dengan arus masuk investasi asing langsung (FDI) investasi lain mencapai titik tertinggi sejak Triwulan ke-3 tahun 2016 dan yang kedua tertinggi sejak Triwulan ke-3 tahun 2014. Aliran portofolio juga mencatat arus masuk yang lebih tinggi di Triwulan ke-2 dibandingkan dengan Triwulan ke-1 terutama karena adanya pembelian bersih obligasi global pemerintah (Gambar 31). Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah tetap stabil sekitar 40 persen. Arus investasi lain terlihat lebih banyak arus yang keluar dibandingkan dengan periode yang manapun sejak Triwulan ke-2 tahun 2015, sebagian disebabkan karena penumpukan simpanan valuta asing oleh bank dalam negeri selama periode perayaan Idul Fitri28. Pembelian bersih saham asing menjadi negatif karena investor asing terus menarik diri dari ekuitas Indonesia, dengan masuknya arus masuk bersih ke dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mengalami kontraksi pada bulan Juli dalam 26 Bank Indonesia (2017). 27 Proses kepabeanan menjadi sangat lambat pada akhir Triwulan ke-2, sebagian karena pemerintah meningkatkan upayanya untuk memerangi impor ilegal dan pemogokan pekerja pelabuhan. Efeknya berdampak pada ekspor dan impor, namun demikian, kemungkinan besar hal ini terjadi hanya sekali saja dan tidak akan terulang (one off). 28 Bank Indonesia (2017). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 20 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia skala yang yang sama dengan yang terakhir terlihat pada akhir tahun 201629. Dalam hal ini, Indonesia kalah dari negara-negara setara di kawasan (Gambar 32). Arus investasi asing Investasi langsung asing Gambar 33: Arus masuk FDI bersih melonjak pada langsung bersih (FDI) bersih melanjutkan Triwulan ke-2 tahun 2017 meningkat di momentum yang terlihat (USD milyar) Other Triwulan ke-2 pada Triwulan ke-1 dan Financial Intermediation mencatat arus masuk Wholesale & retail trade, Vehicle repair, household goods bersih terbesar sejak Manufacturing Mining and Quarrying Triwulan ke-3 tahun 2016. Agriculture, Hunting, and Forestry Arus masuk di sektor Total 10 manufaktur terlihat positif 8 dengan nilai yang terbesar, 6 4 dengan arus masuk FDI 2 sekitar USD 2,6 miliar, 0 sekitar 57 persen dari total -2 -4 FDI di Triwulan ke-2 -6 (Gambar 33). Penjualan -8 -10 grosir dan eceran Mar-16 Jun-16 Sep-16 Dec-16 Mar-17 Jun-17 kendaraan bermotor Sumber: CEIC and BI; World Bank staff calculations mengalami peningkatan dan arus masuk di sektor barang pribadi dan barang rumah tangga juga meningkat. Sektor pertambangan mengalami arus keluar bersih untuk 2 triwulan secara berturut-turut. 6. Perbaikan pengelolaan fiskal telah ditunjukkan pada tahun 2017, namun risiko yang signifikan masih tetap ada Pengelolaan fiskal Pengelolaan kebijakan fiskal pada tahun 2017 telah meningkat terutama sudah lebih baik, dibandingkan dengan tahun 2016, dengan peningkatan pemungutan penerimaan dan namun risiko masih pengeluaran yang lebih berkualitas. Melanjutkan tren dari paruh pertama tahun ini, tetap ada penerimaan terkait minyak dan gas bumi (migas) dan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi pendorong bagi total pemungutan penerimaan yang lebih tinggi di bulan Agustus. Di sisi pengeluaran, pelaksanaan anggaran sejauh ini terus membaik, meskipun dilakukan secara bertahap seperti pada tahun 2016. Sampai akhir Agustus, belanja modal dan belanja barang secara tahun-ke-tahun (yoy) meningkat, melanjutkan tren tahun lalu, belanja sosial mengalami kenaikan, dan belanja subsidi terus menurun. Yang juga penting adalah, sementara di tahun 2016 terdapat pemotongan anggaran, APBN-P tahun 2017 meningkatkan total belanja sebesar 2,5 persen dibandingkan dengan APBN tahun 2017 yang awal30. Pembiayaan pemerintah berjalan dengan baik sesuai target yang telah ditetapkan. Pada bulan Juli 2017, Pemerintah telah menggalang dana sebesar Rp 484 triliun atau setara dengan 70,7 persen dari kebutuhan pembiayaan bruto (Rp 685 triliun). 29 Pada umumnya arus masuk ekuitas portofolio merupakan bagian yang relatif kecil dari total arus masuk portofolio. Namun demikian, mengingat bahwa ekuitas portofolio tersebut dapat dengan mudahnya berubah, ekuitas portofolio tersebut dapat memainkan peranan penting dalam mempengaruhi arus masuk portofolio secara total. 30Silakan lihat Kotak 4 untuk pembahasan rencana belanja dalam Rancangan APBN tahun 2018. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 21 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Penerimaan terkait Total penerimaan pada Gambar 34: Penerimaan terkait migas dan PPN minyak dan gas akhir Agustus 2017 mendorong pertumbuhan pemungutan penerimaan bumi seta PPN tumbuh sebesar 11,9 yang tinggi hingga saat ini mendorong persen yoy secara nominal, (pertumbuhan nominal realisasi penerimaan Januari-Agustus yoy, pemungutan atau sebesar 8,2 persen jika persen) penerimaan yang penerimaan yang dipungut Other International trade taxes baik dari program amnesti pajak Excises VAT/LGST dikeluarkan (Gambar 34). Income taxes N-O&G O&G related revenues Total revenues Seperti pada triwulan- triwulan sebelumnya tahun 25 ini, penerimaan pajak di 15 luar program amnesti pajak 10.2 11.9 8.2 didorong terutama oleh 5 penerimaan pajak 0.3 penghasilan migas dan oleh -5 -6.9 PPN, masing-masing tumbuh sebesar 62,8 -15 2014 2015 2016 2017 2017 excl persen dan 15,6 persen yoy Tax (Gambar 34). Amnesty Pertumbuhan PPN yang Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia baik ini sangat penting Catatan: Migas adalah singkatan dari minyak dan gas bumi, Non-migas adalah singkatan dari non- minyak dan gas bumi; mengingat pertumbuhan PPNBm adalah singkatan dari pajak penjualan barang mewah; konsumsi sektor swasta “Lainnya” meliputi: pajak bumi dan bangunan, penerimaan pajak lainnya; penerimaan bukan pajak non-migas; penerimaan yang tidak berubah di bukan pajak lainnya (keuntungan perusahaan publik, penerimaan paruh pertama tahun ini. dari Badan Layanan Umum (BLU), dan penerimaan bukan pajak Tingkat penerimaan yang lainnya (PNBP) APBN-P adalah singkatan dari APBN Perubahan. lebih tinggi, yang difasilitasi oleh pemberlakuan e-faktur PPN sebagai bagian dari upaya reformasi administrasi Pemerintah, tampaknya membuahkan hasil. Penerimaan dari cukai, yang turun pada tahun 2016, sekarang tumbuh sebesar 3,2 persen yoy, namun secara rata-rata masih jauh di bawah tahun 2015, 2014 atau 2013. Realisasi Belanja modal mendorong pertumbuhan belanja tahun ini dengan peningkatan pengeluaran sebesar 10,6 persen yoy pada realisasi bulan Januari-Agustus. Hal ini mencerminkan mencerminkan tekad Pemerintah untuk memperluas investasi di bidang infrastruktur dan peningkatan kualitas meningkatkan kualitas alokasi belanja secara keseluruhan (Gambar 35). Total belanja, dengan realisasi belanja pada akhir Agustus 2017 mencapai pertumbuhan sebesar 6,1 persen belanja modal yang yoy secara nominal. Rasio tingkat pelaksanaan anggaran pemerintah terus meningkat lebih tinggi, dan secara bertahap seperti pada tahun 2016 (Gambar 36). Belanja sosial sampai bulan pulihnya belanja Agustus mengalami pemulihan, melonjak 38,4 persen yoy, setelah terjadi penurunan sosial sebesar 51,2 persen di tahun 2016. Menurut besarannya, belanja sosial masih lebih rendah dari tingkat belanja selama tahun 2012-15. Penurunan yang signifikan di tahun 2017 terjadi pada belanja subsidi, dimana subsidi energi mengalami penurunan sebesar 12,6 persen selama periode yang sama. Kontraksi ini terutama disebabkan oleh reformasi subsidi energi Pemerintah dan kenaikan tarif listrik yang terkait. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 22 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 35: Tingkat pelaksanaan anggaran Gambar 36: Pergeseran dalam belanja terus berlanjut menunjukkan peningkatan secara bertahap dari tahun dari belanja pegawai dan subsidi ke belanja barang, 2015 modal dan sosial (realisasi pengeluaran Januari-Agustus sebagai bagian dari target (realisasi pertumbuhan nominal pengeluaran Januari-Agustus yoy, anggaran, persen) persen) 80 2015 2016 2017 2015 2016 2017 65 68 70 60 52.4 70 65 58 6162 60 38.4 60 54 53 56 40 52 51 50 19.3 41 20 15.411.1 17.0 10.6 13.1 39 7.9 40 34 34 4.7 33 3233 0.9 30 25 0 20 -20 -12.5 10 -40 -33.9 0 -60 -51.2 -60.6 -80 Personnel Material Capital Energy Social Subsidies Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Gambar 35 mengilustrasikan belanja sebagai bagian dari target dalam APBN dalam persen sementara Gambar 36 menunjukkan pertumbuhan realisasi pengeluaran nominal yoy. APBN tahun 2017 memiliki target belanja modal 9,4 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2016, oleh karena itu peningkatan realisasi belanja modal dari Gambar 36 tidak tertangkap sebagai peningkatan porsi belanja modal dalam pelaksanaan anggaran yang sama besarnya pada Gambar 35. Target penerimaan APBN-P 2017 disetujui oleh DPR pada tanggal 26 Juli 2017. Di dalamnya, nominal pada APBNP 2017 target penerimaan ditetapkan sedikit turun di level Rp 1.736 triliun, 0,8 persen lebih sedikit turun, namun rendah dari target penerimaan semula sebesar Rp 1.750 triliun pada APBN 2017. masih menunjukkan Meskipun demikian, target baru tersebut menunjukkan kenaikan sebesar 11,6 persen pertumbuhan yang terhadap realisasi actual tahun 2016, sejalan dengan tujuan Pemerintah untuk tinggi meningkatkan rasio penerimaan terhadap PDB. Selain itu, fitur utama dari APBN-P tersebut adalah target penerimaan yang realistis jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dalam APBN-P sebelumnya (Gambar 37). Dengan demikian, tingkat pertumbuhan yang dibutuhkan untuk memenuhi target penerimaan tahun 2017 dari realisasi aktual tahun 2016 lebih rendah daripada pertumbuhan yang dianggarkan di dalam APBN-P tahun 2016 dari realisasi aktual tahun 2015. Target pengeluaran Di sisi pengeluaran, APBN-P tahun 2017 menetapkan target belanja total sebesar Rp meningkat, didorong 2.133 triliun, meningkat 2,5 persen dibandingkan dengan target APBN tahun 2017 oleh belanja barang, sebesar Rp 2.081 triliun (Gambar 38). Terhadap APBN tahun 2017, Revisi belanja subsidi dan Anggaran tersebut meningkatkan alokasi belanja barang (18,2 persen), belanja belanja sosial yang subsidi (5,5 persen) dan belanja sosial (4,2 persen), serta mengurangi alokasi belanja lebih tinggi modal (6,6 persen). Meskipun perubahan-perubahan tersebut telah dilakukan, alokasi dalam APBN-P masih merupakan suatu peningkatan kualitas belanja dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebagaimana yang terlihat pada Gambar 38 terhadap realisasi aktual tahun 2016, alokasi belanja modal, misalnya, mewakili kenaikan sebesar 21,7 persen, alokasi belanja sosial meningkat sebesar 17,1 persen, dan belanja subsidi menurun sebesar 3,1 persen. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 23 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Gambar 37: Target penerimaan yang ditetapkan pada Gambar 38: Alokasi pengeluaran pada APBN-P tahun APBN-P tahun 2017 lebih realistis dibandingkan 2017 mencerminkan kualitas pengeluaran yang lebih dengan yang ditetapkan pada tahun-tahun tinggi sebelumnya (APBN-P sebagai rasio dari realisasi aktual di tahun sebelumnya, (APBN-P sebagai rasio dari realisasi aktual di tahun sebelumnya, persen) persen) 60 2008-14 Avg 2015 2016 2017 2008-14 Avg 2015 2016 2017 90 50 70 40 50 30 30 10 20 -10 10 -30 0 -50 Total Tax Non-O&G VAT Total Person. Material Capital Subsidy Social Revenues Revenues Income Tax Expend. Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Pada Gambar 37, Total penerimaan mencakup penerimaan pajak (ditunjukkan dalam gambar) dan penerimaan bukan pajak (tidak ditunjukkan). Penerimaan Pajak mencakup komponen pajak lainnya (termasuk cukai dan pajak internasional) yang tidak ditunjukkan dalam gambar. Pada Gambar 38, Total pengeluaran mencakup alokasi pengeluaran lainnya yang tidak ditunjukkan dalam gambar, termasuk transfer ke pemerintah daerah dan pembayaran bunga. Proyeksi defisit fiskal Total penerimaan Gambar 39: Bank Dunia memproyeksikan Bank Dunia diproyeksikan mencapai pemungutan penerimaan turun sedikit dari target meningkat menjadi Rp 1.684 triliun pada APBN 2017 2,7 persen dari PDB tahun 2017 (Gambar 39), (IDR triliun) pada tahun 2017 kenaikan penerimaan Other Non-tax revenues Non-O&G International trade taxes Excises nominal sebesar 8,2 persen VAT/LGST Income taxes Non-O&G yoy, yang sebagian O&G related revenues Total revenues mencerminkan 2,000 1,750 1,736 1,684 pertumbuhan ekonomi 1,508 1,556 yang tinggi. Pertumbuhan 1,500 penerimaan diperkirakan berbasis luas, dengan 1,000 proyeksi peningkatan 500 pemungutan penerimaan di seluruh penerimaan 0 pajak dan bukan pajak. 2015 2016 2017 2017 2017 Oct Dengan target APBN-P Actual Actual Budget R-Budget WB sebesar Rp 1.736 triliun, proyeksi ini menyiratkan Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia adanya penurunan sebesar Catatan: Migas adalah singkatan dari minyak dan gas bumi, Non-migas adalah singkatan dari non- minyak dan gas bumi; Rp 52,1 triliun atau 3,1 PPNBm adalah singkatan dari pajak penjualan barang mewah; persen dari total “Lainnya” meliputi: pajak bumi dan bangunan, penerimaan penerimaan. pajak lainnya; penerimaan bukan pajak non-migas; penerimaan bukan pajak lainnya (keuntungan perusahaan publik, penerimaan dari Badan Layanan Umum (BLU), dan penerimaan bukan pajak Total belanja lainnya (PNBP) APBN-P adalah singkatan dari APBN Perubahan. diproyeksikan mencapai Rp 2.052 triliun pada tahun 2017, suatu kenaikan nominal sebesar 10,1 persen Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 24 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia tahun-ke-tahun. Dengan demikian, defisit fiskal diproyeksikan sedikit melebar, mencapai 2,7 persen dari PDB, namun lebih rendah dari perkiraan APBN-P tahun 2017 sebesar 2,9 persen dari PDB (Tabel 4). Proyeksi defisit Bank Dunia yang lebih rendah ini didorong oleh tingkat pencairan anggaran sebesar 96,2 persen dibandingkan dengan asumsi APBN-P yang sebesar 100 persen. Resiko terhadap Resiko terhadap penerimaan dan pengeluaran dari perlambatan dalam administrasi penerimaan dan perpajakan dan reformasi kebijakan serta dari paparan harga minyak tetap penting, pengeluaran berasal dan menjadi sangat signifikan pada jangka menengah31. Sumber risiko lainnya adalah dari perlambatan terkait dengan ekonomi makro yang lebih luas. Perlambatan dalam pertumbuhan dalam reformasi konsumsi sektor swasta, dan/atau perlambatan hasil manufaktur akan merugikan pajak, resiko harga pemungutan penerimaan, dengan PPN yang menjadi pendorong utama penerimaan komoditas yang pajak Indonesia, dan sektor manufaktur yang menjadi penyumbang utama terhadap lebih lemah, dan tren pemungutan pajak penghasilan perusahaan32. Diperlukan adanya reformasi pajak ekonomi makro yang secara struktural yang memperluas basis pajak dan meningkatkan efisiensi lebih luas pemungutan pajak untuk mengurangi risiko tersebut. Reformasi akan memungkinkan Pemerintah untuk mengembangkan pagu anggaran pengeluarannya sehingga dapat meningkatkan alokasi belanja prioritas termasuk infrastruktur, pendidikan dan kesehatan, tanpa melanggar peraturan defisit fiskal sebesar 3 persen. 31 Lihat Bank Dunia (2017b). 32 Sebagaimana dibahas di Bagian 2, ada tanda-tanda yang mengindikasikan bahwa konsumsi sektor swasta bisa melemah. Pada saat yang sama, pertumbuhan sektor manufaktur melambat di Triwulan ke- 2, relatif terhadap Triwulan ke-1, dan dapat terus melambat oleh karena adanya sentimen yang lemah di sektor bisnis manufaktur. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 25 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Tabel 4: Bank Dunia memproyeksikan penerimaan dan pengeluaran yang lebih rendah dibandingkan dengan APBN tahun 2017 (Rp triliun, kecuali dinyatakan lain) 2015 2016 2017 2017 2017 2017 2018 Outlook Bank LKPP LKPP APBN APBNP RAPBN Kemenkeu Dunia A. Penerimaan 1.508 1.556 1.750 1.736 1.736 1.684 1.878 (% dari PDB) 13,1 12,5 12,5 12,8 12,8 12,4 12,6 1. Penerimaan pajak 1.240 1.285 1.499 1.473 1.473 1.432 1.609 (% dari PDB) 10,7 10,4 10,9 10,8 10,8 10,6 10,8 Pajak penghasilan 602 666 788 784 784 745 853 Migas 50 36 36 42 42 36 35 Non-Migas 553 630 752 742 742 709 817 PPN/PPNBm 424 412 494 475 475 462 535 Pajak Bumi dan Bangunan 29 19 17 15 15 17 17 Cukai 145 144 157 153 153 157 155 Pajak perdagangan 35 35 34 36 36 41 39 internasional Bea masuk 31 32 34 33 33 38 36 Pajak ekspor 4 3 0 3 3 3 3 Pajak lainnya 6 8 9 9 9 9 10 2. Penerimaan negara 256 262 250 260 260 249 268 bukan pajak (% dari PDB) 2,2 2,1 1,8 1,9 1,9 1,8 1,8 Penerimaan dari sumber 65 101 87 96 96 87 99 daya alam Migas 78 44 64 72 72 64 77 Non-Migas 23 21 23 23 23 23 22 Penerimaan negara bukan 155 197 163 165 165 162 169 pajak lainnya 3. Hibah 12 9 1 3 3 3 1 B. Pengeluaran 1.806 1.860 2.080 2.133 2.099 2.052 2.204 (% dari PDB) 15,6 15 15,2 15,7 15,4 15,1 14,8 1. Pemerintah pusat 1.183 1149 1.316 1.367 1.343 1.302 1.443 (% dari PDB) 10,3 9,3 9,6 10,0 9,9 9,6 9,7 Belanja pegawai 281 305 345 340 331 328 369 Barang 233 260 270 319 302 301 281 Modal 215 169 221 206 203 204 231 Pembayaran bunga 156 183 221 219 219 220 248 pinjaman Subsidi 186 174 160 169 169 165 172 Energi 119 107 77 90 90 93 103 BBM 61 44 32 44 44 30 51 Listrik 58 63 45 45 45 64 52 Non-energi 67 67 83 79 79 71 69 Hibah 4 7 2 6 6 8 1 Sosial 97 50 56 58 58 54 76 Lainnya 10 6 41 50 56 22 64 2. Transfer ke daerah 623 710 710 766 756 751 761 5,7 (% dari PDB) 5,4 5,5 5,6 5,6 5,5 5,1 Saldo Keseluruhan -298 -308 -308 -397 -363 -368 -326 (%dari PDB) -2.6 -2.5 -2.4 -2.9 -2.7 -2.7 -2.2 Asumsi Tingkat pertumbuhan riil 4,9 5,0 5,1 5,2 5,2 5,2 5,4 PDB (%) IHK (%) 6,4 3,5 4,0 4,3 4,3 4,3 3,5 Nilai tukar (Rp/USD) 13.389 13.300 13.300 13.400 13.400 13.359 13.500 Harga minyak mentah 36 51 45 48 48 55 48 (USD/barrel) Sumber: Kementerian Keuangan Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 26 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 3: Analisis target penerimaan pada APBN 2018 Pada tanggal 16 Agustus 2017, Presiden Joko Widodo menyampaikan rancangan APBN tahun 2018 kepada DPR. Asumsi ekonomi makro utamanya adalah tingkat pertumbuhan PDB yang lebih tinggi, sebesar 5,4 persen (dibandingkan dengan 5,2 persen pada APBN-P 2017) dan inflasi sebesar 3,5 persen (dibandingkan dengan 4,3 persen untuk tahun 2017). Harga minyak mentah ditetapkan sebesar USD 48 per barel, tidak berubah dari APBN-P 2017, namun diasumsikan produksi minyak dan gas bumi lebih rendah. Target penerimaan relatif konservatif Rancangan APBN tahun 2018 menetapkan target penerimaan nominal yang relatif konservatif, suatu perubahan penting dari tahun-tahun sebelumnya. Total penerimaan dan penerimaan pajak diproyeksikan masing-masing meningkat sebesar 11,2 persen dan 11,7 persen, dibandingkan dengan target APBN-P 2017 yang tidak termasuk penerimaan dari program Amnesti Pajak. Sebaliknya, total penerimaan nominal dan penerimaan pajak pada tahun 2017 ditetapkan masing-masing tumbuh 13,7 persen dan 18,5 persen yoy, meskipun ini berasal dari basis yang lebih rendah.1 Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Non-migas diperkirakan akan mendorong pemungutan pajak tahun 2018, dengan proyeksi dari kedua pajak tersebut masing-masing bertumbuh sebesar 15,0 persen dan 12,6 persen (Gambar 40). Pelaksanaan reformasi perpajakan dapat berdampak positif Tahun 2018 ditetapkan sebagai tahun yang kritis bagi reformasi penerimaan pajak dengan Pemerintah yang Gambar 40: Rasio pajak terhadap PDB meningkat menetapkan agenda reformasi pajak yang ambisius. lagi setelah beberapa tahun mengalami penurunan Reformasi penerimaan yang saat ini sedang dibahas (target rancangan APBN sebagai rasio realisasi anggaran dari mencakup beberapa undang-undang yang bertujuan untuk tahun sebelumnya, Seb. Kiri; rasio pajak terhadap PDB, Seb. meningkatkan efisiensi dan pemungutan pajak dan Kanan) memperluas basis pajak, sehingga menghasilkan rasio pajak Total Revenues Tax Revenues terhadap PDB yang meningkat2. Reformasi ini NO&G Income Tax VAT dikoordinasikan oleh Tim Reformasi di bawah Kementerian Tax-to-GDP 40 12.0 Keuangan. Usulannya meliputi: 35  Reformasi administrasi perpajakan yang memberikan 11.5 peningkatan otonomi bagi Direktorat Jenderal Pajak 30 (DJP), memfasilitasi reformasi organisasi dan SDM 25 DJP, dan melakukan investasi yang signifikan dalam 11.0 sistem TI DJP 20  Reformasi PPN yang merasionalisasi pengecualian, 15 10.5 dan menetapkan ambang pendaftaran PPN yang baru yang mencerminkan tingkat perkembangan 10 10.0 ekonomi Indonesia dan yang sebanding dengan 5 negara-negara lain di kawasan.  