81226 Menuju Akses Universal Memasak Bersih Tanpa Polusi September 2013 RANGKAIAN PERTUKARAN PENGETAHUAN INISIATIF TUNGKU BERSIH DI ASIA TIMUR DAN PASIFIK I ND ON E S IA Merubah Peta Penggunaan Bahan Bakar Memasak Rumah Tangga Indonesia telah melakukan langkah besar dalam menggerakkan masyarakatnya menuju solusi Pesan-pesan Utama memasak bersih tanpa polusi. Berbagai program yang telah dilaksanakan diberbagai pulau menunjukkan kondisi Negara Indonesia yang sangat beragam baik dari geografinya, budaya, • Empat puluh persen dari 60 juta lebih rumah tangga di Indonesia masih sangat dan juga cara-cara memasaknya. Untungnya ada program Pemerintah yang dengan sangat tergantung pada bahan bakar biomassa sukses melaksanakan Program Konversi Minyak Tanah ke LPG (2007 - 2012), dimana sekitar tradisional untuk memasak. Polusi udara di 30 juta rumah tangga, terutama di daerah urban, telah beralih ke LPG. Ada juga pasar khusus rumah tangga yang diakibatkan oleh pemba- yang potential untuk biogas, yang terlihat dengan telah dibuatnya 10,000 unit biogas di dae- karan bahan bakar biomasa padat erat kaitan- rah perdesaan yang sesuai dengan kondisinya. Akan tetapi, dua- perlima dari total penduduk – nya dengan tingginya angka kematian dini yaitu sekitar 24,5 juta rumah tangga – masih menggunakan bahan bakar biomassa tradisional, di Indonesia yang mencapai 165.000 setiap tahunnya. terutama kayu bakar, untuk memenuhi sebagian besar kebutuhan bahan bakar memasaknya. Hampir setengah dari rumah tangga tersebut berdomisili di pulau Jawa yang penduduknya • Di daerah perdesaan di Indonesia, bahan bakar biomassa merupakan bahan bakar memang sangat padat, sedangkan sisa setengahnya tersebar terutama di propinsi-propinsi terbarukan dan masih berlimpah dan ter- berpenghasilan lebih rendah dan daerah-daerah perdesaan dengan penduduk yang jarang jangkau oleh masyarakat miskin. Oleh atau tidak terlalu banyak (peta 1). Di banyak daerah perdesaan dan pinggiran kota, bahan karena itu penggunaan Tungku Sehat Hemat bakar biomassa dapat diperoleh gratis dengan mencari dan mengumpulkan dari lingkungan Energi (TSHE) dalam skala besar akan dapat sekitarnya atau kalaupun membeli harganya cukup murah. Tanpa adanya perubahan kebi- mengurangi resiko resiko pada kesehatan jakan yang jelas, jumlah rumah tangga yang memasak secara tradisional dengan bahan bakar yang diakibatkan oleh kegiatan memasak tradisional yang menggunakan bahan bakar biomassa akan tetap tinggi dan bahkan mungkin akan meningkat di daerah-daerah tertentu. biomassa dan juga menunjang agenda per- tumbuhan hijau Indonesia. Peta 1. Distribusi Rumah Tangga yang Menggunakan Kayu Bakar sebagai Bahan • Pasar tungku berbahan bakar biomassa Bakar Memasak Utama, 2010 masih terbatas. Semua tungku yang dijual secara komersial adalah buatan perajin lokal, dan keuntungan merupakan hal paling pent- ing bagi mereka yang ada di rantai pasokan. Oleh karena itu bila memperkenalkan model tungku baru harus dikaitkan dengan akan adanya kesempatan keuntungan yang lebih tinggi dan memberikan pelatihan tentang pengembangan bisnis. • Pencapaian akses universal memasak ber- sih tanpa polusi pada tahun 2030 akan membutuhkan pengembangan pasar Sumber: BPS-Statistik Indonesia 2012. TSHE. Pendekatan yang terintegrasi, yang menggunakan mekanisme pembiayaan-berb- asis-hasil diusulkan untuk mengatasi berbagai Mengurangi Resiko-resiko Kesehatan yang diakibatkan oleh hambatan terkait penawaran dan permintaan kegiatan memasak dengan bahan bakar biomassa dan hal-hal terkait