93259 Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Laporan tentang Kesiapan Suplai Infrastruktur di Indonesia – Capaian dan Kesenjangan yang Masih Terjadi Sensus Infrastruktur PODES 2011 Tata Letak dan Design Sampul Ardhi Yudho Dipublikasikan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat bekerjasama dengan TNP2K dan PNPM Support Facility Segala pandangan yang disampaikan dalam karya tulis ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan pandangan PNPM Support Facility atau pihak-pihak manapun yang tercantum di sini. Laporan tentang Kesiapan Suplai Infrastruktur di Indonesia – Capaian dan Kesenjangan yang Masih Terjadi Disusun oleh Robert Sparrow Marc Vothknecht Singkatan, Akronim dan Istilah ii | BPS Badan Pusat Statistik D3 Diploma 3 KDP Program Pembangunan Kecamatan (Kecamatan Development Program) NTB Nusa Tenggara Barat NTT Nusa Tenggara Timur OLS Ordinary Least Squares PCA Analisisi Komponen Prinsipal (Principal Components Analysis) PSF (PNPM Support Facility) PAUD Pendidikan Anak Usia Dini PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PODES Potensi Desa Polindes Pondok Bersalin Desa Poskesdes Pos Kesehatan Desa Posyandu Pos Pelayanan Kesehatan Terpadu Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat Puskesmas Pembantu Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu S1 Sarjana 1 SD Sekolah Dasar SLB Sekolah Luar Biasa SMA Sekolah Menengah Atas SMK Sekolah Menengah Kejuruan SMP Sekolah Menengah Pertama Susenas Survei Sosial Ekonomi Nasional TK Taman Kanak-Kanak WHO Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) DAFTAR ISI Daftar Isi iii Ringkasan Eksekutif iv I. Pendahuluan 1 II. Data dan Metodologi 3 II.1. PODES Utama 2011 dan Sensus Infrastruktur 4 II.2. Metodologi 8 III. Infrastruktur Kesehatan 11 III.1. Seleksi Indikator-indikator Kesiapan Suplai 12 III.2. Deskripsi Pola Nasional Ketersediaan Infrastruktur 15 III.3. Indeks-indeks Komposit Kesiapan Suplai Kesehatan 21 III.4. Menghitung Kebutuhan Investasi 26 IV. Infrastruktur Pendidikan 31 IV.1. Seleksi Indikator-indikator Kesiapan Suplai 32 IV.2. Deskripsi Pola Nasional Ketersediaan Infrastruktur 34 iii | IV.3. Sebuah Indeks Komposit Kesiapan Suplai Pendidikan 40 IV.4. Menghitung Kebutuhan Investasi 45 V. Infrastruktur Transportasi 49 V.1. Seleksi Indikator-indikator Kesiapan Suplai 50 V.2. Pola Nasional Ketersediaan Infrastruktur 52 V.3. Menghitung Kebutuhan Investasi 54 V.4. Perbandingan dengan Kesiapan Suplai Kesehatan dan Pendidikan 55 VI. Rangkuman dan Rekomendasi Kebijakan 57 VI.1. Pola Nasional Kesiapan Suplai Infrastruktur 58 VI.2. Rekomendasi Kebijakan 60 Referensi 62 Lampiran 63 RINGKASAN EKSEKUTIF Atas permintaan Wakil Presiden dan Tim Nasional pendidikan, semua indikator digabung menjadi Percepatan Penanggulangan Kemiskinan indeks komposit kesiapan suplai. Beberapa (TNP2K), dalam sensus pedesaan tingkat indikator kesiapan suplai juga tersedia untuk nasional tahun 2011 atau yang dikenal dengan infrastruktur transportasi, meskipun data nama PODES, telah dilakukan pendataan mengenai infrastruktur transportasi dari PODES infrastruktur dasar pedesaan khususnya fasilitas tidak selengkap data untuk sektor kesehatan dan kesehatan dan pendidikan. Analisis atas informasi pendidikan. dari hasil sensus infrastruktur maupun sensus utama PODES ini memiliki dua tujuan. Pertama, Temuan-temuan utama dari analisis ini adalah: menggunakan informasi terperinci yang ada mengenai kualitas dan kuantitas infrastruktur, • Secara umum, ditemukan gambaran yang untuk menilai secara komprehensif