Reformasi pajak penghasilan, termasuk untuk 0 9.5 memperkuat upaya mengatasi penyusutan basis dan 2008-14 2015 2016 2017 2018** pengalihan keuntungan, dan untuk merestrukturisasi Avg sistem perpajakan pada usaha mikro, kecil dan Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia menengah (UMKM) Catatan: Untuk perbandingan Rancangan APBN tahun 2018, kami menggunakan APBN-P tahun 2017 yang pemungutan penerimaan  Reformasi cukai, termasuk cukai baru yang diusulkan lebih sedikit pada tahap ketiga dari program Amnesti Pajak karena untuk minuman yang mempergunakan bahan realisasi di Akhir Tahun belum tercapai dan penerimaan yang pemanis dipungut dari program Amnesti Pajak diperlakukan sebagai kejutan positif yang terjadi hanya sekali saja dan tidak akan terulang kembali Tingkat keberhasilan Pemerintah dalam mengesahkan (one-off). undang-undang tersebut melalui DPR dan menerapkannya secara efektif akan membentuk upaya Indonesia untuk melakukan lebih banyak lagi pemungutan penerimaan dalam jangka menengah. Selain itu, pelaksanaan reformasi dengan cara-cara yang cepat (quick win reforms) juga dapat menghasilkan keuntungan pada 2018 itu sendiri, dengan dampak yang positif untuk target APBN tahun 2018. 1 Pertumbuhan tahun 2017 yoy dihitung dengan tidak memasukkan penerimaan dari program Amnesti Pajak. Tahun 2016 merupakan tahun yang sangat buruk bagi pemungutan penerimaan, dengan jumlah penerimaan pajak yang menurun jumlah nominalnya, tidak termasuk penerimaan dari program Amnesti Pajak. Meskipun demikian, efek dasarnya tidak cukup untuk menjelaskan target penerimaan yang konservatif pada tahun 2018. Bukti tambahan dapat ditemukan saat menganalisis Rancangan APBN tahun 2017. Hal ini mengasumsikan pertumbuhan penerimaan pajak sebesar 16,4 persen terhadap realisasi di tahun 2016 meskipun memperkirakan pertumbuhan PDB yang lebih rendah sebesar 5,2 persen, menurunkan harga minyak mentah menjadi sebesar 45 USD/ribu barel, dan target produksi minyak dan gas bumi yang lebih rendah. 2 Indonesia termasuk di antara negara-negara di kawasan yang memiliki rasio pajak terhadap PDB yang terendah. Untuk pembahasan lebih lanjut, lihat Bank Dunia (2017a), hal. 25 Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 27 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 4: Analisis rencana pengeluaran dalam APBN tahun 2018 Rencana pengeluaran dalam Rancangan APBN tahun 2018 telah memancing munculnya banyak kepentingan umum. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, total target belanja nilainya rendah, namun membandingkan komposisi APBN dengan komposisi tahun lalu mencerminkan masih adanya prioritas yang berlanjut untuk belanja modal dan juga belanja sosial. Belanja barang akan menurun, sementara belanja subsidi meningkat. Target belanja yang tidak terlalu tinggi dan defisit yang rendah Total nominal belanja dalam Rancangan APBN direncanakan meningkat minimal 3,3 persen dibandingkan target yang ditetapkan dalam APBN tahun 2017. Sebaliknya, Rancangan APBN tahun 2017 memperkirakan total pertumbuhan belanja sebesar 11,1 persen terhadap realisasi anggaran tahun 2016 (Gambar 41). Pertumbuhan belanja yang relatif rendah memungkinkan Pemerintah untuk menurunkan defisit fiskal, yang diperkirakan sebesar 2,2 persen dari PDB dibandingkan dengan 2,7 persen untuk tahun 2017 (proyeksi Perkiraan Kementerian Keuangan, lihat Tabel 4). Gambar 41: Rancangan APBN tahun 2018 Gambar 42: Sementara nominal belanja subsidi memprioritaskan belanja modal dan sosial, dan direncanakan meningkat pada tahun 2017, porsi memotong belanja barang. Subsidi energi belanja subsidi ini lebih kecil daripada belanja meningkat Pemerintah Pusat tahun 2017 (rancangan APBN sebagai rasio dari realisasi tahun sebelumnya) (komponen belanja sebagai bagian dari belanja Pemerintah Pusat) 2008-14 Avg 2015 2016 2017 2018** Personnel Material Capital Subsidy Social 40 100 30 90 20 80 70 10 60 0 50 -10 40 -20 30 -30 20 10 0 2008-14 2015 2016 2017 2018 Avg Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Kementerian Keuangan; perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Perbandingan RancanganAPBN tahun 2018 Catatan: Kategori lain dari pengeluaran pemerintah pusat yang tidak menggunakan target pengeluaran APBN-P tahun 2017 oleh karena dipaparkan di sini termasuk pembayaran bunga pinjaman dan realisasi akhir tahun belum tercapai. hibah. Tingkat investasi infrastruktur yang lebih tinggi dipertahankan, namun subsidi berangsur-angsur naik Rancangan APBN tahun 2018 mencerminkan berlanjutnya komitmen Pemerintah untuk berinvestasi di bidang infrastruktur, dengan nominal belanja modal yang mengalami peningkatan sebesar 12,4 persen dibandingkan dengan APBN-P 2017. Berawal dari basis yang tinggi, target belanja modal ini mewakili lebih dari sepertiga dari kontribusi terhadap total pertumbuhan belanja. Belanja sosial juga memberikan kontribusi yang tinggi, tumbuh sebesar 30,6 persen dibandingkan dengan APBN-P tahun 2017 (merupakan seperempat dari kontribusi terhadap total pertumbuhan belanja). Namun demikian, belanja barang menurun sebesar 11,9 persen. Bergantung pada sub-komponen belanja barang mana yang akan dipotong, penurunan ini dapat diartikan sebagai perbaikan lebih lanjut dalam kualitas alokasi pengeluaran secara keseluruhan. Namun demikian, ada kejutan dengan kenaikan nominal subsidi energi, yang membalikkan kebijakan pemotongan tahun-ke- tahun sejak tahun 2015. Angka tersebut mengindikasikan penghentian kebijakan Pemerintah untuk menaikkan tarif listrik. Namun demikian, pengeluaran yang lebih tinggi untuk subsidi energi harus diimbangi oleh kenyataan bahwa subsidi tersebut lebih rendah dari tahun 2010-16 dalam besaran nominalnya (Gambar 42). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 28 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia 7. Pertumbuhan lapangan kerja melampaui pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah penduduk usia kerja Perekonomian Jumlah individu yang Gambar 43: Pertumbuhan lapangan kerja melampaui Indonesia dipekerjakan tumbuh pertumbuhan angkatan kerja dan jumlah penduduk menciptakan hampir sebesar 3,2 persen (4 juta usia kerja, didorong oleh meningkatnya upah kerja, 4 juta lapangan kerja jiwa secara absolut) pada jumlah para pekerja mandiri di sektor non-pertanian, dan pekerjaan di lingkungan keluarga yang tidak tahun ini sampai tahun ini hingga bulan berbayar dengan bulan Februari 2017, mencapai (pertumbuhan lapangan kerja, angkatan kerja, dan jumlah Februari 2017 124,5 juta pekerja.33 Laju penduduk usia kerja, poin persentase) pertumbuhan lapangan Unpaid family worker kerja melampaui laju Casual worker Wage employed pertumbuhan angkatan Non-agricultural self-employed kerja secara luas – yang Agricultural self-employed Number of employed workers tumbuh sebesar 3,0 5 Broad labor force persen, menjadi 131,5 juta 4 Working age population jiwa – dan pertumbuhan 3 penduduk usia kerja – yang 2 tumbuh sebesar 1,6 persen 1 menjadi 190,6 juta jiwa 0 (Gambar 43).34 Hal ini -1 membuat tingkat lapangan -2 kerja berada di 65,3 -3 persen, naik dari 64,3 persen pada bulan Februari 2016.35 Selain itu, Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, Sakernas selama periode yang sama, pengangguran secara luas36 turun dari 5,5 persen menjadi 5,3 persen, angka yang terendah sejak pertama kali tercatat pada tahun 2000, menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja semakin mengetat. Perbedaan gender Tingkat partisipasi angkatan kerja (LFPR - labor force participation rate) sebesar 69,0 yang besar dalam persen pada Februari 2017, namun LFPR secara luas untuk perempuan dan laki-laki partisipasi angkatan masing-masing adalah sebesar 55,0 persen dan 83,0 persen. Kesenjangan gender kerja dan tingkat tersebut sedikit menyempit dari bulan Februari 2016 ketika LFPR luas untuk lapangan kerja perempuan adalah sebesar 52,7 persen dan LFPR luas untuk laki-laki adalah sebesar masih tetap ada 83,5 persen. Meskipun ada sedikit kesenjangan gender dalam LFPR, tingkat kesenjangan ketenagakerjaan perempuan dan laki-laki masih sangat berbeda pada bulan Februari 2017, masing-masing sebesar 52,1 persen dan 78,6 persen. Pekerja mandiri non- Kerja dengan upah masih tetap merupakan komponen ketenagakerjaan terbesar, pertanian dan yang terdiri dari 38,1 persen dari semua jenis pekerjaan pada bulan Februari 2017, 33 Menurut data terakhir dari Badan Pusat Statistik (BPS). 34 Sesuai dengan konvensi BPS, 'usia kerja' didefinisikan sebagai orang yang berusia 15 tahun atau lebih. 35 Tingkat lapangan kerja adalah jumlah pekerja yang dipekerjakan dibagi dengan jumlah penduduk usia kerja. 36 Berdasarkan 'inti', pengangguran adalah individu-individu yang tidak bekerja, tetapi yang secara aktif mencari pekerjaan. Definisi dari 'luas' mencakup pengangguran inti, serta para pengangguran tidak kentara (discouraged workers), mereka yang membangun bisnis baru, dan mereka yang memiliki pekerjaan tetapi masih di masa depan. Data mengenai pengangguran secara luas hanya tersedia sejak tahun 2000, namun tingkat pengangguran inti dapat dihitung sampai sejauh tahun 1986. Sementara pengangguran luas saat ini berada pada tingkat pertumbuhan yang terendah, tingkat pengangguran inti ini – yang sebesar 3,3 persen pada Februari 2017 – sebenarnya lebih rendah pada akhir tahun 1980an dan awal 1990an, sebesar 2,6 persen pada tahun 1991. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 29 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pekerja di tumbuh sebesar 2,4 persen dari tahun sebelumnya. Namun demikian, pada periode lingkungan keluarga yang sama, para pekerja mandiri di sektor non-pertanian tumbuh sebesar 6,5 persen, yang tidak berbayar dengan proporsi yang meningkat dari 22,1 persen menjadi 22,8 persen. Dengan memberi kontribusi demikian, para pekerja mandiri di sektor non-pertanian memberi kontribusi yang lebih pada lebih pada pertumbuhan lapangan kerja dibandingkan dengan kerja dengan upah. pertumbuhan Selain itu, jumlah pekerja di lingkungan keluarga yang tidak berbayar tumbuh lapangan kerja sebesar 8,8 persen, dan proporsi dari pekerja tersebut mencapai 14,6 persen, tingkat dibandingkan yang tertinggi sejak bulan Februari 2015. Penciptaan lapangan kerja mulai bergeser dengan upah kerja dari kerja dengan upah, mengubah tren yang ada antara tahun 2010 dan 2015. Transisi struktural Maraknya sektor jasa sebagai penyedia pekerjaan bagi angkatan kerja Indonesia terus angkatan kerja dari berlanjut hingga awal tahun 2017, meski dengan laju yang lebih lambat (Gambar 44). pertanian ke jasa Pada bulan Februari 2017, 47,6 persen pekerja dipekerjakan di sektor jasa, sementara melambat 31,8 persen berada di sektor pertanian.37,38 Ini mencerminkan kenyataan bahwa dalam 10 tahun terakhir ini angkatan kerja telah beralih ke sektor jasa, terutama dengan beralihnya angkatan kerja dari sektor pertanian. Antara Februari 2007 dan Februari 2017, proporsi pekerja di sektor jasa naik rata-rata 0,9 poin persentase per tahun, sementara proporsi pekerja di sektor pertanian turun rata-rata 1,1 persen per tahun. Namun, pada tahun ini hingga Februari 2017, proporsi pekerja di bidang jasa tumbuh hanya 0,4 poin persentase sementara proporsi pekerja di sektor pertanian meningkat sedikit, sebesar 0,1 poin persentase. Data terakhir Pendapatan rata-rata untuk pekerja upahan melonjak sebesar 19,5 persen secara riil memberikan bukti dan 23,9 persen secara nominal di tahun ini hingga bulan Februari 201739, lebih jauh lebih lanjut lagi menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja mengetat (Gambar 45). Pendapatan mengenai kenaikan rata-rata untuk pekerja upahan juga meningkat sebesar 8,2 persen dan 14,3 persen tajam dalam masing-masing dalam nilai nominal dan riil.40 Perbedaan antara pertumbuhan pertumbuhan upah sebagai mean (nilai rata-rata) dan median (data yang tepat berada di tengah-tengah data riil lainnya) tersebut mencerminkan fakta bahwa pertumbuhan upah selama periode ini tidak berpihak pada masyarakat miskin, karena kelompok pendapatan yang lebih tinggi menikmati pertumbuhan upah yang lebih cepat dibandingkan dengan kelompok pendapatan yang lebih rendah. Hasil terakhir ini konsisten dengan pertumbuhan upah yang mengejutkan yang tercatat di tahun tersebut sampai dengan bulan Agustus 2016, ketika pendapatan rata-rata untuk pekerja upahan tumbuh 37 Ini berarti bahwa pada bulan Februari 2017, 59,3 juta pekerja bekerja dalam pekerjaan di sektor jasa dan 39,7 juta pekerja dipekerjakan di sektor pertanian. 38 ‘Pertanian’ mencakup pekerja yang bergerak di sektor pertanian, perburuan, kehutanan, dan perikanan. 'Industri' mencakup pekerja yang bekerja di sektor (1) pertambangan dan galian; (2) manufaktur; (3) listrik, gas, dan air bersih; dan (4) konstruksi. 'Jasa' mencakup pekerja yang bekerja di sektor (1) perdagangan grosir dan eceran, serta hotel dan restoran; (2) transportasi, penyimpanan barang, dan komunikasi; (3) pembiayaan, asuransi, real estat, dan layanan bisnis; dan (4) layanan masyarakat, sosial, dan pribadi. 39 Menurut Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). 40 Jika pendapatan para pekerja mandiri dan pekerja lepas – satu-satunya pekerja lain yang pendapatannya diambil sebagai sampel oleh Sakernas – dimasukkan, maka pertumbuhan pendapatan rata-ratanya adalah sebesar 16,2 persen secara riil dan 20,6 persen secara nominal. Pertumbuhan pendapatan rata-rata untuk sampel yang diperluas ini adalah sebesar 5,0 persen, baik secara riil maupun nominal. Perbedaan antara pertumbuhan riil di median pendapatan dan pertumbuhan nominal di median pendapatan tidak selalu sesuai dengan rata-rata inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) karena data pendapatan dipersempit dengan menggunakan IHK kota / provinsi, yang dapat dipergunakan untuk menyusun ulang pengamatan di dalam tahun yang sama. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 30 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia sebesar 20,0 persen secara riil dan 23,4 persen secara nominal.41 Oleh karena itu, pendapatan mengalami penyesuaian naik yang curam, yang secara parsial mengkompensasi penurunan pendapatan riil yang dialami pada tahun 2014 dan 2015. Namun demikian, mengingat perubahan metodologis terhadap pengukuran pendapatan yang diterapkan pada Sakernas bulan Februari 2017, ketika membuat perbandingan upah di sepanjang waktu harus dilakukan dengan hati-hati (Kotak 5). Gambar 44: Pergeseran pekerja dari sektor pertanian Gambar 45: Pendapatan rata-rata riil bertumbuh ke jasa telah melambat, dan proporsi pekerja dengan sebanyak dua digit di tahun ini sampai bulan Februari pekerjaan di sektor industri mulai menurun 2017 (proporsi pekerja yang bekerja, persen, Seb. Kiri; poin persentase (pendapatan, Rp seribu, Seb. Kiri; Pertumbuhan persentase perubahan dalam proporsi pekerja yang bekerja yoy, persen, Seb. pendapatan bulanan rata-rata, persen, Seb. Kanan) Kanan) Proportion of workforce in agriculture (LHS) Growth in real average monthly earnings for wage- Proportion of workforce in industry (LHS) employed, year to February (RHS) Proportion of workforce in services (LHS) 3000 Growth in real average monthly earnings for wage- 25 employed, year to August (RHS) 50 In services (RHS) 2.5 In industry (RHS) 2500 20 2 Nominal average monthly earnings for wage-employed (LHS) 15 40 1.5 2000 1 10 0.5 1500 30 5 0 -0.5 1000 0 20 -1 500 -5 -1.5 Real average monthly earnings for In agriculture (RHS) wage-employed (LHS) 10 -2 0 -10 Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, Sakernas Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional, Sakernas Tren terbaru dalam Pertumbuhan pendapatan riil baru-baru ini nampaknya tidak menyebabkan pertumbuhan perubahan apapun dalam konsumsi rumah tangga, yang memberikan teka-teki pendapatan riil empiris. Pada tahun tersebut sampai dengan bulan Maret 201642, nilai rata-rata belum menyebabkan konsumsi per kapita riil hanya tumbuh sebesar 4,0 persen, menurut Survei Sosial adanya perubahan Ekonomi Nasional, Susenas, sama seperti pertumbuhan pendapatan riil yang sudah dalam konsumsi mulai meningkat.43,44 Perbedaan antara tren pendapatan dan tren konsumsi sebagian rumah tangga disebabkan oleh data Sakernas yang terakhir kali dipublikasikan lebih baru dari data Susenas yang terakhir, sehingga data Susenas yang terakhir tersebut belum menangkap kemungkinan kenaikan konsumsi riil. Selain itu, kenaikan pendapatan cenderung memiliki dampak yang lemah pada konsumsi per kapita, sepanjang pendapatan tambahan dibagi di antara semua anggota rumah tangga, termasuk mereka yang menjadi tanggungan. Mungkin saja rumah tangga melihat bahwa kenaikan pertumbuhan pendapatan riil ini bersifat sementara dan oleh karena itu melakukan penghematan untuk memperlancar konsumsi mereka. Namun demikian, 41 Mengingat bahwa survei Sakernas pada bulan Februari 2017 dikumpulkan dengan menggunakan sampel baru yang menargetkan populasi yang sama dan tahun-tahun sampai dengan Agustus 2016 dan Februari 2017 sebagian tumpang tindih, hasil survei terakhir membantu memvalidasi angka-angka tersebut untuk pertumbuhan pendapatan yang diamati antara bulan Agustus 2015 dan Agustus 2016. 42 Tahun terbaru di mana datamikro (microdata) telah tersedia. 43 Dalam perhitungan ini, konsumsi per kapita dipersempit dengan menggunakan IHK kota / provinsi dan bukan dengan garis kemiskinan provinsi / perkotaan-pedesaan agar sesuai dengan metodologi yang digunakan untuk memperkecil data pendapatan. 44 Median (data yang tepat berada di tengah dari sekumpulan data) dari data konsumsi per kapita meningkat sebesar 7,0 persen pada tahun tersebut sampai dengan bulan Maret 2016. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 31 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kepentingan relatif dari faktor-faktor tersebut hanya dapat diketahui ketika data baru sudah tersedia. Kotak 5: Efek perubahan metodologi di Sakernas BPS terkadang melakukan penyesuaian terhadap metodologi pengumpulan data Sakernas. Banyak dari penyesuaian ini yang seharusnya memiliki pengaruh yang kecil terhadap penghitungan tren historis dalam metode utama penghitungan pasar tenaga kerja. Misalnya, jumal sampel untuk Sakernas bulan Agustus 2016 hanya seperempat dari jumlah sampel Sakernas bulan Agustus 2015, namun oleh karena sampel tersebut dikurangi kira-kira secara merata di setiap kabupaten / kota, bobot sampel tersebut masih dapat diterapkan untuk memulihkan perkiraan nasional yang konsisten dengan putaran survei sebelumnya. Demikian pula, penyesuaian di tahun 2015 terhadap strategi pengambilan sampel – ketika BPS mulai melakukan stratifikasi sampel menurut sektor dan juga menurut indeks kekayaan dan lokasi (pedesaan- perkotaan) – tidak memiliki dampak yang jelas terhadap perhitungan statistik secara nasional atau sektoral. Namun demikian, dalam Sakernas Februari 2017, pertanyaan yang diajukan kepada beberapa responden tentang pendapatan mereka diubah sedemikian rupa sehingga berpotensi memiliki efek yang lebih mendalam terhadap pengukuran pendapatan dari waktu ke waktu. Secara khusus, responden yang bekerja dengan upah tidak lagi diminta untuk memperkirakan jumlah gaji atau upah yang mereka terima di bulan sebelumnya (baik dari sisi uang maupun barang), namun mereka diminta untuk secara eksplisit memisahkan gaji dan tunjangan, upah lembur, dan tunjangan khusus transportasi dan tunjangan makanan. Hal ini, pada tingkat tertentu, sejalan dengan meningkatnya jumlah kategori konsumsi dalam survei sosial ekonomi rumah tangga, yang – berdasarkan pengalaman negara-negara lain – pada umumnya menghasilkan konsumsi total terukur yang lebih tinggi. Dengan demikian, ada kemungkinan bahwa perkiraan upah yang diperoleh dari Sakernas Februari 2017 terlalu dibesar-besarkan, yang akan membuat data tersebut tidak dapat secara langsung dibandingkan dengan putaran survei sebelumnya. Oleh karena itu penting untuk berhati- hati saat menafsirkan data pendapatan terbaru dan melihat tren pendapatan dari waktu ke waktu. Ketimpangan Koefisien Gini untuk Gambar 46: Meskipun koefisien Gini untuk pendapatan pendapatan riil pekerja pendapatan riil turun dari tingkatnya yang tinggi yang meningkat lagi upahan adalah 43,8 pada diamati pada tahun 2014 dan 2015, ketidaksetaraan bulan Februari 2017, pendapatan mulai meningkat lagi meningkat sebesar 4,3 poin (Koefisien Gini, indeks, Seb Kiri; titik perubahan yoy pada koefisien Gini, Seb. Kanan) dari tahun sebelumnya Gini coefficient for wage-employed real earnings, year to (Gambar 46).45 Hal ini February (RHS) mengikuti penurunan yang Gini coefficient for wage-employed real earnings, year to August (RHS) nampak sebesar 10,7 poin 60 6 di tahun tersebut sampai 4 dengan bulan Februari 50 2 2016. Dengan demikian, 40 0 peningkatan secara Gini coefficient for wage- -2 30 bertahap dalam employed real earnings (LHS) -4 ketimpangan pendapatan 20 -6 yang terjadi antara -8 10 pertengahan tahun 2000an -10 0 -12 dan 2014, yang nampak mereda pada tahun 2015 dan 2016, telah mulai muncul kembali. Selain itu, Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) koefisien Gini untuk konsumsi – dibahas di Bagian A.8 – biasanya tetap lebih rendah dibandingkan dengan koefisien Gini untuk pendapatan selama beberapa 45Jika para pekerja mandiri dan pekerja lepas disertakan, koefisien Gini untuk pendapatan mencapai 45,8 pada Februari 2017, meningkat 4,1 poin dari Februari 2016. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 32 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia tahun terakhir. Oleh karena itu, pekerja berpendapatan rendah memiliki risiko tidak menikmati peningkatan rata-rata dalam upah riil. 8. Pengentasan kemiskinan masih tetap lamban, namun ketimpangan terus menurun Tingkat kemiskinan Tingkat kemiskinan resmi adalah 10,6 persen pada bulan Maret 2017, 0,2 persen sedikit menurun, lebih rendah dari bulan Maret 2016 (Gambar 47). Jumlah penduduk miskin juga melanjutkan tren turun dari 28 juta orang menjadi 27,8 juta orang pada periode yang sama. pengentasan Perkembangan ini mengindikasikan adanya kelanjutan penurunan laju pengentasan kemiskinan sejak kemiskinan, yang rata-rata sebesar 1,1 poin persentase per tahun dari 2007-2011, tahun 2011 dan sebagian mencerminkan tren pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat sejak tahun 201146. Selain itu, karena tingkat kemiskinan menurun, jumlah penduduk miskin yang tersisa berada di bawah garis kemiskinan, yang memerlukan pertumbuhan konsumsi yang lebih tinggi untuk mempertahankan tingkat pengentasan kemiskinan. Gambar 47: Pengentasan kemiskinan dari bulan Tabel 5: Pengentasan kemiskinan di pedesaan lebih Maret 2016 sampai Maret 2017 melanjutkan tren tinggi pencapaiannya selama tahun lalu, sebagian pengentasan kemiskinan yang lebih lambat sejak karena terjadinya urbanisasi masyarakat miskin tahun 2011 (jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin, jutaan; tingkat (tingkat kemiskinan, persen; perubahan dalam kemiskinan, poin kemiskinan, persen) persentase) 20 7 Mar-16 Mar-17 Δ16-17 18 Real GDP growth, 6 Jumlah penduduk di yoy (RHS) 132,7 138,2 +5,5 16 perkotaan 5 Jumlah penduduk di 14 125,2 122,8 Δ 2,0 4 pedesaan Poverty Rate (LHS) 12 Jumlah penduduk miskin 10,3 10,7 0,3 3 di perkotaan 10 Jumlah penduduk miskin 2 17,7 17,1 Δ 0,6 8 di pedesaan Change in Poverty, yoy (RHS) 1 Tingkat kemiskinan di 6 7,8 7,7 -0,1 perkotaan 4 0 Tingkat kemiskinan di 14,1 13,9 -0,2 -1 pedesaan 2 0 -2 2006 2007 2008 2009 2010 2011M 2011S 2012M 2012S 2013M 2013S 2014M 2014S 2015M 2015S 2016M 2016S 2017M Sumber: Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Sumber: Susenas Catatan: M untuk bulan Maret dan S untuk bulan September. Tingkat kemiskinan bulan Maret dan September tidak dapat secara langsung diperbandingkan, karena kemiskinan musiman belum dapat dipahami dengan baik Pengentasan Garis kemiskinan nasional47 meningkat 5,7 persen antara Maret 2016 dan Maret kemiskinan berjalan 2017 ke tingkat Rp 374.478 per orang per bulan. Ini lebih rendah dari kenaikan di lamban meski terjadi tahun 2015-2016 sebesar 7,1 persen, dan kenaikan di tahun 2014-2015 sebesar 9,3 peningkatan garis persen. Hal ini mengindikasikan tingkat inflasi yang rendah untuk kelompok barang kemiskinan yang yang dikonsumsi orang miskin. Namun demikian, tingkat inflasi yang lebih rendah lebih kecil 46 Pertumbuhan PDB riil Indonesia rata-rata telah turun menjadi rata-rata sebesar 5,3 persen untuk periode tahun 2012-16 dari rata-rata sebesar 6,2 persen selama tahun 2007-11, tidak termasuk tahun terjadinya krisis keuangan global, tahun 2009. 47 “Garis kemiskinan nasional” ini hanya merupakan rata-rata tertimbang dari 67 garis kemiskinan (1 untuk DKI Jakarta dan 1 perkotaan + 1 pedesaan untuk semua provinsi lainnya) yang benar-benar digunakan dalam perhitungan tingkat kemiskinan. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 33 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia untuk kelompok barang bagi masyarakat miskin ini belum cukup untuk memacu laju pengentasan kemiskinan. Pengentasan Kemiskinan di pedesaan, sebesar 14,1 persen, tetap lebih tinggi daripada kemiskinan kemiskinan lebih di perkotaan (7,8 persen). Namun demikian, sepanjang tahun lalu, tingkat tinggi di daerah kemiskinan di daerah pedesaan turun lebih dari dua kali lipat lebih cepat dari pedesaan, sebagian penurunan kemiskinan di perkotaan (Tabel 5). Jumlah penduduk miskin pedesaan didorong oleh turun sebanyak 570.000 orang, sementara jumlah penduduk miskin perkotaan adanya urbanisasi meningkat sebanyak 330.000 orang. Meningkatnya urbanisasi bisa menjadi alasan: sebagaimana yang ditunjukkan oleh pertumbuhan jumlah penduduk perkotaan dan jumlah penduduk pedesaan yang menyusut, lebih banyak orang (termasuk orang miskin) pindah ke daerah perkotaan. Namun demikian, beberapa dari penduduk tersebut pindah mungkin disebabkan karena adanya pemekaran kabupaten dan/atau daerah pedesaan tersebut direklasifikasi sebagai daerah perkotaan. Ke depan, kebijakan pemerintah untuk pengentasan kemiskinan perlu mempertimbangkan implikasi dari profil kemiskinan perkotaan yang semakin meningkat di Indonesia48. Lebih dari satu dari Meskipun kemiskinan telah menurun, sebagian besar penduduk masih berada tepat lima orang Indonesia di atas garis kemiskinan (Gambar 48). Penduduk yang “rentan” ini, yang masih rentan didefinisikan sebagai mereka yang memiliki tingkat konsumsi di bawah 1,5 kali garis terhadap kemiskinan kemiskinan, berisiko jatuh kembali ke dalam kemiskinan oleh karena dipicu oleh goncangan yang terkecil sekalipun. Pada bulan Maret 2016, hampir 24 persen dari jumlah penduduk, atau 61,6 juta orang, termasuk di dalam kategori ini. Tingkat kerentanan telah turun secara konsisten antara tahun 2013 dan 2016, namun masih tetap tinggi. Gambar 48: Lebih dari 20 persen orang Indonesia Gambar 49: Setelah beberapa tahun mendekati rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan stagnasi, koefisien Gini telah turun, menurut yoy, (tingkat kemiskinan dan tingkat kerentanan, persen dari jumlah sebanyak empat kali berturut-turut penduduk) (koefisien Gini, poin; perubahan koefisien Gini, poin) Poor Vulnerable 45 yoy change Gini 3.50 40 3.00 35 40 2.50 30 2.00 25 26.5 27.4 35 1.50 26.9 24.3 23.9 1.00 20 30 0.50 15 0.00 10 25 -0.50 -1.00 5 12.0 11.4 11.3 11.2 10.9 20 -1.50 0 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber: Susenas (survei bulan Maret) Sumber: Susenas Catatan: “Rentan” didefinisikan sebagai memiliki tingkat konsumsi Catatan: M untuk bulan Maret dan S untuk bulan September. di atas Garis Kemiskinan tetapi di bawah 1,5 kali Garis Kemiskinan Koefisien Gini bulan Maret dan bulan September tidak dapat dibandingkan secara langsung, karena kemiskinan musiman dan ketimpangan belum dipahami dengan baik 48 Bank Dunia telah memprakarsai dilaksanakannya analisis lebih lanjut untuk dapat lebih memahami “urbanisasi kemiskinan di Indonesia”. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 34 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Koefisien Gini terus Ketimpangan – yang Tabel 6: Ketimpangan terus menurun, karena menurun, karena diukur dengan koefisien meningkatnya pangsa konsumsi dari Kelompok 40 konsumsi Kelompok Gini untuk konsumsi – Terbawah dan Kelompok 40 Menengah 40 terbawah dan terus menurun. Koefisien (pangsa konsumsi nasional, persen) Period Bottom 40 Middle 40 Top 20 Kelompok 40 Gini untuk bulan Maret Mar 2016 17,0 36,1 46,9 Menengah naik ke 2017 adalah 39,3, turun Mar 2017 17,1 36,5 46,4 Kelompok 20 Teratas 0,4 poin dari 39,7 pada Δ 2016-2017 +0,1 +0,4 -0,5 bulan Maret 2016 Sumber: Susenas (Gambar 49). Ini melanjutkan tren yang dimulai pada bulan September 2015 ketika koefisien Gini mulai turun setelah naik tajam dari tahun 2000-2011 dan relatif tetap stabil antara 2011-2015. Selama tahun lalu, baik Kelompok 40 Terbawah (kuintil 1 dan 2) dan Kelompok 40 Menengah (kuintil 3 dan 4) meningkatkan pangsa konsumsi nasional mereka secara keseluruhan dibandingkan dengan Kelompok 20 Teratas (kuintil 5) (Tabel 6). Namun demikian, pertumbuhan konsumsi Kelompok 40 Terbawah masih lemah, relatif terhadap Kelompok 40 Menengah. Dengan memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh masyarakat Indonesia, yang memungkinkan akses terhadap pekerjaan yang lebih banyak dan lebih baik bagi semua orang, membangun ketahanan terhadap guncangan dan membuat kebijakan fiskal lebih inklusif akan membantu Indonesia mencapai tujuannya untuk menurunkan koefisien Gini menjadi 36 pada tahun 2019. 9. Perkiraan yang positif namun dengan ketidakpastian yang signifikan Perkiraan ekonomi Perkiraan ekonomi untuk Indonesia masih tetap cukup positif, didukung oleh Indonesia cukup lingkungan eksternal yang baik, stabilitas ekonomi makro yang berkelanjutan dan positif dengan komitmen yang kuat terhadap reformasi dari pihak pemerintah. Perekonomian pertumbuhan global terus mendukung penguatan ekonomi dan arus perdagangan internasional, ekonomi global yang serta kondisi moneter yang relatif akomodatif. Harga komoditas telah menurun dari kondusif dan puncaknya di awal tahun ini, namun tetap lebih tinggi dari periode yang sama tahun stabilitas ekonomi lalu. Meskipun ada tanda-tanda pelemahan, perekonomian dalam negeri terus makro yang terus menikmati pertumbuhan ekonomi yang kuat dengan inflasi yang rendah. Defisit berlanjut neraca transaksi berjalan meningkat dua kali lipat, namun masih relatif terkendali. APBN-P tahun 2017 dan pemotongan suku bunga BI baru-baru ini memberikan stimulus yang cukup besar. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 35 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Harga pangan yang Mengingat tingkat kenaikan Gambar 50: Continued low food price inflation is berada di bawah harga yang berada di bawah expected to weigh on headline inflation in 2017 and perkiraan dan tidak perkiraan selama delapan 2018 adanya reformasi bulan pertama tahun ini dan (annual average change yoy, percent) subsidi energi di tidak adanya reformasi 8 Triwulan ke-4 subsidi energi pada Triwulan mampu mengurangi ke-4, inflasi harga konsumen 7 Consumer Price Index tekanan inflasi, diproyeksikan rata-rata menurunkan sebesar 4,0 persen tahun ini 6 perkiraan inflasi dan menurun menjadi 3,5 untuk tahun ini persen pada tahun 2018 Forecast 5 (Gambar 50). Pemerintah 4.0% telah mengumumkan bahwa 4 3.5% 3.5% mereka akan mempertahankan tarif listrik 3 saat ini sampai akhir tahun 201749 dan menunda 2 penyesuaian harga BBM Dec-14 Dec-15 Dec-16 Dec-17 Dec-18 bersubsidi, sehingga Sumber: BPS; World Bank staff calculations menjaga inflasi harga energi Catatan: Food prices are a weighted average of the raw and processed food price components of CPI. tetap terjaga dalam jangka pendek. Selain itu, kondisi cuaca yang menguntungkan saat ini dan program pemerintah untuk menghindari kekurangan pasokan pangan yang diperkirakan akan terus berlanjut, berkontribusi pada inflasi harga pangan yang rendah. Proyeksi (baseline) inflasi mengasumsikan adanya sedikit kenaikan pada harga minyak mentah dan memperhitungkan dampak inflasi dari pemilihan kepala daerah pada tahun 2018 dan pemilihan anggota legislatif serta pemilihan presiden pada tahun 201950. Risiko terhadap perkiraan inflasi berada pada sisi positif (upside risks) termasuk Pemerintah yang melanjutkan reformasi subsidi bahan bakar lebih awal dari perkiraan dan mengurangi subsidi, sehingga menyebabkan kenaikan harga bahan bakar. Kondisi cuaca yang ekstrem juga dapat mengakibatkan gagal panen, sehingga menyebabkan berkurangnya persediaan makanan dan lonjakan biaya makanan. Pertumbuhan PDB Pertumbuhan PDB riil diperkirakan meningkat menjadi 5,1 persen tahun ini dan riil diperkirakan naik meningkat lebih lanjut menjadi 5,3 persen pada tahun 2018 (Tabel 7). Pertumbuhan menjadi 5,1 persen konsumsi sektor swasta diproyeksikan tetap stabil tahun ini, terutama karena adanya tahun ini, menguat efek peredam laju inflasi yang lebih tinggi. Namun demikian, tingkat pengangguran menjadi 5,3 persen yang rendah, kenaikan gaji riil sebesar dua digit, pertumbuhan kredit konsumen yang pada 2018 lebih tinggi dan penurunan inflasi diperkirakan akan mendorong pertumbuhan konsumsi sektor swasta tahun depan. Konsumsi Sementara itu, konsumsi pemerintah akan melonjak pada tahun 2018, didukung oleh pemerintah peningkatan kinerja penerimaan terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan 49 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada bulan Juni mengumumkan bahwa pemerintah akan mempertahankan tarif listrik saat ini termasuk untuk kelompok pelanggan 900 VA karena perkiraan penurunan harga gas dan batubara. 50 Indonesia akan menjalani serangkaian pemilihan umum pada tahun 2018 dan 2019, yang mencakup pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden. Pemilihan kepala daerah (pilkada) akan dilaksanakan di 171 pemerintah daerah, termasuk 17 provinsi, 39 kota, dan 115 kabupaten, dengan masa kampanye yang berlangsung pada tanggal 15 Februari - 23 Juni 2018. Pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden akan diselenggarakan pada 17 April 2019, dan masa kampanye akan dimulai pada tanggal 13 Oktober 2018 - 13 April 2019. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 36 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia diperkirakan akan reformasi pajak yang lebih baik. Defisit fiskal diproyeksikan akan tetap berada di pulih pada tahun bawah batas maksimum sebesar 3,0 persen pada tahun 2017. Sebagai sinyal 2017 dan melonjak mengenai komitmennya terhadap disiplin fiskal, Rancangan APBN tahun 2018 yang pada tahun 2018 diajukan oleh Pemerintah menyiratkan defisit sebesar 2,2 persen dari PDB. Investasi Dengan kondisi moneter global yang akomodatif, pelonggaran moneter yang cukup diproyeksikan akan besar tahun lalu dan penurunan suku bunga kebijakan baru-baru ini di tahun ini, meningkat, biaya pendanaan diperkirakan akan tetap rendah, sehingga mendukung sementara ekspor pertumbuhan investasi pada tahun 2017 dan 2018. Belanja modal Pemerintah yang akan tetap tinggi, tinggi dan investasi asing langsung (FDI) yang tinggi juga akan menambah sehingga pengeluaran investasi swasta dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi global yang tinggi mengangkat dan terus menguatnya perdagangan global diperkirakan akan mengangkat ekspor pertumbuhan PDB Indonesia, walaupun terjadi penurunan harga komoditas. Tabel 7: Indikator ekonomi utama (pertumbuhan yoy, persen, kecuali dinyatakan lain) Revisi dari IEQ Tahunan sebelumnya 2016 2017f 2018f 2017 1. Indikator ekonomi utama Produk Domestik Bruto (PDB)) 5,0 5,1 5,3 -0,1 Pengeluaran konsumsi sektor swasta 5,0 5,0 5,2 -0,1 Konsumsi Pemerintah -0,1 3,5 5,0 0,7 Pembentukan modal tetap bruto 4,5 5,0 5,1 -0,1 Ekspor barang dan jasa -1,7 5,0 4,8 -2,9 Impor barang dan jasa -2,3 3,2 3,8 -3,1 2. Indikator ekonomi lainnya Indeks Harga Konsumen 3,5 4,0 3,5 -0,3 Deflator PDB 2,5 3,9 3,2 0,2 3. Asumsi Ekonomi Nilai tukar (Rp/USD) 13300 13333 13500 -26 Harga minyak mentah indonesia (USD/bl) 51 50 52 -3 Sumber: BPS; BI; CEIC; proyeksi staf Bank Dunia Catatan: Angka untuk tahun 2016 adalah hasil aktual. F singkatan dari perkiraan. Perbedaan statistik dan perubahan persediaan tidak disajikan didalam tabel ini. Semua komponen PDB didasarkan pada data PDB yang terakhir. Asumsi nilai tukar dan asumsi harga minyak mentah adalah data tahunan rata-rata. Revisi ini adalah terhadap proyeksi di IEQ edisi Maret 2017 Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 37 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Defisit neraca Dengan ekonomi global Gambar 51: Neraca transaksi berjalan diperkirakan transaksi berjalan yang terus mendukung dan akan melebar secara moderat di tahun 2018 diperkirakan akan nilai tukar perdagangan (pertumbuhan yoy, persen) melebar di tahun dari komoditas 0 2018 diperkirakan akan lebih tinggi dari tahun 2016, -0.5 defisit neraca transaksi -1 berjalan Indonesia diperkirakan akan -1.5 menyempit menjadi 1,7 -2 persen dari PDB pada tahun 2017. Proyeksi nilai -2.5 tukar perdagangan (terms of -3 trade atau ToT) memburuk, permintaan -3.5 dalam negeri yang tinggi, 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 dan pertumbuhan dari Sumber: CEIC dan BI; perhitungan staf Bank Dunia para mitra dagang utama Indonesia yang diproyeksikan sedikit melemah, membuat perkiraan defisit neraca transaksi berjalan melebar menjadi 1,8 persen dari PDB pada tahun 2018 (Gambar 51). Ketidakpastian Risiko eksternal terhadap perkiraan perekonomian termasuk adanya ketidakpastian kebijakan global dan global jika The Fed menyimpang dari jalur kebijakan moneter dan normalisasi neraca risiko geopolitik yang dilakukan dengan sangat bertahap, melemahnya harga komoditas, dan adalah risiko penerapan langkah-langkah proteksionis yang lebih luas di antara negara-negara eksternal yang maju. Indonesia bergantung pada pendanaan eksternal baik untuk defisit keuangan substansial Pemerintah maupun korporasi besar, dan oleh karena itu tetap sangat sensitif terhadap gejolak arus modal global. Risiko dalam negeri Perkiraan (baseline) mengasumsikan bahwa konsumsi sektor swasta dan yang utama pertumbuhan investasi akan meningkat pada tahun 2018. Namun demikian, ada mencakup tanda-tanda kelemahan di sektor ritel dan di antara perusahaan-perusahaan, yang penurunan konsumsi ditandai oleh melemahnya penjualan eceran, impor barang modal yang berkontraksi, sektor swasta dan dan juga melemahnya sentimen bisnis. Melemahnya konsumsi dan/atau investasi belanja investasi… swasta akan memberi masalah bagi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. …inflasi yang lebih Dengan adanya penurunan suku bunga baru-baru ini, Bank Indonesia telah memulai tinggi dari siklus pelonggaran moneter yang baru untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. perkiraan… Pada saat yang sama, Pemerintah telah mengumumkan rencananya untuk meningkatkan belanja fiskal dan memperlebar defisit fiskal. Kebijakan yang ekspansif ini bersama dengan pasar tenaga kerja yang ketat dapat menyebabkan meningkatnya tekanan inflasi, yang akan berdampak pada pertumbuhan konsumsi sektor swasta, dan oleh karena itu berdampak pula pada pertumbuhan PDB. …dan dampak Seiring dengan semakin dekatnya pemilihan anggota legislatif dan pemilihan ekonomi politik yang presiden, peluang untuk menerapkan reformasi struktural yang sangat penting dan merugikan mungkin tidak populer untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi mungkin akan semakin kecil. Jika reformasi struktural ini diabaikan, potensi pertumbuhan dapat melambat dan berdampak negatif bagi perkiraan perekonomian. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 38 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Reformasi struktural Sementara perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif, tingkat yang terus berlanjut pertumbuhan dalam beberapa tahun terakhir ini agak lesu, berkisar di angka 5 sangat penting untuk persen sejak Triwulan ke-1 2014, dan secara signifikan lebih rendah dari yang meningkatkan tercatat pada awal dekade ini. Sementara penyebab kurangnya percepatan tersebut potensi saat ini tidaklah jelas, dua hipotesis yang masuk akal menggarisbawahi pentingnya pertumbuhan keberlanjutan reformasi struktural. Yang pertama adalah bahwa pertumbuhan yang mendatar saat ini bersifat sementara dan hasil dari ekonomi menyesuaikan diri dengan reformasi, seperti pemotongan subsidi dan peningkatan pemungutan pajak, yang memiliki biaya jangka pendek namun keuntungan jangka panjang. Yang kedua adalah bahwa pelaksanaan reformasi tidak berimbas ke pengalaman individu di lapangan, dan ketidakpastian kebijakan yang berlanjut di beberapa bidang tertentu telah mengurangi dampak positif dari reformasi. Efek gabungannya adalah bahwa reformasi belum mampu mengangkat potensi pertumbuhan PDB dari tingkat yang ada saat ini. Oleh karena itu, sementara Pemerintah tetap berkomitmen untuk menerapkan reformasi struktural, dan memang telah membuat kemajuan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini, diperlukan adanya upaya baru untuk menerapkan reformasi struktural utama, dan terutama untuk memastikan penerapannya di lapangan, untuk memperluas potensi pertumbuhan ekonomi dan untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 39 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia B. Topik Fokus Memobilisasi sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur51 Permintaan terhadap infrastruktur di Indonesia yang bertumbuh dengan cepat seiring dengan semakin meluasnya urbanisasi penduduk. Namun demikian, kurangnya investasi selama bertahun-tahun telah menyebabkan terjadinya defisit infrastruktur yang besar, yang menghambat pertumbuhan Indonesia dan membatasi laju pengentasan kemiskinan. Dengan modal saham publik per orang hanya sepertiga dari rata-rata negara berkembang utama, Indonesia diperkirakan memiliki kesenjangan aset infrastruktur sebesar USD 1,5 triliun. Pemerintah Indonesia menyadari pentingnya infrastruktur bagi pertumbuhan dan, sebagai titik awal, telah menargetkan investasi tambahan di sektor transportasi, air bersih, energi dan sektor utama lainnya yang mencapai lebih dari USD 400 miliar dari tahun 2015-2019. Dengan memanfaatkan investasi sektor swasta dapat membantu Indonesia untuk memenuhi kebutuhan infrastrukturnya yang besar dengan lebih efisien dan efektif. Memobilisasi sektor swasta untuk pembangunan infrastruktur memerlukan perbaikan dalam (i) lingkungan peraturan perundang-undangan yang kompleks untuk kemitraan pemerintah-swasta, (ii) proses perencanaan, penilaian dan seleksi proyek, (iii) transparansi dan efisiensi badan usaha milik negara yang mendominasi sektor infrastruktur, dan (iv) kedalaman perbankan lokal dan pasar modal. a. Kurangnya investasi selama bertahun-tahun telah menyebabkan terjadinya defisit infrastruktur yang besar di Indonesia Investasi di bidang Infrastruktur yang memadai dan terencana mendorong pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur dapat pembangunan. Infrastruktur dapat meningkatkan produktivitas dengan menurunkan mendorong biaya transportasi dan telekomunikasi, menghasilkan skala dan cakupan ekonomi pertumbuhan dan dalam produksi, dan mendorong peningkatan sumber daya manusia. Meskipun 51 Artikel ini banyak mengambil sumber dari Program Penilaian Sektor Infrastruktur (InfraSAP - Infrastructure Sector Assessment Program) yang sedang berlangsung, yang dipimpin secara bersama oleh Indonesia Country Management Unit dan unit Infrastructure, PPPs and Guarantees Group dari Bank Dunia, dengan masukan dari Unit Transport, Water, Energy, Finance & Markets, and Governance Global Practices dari Bank Dunia dan IFC serta MIGA. Bank Dunia (2017f). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 40 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kemakmuran responsivitas terhadap pertumbuhan infrastruktur berbeda-beda antar negara52, bersama hubungannya sangat positif (Gambar 52). Secara rata-rata, kenaikan stok infrastruktur oleh 1 standar deviasi diperkirakan akan menaikkan tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar 3 poin persentase.53 Infrastruktur juga dapat membantu mengurangi ketidaksetaraan pendapatan dengan memungkinkan masyarakat miskin untuk mengakses peluang-peluang produktif.54 Gambar 52: Peningkatan modal saham publik Gambar 53: Stok modal publik Indonesia per orang diperkirakan akan berdampak positif terhadap terhadap negara-negara pasar berkembang lainnya pertumbuhan ekonomi dan negara-negara maju rendah (sumbu-y: pertumbuhan PDB riil, 1980-2015; sumbu-x: (konstan 2010 USD) pertumbuhan rata-rata stok modal publik secara riil, 1980-2015) 8 30000 28,181 7 25000 6 20000 5 4 15000 9,629 3 10000 2 3,811 5000 1 0 0 0 2 4 6 8 Advanced Emerging Indonesia Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia menggunakan Dataset Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia menggunakan data IMF Investasi dan Stok Modal IMF (2017) (2017) Catatan: Perkiraan tahun 2015. Data rata-rata tidak tertimbang dihitung untuk 14 negara maju dan 21 negara berkembang55. Aset infrastruktur Perbandingan stok modal publik56 antar negara menggambarkan defisit infrastruktur Indonesia tertinggal Indonesia yang besar. Dalam hal per kapita, stok modal publik Indonesia dari negara-negara diperkirakan mencapai USD 3.811 – sekitar sepertiga dari rata-rata untuk negara pasar berkembang pasar berkembang dan negara berkembang (EMDE) lainnya dan sekitar setara sebesar sekitar seperdelapan dari rata-rata yang sesuai untuk negara-negara maju (Gambar 53). USD 1,5 triliun Secara absolut, kesenjangan dalam aset infrastruktur antara Indonesia dan negara pasar berkembang dan negara berkembang (EMDE) besar lainnya mencapai sekitar USD 1,5 triliun pada tahun 2015.57 Angka ini akan lebih tinggi lagi jika 52 Lihat Bank Dunia (2013) untuk pembahasan yang lebih lengkap. 53 Calderon dan Serven, 2017. 54 Seneviratne dan Sun (2013) menunjukkan bahwa perbaikan infrastruktur akan menyebabkan penurunan indeks Gini sebesar 1-2 poin persentase di 5 negara ASEAN. 55 Negara-negara tersebut adalah negara-negara berpenghasilan menengah dengan menggunakan klasifikasi World Economic Outlook dari IMF: Argentina, Botswana, Brasil, Bulgaria, Chili, Tiongkok, Kolombia, Mesir, India, Yordania, Malaysia, Meksiko, Peru, Filipina, Polandia, Rumania, Rusia, Afrika Selatan , Thailand, Turki, dan Vietnam 56 Dihitung dari dataset Dana Investasi dan Stok Modal IMF (Januari 2017). Modal infrastruktur merupakan komponen penting dari modal publik di sebagian besar negara. Stok modal publik juga mencakup komponen non-infrastruktur (misalnya mesin dan peralatan, persediaan, barang berharga dan tanah), tetapi data ini digunakan sebagai proxy jika tidak ada perkiraan antar negara yang sebanding. 57 Angka ini diperoleh dengan mengalikan perbedaan stok publik per kapita antara Indonesia dan EMDE (USD 5818) dengan jumlah penduduk Indonesia (261 juta) pada tahun 2015. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 41 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia memperhitungkan investasi infrastruktur tambahan yang dibutuhkan Indonesia untuk penyesuaian iklim dan mitigasi.58 Kurangnya investasi Akan tetapi Indonesia kurang memberi perhatian kepada infrastruktur publik, yang di bidang menyebabkan tumbuhnya defisit infrastruktur. Tingkat pertumbuhan Indonesia infrastruktur telah dalam stok modal publik per kapita pada umumnya tertinggal jauh dari Vietnam, menyebabkan Tiongkok, India dan Malaysia, bahkan dengan memperhitungkan perbedaan awal kemerosotan aset (Gambar 54). Investasi publik juga tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi: yang ada meskipun pertumbuhan PDB yang tinggi, sebesar 5,6 persen rata-rata dari tahun 2005-2015, stok modal publik Indonesia rata-rata tumbuh 2,8 persen per tahun selama dekade tersebut. Dengan demikian, tidak hanya jumlah infrastruktur di Indonesia yang paling rendah di kawasan59 – tetapi kualitas dari infrastruktur juga tertinggal dari negara-negara ASEAN dan beberapa negara-negara pasar berkembang lainnya yang setara (Gambar 55). Gambar 54: Stok modal publik per kapita telah Gambar 55: ... mengarah pada persepsi bahwa tumbuh lebih lambat dari waktu ke waktu relatif infrastruktur Indonesia memiliki kualitas yang terhadap kebanyakan negara-negara setara… relatif lebih rendah (pertumbuhan tahun-ke-tahun dari indeks stok publik per kapita) (indeks kualitas infrastruktur; 1 (terburuk) sampai 7 (terbaik) poin) 140 China Indonesia Indonesia ASEAN BRICS Malaysia Philippines 6 120 Vietnam BRICS 5.5 100 5 80 4.5 4 60 3.5 40 3 20 0 Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia menggunakan data IMF Sumber: Perhitungan staf Bank Dunia dengan menggunakan (2017). data dari Global Competitive Reporting World Economic Forum Catatan: Stok modal publik Malaysia per kapita pada tahun 2005 (2016-2017) digunakan sebagai tahun dasar indeks karena merupakan yang Catatan: Data untuk ASEAN adalah rata-rata tidak tertimbang tertinggi di antara EMDE. BRICS adalah rata-rata tidak dari Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina; BRICS adalah tertimbang dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan rata-rata tidak tertimbang dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan Mengatasi defisit Pemerintah Indonesia mengakui adanya kebutuhan untuk mengatasi defisit infrastruktur infrastruktur sebagai prioritas nasional. Sebagai titik awal, Rencana Pembangunan sepenuhnya adalah Jangka Menengah Nasional (RPJMN) memperkirakan bahwa dibutuhkan adanya usaha jangka tambahan investasi infrastruktur sebesar Rp 5,4 triliun60 (USD 415 miliar atau sekitar panjang yang harus setengah dari PDB Indonesia) dari tahun 2015-2019. Ini menyiratkan pengeluaran segera dimulai rata-rata sebesar USD 83 miliar per tahun. Sebagian besar pengeluaran ini 58 ADB (2017) memperkirakan kebutuhan investasi infrastruktur di Indonesia mencapai USD 1,1 triliun dari tahun 2016-2030. Dengan memperhitungkan penyesuaian iklim, angka ini akan meningkat menjadi USD 1,3 triliun. 59 Seneviratne dan Sun, 2013. 60Presentasi Bappenas, “Prioritas Kedaulatan Energi dan Infrastruktur, RPJMN 2015-19,” Desember 2014. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 42 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia diperkirakan akan terjadi di sektor transportasi, diikuti oleh sumber daya listrik dan air bersih (lihat Kotak 6 untuk rincian lebih lanjut mengenai kebutuhan investasi yang diharapkan ini). Namun demikian, meskipun target RPJMN tersebut terpenuhi, untuk menutup kesenjangan infrastruktur yang besar di Indonesia akan memerlukan usaha yang jauh lebih besar lagi. Sebagai ilustrasi, jika arus investasi publik meningkat setiap tahun sesuai dengan target RPJMN61 dan dibuat beberapa asumsi tambahan62 berdasarkan tingkat depresiasi dan pertumbuhan penduduk, akan membutuhkan waktu 20 tahun bagi Indonesia untuk mencapai stok modal publik saat ini untuk menyamai rata-rata EMDE. Untuk menyamai rata-rata negara maju, akan memakan waktu sekitar 44 tahun. Kotak 6: Indonesia membutuhkan investasi infrastruktur yang signifikan dalam bidang transportasi, energi dan air bersih Transportasi: Ada kesenjangan infrastruktur yang besar di jaringan jalan nasional, bandara, pelabuhan dan transportasi perkotaan. Nilai kapasitas jaringan yang saat ini belum terealisasi pembangunannya (backlog) diperkirakan sekitar 20 persen atau 16.000 lajur km jalan. Untuk memenuhi perkiraan pertumbuhan 5 persen per tahun untuk permintaan lalu lintas, diperkirakan harus ada tambahan jalur jalan sepanjang 3.000-4.000 km setiap tahunnya. Program Pembangunan Jalan Tol, yang menargetkan pembangunan jalan tol sepanjang 6.220 km pada tahun 2025, diperkirakan menghabiskan biaya sebesar Rp 720 triliun (USD 54 miliar). Di sektor pelabuhan, diperkirakan dibutuhkan dana sebesar USD 47 miliar hingga tahun 2030 untuk pembangunan pelabuhan. Diperlukan USD 7-13 miliar untuk investasi angkutan massal, karena RPJMN bertujuan untuk meningkatkan persentase perjalanan yang dilakukan dengan menggunakan transportasi umum di kota-kota besar dari 5-20 persen menjadi setidaknya 32 persen. Tenaga Listrik: Permintaan telah meningkat rata-rata sebesar 7,1 persen per tahun sejak akhir tahun 2000an. Pemerintah Indonesia memperkirakan bahwa permintaan tenaga listrik akan tumbuh rata-rata sekitar sebesar 8,8 persen per tahun antara tahun 2015-24, yaitu diperlukan adanya peningkatan produksi tenaga listrik dari 219,1 menjadi 464,2 terawatt jam (TWh) untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan. Pemerintah Indonesia memperkirakan bahwa pengeluaran investasi untuk infrastruktur tenaga listrik (pembangkit, transmisi dan distribusi) akan mencapai USD 95 miliar antara sekarang ini dan tahun 2025. Air bersih dan sanitasi: RPJMN membutuhkan adanya investasi sekitar Rp 253 triliun (USD 20 miliar) selama lima tahun. Kementerian Pekerjaan Umum memproyeksikan bahwa bagian terbesar (47 persen) dari investasi tersebut akan berasal dari pemerintah daerah, dan sisanya dari sektor swasta dan pembiayaan bank. Sumber: Bank Dunia (2017f) b. Untuk menutup kesenjangan infrastruktur akan memerlukan peningkatan keterlibatan sektor swasta Pemerintah telah Menyadari adanya kebutuhan untuk mengatasi defisit infrastruktur yang besar ini, mencurahkan Pemerintah Pusat dan Daerah telah meningkatkan belanja modal dalam beberapa sumber daya publik tahun terakhir. Pada tahun 2016, Pemerintah Pusat menghabiskan Rp 169 triliun untuk (USD 12,7 miliar) untuk belanja modal, sepersepuluh dari total pengeluaran. Belanja infrastruktur… modal telah meningkat secara nominal (Gambar 56), terlepas dari adanya suntikan modal yang cukup besar kepada badan usaha milik negara (BUMN) yang sebagian besar untuk melaksanakan proyek infrastruktur prioritas (Gambar 57). Pada tahun 2016, suntikan tersebut adalah sebesar Rp 50,5 triliun (USD 3,8 miliar). Belanja 61 Proyeksi ini dilakukan dengan menjaga investasi publik sebagai stok modal tetap sebesar 8 persen (USD 83 miliar dibagi dengan USD 984 miliar, tingkat stok modal publik tahun 2015 di Indonesia). 62 Tingkat depresiasi rata-rata stok modal publik bagi negara-negara berpenghasilan menengah yang digunakan (3,5 persen per tahun). Pertumbuhan penduduk diasumsikan sebesar 0,8 persen setiap empat tahun. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 43 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia modal Pemerintah Daerah juga meningkat, sebesar Rp 250,6 triliun (USD 18,8 miliar) di tahun yang sama.63 Gambar 56: Belanja modal oleh Pemerintah Pusat Gambar 57: ...dan suntikan modal yang cukup besar telah meningkat… telah diberikan kepada BUMN, terutama di tahun (belanja modal dalam Rp triliun) 2015-2016 (Rp triliun, Seb. Kiri; Persen PDB, Seb. Kanan) 250 Capital injections to SOEs % of GDP 70 0.6 200 60 0.5 50 150 0.4 40 0.3 100 30 0.2 20 50 10 0.1 0 0 - Sumber: Kementerian Keuangan, perhitungan staf Bank Dunia Sumber: Neraca dari berbagai BUMN, perhitungan staf Bank Catatan: Data tahun 2017 adalah perkiraan dari APBN-P, data Dunia tahun 2018 adalah proyeksi dari APBN yang disetujui. Semua tahun lainnya mengacu pada pengeluaran aktual yang sudah diaudit. …akan tetapi meski Memungut lebih banyak penerimaan akan membantu Pemerintah untuk penerimaan membelanjakan lebih banyak lagi untuk infrastruktur, namun demikian, sumber daya meningkat, sumber publik tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur. Pemerintah daya publik saja bertujuan untuk menaikkan rasio pajak sebesar 1 persen dari PDB per tahun sampai tidak dapat tahun 202064, dan sebagian dari penerimaan tambahan ini dapat dialokasikan untuk memenuhi proyek-proyek infrastruktur. Namun demikian, bahkan dalam skenario hipotetis di kebutuhan mana semua penerimaan pemerintah baru di tahun 2018-19 dialokasikan untuk infrastruktur yang infrastruktur,65 total belanja modal66 sepanjang tahun 2015-19 hanya akan mencapai besar ini Rp 5.180 triliun (USD 389,5 miliar). Ini jauh dari USD 1,5 triliun yang dibutuhkan untuk mengejar ketertinggalan dengan negara-negara pasar berkembang yang setara lainnya. Dalam skenario yang lebih realistis namun masih optimis di mana seperlima dari seluruh penerimaan baru di tahun 2018-19 dihabiskan untuk infrastruktur, total belanja modal mulai tahun 2015-2019 hanya mencapai Rp 1.497 triliun (USD 112,6 miliar), jauh dari target RPJMN dan bahkan lebih jauh lagi dari tujuan untuk mempersempit disparitas infrastruktur sebesar USD 1,5 triliun dengan negara-negara 63 Data tahun 2016 mengenai belanja modal aktual oleh pemerintah daerah belum tersedia. 64 Pemerintah Indonesia berencana untuk meningkatkan rasio pajaknya melalui serangkaian reformasi yang dikoordinasikan oleh Tim Reformasi di bawah Kementerian Keuangan. Dalam rapat perdana (kick-off) peluncuran pada tanggal 20 Desember 2016, Tim Reformasi menetapkan tujuan untuk meningkatkan rasio pajak sebesar sekitar 1 persen tahun-ke-tahun sampai tahun 2020. 65 Ini tidak akan realistis karena beberapa wilayah pengeluaran telah dialokasikan dan mendapatkan tambahan secara otomatis seiring dengan meningkatnya penerimaan (misalnya pendidikan, jaminan sosial). Hal ini juga tidak dikehendaki karena infrastruktur bukan satu-satunya wilayah dengan kesenjangan belanja yang memiliki dampak sosial (misalnya kesehatan). 66 Ini mengasumsikan bahwa belanja modal pemerintah daerah masih tetap berada pada tingkat tahun 2014 sebesar Rp 92,4 triliun (USD 7 miliar). Ini tidak termasuk suntikan modal ke BUMN. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 44 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pasar berkembang dan negara-negara berkembang (EMDEs - emerging markets and developing economies) lainnya. Untuk mengatasi Untuk menutup kesenjangan infrastruktur Indonesia dengan EMDEs (emerging kebutuhan markets and developing economies - negara-negara pasar berkembang dan negara-negara infrastruktur di berkembang) lain akan memerlukan peningkatan investasi sektor swasta. Ini bukan Indonesia akan hanya karena terbatasnya sumber daya publik, namun karena adanya keuntungan memerlukan lebih efisiensi yang dapat dihadirkan oleh sektor swasta. Dengan mengalokasikan secara banyak investasi efisien risiko antara sektor publik dan swasta secara signifikan dapat memperbesar sektor swasta … porsi infrastruktur yang dapat dibangun untuk tingkat komitmen dan risiko fiskal tertentu, yang berpotensi mengarah pada perluasan layanan infrastruktur yang lebih cepat. Selain itu, sektor swasta dapat membantu memberikan layanan infrastruktur dengan nilai yang sepadan dengan harganya (value for money) dengan lebih baik dibandingkan dengan proses pengadaan pemerintah yang biasanya dilakukan. Di Australia dan negara-negara OECD lainnya, proyek infrastruktur yang melibatkan kemitraan pemerintah-swasta (KPS)67 memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk dapat terlaksana dengan anggaran yang tersedia dan tepat waktu.68 Studi dari negara- negara berkembang juga menunjukkan bahwa partisipasi sektor swasta di bidang telekomunikasi, distribusi tenaga listrik dan air bersih cenderung dapat meningkatkan produktivitas kerja dan efisiensi operasional.69 Gambar 58: Investasi swasta perlu ditingkatkan Gambar 59: ...akan tetapi investasi swasta di secara signifikan untuk mencapai target infrastruktur inti terus menurun sampai saat ini Pemerintah… (total investasi di infrastruktur inti sebagai bagian dari (pangsa dari total investasi di infrastruktur inti, persen) PDB, persen) Central Government Subnational Government Central Government Subnational Government SOEs Private SOEs Private 100 4.0 9 90 19 80 37 3.5 33 70 3.0 60 45 50 22 2.5 40 31 2.0 30 19 21 20 1.5 10 28 22 15 1.0 0 Realized Realized RPJMN target 0.5 infrastructure infrastructure scenario, investment, 2006- investment, 2011- 2015-2019 0.0 2010 2015 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber: Laporan audit dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, neraca BUMN, database Partisipasi Swasta Bank Dunia dalam Infrastruktur (PPI - Private Participation in Infrastructure). Catatan: Menggunakan metodologi dari Bank Dunia (2015) dan AIPEG (2017) untuk data perkiraan BUMN tahun 2013-2016. Untuk pemerintah daerah, data tahun 2015-2016 mengacu pada jumlah yang dianggarkan. …akan tetapi minat Pemerintah Indonesia berharap bahwa sektor swasta akan membiayai hampir dua sektor swasta pertiga investasi infrastruktur tambahan senilai USD 415 miliar selama tahun 2015- terhadap investasi 2019 (Gambar 58). Namun demikian, pangsa investasi infrastruktur ‘inti’70 yang 67 Didefinisikan sebagai kontrak jangka panjang antara pihak swasta dan badan pemerintah untuk menyediakan aset atau layanan publik, di mana pihak swasta menanggung risiko dan tanggung jawab manajemen yang signifikan, dan remunerasi yang terkait dengan kinerja. 68 Lihat, misalnya, Allen Consulting Group (2007) dan Burger and Hawkesworth (2011). 69 Andres, Foster dan Guasch (2006); Gassner dan Pushak (2008). 70 Transportasi, energi, telekomunikasi, air bersih dan limbah, dan infrastruktur irigasi. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 45 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia infrastruktur telah dibiayai oleh sektor swasta telah menurun dari rata-rata sebesar 19 persen pada melemah selama ini tahun 2006-2010 (0,8 persen dari PDB) menjadi 9 persen pada tahun 2011-2015, atau 0,2 persen dari PDB (Gambar 59). Data untuk tahun 2016 tampaknya mengindikasikan adanya peningkatan dalam investasi sektor swasta, namun kenyataannya mencerminkan kemajuan yang tertinggal pada proyek-proyek yang telah dilelangkan sebelumnya.71 Peningkatan belanja infrastruktur swasta yang cukup besar memerlukan dihilangkannya hambatan utama yang menghambat keterlibatan sektor swasta dalam infrastruktur. c. Beberapa kendala perlu diatasi untuk dapat memanfaatkan pembiayaan sektor swasta untuk infrastruktur Di Indonesia, sektor swasta menghadapi empat tantangan utama ketika hendak berinvestasi di bidang infrastruktur. Pertama, lanskap hukum yang kompleks untuk PPP mengakibatkan penundaan dan pembatalan proyek, yang berlaku sebagai disinsentif bagi investasi baru. Kedua, banyaknya pemain yang berbeda dan kurangnya proses standar pada tahap identifikasi, perencanaan dan persiapan proyek telah menyebabkan sedikitnya proyek menarik yang dipasarkan. Ketiga, dominasi BUMN dalam penyediaan infrastruktur berisiko membatasi masuknya sektor swasta. Keempat, pembatasan di pasar modal dan ekuitas menyulitkan para pemain di sektor swasta untuk mengakses pembiayaan jangka panjang dalam mata uang lokal. Bagian ini membahas masing-masing kendala tersebut secara terinci. i. Ketidakpastian hukum dan peraturan menghambat kepentingan sektor swasta Peraturan-peraturan Indonesia memiliki banyak undang-undang, peraturan, dan keputusan yang mengenai KPS yang berkaitan dengan KPS, yang menghasilkan kerangka hukum yang kompleks yang tumpang tindih, menimbulkan kebingungan antara para investor dan lembaga yang mengeluarkan tidak konsisten dan kontrak. Tidak ada undang-undang yang secara menyeluruh mengatur KPS; bertentangan sebaliknya, berbagai peraturan mengatur aspek-aspek tertentu dari siklus persiapan mengakibatkan dan pengadaan proyek. Kerangka hukum KPS terdiri dari: (1) peraturan KPS utama, penundaan atau (2) undang-undang khusus sektor (UUKS) dan (3) UU KPS lainnya. Pada kategori pembatalan proyek pertama saja, diperkirakan ada 158 undang-undang dan peraturan nasional yang terkait dengan KPS.72 Beberapa undang-undang ini tumpang tindih atau tidak konsisten, dan interaksi antara undang-undang KPS yang lebih umum dan UUKS seringkali tidak jelas. Dengan gabungan masalah-masalah tersebut, peraturan- peraturan KPS utama umumnya memiliki posisi yang lebih rendah dalam hierarki perundangan dibandingkan dengan kebanyakan UUKS. Jika peraturan-peraturan tersebut bertentangan, maka proyek KPS akan ditunda sampai UUKS yang terkait diubah atau dikeluarkan keputusan khusus, atau akhirnya dibatalkan (lihat Kotak 7 untuk contoh). Mengubah Undang- Memastikan konsistensi UUKS dengan peraturan KPS utama telah menjadi topik Undang Khusus diskusi di antara pemangku kepentingan yang relevan untuk beberapa waktu, namun Sektoral memakan sedikit kemajuan telah dicapai di bidang ini. Mengubah UUKS melibatkan berbagai waktu dan tidak kementerian Indonesia, dan karenanya memerlukan koordinasi antar kementerian, dapat diprediksi yang membuat proses ini memakan waktu dan tidak dapat diprediksi.73 Kompleksitas kerangka hukum ini mengkhawatirkan bagi semua pihak yang terlibat dalam pengembangan KPS, dan telah menyebabkan kurangnya koordinasi dan kebingungan di sepanjang siklus proyek. 