institusi. Setiap tahun, diperkirakan terjadi 165.000 kematian dini di Indonesia yang terkait dengan Polusi udara di rumah tangga yaitu yang disebabkan oleh asap yang mengandung racun yang terjadi karena pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar padat. Bahan bakar padat yang digunakan untuk memasak di rumah tangga erat kaitannya dengan tingginya kejadian penya- kit pernapasan, terutama dikalangan wanita dan anak-anak mereka yang masih kecil. Untuk beralih pada bahan bakar modern seperti LPG dan listrik – yang merupakan bahan bakar yang terbaik untuk mengurangi polusi udara di rumah tangga- seringnya tidak terjangkau oleh masyarakat miskin. Sebetulnya emisi dapat dikurangi dengan membakar bahan bakar Photo credit: Laurent Durix. biomassa dengan menggunakan TSHE yang lebih baik atau lebih modern. Jadi, di daerah daerah dimana bahan bakar biomassa masih tetap digunakan, cara merupakan produksi para perajin, yang berarti para produsen lokal yang paling efektif untuk menghentikan paparan pada polusi udara membuat tungkunya satu persatu secara manual. Proses produksinya di rumah tangga adalah dengan mempromosikan TSHE yang dapat lambat, membutuhkan banyak tenaga dan biaya, dan kualitas kontrol- membakar energi biomassa dengan cara yang lebih efisien dan lebih nya lemah. Kebanyakan usahanya adalah milik keluarga dan diwar- bersih atau lebih sedikit mengakibatkan polusi. iskan dari generasi ke generasi. Sekitar 40% dimiliki dan dijalankan oleh perempuan. Pengelolaan bisnisnya juga seringkali bersifat non- Kebutuhan kayu bakar sebagai bahan bakar formal, hanya berdasarkan saling percaya, tanpa ada kondisi-kondisi memasak yang berkelanjutan legal yang mengikat pada penjualan dan pembelian. Rantai pasokan Faktor utama yang mempengaruhi pilihan jenis bahan bakar yang tungku tradisional umumnya masih kurang pengetahuan tentang digunakan di rumah tangga adalah kemampuan membeli, ketersedi- model model tungku yang lebih baik, lebih sehat dan hemat energi aan, kemudahan untuk mendapatkan (akses), dan budaya. Survei yang dan juga kurang memahami tentang kinerja tungku. Penerimaan dilakukan belum lama ini oleh GERES pada tahun 2009 mengiden- model yang baru tergantung pada potensi jualnya. Karena konsumen tifikasi bahwa harga bahan bakar, selain hal hal lain yang mempenga- terbiasa membeli tungku dengan harga murah, pemasok berusaha ruhinya (mis. Mudah didapat, rasa yang lebih enak, lingkungan yang untuk menjual tungku sebanyak mungkin, dan bukannya menjual lebih bersih, dan kemudahan menggunakan), adalah faktor utama tungku-tungku yang lebih sehat dan lebih hemat energi. Oleh karena yang mempengaruhi rumah tangga untuk beralih bahan bakar.1 Pada itu untuk memperkenalkan suatu model tungku yang baru perlu tahun 2006, pengurangan ketersediaan pasokan minyak tanah menye- untuk dikaitkan dengan akan adanya kesempatan keuntungan lebih babkan banyak rumah tangga di perdesaan yang apakah karena tidak tinggi. Juga perlu untuk memberikan pelatihan pada para produsen, bisa mendapatkan atau tidak mampu untuk membeli LPG kemu- para pedagang grosir, dan pengecer tentang bagaimana memaksimal- dian beralih menggunakan kayu bakar. Saat ini, LPG masih disubsidi, kan manfaat-manfaat yang didapat dengan ikut serta menjual model- walaupun 40% pasokannya di impor. Akan tetapi fluktuasi harga LPG model baru untuk memberikan insentif pada mereka agar terus dipasaran Internasional dapat membebani kemampuan keuangan menjualnya. pemerintah untuk bisa mempertahankan tingkat harga bersubsidi