ketersediaan konsisten mengenai kualitas dan kuantitas fasilitas dan layanan-layanan dasar di tingkat infrastruktur dasar yang tersedia di Indonesia. lokal. Indikator-indikator khusus dibuat untuk Kami menemukan pola spasial yang sama mengukur ketersediaan suplai pelayanan mengenai kesiapan suplai di semua dimensi kesehatan dan pendidikan di semua kabupaten pada sektor kesehatan maupun pendidikan. dan kecamatan di Indonesia. Kedua, analisis Lebih jauh, hasil lengkap di semua sektor atas pola lokal ketersediaan infrastruktur ini akan menunjukkan ada korelasi positif yang iv | digunakan untuk menghitung kebutuhan investasi signifikan antara berbagai indikator infrastruktur di sektor kesehatan, pendidikan dan infrastruktur kesehatan, pendidikan, dan transportasi. transportasi. • Kesenjangan terbesar dalam hal kesiapan Sensus infrastruktur menghasilkan informasi suplai infrastruktur ditemukan di wilayah Papua, yang detil mengenai level fasilitas publik di sektor kepulauan Maluku, NTT, juga pedalaman kesehatan dan pendidikan, meliputi 166.506 Kalimantan dan Sulawesi. Ada perbedaan fasilitas kesehatan dan 164.561 sekolah di yang substansial antara daerah perkotan dan seluruh Indonesia. Data mengenai ketersediaan pedesaan, tidak hanya dalam hal aksesibilitas, fisik fasilitas kesehatan dan pendidikan (negeri tapi juga menyangkut kualitas pelayanan- dan swasta) yang diperoleh dari sensus pelayanan yang tersedia. infrastruktur dan dari sensus utama PODES, diolah untuk mendapatkan sebuah gambaran • Skor rata-rata terendah untuk sektor kesehatan mengenai kesiapan suplai pelayanan kesehatan ditemukan di provinsi Kalimantan Barat (75%), dan pendidikan di Indonesia. Tujuh indikator bagi NTT (71%), Maluku Utara (69%), Maluku (66%), masing-masing sektor kesehatan dan pendidikan Papua Barat (50%), dan Papua (39%). Adapun telah diseleksi untuk kepentingan analisis ini, skor rata-rata tertinggi untuk tingkat kesiapan dibagi dalam tiga dimensi: (i) ketersediaan dan suplai kesehatan ditemukan di seluruh provinsi aksesibilitas fasilitas-fasilitas; (ii) kehadiran dan di Jawa (dari 99% di DI Yogyakarta hingga kualifikasi pekerja, dan (iii) karakter fisik fasilitas. 92% di Banten), Bali (99%), Bangka Belitung (95%), Sumatera Barat (92%), dan NTB (90%). Semua indikator mewakili satu norma atau target kesiapan suplai, dan dihitung pada • Pola serupa muncul pada peringkat rata- level Kecamatan. Kesenjangan dalam hal rata kesiapan suplai pendidikan, di mana suplai dikuantifikasi berdasarkan indikator- DKI Jakarta (98%) dan DI Yogyakarta (97%) indikator tersebut. Untuk sektor kesehatan dan merupakan yang terbaik, sementara Papua Barat (40%) dan Papua (26%) terburuk. Pola • Indikator yang tersedia hingga pada semacam ini secara umum juga tampak pada level kecamatan dapat digunakan untuk indikator-indikator infrastruktur transportasi. merumuskan intervensi kebijakan yang perlu dilakukan dan program-program infrastruktur • Disamping tren umum yang konsisten yang lebih tepat sasaran. tersebut, kami menemukan adanya variasi yang substansial di dalam setiap wilayah dan • Data-data ini perlu disebarkan secara aktif provinsi. Identifikasi atas disparitas di tingkat agar dapat digunakan secara luas oleh para lokal semacam ini bisa dilakukan lantaran data pemangku kepentingan, pemerintah maupun untuk indikator-indikator yang dikaji tersedia swasta, yang terlibat dalam penyediaan hingga level kecamatan. layanan sosial di Indonesia. Dengan adanya data-data ini, para pemangku kepentingan • Untuk sektor pendidikan, kami menemukan barangkali