71 Pembangkit Listrik Tenaga Uap Batubara Jawa Tengah dan proyek Sistem Penyediaan Air Minum Umbulan mencapai tahap persetujuan pembiayaan (financial close) pada tahun 2016, namun masing- masing dilelangkan pada tahun 2009 dan 2011. 72 Bank Dunia (2017f). 73 Dari wawancara untuk InfraSAP Bank Dunia. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 46 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 7: Beberapa proyek KPS mengalami kesulitan karena kendala hukum dan peraturan Pembatasan partisipasi sektor swasta. Pada bulan Februari 2015, Mahkamah Konstitusi membatalkan Undang- undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air karena bunyi Pasal 33 Undang-Undang Dasar secara luas menyatakan bahwa “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.” Mengikuti keputusan ini, proyek KPS PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja) dan PT Aetra Air Jakarta dibatalkan. Di bawah peraturan baru74, sektor swasta tidak diizinkan mengoperasikan jaringan distribusi di proyek air minum. Mahkamah Konstitusi juga telah mengutip Pasal 33 beberapa kali untuk mencegah pembentukan regulator independen, meliberalisasi pasar tenaga listrik, atau memprivatisasi perusahaan milik negara yang terlibat dalam produksi energi (IEA, 2015).  Implikasi: Oleh karena partisipasi sektor swasta diatur oleh undang-undang khusus sektoral, investor khawatir bahwa Mahkamah Konstitusi juga dapat membatalkan partisipasi sektor swasta dalam barang publik lainnya, yang menciptakan ketidakpastian jangka panjang. Undang-undang yang tumpang tindih mengenai persetujuan DPRD: Secara hukum (PP No. 50/2007), setiap pemerintah daerah yang berencana untuk mengikat suatu perjanjian KPS dengan entitas sektor swasta dan memerlukan dana / dukungan APBD harus meminta persetujuan DPRD sebelum membuat kesepakatan semacam tersebut. Sebagai bagian dari proses ini, suatu rancangan perjanjian KPS harus diajukan ke DPRD untuk ditinjau. Namun demikian, Permendagri No. 96/2016 mewajibkan pemerintah daerah untuk mendapatkan persetujuan DPRD mengenai mekanisme penyediaan pembayaran proyek pada tahun anggaran pembayaran yang terkait. Oleh karena itu, tidak jelas apakah persetujuan DPRD sebelum membuat suatu perjanjian KPS termasuk komitmen APBD jangka panjang selama masa berlakunya perjanjian KPS, atau apakah persetujuan anggaran tersebut harus didapatkan untuk pembayaran untuk setiap tahun anggaran.  Implikasi: Mengamankan persetujuan DPRD setelah selesainya pekerjaan konstruksi merupakan risiko yang cukup besar untuk proyek KPS (misalnya Proyek PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah - Waste-to-Energy) Bandung dihentikan karena tidak mendapatkan persetujuan seperti ini). Peserta lelang sektor swasta akan berhati-hati dalam mengajukan penawaran yang mungkin kemudian tidak akan mendapatkan persetujuan atas mekanisme pembayaran yang diajukannya. Pisahkan persyaratan untuk kelayakan proyek (outline business case - OBC). Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Indonesia memiliki persyaratan terpisah untuk persiapan OBC, yaitu studi kelayakan awal. Ini tidak praktis karena semua badan pemerintah yang mengeluarkan kontrak (GCA - government contracting agencies) harus mempersiapkan OBC untuk proyek KPS sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh Bappenas, namun juga harus menyerahkan OBC ke Kementerian Keuangan sesuai dengan persyaratan mereka jika dibutuhkan adanya dana dukungan tunai infrastruktur (Viability Gap Funding - VGF). Meskipun persyaratannya tampaknya tumpang tindih secara substansial, untuk dapat memenuhi persyaratan Kementerian Keuangan dapat menimbulkan upaya tambahan yang signifikan, misalnya untuk menyusun analisis biaya dan manfaat sosial, model keuangan, dan analisis yang menunjukkan bahwa VGF adalah upaya terakhir.  Implikasi: Mematuhi dua persyaratan yang terpisah memakan waktu bagi GCA, dan dapat memperlambat proses persiapan proyek. Kesalahan penetapan Peraturan tarif yang dirancang dengan buruk di sektor tertentu juga akan tarif di sektor menghambat kepentingan sektor swasta. Di sektor air minum, tarif rata-rata yang infrastruktur inti dibayarkan konsumen ke PAM adalah sebesar USD 0,28 per m3, yang nampaknya dapat menghalangi rendah dan sebagian menjelaskan kurangnya minat investor / operator swasta.75 Di minat sektor swasta sektor tenaga listrik, metodologi penentuan tarif listrik saat ini tidak memberi insentif kepada PLN untuk memperbaiki efisiensi, menghambat kredibilitasnya sebagai mitra penyedia listrik swasta (independent power producer / IPP). Dengan biaya saat ini ditambah rumusan margin 7 persen, PLN diberi kompensasi terlepas dari apakah biaya tersebut dikeluarkan secara efektif atau tidak, yang mendorong timbulnya inflasi yang disebabkan karena kenaikan biaya produksi (cost inflation). 74 Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum (“PP No. 122/2015”) dan peraturan pelaksanaannya 75 Bank Dunia (2017f). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 47 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Selain itu, ketidakpastian mengenai penetapan tarif dan seringnya dilakukan perubahan tarif juga dapat menghambat investasi swasta. Pada bulan Januari 2017, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menurunkan feed-in tariff (harga patokan pembelian harga energi berdasarkan biaya produksi energi baru dan terbarukan) untuk sumber energi terbarukan, menyusul keluhan dari pemerintah pusat dan daerah bahwa feed-in tariff yang diberlakukan pada tahun 2014 terlalu tinggi. Meskipun sudah ada Kendala yang lebih umum di iklim investasi Indonesia juga menghambat investasi perbaikan, swasta di bidang infrastruktur. Meskipun ada upaya dari Badan Koordinasi mendapatkan Penanaman Modal (BKPM) untuk mengembangkan pelayanan terpadu satu pintu perizinan dan dan sistem perizinan daring (online) jalur cepat76, hasil wawancara dengan para persetujuan untuk investor menunjukkan bahwa sistem perizinan masih rumit. Perizinan dan proyek KPS masih persetujuan sering tertunda karena masalah teknis, prosedur yang tidak jelas, atau sulit dilakukan tanggapan yang lamban dari instansi pemerintah dalam meninjau dan menyetujui permohonan. ii. Kurangnya insentif dan kapasitas untuk mengidentifikasi proyek yang dipersiapkan dengan baik dan layak secara komersial selama siklus proyek Kelemahan sektor Mengidentifikasi, memilih dan mempersiapkan proyek KPS yang layak pasar publik dalam melibatkan banyak pelaku, baik di tingkat daerah maupun pusat (Gambar 60). perencanaan, Menurut peraturan, usulan proyek-proyek infrastruktur baru harus berasal dari Badan penilaian dan Pemerintah yang Mengeluarkan Kontrak (GCA - Government Contracting Authorities)77 penjaminan mutu di sektor atau wilayah tempat proyek berada. GCA bertanggung jawab atas semua proyek aspek persiapan proyek, mulai dari studi pendahuluan hingga penyelesaian persyaratan mengakibatkan untuk kelayakan proyek (Outline Business Cases - OBCs),78 pengadaan dan pelaksanaan kurangnya proyek- Proyek yang diidentifikasi oleh GCA sebagai berpotensi sebagai KPS diteruskan ke proyek yang layak Bappenas, badan perencanaan pusat nasional, yang bertanggung jawab untuk untuk mendapatkan penyaringan usulan tersebut dan membantu GCA dalam pengembangan OBC. pinjaman bank Berdasarkan dokumen usulan proyek yang diterima, Bappenas mengidentifikasi (bankable) beberapa pilihan proyek yang akan diterbitkan di dalam Buku KPS tahunan. Setelah Kemenkeu menyetujui OBC, GCA dapat mengajukan dana pembangunan proyek dari Fasilitas Pembangunan Proyek Kemenkeu. Kemenkeu juga memutuskan proyek mana yang akan menerima Dana Dukungan Tunai Infrastruktur (Viability Gap Funding - VGF) dan mendukung penggunaan fasilitas pembayaran ketersediaan layanan atau Availability Payment (AP) jika berkesusaian (lihat Kotak 8 untuk penjelasan mengenai instrumen pembiayaan ini). Kemenkeu juga dapat menetapkan sarana pembiayaan infrastruktur lainnya - misalnya Fasilitas Pembiayaan Infrastruktur (Indonesia 76 Pada akhir tahun 2015, BKPM mengeluarkan kebijakan perizinan yang memungkinkan para investor dengan investasi senilai minimal Rp 100 miliar (USD 7 juta) atau berencana untuk mempekerjakan setidaknya 1.000 pekerja untuk memproses izin prinsip mereka dalam waktu tiga jam. Pada tahun 2016, BKPM menambahkan lebih banyak lagi perizinan untuk diproses melalui program jalur cepat dan memperluas pelaksanaannya ke beberapa sektor infrastruktur. 77 Meliputi semua badan pemerintah yang memiliki kewenangan untuk melaksanakan proyek infrastruktur, mulai dari kementerian, departemen, dan badan pemerintah pusat, hingga pemerintah daerah dan instansi-instansi mereka. 78 Dalam hal ini, OBC menetapkan analisis awal mengenai kelayakan proyek KPS yang diusulkan, termasuk aspek hukum, teknis, ekonomi, keuangan, alokasi risiko, lingkungan hidup dan sosial, untuk menginformasikan pengambilan keputusan selanjutnya mengenai proyek tersebut. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 48 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Infrastructure Finance - IIF),79 PT. SMI80 dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) – untuk memberikan saran teknis dan bantuan lainnya dalam persiapan, pengadaan dan transaksi proyek. Gambar 60: Mengidentifikasi, menyeleksi dan mempersiapkan proyek infrastruktur KPS melibatkan banyak pelaku Pertemuan trilateral Bappenas menyaring Kemenkeu memutuskan Usulanproyek antara Bappenas, usulan proyek dan proyek mana yang dapat baru yang Depkeu dan GCA menguraikan menerima dana dana untuk meninjau dan berasal dari persyaratan dukungan tunai menyelesaikan GCA kelayakan nfrastruktur / mendukung penyampaian proyek(OBC) skema pembiayaan anggaran Kotak 8: Pemerintah Indonesia telah mengembangkan beberapa instrumen pembiayaan untuk mendukung pelaksanaan KPS Pemerintah Indonesia telah mengembangkan serangkaian instrumen fiskal dan kontrak untuk memfasilitasi partisipasi sektor swasta dan meningkatkan kelangsungan hidup proyek-proyek KPS yang potensial. Secara khusus, Pemerintah Indonesia memperkenalkan: (i) Dana Pembangunan Proyek di Kemenkeu untuk mendukung perekrutan penasehat transaksi profesional untuk tahap awal pembangunan proyek infrastruktur yang ditetapkan untuk dibangun dengan skema KPS; (ii) Dana Dukungan Tunai Infrastruktur (Viability Gap Funding - VGF) – ini adalah kontribusi Pemerintah untuk sebagian biaya pembangunan proyek KPS yang secara ekonomi layak tetapi secara komersial tidak layak.81 Jika disetujui, VGF ini memberikan subsidi modal untuk melakukan upaya buy dow (buy down adalah sebuah metode pembiayaan di mana pembeli berusaha untuk mendapatkan tingkat bunga yang lebih rendah untuk beberapa tahun pertama atau mungkin selama masa pinjaman – pent.) untuk biaya proyek; (iii) Jaminan Pemerintah untuk menutup risiko politik dan kinerja pemerintah; dan (iv) Skema Pembayaran Ketersediaan Layanan (Availability Payment - AP) - ini merupakan pembayaran berkala oleh Menteri / Ketua / Kepala Daerah kepada badan swasta untuk menyediakan layanan infrastruktur yang sesuai dengan kualitas dan/atau kriteria yang ditetapkan di dalam perjanjian KPS. Instrumen VGF dan AP tersebut mulai dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia untuk proyek-proyek tertentu (misalnya VGF pada Proyek Air Minum Umbulan; AP untuk proyek jaringan backbone serat optik Palapa Ring), namun belum diterapkan secara luas. Sebagian dari permasalahannya adalah instrumen-instrumen tersebut adalah instrumen yang relatif baru (VGF diperkenalkan pada tahun 2012-13 dan AP pada tahun 2015), jadi serapan instrument-instrumen mungkin hanya masalah waktu saja. Namun demikian, peraturan dan standar akuntansi untuk instrumen-instrumen tersebut dianggap terlalu rumit oleh GCA, diperburuk oleh kenyataan bahwa kedua instrumen tersebut diatur dan dikelola oleh direktorat jenderal yang berbeda di dalam Kemenkeu. Juga tidaklah mungkin untuk memadukan kedua instrumen tersebut, yaitu memanfaatkan VGF untuk mensubsidi sebagian AP agar KPS menjadi layak. Kapasitas GCA Dari identifikasi proyek hingga perencanaan dan persiapan, tidak ada proses yang untuk jelas untuk mengalokasikan proyek antara sektor publik dan swasta. GCA memiliki mengidentifikasi dan kemampuan yang terbatas untuk secara efektif menganalisis kelangsungan hidup mempersiapkan KPS proyek, dan jarang mempersiapkan studi pendahuluan yang baik mengenai terbatas… 79 PT. Infrastructure Financing Facility (seharusnya PT Indonesia Infrastructure Finance - pent.) adalah perusahaan swasta, anak perusahaan dari PT. SMI yang menyediakan pembiayaan proyek dengan mata uang lokal dalam bentuk pinjaman, ekuitas dan jaminan risiko non-politik. 80 PT. Sarana Multi Infrastruktur adalah lembaga keuangan bukan bank yang mengkhususkan diri untuk pembiayaan infrastruktur. Perusahaan ini didirikan sebagai badan usaha milik negara pada bulan Februari 2009. 81 Suatu proyek dianggap layak secara komersial jika diharapkan akan memperoleh pendapatan yang cukup untuk menutup biayanya dan menghasilkan tingkat pengembalian keuangan yang dapat diterima. Kelangsungan ekonomi juga mengakibatkan munculnya biaya / manfaat sosial dan lingkungan. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 49 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia pelaksanaan KPS potensial82 (misalnya kelayakan finansial, kebutuhan secara menyeluruh, penjelasan mengenai nilai yang sepadan dengan biayanya (value for money)). Hanya segelintir proyek yang diteruskan oleh GCA ke Bappenas yang memiliki data yang mendasarinya (misalnya perkiraan biaya, perkiraan pendapatan) dan komitmen dari GCA pemilik proyek. Selain itu, peraturan pengadaan dan pagu (cap) remunerasi melarang GCA untuk merekrut penasihat internasional yang memenuhi syarat untuk menyiapkan proyek dengan standar yang memadai yang dapat menarik pembiayaan swasta. Karena biaya persiapan proyek dianggap sebagai bagian dari pengeluaran modal GCA, hanya sedikit insentif bagi GCA untuk mendanai studi berbiaya tinggi yang tampaknya tidak dapat dengan segera mencapai target fisiknya (misalnya peningkatan ukuran atau cakupan proyek). GCA dengan demikian enggan mengeluarkan biaya di muka agar proyek dapat menjadi layak secara komersial dan memungkinkan dilakukannya pelelangan yang kompetitif secara internasional yang akan menarik cukup banyak persaingan dan investor yang berkualitas. …akibatnya hanya Karena keterbatasan staf dan anggaran, Unit KPS Bappenas tidak memiliki kapasitas sedikit saja usulan untuk dapat secara aktif menyaring setiap usulan sebelum dimasukkan ke dalam KPS yang dapat Buku KPS. Hal ini mengakibatkan sedikit saja proyek yang ada di dalam Buku KPS dilaksanakan yang akan dilaksanakan sebagai KPS. Selain itu, penerbitan daftar proyek PKS yang berbeda-beda namun sering tumpang tindih menyebabkan pasar kehilangan kepercayaan pada Buku KPS.83 Meskipun Bappenas memiliki anggaran yang terbatas untuk mendukung GCA dalam menyelesaikan OBC, namun sumber daya yang ada cukup memadai untuk mengatasi kurangnya persiapan proyek dari pihak GCA. Dukungan yang Indonesia telah mengambil langkah-langkah dalam mengembangkan kerangka tidak terkoordinasi kelembagaan untuk mendanai dan membiayai infrastruktur, namun oleh karena dapat adanya birokrasi dan kurangnya mekanisme pelaksanaan yang tepat untuk mengakibatkan menciptakan proses (pipelines) proyek yang baik (terlepas dari apakah proyek tersebut proyek-proyek yang didanai oleh sektor publik atau swasta) telah merusak proses pelaksanaannya. secara komersial Meskipun instrumen pendukung Pemerintah yang berbeda-beda (VGF, AP, dll) tidak layak diajukan telah dikembangkan, berbagai fungsi di Kemenkeu menetapkan proyek ke setiap sebagai KPS… instrumen pendanaan tersebut tanpa adanya penilaian yang terkoordinasi. Oleh karena dukungan pemerintah ini hanya tersedia melalui proses terpusat, ada kekhawatiran bahwa ketersediaan dukungan Pemerintah ini menjadi insentif bagi GCA untuk mengajukan proyek-proyek untuk KPS, sehingga hanya proyek-proyek yang memerlukan dukungan Pemerintah agar dapat layak secara komersial yang ditetapkan sebagai KPS. …sementara proyek- Kelemahan dalam perencanaan, penilaian dan penjaminan mutu proyek tersebut proyek yang layak telah mengakibatkan proyek yang paling layak secara komersial dilaksanakan melalui secara komersial pengadaan publik atau secara langsung diberikan ke BUMN. Namun, untuk justru dialokasikan memaksimalkan pembiayaan secara agregat untuk pembangunan infrastruktur, ke BUMN, bukan pembiayaan swasta harus terlebih dahulu diupayakan untuk proyek yang disiapkan dibawa ke pasar secara menyeluruh, yang layak untuk mendapatkan pinjaman bank (bankable), dengan instrumen seperti VGF, AP dan jaminan pemerintah yang dicadangkan untuk pemanfaatan yang bijaksana untuk meningkatkan daya tarik proyek yang melibatkan risiko inheren. 82 Berdasarkan hasil pembahasan tim InfraSAP dengan Direktorat KPSRB Bappenas. 83 Berdasarkan hasil wawancara tim InfraSAP dengan para investor sektor swasta. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 50 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia iii. Dominasi BUMN dapat menghambat minat sektor swasta BUMN telah Didorong oleh percepatan pembangunan infrastruktur, Pemerintah terutama memainkan peranan mengandalkan badan usaha milik negara untuk melaksanakan rencana infrastruktur penting dalam yang ambisius di Indonesia.84 Sebagai kontributor yang penting bagi perekonomian meningkatkan stok Indonesia, BUMN diperkirakan menyumbang sepertiga dari total belanja infrastruktur di infrastruktur dan diharapkan dapat memberikan kontribusi seperlima dari investasi Indonesia… tambahan di tahun 2015-19 (lihat Gambar 58). Pendekatan ini sebagian besar merupakan respons pragmatis terhadap kebutuhan mendesak akan kapasitas baru, dan juga cara untuk menghindari inefisiensi yang ada dalam siklus proyek. Proses pengadaan BUMN lebih cepat, dan mereka lebih bersedia dan mampu mengambil risiko lebih banyak dibandingkan dengan pemegang konsesi sektor swasta. Mereka juga bersedia melaksanakan proyek non-komersial sebagai bagian dari mandat mereka sebagai ‘agen pembangunan’. …namun mereka Meskipun peran mereka menonjol, tidak semua BUMN dapat menyelesaikan tidak selalu memiliki pekerjaan infrastruktur secara efisien. Sementara aset dan ekuitas BUMN meningkat kapasitas untuk dalam beberapa tahun terakhir, pendapatan telah menurun dan laba tetap mendatar dapat menyelesaikan sebagai bagian dari PDB (Gambar 61). Perusahaan-perusahaan swasta yang terdaftar pekerjaan di bursa efek juga pada umumnya mengungguli BUMN yang tercatat di bursa efek infrastruktur secara dalam hal tingkat pengembalian ekuitas (return on equity) / tingkat pengembalian efisien... aktiva (return on assets) di beberapa sektor infrastruktur utama (Gambar 62). Indikator-indikator ini menunjukkan bahwa BUMN tidak selalu dikelola dengan baik dari perspektif keuangan, dan oleh karena itu tidak didorong untuk mencapai tata kelola dan standar efisiensi yang sama untuk proyek-proyek infrastruktur. Di sektor transportasi, misalnya, pelabuhan yang dikelola oleh BUMN menunjukkan kinerja operasional yang kurang baik dibandingkan dengan beberapa usaha patungan antara operator internasional dan Pelindo.85 Di sektor air minum, 73 persen perusahaan daerah air minum (PDAM) mengalami kerugian, dengan tarif rata-rata yang lebih rendah dari biaya per unit, dan sebanyak hampir 50 persen PDAM diklasifikasikan sebagai tidak sehat secara finansial oleh Pemerintah. …dan dapat Karena BUMN sangat bergantung pada keuangan publik dan harus mematuhi batas meningkatkan risiko maksimal pinjaman86 dari bank lokal, BUMN menghadapi batasan tentang sampai fiskal jika tidak seberapa jauh mereka dapat meningkatkan belanja infrastruktur. BUMN memiliki dipantau secara ketat akses terhadap berbagai subsidi Pemerintah yang eksplisit (misalnya untuk melaksanakan kewajiban layanan publik) dan subsidi implisit (misalnya jaminan Pemerintah dan suntikan modal) Namun demikian, Pemerintah telah membatasi penggunaan suntikan modal pada tahun 2017 dan harus memastikan bahwa defisit fiskal tidak melebihi 3 persen. Meskipun utang BUMN yang dijamin saat ini kurang 84 Di sektor tenaga listrik, PLN menyumbang 70 persen dari total kapasitas terpasang dan tetap dominan dalam penyediaan transmisi dan distribusi. Di sektor jalan tol, Jasa Marga adalah operator terbesar, yang memiliki sekitar 70 persen dari semua jalan tol yang beroperasi. Pelabuhan komersial dikelola oleh empat BUMN (Pelindo I sampai IV) yang beroperasi di bawah konsesi yang panjang (30- 50 tahun), dan kedua BUMN operator bandara (Angkasa Pura I dan II) yang mengoperasikan sebagian besar bandara di Indonesia. Layanan penyediaan air minum dan sanitasi disediakan terutama oleh perusahaan daerah air minum (PDAM). 