saat ini. Apabila subsidi dikurangi dan harga eceran naik, banyak rumah Belajar dari Program-program Tungku Sehat tangga yang kemungkinan akan beralih ke kayu bakar sebagai bahan bakar alternatif. Bahkan sekarang saja, banyak rumah tangga yang Hemat energi yang Sukses tidak bersedia membayar harga LPG, yang harganya masih disubsidi, Prinsip-prinsip utama yang mendasari kesuksesan Program Konversi karena mereka masih bisa mendapatkan kayu bakar gratis dari ling- Minyak Tanah ke LPG dan juga Program Biogas Domestik Indonesia kungan sekitarnya. Selain itu pilihan bahan bakar untuk memasak (PBDI) dapat diadaptasikan untuk digunakan pada desain program juga bervariasi dari daerah ke daerah. Banyak yang menggunakan untuk mempromosikan Memasak dengan bahan bakar biomassa yang bahan bakar campuran, terutama bila pilihan lainnya tersedia dengan bersih tanpa polusi. Program konversi ke LPG telah menunjukkan harga yang terjangkau. Rumah tangga di perdesaan yang tidak dapat pentingnya komitmen Pemerintah dan tujuan kebijakan yang jelas, memperoleh LPG dengan mudah mungkin akan menggunakan min- dan diikuti dengan pemasaran yang efektif dan kampanye penyadaran yak tanah sebagai tambahan bila kayu bakar tidak mencukupi. Atau publik, menjamin ketersediaan bahan bakar dan pasokan yang lancar, rumah tangga di daerah pinggiran kota yang menggunakan LPG akan dan monitoring dan evaluasi yang efektif. PBDI, atau yang lebih dike- menambah kebutuhan bahan bakar memasaknya dengan kayu bakar nal dengan BIRU (Biogas Rumah), telah menggaris bawahi pent- yang dapat diperoleh gratis atau dibeli dengan harga yang murah. ingnya mengadopsi pendekatan berbasis-pasar, yang dikombinasikan dengan dukungan keuangan untuk membantu rumah tangga men- Terbatasnya Jenis dan Pasar Tungku Biomassa gatasi sistim biaya awal yang tinggi. Program ini juga menekankan Saat ini, pasar komersial tungku biomassa masih sangat terbatas. Rumah perlunya kontrol kualitas dan ketaatan dalam pemenuhan standar, tangga biasanya membeli atau membuat sendiri tungkunya yang san- verifikasi pada hasil dan prosedur, dan manajemen lokal. gat sederhana dan biasanya memiliki lebih dari satu. Keawetan peng- gunaan tungku bervariasi dari 6 bulan sampai 4 tahun, dengan catatan bahwa kebanyakan tungku buatan sendiri diperbaiki terus menerus. Gambar 1. Keseluruhan Strategi Untuk Meningkatkan Pasar tungku belum ada di kebanyakan daerah perdesaan atau daerah TSHE Di Indonesia daerah yang terpencil, sebaliknya pasar tungku cukup mapan di dae- Menciptakan rah-daerah yang lebih berkembang (Jawa, Sumatra dan Sulawesi).Tiga lingkungan yang jenis tungku yang banyak dijumpai di Indonesia adalah Jenis Keren, mendukung Anglo, dan Apollo, yang ketiganya dibedakan dari penggunaan jenis bahan bakarnya. Jenis Keren adalah tungku-tungku yang menggu- nakan kayu bakar, yang biasanya terbuat dari gerabah atau bahan lain. Pelembagaan Anglo adalah jenis tungku gerabah yang bahan bakarnya arang, dan Apollo adalah tungku yang menggunakan sekam atau serbuk gergaji sebagai bahan bakarnya. Mendorong Mendukung pasar permintaan dan pengembangan Pengguna untuk bisnis pasokannya TSHE Semua produk tungku biomassa yang dijual secara komersial 2 INDONESIA: Menuju Akses Universal Memasak Bersih Tanpa Polusi Rekomendasi Kebijakan Utama Gambar 2. Kerangka Kerja PBH dengan Tiga Bangunan Komponen utama dan didukung oleh dua pilar Saat ini ada kesempatan untuk menerapkan pembelajaran dari Indonesia yaitu program memasak bersih tanpa polusi yang sukses untuk mempromosikan