tidak perlu lagi mengeluarkan biaya bahwa 9 juta penduduk tinggal di wilayah yang untuk mengumpulan informasi sejenis. tidak memiliki SMP. Jumlah tersebut meningkat menjadi 16,6 juta penduduk, manakala yang • Sosialisasi indikator-indikator ini kepada diukur adalah fasilitas pendidikan usia dini. masyarakat luas – terutama jika ditemukan ada ketidaksetaraan antara lokal dan regional v| • Investasi yang dibutuhkan serta besarnya – mungkin dapat membantu meningkatkan ketimpangan daerah dihitung berdasarkan transparansi, dan dengan demikian pada indikator-indikator kesiapan suplai. meningkatkan akuntabilitas politik di tingkat Perhitungan ini secara khusus dilakukan atas – lokal. namun tidak terbatas pada – jumlah penduduk yang tidak memiliki akses mudah ke fasilitas • Penilaian atas suplai layanan-layanan dasar di kesehatan dan pendidikan. Diperkirakan lebih tingkat lokal membuka peluang bagi banyak dari 6 juta penduduk di Indonesia tidak memiliki analisis lanjutan, termasuk kombinasi dengan: akses (yang mudah) ke layanan kesehatan (i) sensus terkait infrastruktur kesehatan dan dasar, dan sekitar 36 juta penduduk tidak pendidikan lokal untuk perbandingan dan memiliki akses ke layanan rawat jalan di rumah- pelengkap; (ii) set data sosial-ekonomi lain rumah sakit. Kami juga menemukan lebih dari untuk meriset faktor-faktor penentu suplai, 9 juta orang tinggal di daerah-daerah yang permintaan, dan hasil pelayanan di tingkat tidak memiliki sekolah menengah pertama. lokal; dan (iii) data atau informasi tentang biaya- Lebih dari itu, ada 16,6 juta anak tinggal di biaya, untuk memperkirakan ketimpangan daerah yang jauh dari fasilitas pendidikan usia keuangan dalam upaya mengatasi kekurangan dini. infrastruktur di tingkat nasional, regional dan lokal. Singkatnya, analisis sensus infrastruktur PONDES 2011 memberikan detail dan penilaian terbaru Akhirnya, penting untuk melakukan sensus mengenai ketersediaan infrastuktur dasar di utama PODES secara reguler, dan mengulangi Indonesia. Berikut hal-hal yang bisa dilakukan sensus infrastruktur di masa depan, sehingga oleh pemerintah nasional dan lokal, organisasi memungkinkan pengawasan yang berkelanjutan internasional, lembaga swadaya masyarakat, dan atas kualitas dan kuantitas infrastruktur desa. komunitas ilmuwan: I. PENDAHULUAN 1| PENDAHULUAN Selama dekade lalu pemerintah Indonesia telah Memenuhi permintaan Wakil Presiden dan TNP2K, mengivestasikan sumber daya dalam jumlah tim Monitoring dan Evaluasi Fasilitas Pendukung yang signifikan melalui berbagai pendekatan PNPM (PNPM Support Facility/PSF) melakukan pembangunan berbasis komunitas. Tujuannya sebuah sensus infrastruktur dasar di 76.000 desa adalah mengurangi kemiskinan dan menyediakan Indonesia dalam PODES 2011. Tujuan utama infrastruktur berskala kecil di daerah pedesaan. dari sensus tersebut adalah menghitung secara Berawal dari kecamatan-kecamatan yang paling kuantitatif kesenjangan pada infrastruktur dasar miskin – sebagaimana Kecamatan Development yang masih bisa dipergunakan, dengan kualitas Program atau Program Pembangunan Kecamatan yang dapat diterima, di seluruh pedesaan di (KDP) yang terdahulu – Program Nasional Indonesia (jalan utama, jembatan, sekolah, klinik Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Perdesaan kesehatan). Data ini nantinya menjadi masukan diperluas hingga menjangkau setiap kecamatan bagi upaya pengembangan strategi yang lebih baik dan desa di Indonesia. PNPM-Perdesaan telah untuk pendanaan, penetapan kerangka waktu, menggunakan sebagian besar dari anggarannya penyusunan