85 Pelindo adalah BUMN. Sumber: Penilaian sektor transportasi untuk InfraSAP. Bank Dunia (2007f). 86 Bank Indonesia (BI) memberlakukan batas pinjaman bank komersial bagi satu entitas atau kelompok peminjam. Untuk satu nama, batas maksimal pinjaman (SBL - single borrower limit) adalah 20 persen dari modal bank; untuk satu kelompok peminjam tunggal, batas tersebut adalah 25 persen; dan untuk pihak terkait batas tersebut adalah 10 persen. Namun demikian, secara praktis, batas pinjaman ditentukan secara internal dan dapat dikelola secara aktif untuk pihak yang telah berpengalaman sebagai peminjam yang merupakan nasabah utama. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 51 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia dari 1,0 persen dari PDB, diperlukan adanya pemantauan ketat terhadap kewajiban kontinjensi dan kinerja keuangan BUMN untuk memastikan bahwa risiko fiskal tetap tidak terlalu besar. Kendala-kendala ini semakin memperkuat anggapan bahwa investasi swasta yang lebih besar di bidang infrastruktur sangat dibutuhkan. Gambar 61: Pendapatan BUMN telah menurun dan Gambar 62: ... dan BUMN yang terdaftar di bursa laba tetap mendatar sebagai bagian dari PDB saham memiliki tingkat pengembalian yang lebih (Rp triliun, Seb. Kiri; Persentase PDB, Seb. Kanan) rendah dibandingkan dengan perusahaan swasta di sebagian besar sektor infrastruktur (tingkat pengembalian ekuitas (return on equity) dan tingkat pengembalian aktiva (return on assets), persen) Revenues Profits 40 Revenues (% GDP) Profits (% GDP) 2500 25 20 0 2000 20 -20 -40 1500 15 -60 ROA (SOEs) ROA (non-SOEs) -80 ROE (SOEs) ROE (non-SOEs) 1000 10 -100 500 5 0 0 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Sumber: Kementerian BUMN dan pemberitaan pers, perhitungan Sumber: Bursa Efek Indonesia (Agustus 2017), perhitungan staf staf Bank Dunia. Bank Dunia. Ada tanda-tanda Akses istimewa terhadap pembiayaan dan penunjukan langsung proyek-proyek ke bahwa dominasi BUMN telah menurunkan investasi swasta (crowding out). Sebagaimana telah dicatat BUMN mungkin sebelumnya, sektor swasta hanya menyumbang 9 persen dari belanja infrastruktur telah menurunkan inti pada tahun 2015. Penurunan ini juga terlihat di tingkat sektoral. Di sektor tenaga investasi swasta listrik, pada tahun 2015, PLN menyumbang 70 persen dari total kapasitas (crowded out) dalam pembangkit yang terpasang sementara penyedia listrik swasta (independent power pelaksanaan proyek- producer / IPPs) menyumbang 21 persen dan sisanya oleh perusahaan listrik swasta proyek infrastruktur dan pembangkit tenaga listrik untuk kepentingan sendiri (captive generation).87 PLN inti… juga tetap menjadi kekuatan yang dominan dalam penyediaan transmisi dan distribusi, walaupun UU Ketenagalistrikan 2009 mengizinkan perusahaan listrik swasta di luar wilayah layanan PLN untuk menghasilkan dan menjual tenaga listrik.88 Dalam transportasi, sebagian besar konsesi jalan tol dimiliki / dikendalikan oleh BUMN sementara sektor swasta hanya menyumbang 33 persen dari total panjang jalan yang telah terbangun dan kurang dari 15 persen dari sisi jalan yang sedang dibangun atau kontrak pembangunan jalan yang diberikan / proyek jalan yang penunjukannya diberikan.89 Dominasi operasional keempat BUMN pelabuhan telah 87 The Oxford Institute for Energy Studies: “Permintaan Tenaga Listrik Indonesia dan Sektor Batubara: Mengekspor atau memenuhi permintaan dalam negeri?” Dikutip dari Penilaian Sektor Energi untuk InfraSAP. Bank Dunia (2017f). 88 Penilaian Sektor Energi untuk InfraSAP. Bank Dunia (2017f). 89 Penilaian Sektor Transportasi untuk InfraSAP. Bank Dunia (2017f). Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 52 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia menyebabkan terbatasnya penyertaan modal investor swasta di luar beberapa usaha patungan antara operator internasional dan pelabuhan.90 …oleh karena Efek crowding out tersebut sebagian karena BUMN, menurut sifatnya, memiliki akses adanya akses yang yang lebih mudah terhadap sumber pendanaan Pemerintah. Dengan demikian, mudah terhadap BUMN dan kreditur / penjamin mereka mungkin tidak terlalu memperhatikan pembiayaan… kelayakan komersial proyek dengan harapan bahwa kerugian perusahaan akan ditutup oleh APBN. Dalam pelelangan pembangunan jalan tol, misalnya, tingkat pengembalian internal yang dapat diterima untuk BUMN bisa serendah 13 persen, sedangkan para pesaing swasta mencapai 16 persen.91 Selain itu, tidak ada kebijakan dividen yang ditetapkan untuk BUMN, dengan pembayaran dividen yang ditetapkan berdasarkan kasus per kasus. Tingkat pengembalian ekuitas di bawah pasar dapat juga memberi BUMN keunggulan yang tidak adil atas para pesaing mereka. … dan pemanfaatan Dengan melakukan penunjukan langsung proyek-proyek infrastruktur ke BUMN penunjukan mungkin juga menghalangi sektor swasta dari investasi infrastruktur. Untuk langsung mempercepat penyerahan proyek infrastruktur, Pemerintah telah melakukan tujuh proyek penunjukan langsung atau program grosir (termasuk multi proyek) melalui Peraturan Presiden kepada BUMN di proyek kereta api ringan, kereta api berkecepatan tinggi, jalan tol, pelabuhan laut, dan tenaga listrik. Namun demikian, penunjukan langsung ini menciptakan persepsi pasar bahwa proyek-proyek yang lebih layak diberikan ke BUMN melalui penunjukan langsung, yang selanjutnya menghalangi kepentingan sektor swasta. Dalam hal pelabuhan, misalnya, banyak pembangunan baru pelabuhan komersial besar telah diberikan ke ke Pelindo melalui penunjukan langsung dalam beberapa tahun terakhir ini.92 iv. Instrumen jangka panjang untuk pembiayaan dengan mata uang lokal untuk proyek infrastruktur terbatas Pembiayaan dengan Mengingat pendapatan banyak proyek infrastruktur di Indonesia adalah dalam mata mata uang lokal uang Rupiah, instrumen keuangan jangka panjang dalam mata uang lokal sangatlah jangka panjang penting untuk menarik pemain swasta. Hal ini tidak hanya untuk menghindari untuk infrastruktur volatilitas yang terkait dengan pasar keuangan internasional, namun juga untuk tidak banyak tersedia mengurangi risiko nilai tukar mata uang asing dan tingginya biaya keuangan di Indonesia internasional oleh karena tingginya premi risiko dan lindung nilai valuta asing. Namun demikian, pasar surat utang dan pasar modal Indonesia masih tergolong baru, yang membatasi tersedianya pembiayaan jangka panjang dala bentuk Rupiah. Sisa dari bagian ini berfokus pada sejumlah tantangan yang dipilih di pasar perbankan dan pasar modal yang menghambat masuknya investasi swasta ke sektor infrastruktur. Sektor perbankan Sektor perbankan Indonesia relatif kecil, yang nilainya sebesar sekitar setengah dari yang kecil dan PDB, kurang dari banyak negara-negar tetangga dan negara-negara pasar sangat terkonsentrasi berkembang besar lainnya (Gambar 63). Untuk mencapai sistem perbankan dengan tidak memfasilitasi ukuran yang sebanding dengan negara-negara lain di kawasan (relatif terhadap PDB) pengembangan pada tahun 2019-2020 akan mensyaratkan pertumbuhan aset perbankan sebesar 20- instrumen keuangan 25 persen setiap tahunnya;93 Namun demikian, aset perbankan tersebut hanya 90 Di pelabuhan, misalnya, Pelindo sudah memiliki banyak lahan yang bisa digunakan untuk pengembangan pelabuhan, yang menyulitkan sektor swasta untuk bersaing memperebutkan pangsa pasar. 91 Penilaian Sektor Transportasi untuk InfraSAP. Bank Dunia (2017f). 92 Penilaian Sektor Transportasi untuk InfraSAP. Bank Dunia (2017f). 93 Dengan asumsi pertumbuhan PDB sebesar 5 persen per tahun selama empat tahun ke depan. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 53 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia infrastruktur yang tumbuh sebesar 6 persen dari tahun 2015-16 dan 9 persen pada tahun lalu. Aset sesuai… perbankan tumbuh terlalu lambat untuk dapat secara efektif mendukung dan memasok kebutuhan infrastruktur Indonesia. Selain itu, pinjaman daerah juga sangat terkonsentrasi: empat bank (Bank Mandiri, BRI, BNI dan BCA94) menyumbang setengah dari total aset perbankan (Gambar 64) dan mendominasi pasokan pembiayaan dalam bentuk Rupiah ke sektor infrastruktur. Bank-bank ini memperoleh keuntungan dari margin bunga bersih yang sebanding95, yang dapat memberi sedikit insentif bagi mereka untuk berinovasi, memperluas penawaran produk atau memperdalam analisis kredit sehingga mereka dapat menerapkan kredit yang lebih kompleks dalam mata uang lokal (misalnya pembiayaan infrastruktur beragunan (recourse infrastructure financing) yang terbatas96). Gambar 63: Sektor perbankan di Indonesia relatif Gambar 64: ... dan aset perbankan cukup kecil dibandingkan dengan sektor perbankan di terkonsentrasi negara-negara setara di kawasan… (pangsa total aset perbankan, persen) (rasio aset perbankan terhadap PDB) 2.00 CIMB 1.75 Niaga, 4 1.80 BTN, 3 Mandiri, 15 1.60 BII/Maybank, 3 1.40 1.14 1.20 1.07 0.92 0.96 1.00 0.81 0.80 Other BRI, 14 0.52 (>IDR 50tr), 0.60 23 0.40 0.20 0.00 BCA, 11 Other (IDR BNI, 8 10-50tr), 16 Other (IDR1- 10tr), 3 Sumber: Bank Dunia, IMF Sumber: Bank Indonesia, perhitungan staf Bank Dunia …dan ada Sektor perbankan juga secara substansial tersegmentasi, yang membatasi likuiditas keterbatasan yang tersedia untuk pinjaman infrastruktur. Bank BUMN (Bank Mandiri, BRI dan likuiditas bagi BNI) lebih fokus untuk mendukung BUMN dan nama perusahaan-perusahaan pinjaman infrastruktur 94 Bank Mandiri, BRI dan BNI adalah bank negara, sedangkan BCA adalah bank swasta. 95 5,6-6,1 persen pada tahun 2016, dibandingkan dengan 2,5-3,0 persen untuk negara-negara lain di kawasan 96 Pembiayaan beragunan (recourse financing) memberi pemberi pinjaman hak penuh terhadap aset pemegang saham yang diagunkan atau arus kas pemegang saham untuk melunasi pinjaman dalam hal terjadinya gagal bayar oleh SPV (Special Purpose Vehicle – SPV adalah sebuah perusahaan yang dibentuk dengan tujuan khusus atau fokus yang terbatas – pent.). Jika proyek atau SPV gagal untuk memberikan pelunasan kepada pemberi pinjaman dengan pembayaran yang dipersyaratkan atau gagal untuk mencapai kinerja tertentu sebagaimana ditetapkan di dalam kontrak, maka pemberi pinjaman akan mendapatkan hak alih bayar (recourse) terhadap aset dan pendapatan pemegang saham tanpa batasan. Dalam kasus pembiayaan “terbatas” atau “non-recourse”, perusahaan pemilik proyek adalah SPV dalam bentuk Perusahaan Terbatas, sehingga hak pemberi pinjaman terbatas terutama atau seluruhnya terhadap aset proyek dalam hal terjadi gagal bayar. Pembiayaan beragunan terbatas (limited recourse finance), yaitu pembiayaan proyek yang sebenarnya, dapat meringankan beban neraca pemilik proyek. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 54 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia besar.97 Sponsor swasta yang kurang mapan tidak mungkin mendapatkan dana dari bank-bank BUMN, dan bank swasta lokal yang lebih besar (khususnya BCA) dan bank asing sangat selektif. Sebagian besar pembiayaan hutang untuk proyek infrastruktur dilakukan melalui pinjaman korporasi, berdasarkan pada kekuatan neraca peminjam dan seringkali oleh karena adanya hubungan baik. Ini berarti bahwa: a) jumlah yang dapat dipinjam oleh sponsor swasta dibatasi oleh neraca mereka, dan b) BUMN sering memiliki keuntungan, karena bank lebih bersedia memberikan pinjaman kepada mereka karena dianggap memiliki risiko yang lebih rendah (mengingat perusahaan adalah milik negara). Jangka waktu Karena kurangnya penilaian kredit dan penataan keuangan, semua pemberi pinjaman korporasi pinjaman utama dalam bentuk Rupiah bergantung pada pinjaman bergaya pinjaman yang pendek dan korporasi senior (senior corporate loan) yang tidak memfasilitasi pinjaman infrastruktur. tidak adanya Namun demikian, jangka waktu pinjaman (tenor) dari pinjaman korporasi pendek (3- pembiayaan 7 tahun), dengan kemungkinan perpanjangan sampai 10 tahun dalam kasus yang luar beragunan terbatas biasa. Ketidakcocokan jangka waktu antara jangka waktu pinjaman dan siklus hidup (limited recourse) proyek infrastruktur menciptakan risiko tambahan untuk pembiayaan ulang menyulitkan (refinancing) hutang untuk menyebarkan pembayaran selama usia pakai aset. Selain investasi di bidang itu, bahkan pinjaman untuk proyek-proyek tertentu umumnya mendapat hak alih infrastruktur bayar (recourse) terhadap sponsor utama, dan bukan dilakukan berdasarkan hak alih bayar terbatas (limited recourse). Ini sebagian karena persiapan proyek yang buruk, sebagaimana dibahas di atas, menciptakan risiko yang tidak mau ditanggung oleh bank. Selain itu, keterampilan teknis, pengalaman dan motivasi perusahaan untuk mengelola kredit pembiayaan beragunan (recourse) sampai batas tertentu tidak berkembang di pasar bank lokal. Pasar obligasi Meskipun sektor infrastruktur merupakan sumber penerbitan obligasi korporasi merupakan sumber terbesar kedua dengan 16 persen dari total obligasi yang beredar (Gambar 65), pasar pembiayaan obligasi sebagian besar hanya dapat diakses oleh entitas besar dan terkenal. Proyek infrastruktur yang infrastruktur baru sejauh ini belum mampu mendapatkan pendanaan dari sumber ini kurang kecuali jika penggalangan dana dilakukan oleh perusahaan yang telah memiliki aset dimanfaatkan operasional yang cukup besar. Ini karena proyek mandiri (stand-alone), terutama yang bersifat perintisan (greenfield), biasanya memiliki risiko terlalu besar bagi investor obligasi, yang cenderung lebih mudah menerima BUMN dan perusahaan yang sudah terkenal. Selain itu, akan diperlukan penataan struktur obligasi yang signifikan untuk suatu proyek mandiri untuk mengurangi sebagian besar risiko kredit sebelum dapat melakukan pinjaman di pasar modal. Namun demikian, obligasi terstruktur ini tidak umum dilakukan di Indonesia karena budaya kreditnya tidak lazim98. Penggunaan 97 Misalnya, sekitar 64 persen (Rp 65,5 triliun atau Rp 4,9 miliar) dari total pinjaman kepada PLN berasal dari bank lokal. Pinjaman dari Bank Mandiri, BRI dan BNI secara keseluruhan naik 49 persen (Rp 51 triliun atau USD 3,8 miliar) untuk proyek jalur cepat dan non-jalur cepat, sementara BCA menyumbang 8 persen dan 6 persen lagi oleh bank lokal yang lebih kecil. 98 Sebagian besar investor Indonesia hanya mengenal obligasi korporasi sederhana tanpa struktur yang akan meningkatkan kualitas kredit obligasi melebihi peringkat kredit perusahaan itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir ini, hanya ada satu penerbitan obligasi korporasi yang memiliki peningkatan kredit dalam bentuk jaminan kredit parsial. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 55 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia obligasi terstruktur juga terhambat oleh tidak adanya struktur Special Purpose Vehicle (SPV)99 yang dapat digunakan untuk menerbitkan obligasi proyek100. Investor lembaga Investor lembaga (dana pensiun, jaminan sosial, dan perusahaan asuransi jiwa) dalam negeri dengan kewajiban jangka panjang memiliki posisi yang tepat untuk melakukan sebagian besar fokus investasi infrastruktur. Namun demikian, basis kelembagaan dalam negeri di pada keuntungan Indonesia juga kecil dibandingkan dengan negara-negara tetangga dan dengan jangka pendek… besarnya kebutuhan pendanaan dalam negeri. Secara gabungan, besarnya dana jaminan sosial, dana pensiun swasta, industri asuransi, dan investasi kolektif mencapai Rp 1.394 triliun (12,3 persen dari PDB), atau USD 110 miliar. Aset dana pensiun (gabungan pemerintah dan swasta) adalah 5 persen dari PDB, jauh di bawah Filipina (10 persen dari PDB) dan Malaysia (40 persen dari PDB). Selain itu, sebagian besar aset investor lembaga diinvestasikan secara konservatif dengan perspektif yang relatif singkat. Misalnya, hampir 30 persen aset dana pensiun diinvestasikan dalam bentuk deposito bank (Gambar 66). Gambar 65: Sektor infrastruktur merupakan sumber Gambar 66: Sepertiga aset dana pensiun penerbitan obligasi korporasi terbesar kedua diinvestasikan pada deposito bank dengan (pangsa obligasi korporasi yang masih beredar, persen) keuntungan dalam jangka yang relatif pendek (pangsa investasi dana pensiun, persen) Mining, 2.6 Basic industry and Agriculture, 0.2 Land and Other chemicals, 3.2 Trade, buildings 35 Consumer 5.6 services and goods, 2.5 investment, Property, real 3.0 Deposit and estate and savings construction, Shares 28.1 6.9 12.1 Mutual fund 6.0 Finance, Government Infrastructure, 65.6 bonds utilities, and 23.2 Bond and sukuk transportation, 21.5 16.0 Sumber: Bursa Efek Indonesia (Agustus 2017) Sumber: OJK (Juli 2017), perhitungan staf Bank Dunia …dan dana kelolaan Investasi di bidang infrastruktur melalui dana kelolaan dapat menurunkan risiko (funds) infrastruktur langsung bagi investor, namun industri pendanaan di Indonesia kurang berkembang, belum banyak selain reksadana. Alih-alih berinvestasi secara langsung di perusahaan yang dikenal (gain melaksanakan proyek infrastruktur baru, investor dapat berinvestasi secara tidak ground), sebagian langsung melalui dana yang dikelola secara profesional, yang pada gilirannya akan karena adanya berinvestasi pada proyek-proyek baru atau proyek-proyek yang sudah ada. Sifat hambatan regulasi pribadi dari transaksi individual ini (yang mungkin berbentuk hutang, ekuitas atau kuasi-ekuitas) memungkinkan manajer investasi menegosiasikan dan menyusun 99 Suatu SPV akan memungkinkan dilakukannya ring-fencing (transfer aset berbasis proteksi dari satu tujuan ke tujuan lainnya – pent.) dari operasi tertentu –aset atau proyek tunggal – dengan efisiensi administrasi yang tinggi (terutama efisiensi pajak), yang secara jelas terpisah dari operasi lain (aset dan kewajiban) dari pemilik proyek / sponsor. Karena struktur SPV ini tidak ada di Indonesia, suatu proyek harus dimasukkan kedalam entitas perusahaan, yang tunduk pada persyaratan yang sama seperti yang diterapkan pada perusahaan biasa. 100 Ini adalah obligasi yang terkait dengan proyek tertentu dan yang pembayarannya bergantung terutama pada aliran pendapatan proyek. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 56 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia kesepakatan untuk mengelola risiko dengan lebih baik. Namun demikian, meskipun pelaku sektor swasta telah berusaha untuk membangun dana kelolaan infrastruktur dalam negeri di Indonesia, namun upaya ini belum berhasil101, yang terlihat dari minimnya pemanfaatan dalam bentuk dana kelolaan baru atau tindak lanjut atau pertumbuhan dana kelolaan yang ada. Hal ini terutama disebabkan oleh kelemahan peraturan seperti struktur dari dana kelolaan ini, yang tidak mempergunakan standar yang diakui secara internasional, dan adanya perlakuan peraturan yang berbeda (perpajakan, jenis investasi, dan batasan) untuk berbagai jenis investor lembaga. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah berusaha mengatasi kelemahan ini dengan memperkenalkan jenis dana kelolaan baru yang diakui (yaitu dana kelolaan infrastruktur), namun sejauh ini belum ada dana kelolaan yang terbentuk berdasarkan kerangka kerja baru ini. Sekuritisasi Sekuritisasi102 dapat menjadi cara yang efektif untuk memobilisasi investasi swasta di dipromosikan bidang infrastruktur, namun baru mulai berkembang di Indonesia baru-baru ini saja. sebagai sarana untuk Meskipun kerangka peraturan untuk sekuritisasi dalam negeri sudah ditetapkan pada daur ulang aset tahun 2008, hanya satu jenis sekuritisasi (sekuritas berbasis hipotek) yang telah diterbitkan sampai saat ini. Sekuritisasi yang didukung oleh jenis aset lain atau entitas lain tidak terwujud, sebagian karena kurangnya motivasi ekonomi untuk melakukan sekuritisasi, namun juga karena kurangnya lingkungan yang mendukung (yaitu masalah seputar perpajakan, akunting dan kepemilikan berdasarkan hukum). Namun demikian, karena banyak BUMN mulai merasakan tekanan pada neraca mereka, sekuritisasi sekarang ini sedang diupayakan secara aktif. Pada bulan Agustus 2017, suatu sekuritisasi berbasis infrastruktur sebesar Rp 2 triliun telah diterbitkan, yang didukung oleh pendapatan di masa depan dari tol Jagorawi yang dioperasikan oleh Jasa Marga, suatu BUMN.103 Namun demikian, tidak jelas apakah tantangan dalam lingkungan yang mendukung telah ditangani secara memadai dan menyeluruh atau tidak. Selain itu, masih belum dilakukan diversifikasi basis investor, karena sebagian besar menargetkan jumlah investor dalam negeri yang sama. d. Upaya untuk mengurangi hambatan terhadap investasi swasta sedang dilakukan Inisiatif yang belum Pemerintah Indonesia menyadari bahwa ada hambatan terhadap keterlibatan sektor lama ini dilakukan swasta di bidang infrastruktur dan telah mengambil beberapa langkah untuk oleh pemerintah mengatasinya. Dari tahun 2014-2016, Pemerintah Indonesia telah melakukan berupaya untuk beberapa perubahan institusional untuk memperbaiki koordinasi dan kapasitas memperbaiki proses instansi pemerintah untuk mendukung alur proses proyek-proyek KPS. Ini termasuk identifikasi dan pembentukan Unit KPS di Kementerian Keuangan (Direktorat Pengelolaan penyiapan proyek Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur), penyusunan prosedur operasi standar untuk operasi Unit KPS, persetujuan dan pendanaan dari Fasilitas Pembangunan Proyek (PDF - Project Development Facility) di Kemenkeu dan 101 Misalnya, pada tahun 2015, dari Rp 20 triliun dari total nilai outstanding dana kelolaan yang ditengarai sebagai dana kelolaan swasta, kurang dari 5 persen yang diinvestasikan dalam portofolio ekuitas swasta yang sebenarnya. Yang lainnya diinvestasikan dalam ekuitas publik atau dibentuk sebagai proxy untuk investasi surat utang tunggal 102 Sekuritisasi mengacu pada penerbitan surat utang yang pembayarannya didukung oleh pendapatan proyek atau sekelompok proyek, tanpa adanya dukungan dari pemilik atau sponsor proyek. Dalam konteks infrastruktur, contoh di negara-negara pasar berkembang mencakup sekuritisasi arus kas di masa depan yang diterima dari biaya pemakaian untuk layanan air bersih di Kolombia dan sekuritisasi arus kas di masa depan yang diterima dari Otoritas Jalan Tol Nasional India setelah selesainya bagian tertentu dari jalan tol di India Utara. 103 Selain itu, pada saat laporan ini disusun, sekuritisasi yang didukung oleh piutang di sektor kelistrikan diperkirakan mencapai Rp 4 triliun sedang dipersiapkan dan diharapkan segera diluncurkan. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 57 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia revitalisasi Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP). KPPIP telah melaksanakan beban tugas yang mengesankan dalam hal menerbitkan panduan, peraturan dan membantu dalam mengembangkan proyek dan mengajukannya. Pada bulan Juli 2017, KPPIP mencatat bahwa sebanyak 20 proyek dengan nilai Rp 33,5 triliun (USD 2,5 miliar) telah dikeluarkan dari Proyek Strategis Nasional karena telah selesai atau hampir selesai. Upaya untuk Pemerintah Indonesia juga mengambil langkah untuk mengklarifikasi dan memperbaiki merampingkan rezim hukum. Pada bulan Maret 2015, Presiden Joko Widodo lingkungan menandatangani Perpres No. 38/2015 untuk memperkenalkan perubahan- peraturan perubahan penting terhadap peraturan pelaksanaan PPP di Indonesia, mis. perundang- memperluas jenis infrastruktur yang dapat dikembangkan melalui skema KPS, undangan untuk memperkenalkan mekanisme penunjukan langsung dan memperluas jenis skema KPS sedang pengembalian investasi yang dapat diadopsi dalam proyek infrastruktur. Diskusi dilakukan tentang peningkatan Perpres 38/2015 sedang berlangsung, yang dapat menambah kejelasan rezim hukum PPP jika diundangkan. Penting bagi peraturan baru untuk menetapkan sistem identifikasi proyek yang komprehensif di tingkat GCA, dimana proyek yang paling menarik bagi sektor swasta (atau yang paling diuntungkan dari keterlibatan sektor swasta) dimasukkan melalui proses K3 yang rinci. . Pedoman internasional seperti Pedoman UNCITRAL tentang Undang-undang Kemitraan Publik-Swasta / Konsesi, Prinsip Inti EBRD untuk Undang-Undang Konsesi Modern dan Prinsip-prinsip OECD untuk Pemerintahan Publik Kemitraan Publik- Swasta, juga harus dipertimbangkan saat mempersiapkan rancangan Undang- Undang Infrastruktur. Kriteria yang jelas Terlepas dari kemajuan yang signifikan, Indonesia masih berjuang dengan membuat dalam sebuah proses yang secara efektif akan menyaring proyek secara terpadu sehingga cara mengalokasikan penyampaian optimal dipilih berdasarkan karakteristik proyek dan juga tujuan proyek antara sektor Pemerintah Indonesia. Untuk itu, penyesuaian tertentu sepanjang siklus proyek publik dan swasta identifikasi proyek dan persiapan proyek dapat dilakukan untuk meningkatkan diperlukan kemampuan Pemerintah Indonesia dalam menghadirkan proyek PPP yang sesuai ke pasar. Untuk memulai, GCA perlu dilatih dalam skrining proyek, persiapan OBC, dan penilaian awal, sehingga pipa proyek mengembangkan proyek yang lebih kuat. Bappenas dan Unit KPS Depkeu adalah institusi pemerintah pusat yang berada di posisi terbaik untuk membantu GCA dalam hal ini. Secara khusus, Depkeu harus berfokus pada penerapan nilai untuk penilaian uang (lihat Kotak 9) di tingkat GCA dan pemerintah pusat. Langkah selanjutnya mencakup kriteria yang jelas untuk GCA yang proyeknya paling tepat untuk dijadikan PPP, mensosialisasikan kriteria untuk membangun kapasitas PPP di tingkat departemen atau pemerintah daerah, dan menerapkan proses sistematis untuk mempekerjakan penasihat profesional untuk memastikan bahwa proyek tersebut terstruktur agar menarik bagi sektor swasta. (see Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 58 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 9: Menilai 'nilai uang' proyek KPS Istilah 'value for money' digunakan di Inggris dalam kaitannya dengan beberapa tes berbeda berdasarkan penilaian strategis, ekonomi, komersial dan finansial. Ini mengacu pada konsep umum untuk memberikan tingkat layanan yang baik untuk uang yang dikeluarkan, dan terkadang dengan perbandingan teknis spesifik pilihan pembiayaan / kontrak alternatif. Alat yang menonjol saat menilai nilai uang dari proyek PPP melibatkan perbandingan opsi PPP dengan proyek referensi sektor publik, yaitu 'kompiler sektor publik' (PSC). Alat spreadsheet PSC dikembangkan oleh HM Treasury dan telah banyak disalin ke seluruh dunia. PSC membandingkan biaya penawaran sekarang bersih untuk proyek KPS terhadap bentuk pengiriman yang paling efisien sesuai dengan proyek referensi sektor publik yang dibeli secara tradisional. Dengan demikian, PSC berfungsi sebagai biaya pengiriman risiko yang disesuaikan dengan risiko hipotetis proyek. Namun, memastikan ketahanan PSC sulit dilakukan, dan mungkin terbuka untuk manipulasi untuk memperkuat atau melemahkan kasus PPP (misalnya tergantung pada tingkat diskonto yang dipilih atau nilai yang dikaitkan dengan risiko yang ditransfer). Selain aspek kuantitatif yang biasanya disertakan dalam komparator sektor publik yang 'keras', nilai uang mencakup aspek kualitatif dan biasanya melibatkan unsur penghakiman dari pihak pemerintah. Menerapkan nilai Namun, memobilisasi sejumlah besar investasi swasta masih memerlukan reformasi untuk penilaian uang lebih lanjut untuk memastikan adanya proyek terencana dan disiapkan dengan baik akan memperbaiki yang menarik sektor swasta. Meskipun Pemerintah Indonesia memiliki banyak kualitas PPP yang elemen dalam program PPP yang sukses, penyesuaian tertentu sepanjang siklus telah ada dalam proyek identifikasi proyek dan persiapan proyek dapat dilakukan untuk perencanaan meningkatkan kemampuan Pemerintah Indonesia dalam menghadirkan proyek PPP yang sesuai ke pasar. Penting untuk mengembangkan pendekatan terpadu terhadap infrastruktur yang secara agnostik mengintegrasikan jalur karya umum masyarakat, trek BUMN, dan jalur PPP, dan mengurangi kelemahan setiap jalur. Proyek yang mewakili nilai uang paling banyak bagi masyarakat pada umumnya harus dikembangkan, dan nilai relatif untuk uang harus menentukan jalur pengadaan apa yang dipilih. Kotak 10 mengilustrasikan contoh daftar periksa yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi mode pengiriman yang paling relevan untuk proyek infrastruktur. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 59 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Kotak 10: Daftar periksa untuk mengidentifikasi moda pelaksanaan proyek yang paling relevan untuk proyek infrastruktur Ukuran dan profil proyek:  Apakah ada pengeluaran modal awal yang besar dan waktu pengembalian yang panjang?  Apakah ukuran proyek memiliki pembenaran bagi masalah hukum, biaya, teknis, dan finansial dari moda pelaksanaan pembangunannya?  Apakah dengan adanya peningkatan kualitas dalam tahap perancangan dan konstruksi dapat bmenghasilkan penghematan selama tahap operasi proyek?  Apakah penghematan tersebut memiliki pembenaran bagi biaya transaksi tambahan yang ada dalam penggabungan (bundling) kontrak konstruksi, operasi, dan pemeliharaan dalam satu kontrak? Pendapatan dan pemakaian:  Apakah biaya pemakaian dapat dikenakan, apakah harganya terjangkau bagi sebagian besar pemakai, dan apakah hal ini dapat diterima secara politis?  Apakah biaya pemakaian mencukupi untuk menutup sebagian besar biaya modal dan operasional?  Apakah pemakaian dapat dipantau? Kualitas:  Apakah kuantitas dan kualitas keluaran atau hasil proyek dapat secara efisien ditentukan dan diukur?  Apakah inovasi desain dibutuhkan untuk mencapai peningkatan efisiensi dan nilai yang sepadan dengan biayanya (value for money)? Ketidakpastian dan risiko:  Berapakah tingkat ketidakpastian yang terkait dengan kondisi teknologi masa depan?  Risiko apa yang masing-masing sektor (publik vs swasta) paling mampu mempengaruhi dan mengelola?  Apakah permintaan (demand) relatif dapat diprediksi selama masa proyek?  Siapa yang paling baik ditempatkan untuk mempengaruhi permintaan layanan berbasis infrastruktur?  Apakah sektor swasta bersedia dan mampu menanggung sebagian atau seluruh risiko permintaan?  Apakah ada risiko integritas tertentu dalam hal korupsi dan pengaruh yang tidak semestinya yang patut mendapat perhatian? Persaingan:  Apakah akan ada cukup banyak peserta lelang yang memenuhi syarat dalam hal proyek KPS / konsesi untuk memastikan adanya proses pelelangan yang kompetitif? Pemerintah telah Dalam beberapa tahun terakhir ini, Pemerintah telah berusaha membuat kemajuan melakukan upaya dalam upaya menarik modal swasta. Upaya ini mencakup (i) mengizinkan kepemilikan untuk menarik asing yang lebih besar di sektor-sektor tertentu, dan dalam beberapa kasus modal swasta memperkenankan partisipasi sektor swasta secara penuh, misalnya di jalan tol; (ii) menerapkan peraturan mengenai percepatan pembebasan tanah104; (iii) mengizinkan KPS untuk menggunakan fasilitas pembayaran ketersediaan layanan (availability payments)105; dan (iv) berusaha untuk menangani keseluruhan koordinasi pembangunan infrastruktur nasional dengan membentuk badan koordinasi terpusat untuk perizinan, pengembangan KPS dan penyelesaian proyek strategis dan prioritas. Selanjutnya, Kemenkeu (melalui Direktorat Jenderal Pengeloalaan Pembiayaan dan Risiko, DJPPR) telah membentuk berbagai instrumen pembiayaan seperti Dana Dukungan Tunai Infrastruktur (Viability Gap Fund), Fasilitas Pembangunan Proyek 104 Undang-Undang Pembebasan Tanah No.2/2012, Perpres No.71/2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum (operasional di tahun 2015) 105 Peraturan Menteri Keuangan PMK no. 190/PMK.08/2015 Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 60 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia (Project Development Facility) dan Jaminan Infrastruktur (lihat Kotak 8 sebelumnya). Pemerintah juga telah meluncurkan suatu skema untuk memobilisasi pembiayaan dari investor lembaga dalam negeri (Kotak 11). Kotak 11: Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya untuk memobilisasi pembiayaan dari investor lembaga dalam negeri Di awal tahun 2017, Pemerintah Indonesia meluncurkan suatu skema yang disebut Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA) untuk memanfaatkan, antara lain, dana pensiun yang dikelola dan dana asuransi untuk mendukung pengembangan proyek infrastruktur strategis, terutama melalui pembiayaan ekuitas proyek. Untuk menarik dana PINA, proyek harus mendukung target prioritas pembangunan nasional, memiliki manfaat sosial dan ekonomi, secara komersial layak, dan memenuhi kriteria kesiapan. Berdasarkan tersebut, PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI, perusahaan pembiayaan infrastruktur milik negara) dan PT TASPEN, perusahaan dana pensiun milik pemerintah daerah, telah melakukan investasi bersama pada tahap awal portofolio perusahaan jalan tol. Pada bulan Februari 2017, Jalan Tol Waskita menerima ekuitas senilai Rp 3,5 triliun (USD 264 juta) dengan skema PINA ini. Ekuitas senilai Rp1,5 triliun selanjutnya sedang dalam tahap finalisasi untuk Bandara Kertajati di Jawa Barat, sehingga total realisasi investasi berdasarkan skema PINA ini menjadi Rp 5 triliun. Diperlukan adanya Untuk dapat memobilisasi lebih banyak pembiayaan dari pasar modal untuk pengembangan lebih infrastruktur, diperlukan adanya upaya lebih lanjut untuk (i) meningkatkan tabungan lanjut dari pasar menjadi investasi jangka panjang, (ii) mengatasi kelemahan produk pasar modal yang perbankan dan pasar tersedia untuk menyalurkan dana ke sektor infrastruktur, dan (iii) mendorong modal lokal untuk partisipasi investor asing. Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan insentif memobilisasi menjadi tabungan jangka panjang, seperti mengenakan denda pajak untuk penarikan investasi sektor awal, mempermudah proses pengalihan tabungan pensiun jika terjadi perubahan swasta di bidang pekerjaan, dan memperkenalkan “pilihan investasi baku (default)” berbasis usia bagi infrastruktur mereka yang tidak ingin membuat pilihan investasi mereka sendiri untuk mendorong durasi investasi yang lebih tepat bagi tabungan. Selain itu, kebijakan harus diubah untuk mendorong investasi jangka panjang yang tepat oleh investor lembaga. Ini harus mencakup tinjauan peraturan tentang pengelolaan kewajiban (liability), pengukuran kinerja, dan pengelolaan risiko investor lembaga. Harus diberlakukan suatu kerangka kerja pelaporan dan pengukuran kinerja yang tepat dengan menggunakan tolok ukur portofolio jangka panjang yang sesuai dengan struktur tanggung jawab dana pensiun atau dana jaminan sosial, daripada dengan target kinerja jangka pendek. Sementara itu, mengingat sumber pembiayaan dalam negeri saat ini kecil, harus dilakukan upaya agar Rupiah menarik dan dapat menjadi ajang investasi bagi investor asing. Hambatan bagi partisipasi investor asing di pasar dalam negeri dan penerbitan obligasi global dengan denominasi Rupiah harus diatasi. Selain itu, mungkin ada cara untuk mengenalkan dana infrastruktur yang berfokus pada Indonesia di mana investor internasional dan dalam negeri dapat berinvestasi secara bersama-sama. Pendekatan yang Sementara BUMN akan tetap menjadi bagian inti dari lansekap pembangunan seimbang antara infrastruktur Indonesia di masa mendatang, Pemerintah Indonesia harus BUMN dan sektor mempertimbangkan langkah-langkah yang dapat meningkatkan daya saing, swasta akan transparansi dan efisiensi di sektor-sektor di mana BUMN mendominasi untuk dapat membantu memanfaatkan investasi swasta untuk pembangunan infrastruktur. Dengan demikian, memastikan bahwa model yang ada saat ini dengan menggunakan BUMN sebagai wahana utama untuk sumber daya pembangunan infrastruktur harus dinilai untuk memastikan bahwa sumber daya dapat dimaksimalkan dimaksimalkan dengan cara yang paling efisien. Misalnya, jika BUMN dengan sangat mengembangkan proyek yang secara komersial layak untuk sektor swasta, BUMN efisien tersebut sesungguhnya mengganti sumber pembiayaan eksternal untuk infrastruktur. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 61 Menutup kesenjangan Perkembangan Triwulanan Perekonomian Indonesia Jika BUMN memperoleh manfaat dari dukungan publik dalam berbagai bentuk, sumber daya publik yang terbatas sedang digunakan di mana sebenarnya sektor swasta dapat membiayai proyek-proyek tersebut. Transparansi dan Mengingat kebutuhan investasi infrastruktur yang sangat besar, pendekatan dengan efisiensi yang lebih cara yang pragmatis menuntut BUMN dan sektor swasta untuk mengisi kesenjangan besar di sektor- pembiayaan dan memberikan efisiensi yang lebih tinggi untuk pengiriman dan operasi. sektor di mana Hal ini mensyaratkan adanya penurunan dominasi BUMN melalui pembukaan sektor BUMN untuk persaingan, meninggalkan atau mereformasi proses penunjukan langsung untuk mendominasi akan memungkinkan proses penyaringan yang lebih ketat dan transparan berdasarkan pada menciptakan ruang kriteria yang jelas, dan, jika memungkinkan, menghilangkan monopoli di sektor dan bagi keterlibatan membiarkan para pelaku sektor swasta bersaing dengan monopoli BUMN untuk sektor swasta menciptakan persaingan pasar. Peningkatan batasan anggaran juga diperlukan untuk menanamkan disiplin keuangan yang lebih besar bagi BUMN dan untuk menciptakan kesetaraan dalam persaingan (level playing field) dengan sektor swasta. Ini melibatkan upaya untuk memastikan bahwa sistem kewajiban pelayanan publik (public service obligation - PSO) meminimalkan kemungkinan kompensasi yang berlebihan dan kurang untuk pemberian layanan, mendorong BUMN untuk mencari modal ekuitas sesuai dengan persyaratan pasar dari pasar modal, menghapus penggunaan subsidi yang secara implisit diberikan, dan mengembangkan kebijakan dividen yang formal. Pemerintah Salah satu perkembangan nyata dan menjanjikan adalah program ambisius dari Indonesia telah Kementerian BUMN untuk meningkatkan keterlibatan sektor swasta dalam proyek memulai suatu infrastrukturnya. Kementerian BUMN telah mengidentifikasi lebih dari 80 proyek program untuk dengan perkiraan investasi sekitar USD 70 miliar melalui investasi langsung, IPO, menarik investasi ke obligasi, dan sekuritisasi untuk memobilisasi lebih banyak pembiayaan komersial aset BUMN untuk infrastruktur. Agar program ini sukses, BUMN harus siap untuk bermitra dengan perusahaan swasta. Selain memastikan penataan struktur setiap proyek, BUMN harus menerapkan praktik tata kelola yang baik. Investor akan melakukan uji kelayakan (due diligence) terhadap BUMN, dan menghendaki agar standar dan persyaratan tata kelola perusahaan dasar diarahkan untuk mendapatkan tingkat efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas yang lebih tinggi. Untuk memahami persyaratan calon mitra swasta, Kementerian BUMN harus terlibat lebih awal dan seringkali terlibat dengan sektor swasta, dengan mengupayakan pasar yang terbuka dan transparan. Selain pembiayaan, sektor swasta dapat memberikan keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman operasional, meningkatkan efisiensi dan memberi kenyamanan yang lebih besar kepada pemodal. Keberhasilan beberapa struktur ini akan berjalan seiring dengan masuknya operasi sektor swasta, misalnya melalui investor ekuitas atau melalui kontrak perekayasaan, pengadaan dan konstruksi (EPC) berbasis kinerja dan/atau kontrak operasi dan pemeliharaan (O&M). Catatan ini menjelaskan beberapa kendala untuk mencapai pembiayaan maksimum untuk pembangunan infrastruktur dengan memobilisasi investasi sektor swasta. Sementara proses perencanaan dan pengadaan proyek yang terkoordinasi dengan baik, partisipasi BUMN yang seimbang, kerangka hukum dan peraturan yang kondusif dan pasar modal lokal yang berfungsi dengan baik sangatlah penting, ada banyak permasalahan lain di luar cakupan catatan saat ini yang juga harus ditangani. Ini termasuk perlindungan lingkungan dan sosial, dan tantangan khusus sektor. Kelompok Bank Dunia saat ini sedang memberi pendampingan kepada Pemerintah Indonesia mengenai penilaian sektor infrastruktur dengan fokus pada memobilisasi pembiayaan sektor swasta. Peta jalan akan dipresentasikan kepada Pemerintah Indonesia dengan rincian solusi untuk hal-hal tersebut di atas dan kendala lainnya dalam jangka pendek, menengah dan panjang. Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 62 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Referensi ADB. 2017. Meeting Asia’s Infrastructure Needs. Philippines: Asian Development Bank. https://www.adb.org/sites/default/files/publication/227496/special-report-infrastructure.pdf Allen Consulting Group and the University of Melbourne. 2007. “Performance of PPPs and Traditional Procurement in Australia.” Report to Infrastructure Partnerships Australia. The Allen Consulting Group, Melbourne.  Aschauer, D. A. 1989. “Is public expenditure productive?” Journal of Monetary Economics 23(2): 177-200. Bappenas. 2014. “Prioritas Kedaulatan Energi dan Infrastruktur, RPJMN 2015-19”. Presentation, December 2014. https://www.bappenas.go.id/index.php/download_file/view/16611/4981/ _______. 2017. Public Private Partnerships: Infrastructure Project Plan in Indonesia. Jakarta. https://www.bappenas.go.id/files/9314/8767/3599/PPP_BOOK_2017.pdf Bank Indonesia. 2017. Quarterly Balance of Payment Report: Realization. August. Jakarta: Bank Indonesia Bank Indonesia. 2017 “Penguatan Infrastruktur dan Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Mendukung Pengendalian Inflasi.” Press release, July 27 2017. http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran- pers/Pages/sp_195517.aspx Bank of Japan. 2017. Statement on Monetary Policy, July 20 2017. https://www.boj.or.jp/en/announcements/release_2017/k170720a.pdf Burger, P., and H. Ian. 2011. “How to Attain Value for Money: Comparing PPP and Traditional Infrastructure Public Procurement.” OECD. Journal on Budgeting, Volume 2011/1.  CNBC. July 27, 2017. “Big oil reports could put the brakers on the earnings-fueled rally”. https://www.cnbc.com/2017/07/27/big-oil-reports-could-put-the-brakes-on-the-earnings-fueled- rally.html Directorate General of Budget Financing and Risk Management. 2017. Press Release, Government Debt Securities Auction Plan on August 22, 2017. https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/KP_DJPPR_LelangSUN-220817_eng.pdf EIU. 2017. “Indonesia economy: Quick View – Inflation picks up on the back of Ramadan, June 7th”. http://viewswire.eiu.com.libproxy- wb.imf.org/index.asp?layout=VWArticleVW3&article_id=485513432 IMF. 2017. “Estimating the stock of public capital in 170 countries, January 2017”. https://www.imf.org/external/np/fad/publicinvestment/pdf/csupdate_jan17.pdf Indonesia Investments. 2017. “Opinion Piece: Is Indonesia’s Purchasing Power Actually Weak, August 02, 2017?”. https://www.indonesia-investments.com/news/news-columns/opinion-piece-is-indonesia- s-purchasing-power-actually-weak/item8055 Kementerian Keuangan. January 25, 2017. https://www.kemenkeu.go.id/Berita/ini-enam-langkah-strategis- pemerintah-dan-bi-untuk-jaga-inflasi-2017. Ligthart, E., P. Bom. 2009. How Productive is Public Capital ? A Meta-Regression Analysis. International Studies Program. Atlanta, Georgia State University. http://icepp.gsu.edu/files/2015/03/ispwp0912.pdf Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 63 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Moody’s Investor Service. 2017. “Moody’s: Thailand and Indonesia show high levels of restructured loans, but loss buffers strong, August 24, 2017”. https://www.moodys.com/research/Moodys-Thailand- and-Indonesia-show-high-levels-of-restructured-loans--PR_371593 Price Waterhouse Cooper. 2016. Indonesian Infrastructure: STabel Foundations for Growth. Second Edition. https://www.pwc.com/id/en/cpi/asset/indonesian-infrastructure-sTabel-foundations-for- growth.pdf Sahoo, Pravakar; Dash, Ranjan Kumar; Nataraj, Geethanjali. 2010. ‘Infrastructure development and economic growth in China’ IDE Discussion Paper No. 261. Institute of Developing Economies. Salaam Gateaway. April 02, 2017. http://www.salaamgateway.com/en/story/indonesia_pushing_early_beef_imports_ahead_of_ramad an_will_review_process_for_india_buffalo_meat_-salaam02042017164159/ Seneviratne, Dulani and Sun, Yan. February. 2013. Infrastructure and Income Distribution in ASEAN-5: What are the Links?. IMF Working Paper. https://www.imf.org/external/pubs/ft/wp/2013/wp1341.pdf The Guardian. August 9, 2017. “Markets fall after Trump threatens North Korea with ‘fire and fury’- as it happened”. https://www.theguardian.com/business/live/2017/aug/09/markets-rattled-us-north- korea-tensions-trump-fire-and-fury-business-live The New York Times. August 13, 2017. https://www.nytimes.com/2017/08/13/business/economy/japan- second-quarter-gdp-rises.html?mcubz=0 Xinhuanet. July 17, 2017. “Thai urges gov’t agencies to speed up rubber purchase”. http://news.xinhuanet.com/english/2017-07/17/c_136450651.htm World Bank. 2013. Indonesia Economic Quarterly: Continuing Adjustment. October 2013. Jakarta: World Bank _________. 2014. Indonesia Economic Quarterly: Hard choices. October 2014. Jakarta: World Bank _________. 2017a. Indonesia Economic Quarterly: Staying the course. March 2017. Jakarta: World Bank. _________. 2017b. Commodity Market Outlook. April 2017. Washington, DC: World Bank _________. 2017c. Global Economic Prospects: A Fragile Recovery. June 2017. Washington, DC: World Bank _________. 2017d. Indonesia Economic Quarterly: Upgraded. June 2017. Jakarta: World Bank. _________. 2017e. “Key Legal and Regulatory Constraints on PPP Projects and the PPP Framework in Indonesia”. 31 July 2017. Jakarta: World Bank. _________. 2017f. Infrastructure Assessment Program. September 2017. Mimeo. Washington, DC: World Bank Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 64 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly LAMPIRAN: INDIKATOR GAMBARAN EKONOMI INDONESIA Lampiran Gambar 1: Pertumbuhan PDB riil Lampiran Gambar 2: Kontribusi terhadap PDB pengeluaran (pertumbuhan triwulanan yoy, persen) (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, poin persentase) 7 Private cons. Gov cons. Investment Net exports 8 Stat.discrepancy* GDP 6 6 4 PDB 2 5 0 -2 4 -4 Jun-11 Jun-13 Jun-15 Jun-17 Jun-14 Jun-15 Jun-16 Jun-17 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * sudah termasuk perubahan inventori. Lampiran Gambar 3: Kontribusi terhadap PDB Lampiran Gambar 4: Penjualan mobil dan sepeda motor produksi (pertumbuhan yoy, persen) (kontribusi terhadap pertumbuhan PDB riil yoy, poin persentase) 8 Agriculture Mining and constr. 80 Manufacturing Comm & transport Trade, hotel & rest Other services GDP 60 6 40 Penjualan mobil 4 20 0 2 -20 Penjualan motor 0 -40 Jun-14 Jun-15 Jun-16 Jun-17 Aug-14 Aug-15 Aug-16 Aug-17 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 5: Indikator konsumen Lampiran Gambar 6: Indikator produksi industri dan (tahun dasar penjualan eceran 2010=100) Manufaktur PMI (indeks difusi PMI; pertumbuhan produksi industri yoy, persen) 250 150 55 Industrial production (RHS) 10 Indeks survey konsumen BI (Kanan) 230 120 53 5 210 Indeks penjualan ritel BI 90 50 0 190 60 48 -5 170 30 Manufacturing PMI 150 0 45 -10 Aug-14 Aug-15 Aug-16 Aug-17 Aug-14 Aug-15 Aug-16 Aug-17 Sumber: BI Sumber: BPS; Nikkei/Markit; Perhitungan staf Bank Dunia Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 65 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Lampiran Gambar 7: Neraca pembayaran Lampiran Gambar 8: Komponen neraca berjalan (USD miliar) (USD miliar) 13 16 Secondary income Goods trade 7 8 0 0 -8 -7 Capital and financial account Current account Errors and omissions Current account -16 Overall BoP Primary income Services trade Jun-14 Jun-15 Jun-16 Jun-17 -13 Jun-14 Jun-15 Jun-16 Jun-17 Sumber: BI Sumber: BI Lampiran Gambar 9: Ekspor barang Lampiran Gambar 10: Impor barang (USD miliar) (USD miliar) 16 16 Total Exports (fob) Total Import (cif) 12 12 Raw materials 8 8 Manufacturing 4 4 Oil and gas Agriculture Mining Capital goods Consumer goods Oil and gas 0 0 Jul-15 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Jul-15 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Sumber: BPS Sumber: BPS Lampiran Gambar 11: Cadangan devisa dan arus Lampiran Gambar 12: Inflasi masuk modal (pertumbuhan yoy, persen) (USD miliar) 10 130 9 International Reserves 110 6 8 Food 90 3 6 Non-food 70 0 Headline 4 50 -3 Core Non-resident portfolio inflows, (RHS): 2 Equities SUN SBI Global bonds 30 -6 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17 0 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17 Sumber: BI; Kemenkeu Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: SUN adalah Surat Utang Negara, SBI adalah sertifikat Bank Indonesia Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 66 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Lampiran Gambar 13: Rincian IHK bulanan Lampiran Gambar 14: Perbandingan inflasi beberapa negara (kontribusi terhadap pertumbuhan yoy, poin persentase) (pertumbuhan yoy, persen) Processed Food Food Indonesia* 10 Clothing Transportation Health Education India * 9 Housing CPI 8 Malaysia 7 Philippines 6 USA * 5 Korea 4 China * 3 Singapore 2 Japan 1 Thailand * 0 Aug-14 Aug-15 Aug-16 Aug-17 -1 0 1 2 3 4 5 Sumber: BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BPS; CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: *Data Agustus 2017; yang lain Juli. Lampiran Gambar 15: Harga beras domestik dan Lampiran Gambar 16: Tingkat kemiskinan dan internasional pengangguran (harga grosir, IDR per kg) (persen) 20 11,000 Domestic rice, IR64-II 9,500 16 Poverty rate 8,000 12 6,500 Vietnamese rice 5% broken Unemployment rate 8 5,000 3,500 4 Aug-14 Aug-15 Aug-16 Aug-17 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 Sumber: Cipinang wholesale rice market; FAO Sumber: BPS Catatan: “5% broken” mengacu pada kualitas penggilingan beras. 5 Catatan: Garis kemiskinan berdasarkan garis kemiskinan nasional persen merupakan proporsi biji pecah selama proses penggilingan. Lampiran Gambar 17: Indeks saham regional Lampiran Gambar 18: Nilai tukar dollar AS (indeks harian, June 5, 2015=100) (indeks bulanan, May 2015=100) 140 120 JSI-Indonesia Brazil 130 BSE-India 110 Indonesia 120 SET-Thailand 100 India 110 South Africa 90 100 Turkey Shanghai-China 80 90 SGX-Singapore 80 70 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17 Aug-17 Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: CEIC; Perhitungan staf Bank Dunia Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 67 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Lampiran Gambar 19: Imbal hasil obligasi pemerintah Lampiran Gambar 20: Spread obligasi dolar AS 5-tahunan dalam mata uang lokal terhadap kelompok negara-negara EMBI Global (persen) (basis poin) 10 400 50 Indonesia spreads less overall EMBIG index spread (RHS) 8 Indonesia 350 0 6 300 -50 Malaysia 4 250 -100 Thailand 2 200 -150 United States Singapore Indonesia EMBIG bond spread 0 150 -200 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17 Sep-17 Sumber: CEIC Sumber: JP Morgan Lampiran Gambar 21: Pertumbuhan kredit komersial, Lampiran Gambar 22: Indikator sektor perbankan pedesaan dan deposito (persen) (pertumbuhan yoy, persen) 15 100 5 Loan to deposit ratio Private deposit 80 4 12 Non-performing loan (RHS) 60 3 9 40 Return on assets (RHS) 2 6 Commercial and Capital adequacy ratio (RHS) rural bank loans 20 1 Liquidity to asset ratio 3 0 0 Jul-15 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Jul-15 Jan-16 Jul-16 Jan-17 Jul-17 Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Lampiran Gambar 23: Utang pemerintah Lampiran Gambar 24: Utang luar negeri (persen terhadap PDB, Kiri; USD miliar, Kanan) (persen terhadap PDB, Kiri; USD miliar, Kanan) 60 320 60 400 External debt, RHS Private external debt, RHS Domestic debt, RHS Public external debt, RHS Total debt to GDP Total external debt to GDP 45 240 45 300 30 160 30 200 15 80 15 100 0 0 0 0 2009 2011 2013 2015 2017 2009 2011 2013 2015 2017 July July Sumber: BI; MoF; Perhitungan staf Bank Dunia Sumber: BI; Perhitungan staf Bank Dunia Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 68 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Lampiran Tabel 1: Realisasi dan proyeksi anggaran belanja Pemeritah (IDR triliun) 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi Realisasi APBN A. Penerimaan dan hibah 1,211 1,338 1,439 1,550 1,508 1,556 1,736 1. Penerimaan pajak 874 981 1,077 1,147 1,240 1,285 1,473 2. Penerimaan non-pajak 331 352 355 399 256 262 260 B. Pengeluraran 1,295 1,491 1,651 1,777 1,807 1,864 2,133 1. Pemerintah pusat 884 1,011 1,137 1,204 1,183 1,154 1,367 2. Transfer ke pemerintah 411 481 513 574 623 710 766 daerah C. Neraca utama 9 -53 -99 -93 -142 -126 -178 D. SURPLUS / DEFICIT -84 -153 -212 -227 -298 -308 -397 (persen dari PDB) -1.1 -1.8 -2.2 -2.1 -2.6 -1.6 -2.9 Sumber: MoF; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: Budget balance sebagai persentase dari PDB menggunakan PDB yang direvisi dengan tahun dasar yang disesuaikan Lampiran Tabel 2: Neraca pembayaran (USD miliar) 2015 2016 2017 2014 2015 2016 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Neraca Pembayaran 15.2 -1.1 12.1 5.1 -0.3 2.2 5.7 4.5 4.5 0.7 Persen dari PDB 1.7 -0.1 1.3 2.4 -0.1 0.9 2.3 1.9 1.9 0.3 Neraca berjalan -27.5 -17.5 -16.9 -4.7 -4.7 -5.2 -5.0 -1.9 -2.4 -5.0 Persen dari PDB -3.1 -2.0 -1.8 -2.2 -2.2 -2.2 -2.0 -0.8 -1.0 -2.0 Neraca perdagangan -3.0 5.4 8.5 0.5 1.5 1.4 2.4 3.2 4.4 2.5 Pendapatan bersih & transfer -24.5 -22.9 -25.2 -5.2 -6.2 -6.6 -7.4 -5.1 -6.8 -7.4 berjalan Neraca modal & keuangan 44.9 16.9 28.8 9.2 4.2 6.8 9.8 7.6 8.0 5.9 Persen dari PDB 5.0 2.0 3.1 4.3 1.9 2.9 4.0 3.2 3.3 2.3 Investasi langsung 14.7 10.7 15.9 2.8 2.8 3.3 6.5 3.3 2.8 4.6 Investasi porfolio 26.1 16.2 19.0 4.3 4.4 8.3 6.6 -0.3 6.6 7.4 Investasi lain 4.3 -10.1 -6.2 2.3 -3.1 -4.7 -3.2 4.8 -1.3 -6.2 Kesalahan & pembulatan -2.2 -0.4 0.1 0.6 0.2 0.5 0.9 -1.0 -1.1 -0.2 Cadangan devisa* 111.9 105.9 116.4 105.9 107.5 109.8 115.7 116.4 121.8 123.1 Sumber: BI; BPS; Perhitungan staf Bank Dunia Catatan: * Cadangan devisa pada akhir periode Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 69 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Lampiran Tabel 3: Perkembangan indikator ekonomi makro Indonesia 2000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 Neraca Nasional (% perubahan)    PDB riil 4.9 6.2 6.2 6.0 5.6 5.0 4.9 5.0    Investasi riil 11.4 8.5 8.9 9.1 5.0 4.4 5.0 4.5    Konsumsi riil 4.6 4.1 5.1 5.4 5.7 4.7 4.9 4.3    Swasta 3.7 4.8 5.1 5.5 5.5 5.3 4.8 5.0    Pemerintah 14.2 0.3 5.5 4.5 6.7 1.2 5.3 -0.1    Ekspor rill, barang dan jasa 30.6 15.3 14.8 1.6 4.2 1.1 -2.1 -1.7    Impor riil, barang dan jasa 26.6 17.3 15.0 8.0 1.9 2.1 -6.4 -2.3    Investasi (% PDB) 20 31 31 33 5.0 4.4 5.0 4.5    Nominal PDB (milyar dolar AS) 165 755 893 918 915 891 861 933    PDB per kapita (dolar AS) 857 3,167 3,688 3,741 3,668 3,532 3,371 3,603 Anggaran Pemerintah Pusat (% GDP)2    Penerimaan dan hibah 20.8 14.5 15.5 15.5 15.1 14.7 13.1 12.5    Penerimaan bukan pajak 9.0 3.9 4.2 4.1 3.7 3.8 2.2 2.1    Penerimaan pajak 11.7 10.5 11.2 11.4 11.3 10.9 10.8 10.4    Pengeluaran 22.4 15.2 16.5 17.3 17.3 16.8 15.7 15.0    Konsumsi 4.0 3.6 3.8 3.9 4.1 4.0 4.5 4.6    Modal 2.6 1.2 1.5 1.7 1.9 1.4 1.9 1.4    Bunga pinjaman 5.1 1.3 1.2 1.2 1.2 1.3 1.4 1.5    Subsidi 6.3 2.8 3.8 4.0 3.7 3.7 1.6 1.4    Surplus/defisit -1.6 -0.7 -1.1 -1.8 -2.2 -2.1 -2.6 -2.5    Utang Pemerintah 97.9 24.5 23.1 23.0 24.9 24.7 27.4 28.3    Utang luar negeri pemerintah 51.4 11.1 10.2 9.9 11.2 10.2 11.9 11.3    Total utang luar negeri (juga utang swasta) 87.1 26.8 25.2 27.5 29.1 32.9 36.1 34.2 3 Neraca Pembayaran (% PDB)    Neraca pembayaran keseluruhan .. 4.0 1.3 0.0 -0.8 1.7 -0.1 1.3    Neraca transaksi berjalan 4.8 0.7 0.2 -2.7 -3.2 -3.1 -2.0 -1.8    Ekspor, barang dan jasa 42.8 22.0 23.8 23.0 22.5 22.3 19.9 18.0    Impor, barang dan jasa 33.9 19.2 21.2 23.2 23.2 22.7 19.3 17.1    Transaksi berjalan 8.9 2.8 2.7 -0.2 -0.7 -0.3 0.6 0.9    Neraca transaksi keuangan .. 3.5 1.5 2.7 2.4 5.0 2.0 3.0    Penanaman modal langsung, neto -2.8 1.5 1.3 1.5 1.3 1.7 1.2 1.7    Cadangan devisa bruto (USD billion) 29.4 96 110 113 99 112 106 116 Moneter (% change)3    Deflator PDB1 20.4 8.3 7.5 3.8 5.0 5.4 4.0 2.5    Suku bunga Bank Indonesia (%) .. .. .. .. .. .. 6.3 4.8    Kredit domestik .. 22.8 24.6 23.1 21.6 11.6 10.4 7.9 4    Nilai tukar Rupiah/Dolar AS (rata-rata) 8,392 9,087 8,776 9,384 10,460 11,869 13,389 13,309 Harga-harga (% perubahan)1    Indeks harga konsumen (akhir periode) 9.4 7.0 3.8 3.7 8.1 8.4 3.4 3.0    Indeks harga konsumen (rata-rata) 3.7 5.1 5.3 4.0 6.4 6.4 6.4 3.5 Harga minyak mentah Indonesia (US$ per    barel)5 28 79 112 113 107 60 36 51 Sumber: 1 BPS dan Perhitungan staf Bank Dunia, menggunakan angka yang direvisi dan rebased, 2 MoF dan Perhitungan staf Bank Dunia, 3 BI, 4 CEIC Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 70 Closing the gap Indonesia Economic Quarterly Lampiran Tabel 4: Sekilas indikator perkembangan Indonesia 2000 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Kependudukan1 Penduduk (juta) 213 242 245 248 251 254 258 261 Tingkat pertumbuhan penduduk (%) 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.3 1.2 1.1 Penduduk perkotaan (% terhadap total) 42 50 51 51 52 53 53.7 55 Rasio ketergantungan (% penduduk usia kerja) 55 51 51 50 50 49 49.0 49 Angkatan Kerja2 Angkatan kerja, total (juta) 98 117 117 120 120 122 122 125 Laki-laki 60 72 73 75 75 76 77 77 Perempuan 38 45 44 46 45 46 46 48 Kontribusi tenaga kerja sektor pertanian (%) 45 38 36 35 35 34 33 32 Kontribusi tenaga kerja sektor industri (%) 17 19 21 22 20 21 22 21 Kontribusi tenaga kerja sektor jasa (%) 37 42 43 43 45 45 45 47 Tingkat pengangguran, total (% angkatan kerja) 8.1 7.1 7.4 6.1 6.2 5.9 6.2 5.6 Kemiskinan dan Distribusi Pendapatan3 Konsumsi rumah tangga, median (Rp 000 per bulan) 104 374 421 446 487 548 623 697 Garis kemiskinan nasional (Rp 000 per bulan) 73 212 234 249 272 303 331 354 Jumlah penduduk miskin (juta) 38 31 30 29 28 28 29 28 Penduduk miskin (% penduduk dibawah garis kemiskinan) 19.1 13.3 12.5 12.0 11.4 11.3 11.2 10.9 Di perkotaan 14.6 9.9 9.2 8.8 8.4 8.3 8.3 7.8 Di perdesaan 22.4 16.6 15.7 15.1 14.3 14.2 14.2 14.1 Laki-laki sebagai kepala rumah tangga 15.5 11.0 10.2 9.5 9.2 9.0 9.3 9.0 Perempuan sebagai kepala rumah tangga 12.6 9.5 9.7 8.8 8.6 8.6 11.1 9.8 GINI indeks 0.30 0.38 0.41 0.41 0.41 0.41 0.41 0.40 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok termiskin (%) 9.6 7.9 7.4 7.5 7.4 7.5 7.2 7.1 Kontribusi konsumsi pada 20% kelompok terkaya (%) 38.6 40.6 46.5 46.7 47.3 46.8 47.3 46.2 Pengeluaran pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat (% PDB)4 .. 0.40 0.40 0.39 0.59 0.53 0.59 0.60 Kesehatan dan Gizi1 Tenaga kesehatan (per 1,000 people) 0.16 0.29 .. 0.20 .. .. .. Tingkat kematian balita (per 1000 anak usia dibawah 5 tahun) 52 33 32 30 29 28 27 .. Tingkat kematian bayi lahir (per 1000 kelahiran hidup) 22 16 16 15 15 14 14 .. Tingkat kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) 41 27 26 25 24 24 23 .. Rasio kematian persalinan (perkiraan, per 100,000 kelahiran hidup) 265 165 156 148 140 133 126 .. Imunisasi campak (% anak usia dibawah 2 tahun) 76 78 80 82 81 75 75 76 Total pengeluaran untuk kesehatan (% GDP) 2.0 2.9 2.7 2.9 2.9 2.8 .. .. Pengeluaran pemerintah untuk kesehatan (% GDP) 0.7 1.1 1.1 1.2 1.2 1.1 1.2 1.4 Pendidikan3 Angka partisipasi murni (APM) SD, (%) .. 92 92 93 92 93 97 97 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 48 49 49 50 48 49 49 Angka partisipasi murni pendidikan tingkat menengah, (%) .. 61 60 60 61 65 66 66 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 50 50 49 50 50 51 51 Angka partisipasi murni universitas/pendidikan tinggi, (%) .. 16 14 15 16 18 20 21 APM perempuan (% dari total partisipasi) .. 53 50 54 54 55 56 55 Angka melek huruf Dewasa (%) .. 91 91 92 93 93 95 95 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap PDB)5 .. 3.5 3.6 3.8 3.8 3.6 3.5 3.3 Pengeluaran pemerintah untuk pendidikan (% terhadap APBN)5 .. 20.0 20.2 20.1 20.0 19.9 20.6 20.0 Air Bersih dan Kesehatan lingkungan1 Penduduk dengan akses air bersih disempurnakan (% tot penduduk) 78 85 85 86 86 87 87 .. Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 91 93 93 94 94 94 94 .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 68 76 77 77 78 79 80 .. Penduduk dengani akses kesehatan lingkungan (% tot penduduk) 44 57 58 59 60 61 61 .. Di perkotaan (% penduduk perkotaan) 64 70 71 71 72 72 72 .. Di perdesaan (% penduduk perdesaan) 30 44 45 46 47 48 48 .. Lainnya Pengurangan resiko bencana (skala 1-5; 5=terbaik) .. .. 3.3 .. .. .. .. .. Proporsi perempuan yang duduk di parlemen (%)6 8 18 18 19 19 17 17 17 Sumber: 1 World Development Indicators; 2 BPS (Sakernas); 3 BPS (Susenas) dan Bank Dunia; 4 MoF, Bappenas, dan Perhitungan staf Bank Dunia, hanya mencakup belanja pada Raskin, Askes, Beasiswa untuk keluarga miskin, dan PKH dan realisasi; 5 MoF; 6 Inter-Parliamentary Union Oktober 2017 THE WORLD BANK | BANK DUNIA 71 Supported by funding from the Australian Government (Department of Foreign Affairs and Trade, DFAT), under the Support for Enhanced Macroeconomic and Fiscal Policy Analysis (SEMEFPA) program.