tungku-tungku biomassa yang lebih baik. Insentif berbasis • Menetapkan standar TSHE hasil • Jumlah TSHE yang Usaha-usaha sebelumnya yang dilakukan untuk memperkenalkan dan sistim penilaian (rating) disebarkan tungku-tungku biomassa kurang fokus yang terintegrasi pada kes- • Menetapkan protocol untuk • Tingkat subsidi dikaitkan • Jumlah TSHE yang pengetesan dan sertifikasi dengan kinerja TSHE adaran dan permintaan konsumen, harga produk yang terjangkau • Pemberian dana subsidi digunakan • Menetapkan pusat-pusat dan ketersediaannya, dan kemampuan produsen untuk memproduksi dikaitkan dengan • Hasil verifikasi kinerja pengetesan monitoring dan verifikasi TSHE yang digunakan produk-produknya secara seragam dan memenuhi standar. Rumah dari hasil TSHE yang Sistim monitoring tangga tidak memiliki kesadaran atas dampak berbahaya dari polusi ditetapkan dan verifikas udara di rumah tangga dan manfaat-manfaat kesehatan yang didapat dari tungku dengan kinerja yang lebih baik. Produsen masih ragu- ragu untuk memproduksi TSHE tanpa melihat adanya permintaan Penguatan & Kampanye konsumen yang jelas. Dan sampai saat ini, belum ada lembaga yang pembangunan peningkatan kapasitas penyadaran berhasil merintis penggunaan bahan bakar biomassa yang bersih tanpa kelembagaan polusi untuk memasak Initiatif TSHE Indonesia mengusulkan perlunya strategi yang ter- integrasi untuk mengatasi berbagai hambatan ini (Kotak 1). Strategi rantai pasokan tungku, perlu menginvestasikan waktu dan sumber yang diusulkan terdiri dari tiga pilar yang saling terkait – mencip- daya yang cukup besar untuk membangun rantai pasokan lokal dan takan lingkungan yang mendukung, mendorong permintaan peng- mendidik baik produsen dan rumah tangga baik untuk penggunaan guna untuk TSHE, dan mendukung pasar dan pengembangan bisnis maupun manfaat-manfaat dari TSHE. pasokannya- dengan Pelembagaan yang menjadi pusatnya (gambar 1). Strategi ini dikembangkan dari dan konsisten dengan strategi tranfor- Pembiayaan Berbasis-Hasil masi sektor yang dikembangkan oleh Global Alliance for Clean Cook Inisiatif TSHE Indonesia merekomendasikan Pembiayaan Berbasis- stoves (GACC) dan Pendekatan Bank Dunia “satu tujuan, dua jalan” Hasil (PBH) sebagai pendekatan pembiayaan untuk mempromosikan untuk tercapainya akses universal pada energi modern di wilayah Asia tungku bersih tanpa polusi. Skema PBH menyebarkan sumber daya Timur dan Pasifik. publik untuk membiayai hasil hasil dari suatu kegiatan (output) dan outcome (hasil yang terjadi karena adanya output), yang telah div- Pelembagaan erifikasi secara independen, dan bukannya untuk diberikan sebagai Untuk melembagakan solusi memasak dengan biomassa yang ber- masukan proyek. Ciri-ciri yang membedakannya dapat berarti peng- sih tanpa polusi, studi ini merekomendasikan untuk membentuk gunaan dana publik dengan lebih efektif dan efisien dan dukungan dan memperkuat lembaga perintis, mekanisme koordinasi antar sek- intervensi pasar yang lebih baik. Kerangka kerja untuk menggunakan tor; dan wadah untuk jaringan, komunikasi, dan berbagi pengeta- PBH dalam program ini yaitu untu mempromosikan tungku bersih huan. Direkomendasikan agar Kementrian ESDM, direktorat Jendral tanpa polusi terdiri dari tiga bangunan komponen utama – TSHE Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menjadi yang ditetapkan, insentif berbasis hasil, dan sistim monitoring dan pemimpin dalam mengembangkan roadmap untuk meningkatkan verifikasi (M&V) – yang didukung oleh pilar-pilar yang terdiri dari akses pada solusi