program dan manajemen seluruh yang mencapai miliaran dolar, untuk membantu sumber daya dari dalam maupun luar negeri untuk komunitas-komunitas di pedesaan membangun program-program PNPM. Diharapkan, data yang infrastruktur skala kecil di daerahnya. Bantuan terkumpul serta hasil analisis ini dapat membantu diberikan dalam bentuk hibah. Beberapa penelitian pemerintah menemukan sebuah mekanisme 2| menyimpulkan program-program ini memberikan yang tepat untuk memperkirakan dan menelusuri hasil dan pengaruh yang positif (Olken et al., 2011; kesenjangan infrastruktur yang masih ada, dan Bank Dunia, 2011), namun tetap saja masih ada untuk mengatasi defisit infrastruktur desa di level banyak hal yang belum diketahui menyangkut: nasional, regional dan lokal. Data yang sama juga kekurangan infrastruktur di berbagai daerah, bisa digunakan sebagai acuan dalam merancang biaya untuk mengatasi kekurangan tersebut sebuah pendekatan yang lebih sistematis dan melalui program PNPM yang berkelanjutan atau faktual, guna menentukan kebutuhan dan program lainnya, dan bagaimana cara yang prioritas PNPM selanjutnya (termasuk penetapan paling efisien untuk mengatasinya. Hingga saat target, perawatan dan penentuan besaran ini pendekatan-pendekatan yang dikembangkan dana hibah), mengukur dampak dari program- Pemerintah Indonesia ternyata kurang program pengurangan kemisikinan berbasis komprehensif dan tak sepenuhnya berdasarkan komunitas, dan menentukan alokasi bagi pada fakta, dalam menjawab pertanyaan- pemerintahan lokal. Laporan ini memberikan pertanyaan utama seperti: apakah dan seberapa gambaran yang detil mengenai analisis dan besar infrastruktur tersier berpengaruh pada hasil-hasil utamanya. Bagian II menjelaskan upaya pemberantasan kemiskinan; kapan dan mengenai data dan metodologi yang digunakan. di mana perawatan dibutuhkan; dan bagaimana Bagian III dan IV menerangkan tentang pemilihan menentukan jumlah dana hibah. Alasan terjadinya indikator-indikator dan kelengkapannya, serta digunakan pendekatan-pendekatan yang distribusi indikator-indikator tersebut pada sektor kurang komprehensif adalah tidak tersedianya kesehatan dan pendidikan, secara berurutan. data yang lengkap dan komprehensif mengenai Kami memaparkan hasil analisis mengenai infrastruktur-infrastruktur yang ada saat ini. Sulit infrastruktur transportasi pada Bagian V, dan mengembangkan sebuah pendekatan yang menutup laporan ini dengan sebuah ringkasan, sistematis, terfokus dan berdasarkan fakta, serta beberapa catatan kesimpulan dan saran untuk mengatasi kesenjangan melalui PNPM menyangkut kebijakan-kebijakan yang bisa dan program-program lainnya, jika tak ada data dilakukan. lengkap mengenai di mana dan sejauh mana terjadi kesenjangan infrastruktur. II. DATA DAN METODOLOGI 3| II.1. PODES Utama 2011 dan Sensus Infrastruktur Pada 2011, tim Monitoring dan Evaluasi PNPM 28.672 Poskesdes dan 14.408 Polindes, dan Support Facility/PSF melakukan sebuah sebuah sub sampel dari 91.331 Posyandu), juga sensus atas infrastruktur dasar di pedesaan, fasilitas pendidikan di sekolah-sekolah negeri termasuk di sektor kesehatan dan pendidikan, (termasuk 134.517 sekolah dasar (SD), 21.530 bersamaan dengan sensus Potensi Desa sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah (PODES 2011). PODES adalah sensus yang menengah atas (6.224 SMA / 2.589 SMK). dilakukan oleh BPS, tiga kali setiap 10 tahun, untuk mengumpulkan informasi tentang kondisi Data yang saling melengkapi dari kedua sumber sosial-ekonomi masyarakat di pedesaan tersebut memungkinkan dilakukan sebuah maupun perkotaan di Indonesia. Sensus utama 1 penilaian yang komprehensif atas kuantitas PODES menggunakan berbagai indikator, dari maupun kualitas infrastruktur kesehatan dan karakteristik penduduk hingga infrastruktur, pendidikan di Indonesia. Dan sejauh data yang aktivitas ekonomi, dan kehidupan sosial. ada memungkinkan, kami juga mengevaluasi Menggunakan informasi yang telah tersedia dari tingkat reliabilitas sensus tersebut. Informasi PODES menyangkut infrastruktur kesehatan, pada PODES utama disusun bedasarkan respon pendidikan dan transportasi, analisis ini bertujuan para pemimpin desa, karena itu bukan tidak untuk memberikan gambaran terbaru yang akurat mungkin ada laporan dari penguasa lokal yang mengenai suplai layanan dan infrastruktur dasar berbeda dengan keadaan sebenarnya. Jika 4| di tingkat lokal. para responden berharap jawaban mereka akan mempengaruhi alokasi dana publik untuk desa Data PODES untuk setiap desa mengandung atau secara umum, ada keraguan atas tujuan informasi mengenai (i) jenis dan jumlah fasilitas sensus, maka keadaan fasilitas dan pelayanan pendidikan dan kesehatan yang ada; (ii) jarak publik di desa tersebut mungkin tidak dilaporkan ke fasilitas terdekat jika di desa tersebut tidak secara akurat. Selain itu, responden tunggal tersedia fasilitas dimaksud;2 (iii) jumlah dokter, bisa menimbulkan masalah manakala dia perawat dan bidan; dan (iv) jenis dan kondisi jalan tidak sepenuhnya memahami berbagai aspek serta jembatan yang tersedia. Informasi mengenai kehidupan desa. jumlah fasilitas kesehatan dan pendidikan dari PODES utama ini, kami lengkapi dengan informasi Reliabilitas data dinilai melalui beberapa cara. tentang kualitas fasilitas-fasilitas tersebut dari Pertama, BPS dan PSF menerapkan serangkaian sensus infrastruktur. Menggunakan daftar fasilitas kontrol kualitas dalam proses pengumpulan kesehatan dan pendidikan dari sensus utama data, di antaranya dengan mengirim konsultan PODES, sensus infrastruktur mengumpulkan independen untuk memverifikasi data, mengecek informasi yang mendalam, langsung dari fasilitas- di tempat (hingga ke daerah pedalaman), dan fasilitas tersebut, mengenai fasilitas kesehatan kembali ke lokasi jika ditemukan banyak kesalahan publik (termasuk sampel utuh dari 9.212 data inkonsistensi data menyangkut daerah Puskesmas, 22.883 Puskesmas Pembantu, tersebut. Kedua, selama proses analisis kami 1 PODES 2011 meliputi 78.600 desa/pemukiman. 2 Untuk fasilitas kesehatan, PODES menyediakan informasi tambahan mengenai seberapa mudah satu jenis fasilitas tertentu dapat dicapai dari desa yang disurvei. mengevaluasi konsistensi informasi-informasi poliklinik dan rumah sakit (ini berlaku pada sekitar hasil sensus tersebut (lihat Bagian II.2 untuk 60% dari 6.771 kecamatan). Terakhir, sensus pendekatan secara metodologi). Selanjutnya, infrastruktur menyediakan informasi mengenai informasi mengenai infrastruktur kesehatan dan karakteristik bangunan-bangunan, namun pendidikan yang tersedia dari set data PODES kondisi fisiknya lebih tepat dinilai berdasarkan Utama dan Sensus Infrastruktur disajikan secara ketersediaan arus listrik, suplai air bersih, serta lebih terperinci. kualitas atap dan lantai. Informasi Mengenai Infrastruktur Informasi Mengenai Infrastruktur Kesehatan Pendidikan Informasi mengenai layanan kesehatan yang Data mengenai suplai pendidikan dan tersedia dari data PODES dapat dikategorikan infrastruktur dari PODES dan sensus infrastruktur dalam empat dimensi: (i) ketersediaan dan juga dikategorikan ke dalam tiga dimensi: mampu diakses