memasak dengan bahan bakar biomassa bersih tanpa penguatan dan pembangunan kapasitas kelembagaan dan kampanye- polusi. Perlu dibentuk suatu Komite Pengarah untuk program tungku kampanye peningkatan penyadaran (gambar 2). biomassa yang bersih tanpa polusi, yang dipimpin oleh EBTKE yang anggotanya termasuk Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kesehatan, Riset dan Teknologi, Industri, dan Industri Kecil dan Menengah, termasuk juga Badan Standar Nasional. Figure 3. Skenario Analisa: Rumah Tangga Selain itu, suatu Aliansi TSHE Indonesia akan berperan penting dalam Pengguna Bahan Bakar biomassa sebagai Bahan mempromosikan pengembangan sektor ini. Bakar Utama untuk Memasak Pilar-pilar yang Saling Memperkuat untuk 25 Meningkatkan Akses pada TSHE 20 Menciptakan lingkungan yang mendukung sangat penting untuk Juta Rumah Tangga meningkatkan akses pada TSHE. Perlu ditentukan dan diperkuat- 15 nya standar tungku, pengetesan, dan sertifikasi; melakukan riset dan pengembangan tungku biomassa yang lebih baik atau lebih mod- 10 ern. Hal yang sangat penting lainnya adalah bagaimana mendorong 5 permintaan pengguna atas TSHE dan dukung pemerintah pada pengembangan pasar dan bisnis pasokannya, yang harus disesuaikan 0 Baseline Akses universal Akses universal dengan kondisi lokal dan mentargetkan kesinambungan jangka pan- (2010) (2020) (2030) jang. Di daerah dimana sudah ada rantai pasokan tungku, strategi Skenario Inisiatif TSHE Indonesia merekomendasikan untuk membangun PenggunaTungku Pengguna TSHE kesadaran dan kapasitas. Sedangkan untuk daerah yang belum ada tradisional biomassa INDONESIA: Menuju Akses Universal Memasak Bersih Tanpa Polusi 3 Kotak 1. Inisiatif Tungku Sehat Hemat Energi (TSHE) Indonesia Pada tahun 2012, Bank Dunia, bekerja sama dengan Direktorat Bioenergi, Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, mencanangkan Program Inisiatif Tungku Sehat Hemat Energi Indonesia. Tujuan besarnya adalah untuk meningkatkan akses pada solusi memasak bersih tanpa polusi pada 40% rumah tangga yang sepertinya masih akan terus menggunakan bahan bakar padat bahkan setelah tahun 2030. Program Inisitatif TSHE Indonesia terdiri dari empat tahapan program: (i) Inventarisasi awal dan pengembangan strategi implementasi; (ii) Penguatan institusi, pembangunan kapasitas, dan melaksanakan pilot program dengan strategi yang dikembangkan; (iii) Memperluas jang- kauan implementasi program; dan (iv) Evaluasi program dan penyebaran hasil pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pada tahap I terfokus pada penaksiran mendalam pada teknologi-teknologi bahan bakar memasak di rumah tangga dan pasar tungku yang ada, mempelajari kebijakan sektor dan kerangka kelembagaan, dan pembelajaran dari dua program memasak bersih tanpa polusi yang sangat berhasil di Indonesia yang akan dapat diterapkan pada program-program baru yang mempromosikan memasak dengan bahan bakar biomassa yang bersih tanpa polusi. Pengumpulan data dari studi yang dilakukan pada tahap I meliputi survei nasional untuk rantai pasokan tungku biomassa, yang dilaksanakan di 17 propinsi, dan dilaksanakannya dua Lokakarya Konsultasi Para Pemangku Kepentingan Nasional yang dilaksanakan pada bulan Mei dan Juli 2012. Peserta Lokakarya adalah perwakilan dari Pemerintah Indonesia, LSM, Akademi, dan sector swasta. Komite Teknis Inisiatif TSHE Indonesia, yang diketuai oleh Direktur dari Direktorat Bioenergi, yang anggotanya adalah perwakilan dari kementrian yang terkait dan relevan serta tenaga ahli nasional, dibentuk untuk memastikan studi yang dilakukan akan terselesaikan dengan bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dan sesuai dengan kebijakan-kebijakan yang ada. Sebagai tambahan, beberapa studi kasus disiapkan untuk latar belakang yaitu Program Konversi Minyak Tanah ke LPG, dan Program Biogas Domestik Indonesia, dan Penggunaan Tungku Biomassa di Yogyakarta dan Jawa Tengah. Skenario Hasil-hasil Analisa Gambar 4. Roadmap menuju Akses Universal pada Solusi-solusi TSHE pada tahun 2020 Berapa banyak TSHE yang akan dibutuhkan untuk dapat mencapai akses universal pada memasak bersih tanpa polusi pada tahun 2030? Program 100 Nasional ke 2 Untuk menjawab pertanyaan ini, studi ini melakukan skenario analisa. Program Penembusan pasar TSHE biomass (%) Nasional Diasumsikan bahwa, pada tahun 2030, sekitar 18 juta rumah tangga akan masih menggunakan bahan bakar biomassa sebagai bahan bakar Tahap III memasak utama.2 Pada tahun 2020, diharapkan paling tidak 10 juta Tahap II 40 TSHE, yang mewakili memasuki sekitar 40 persen pasar, akan dibu- Tahap I Pilot tuhkan untuk bisa dihasilkan dan disebarkan agar dapat mencapai Penembusan minimal akses universal tersebut (gambar 3).3 Untuk mencapai target yang ambisius ini, studi ini merekomendasikan untuk mengimplementasi- 2010 2014 2020 2030 Tahun kan dua program nasional secara berturut-turut, yaitu dengan mener- apkan pendekatan bertahap dengan perluasan cakupan geografis dapat mejangkau konsumen. Namun, pada akhirnya pasarlah yang bertahap pula (figure 4). menentukan lokasi dan konsumen mana yang akan ditargetkan dan jenis teknologi mana dan bahan bakar apa yang difokuskan, dengan Langkah-langkah ke Depan kebebasan untuk berinovasi dari waktu ke waktu. Langkah berikutnya untuk Inisiatif TSHE Indonesia adalah menen- tukan standar-standar tungku dan protokol pengetesan, memperkuat Catatan kelembagaan dan membangun kapasitas para pemangku kepentingan, 1. GERES (Renewable Energy, Environment, and Solidarity Group - Kelompok Solidaritas, Lingkungan dan Energi Terbarukan), “Aliran merancang dan mengimplementasikan program pilot, dan merancang Kayu Bakar di Jawa Tengah” (Aubagne, France: GERES, 2009). dan menyiapkan master plan untuk membangun program nasional- 2. Skenario akses universal menyumbang pada keberlangsungan pertum- nya. Untuk masa 10 – 20 tahun mendatang, perkembangan ekonomi buhan penduduk dan urbanisasi dan peningkatan penggunaan LPG nasional diharapkan akan membawa pada peningkatan penggunaan sebagai bahan bakar utama memasak karena adanya inrastruktur yang LPG yang lebih tinggi. Diharapkan rumah tangga yang masih terus lei baik dan tingkat pendapatan yang lebih tinggi. menggunakan bahan bakar biomassa untuk memasak akan meng- 3. Gambar ini mempertimbangkan bahwa kebanyakan rumah tangga gunakannya dengan TSHE. Sektor publik akan memberikan insentif menggunakan bahan bakar campuran dan lei dari satu tungku atau yang cukup pada sektor swasta dan memberi dukungan agar mereka kompor. Tulisan ini merupakan ringkasan dari laporan tahun 2013, Indonesia: Menuju Akses Universal Memasak Bersih Tanpa Polusi, yang dipublikasikan oleh Program Bank Dunia Energi Alternatif dan Berkelanjutan di Asia (World Bank’s Asia Sustainable and Alternative Energy Program – ASTAE) Temuan-temuannya, tafsiran-tafsiran, dan kesimpulan-kesimpulan yang diungkapkan pada ringkasan ini dibuat oleh penulis dan tidak mencer- minkan pandangan dari para Direktur Eksekutif dari Bank Dunia, The Australian Agency for International Development, ataupun ASTAE.