secara fisik; (ii) tenaga kerja (i) ketersediaan fisik; (ii) jumlah pelajar dan kesehatan; (iii) layanan dan peralatan; dan (iv) karakterisitik guru; dan (iii) karakteristik fasilitas karakteristik bangunan. Tabel II.1 memberikan dan ruangan yang tersedia. Tabel II.2 memberikan gambaran mengenai variabel yang telah tersedia sebuah gambaran. untuk masing-masing dimensi tersebut. Informasi mengenai sekolah negeri SD, SMP, SMA Data PODES utama berisi informasi tentang dan SMK tersedia dari hasil sensus PODES dan berbagai jenis fasilitas kesehatan di desa, sensus infrastruktur. Tapi PODES menyediakan seperti rumah sakit, rumah sakit bersalin, informasi tambahan tentang fasilitas pendidikan Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, usia dini (PAUD dan TK), juga informasi mengenai Poskesdes, Polindes, dan Posyandu, juga jumlah fasilitas swasta untuk semua tipe sekolah, 5| tempat praktek dokter dan dokter kandungan. termasuk akademi, sekolah khusus (SLB), Jika fasilitas yang disebutkan tidak tersedia di pesantren, dan madrasah diniyah. Juga dapat sebuah desa/lingkungan, PODES menyertakan ditemukan pada PODES informasi mengenai jarak informasi tambahan mengenai a) jarak ke; dan b) ke sekolah terdekat untuk setiap jenis sekolah, kemudahan mencapai fasilitas serupa terdekat. jika fasilitas tersebut tidak tersedia di sebuah desa atau lingkungan pemukiman. Baik PODES dan sensus infrastruktur menyertakan informasi mengenai jumlah Sensus infrastruktur menyediakan informasi dokter, dokter gigi, bidan, perawat dan petugas menyangkut jumlah murid (menurut jenis kelamin kesehatan lain yang bekerja pada fasilitas-fasilitas dan jenjang), jumlah guru, jenis kontrak mereka kesehatan di desa.3 Sensus infrastruktur juga (tetap atau sementara), dan tingkat pendidikan berisi informasi mengenai layanan serta peralatan mereka (lulusan S1 atau lebih tinggi versus D3 yang tersedia di fasilitas yang disensus. Variabel- atau yang lebih rendah) di sekolah-sekolah negeri. variabel ini tidak tersedia untuk fasilitas-fasilitas Berdasarkan informasi ini dihitung rata-rata murid yang tidak termasuk dalam sensus (misalnya per kelas, rasio guru-murid dan jumlah guru tetap rumah sakit, poliklinik, tempat praktek dokter dan/atau guru yang memiliki gelar sarjana di dan bidan). Karena itu penggabungan informasi setiap sekolah. ini pada level desa atau kecamatan, hanya akurat untuk kecamatan-kecamatan yang tidak memiliki 3 Sebagian angka dari kedua survei tersebut berbeda secara substansial. Ini karena fokus data PODES yang lebih luas (termasuk rumah sakit, poliklinik, tempat praktek dokter dan bidan). Sebagaimana pada sensus fasilitas kesehatan, Sama dengan hasil sensus fasilitas kesehatan, sensus atas sekolah pun mendata informasi sensus atas sekolah pun memberikan informasi tentang karateristik bangunan, khususnya menyangkut karakteristik bangunan. Tapi menyangkut ketersediaan listrik dan air pada kami hanya fokus pada informasi mengenai fasilitas tersebut, juga kualitas material serta ketersediaan listrik dan air dalam setiap fasilitas, kondisi atap dan lantainya. Sensus tersebut juga serta jenis bahan dan kualitas atap maupun lantai. mengumpulkan informasi mengenai ruangan yang Laporan tersebut juga berisi informasi tentang tersedia, termasuk jumlah kelas, laboratorium, ketersediaan ruangan, termasuk jumlah ruang perpustakaan, kamar mandi, lapangan olahraga, sekolah, laboratorium, perpustakaan, kamar ruang UKS dan ruang pegawai. mandi, lapangan olahraga, ruangan UKS dan ruang guru dan kepala sekolah. Tabel II.1: Infomasi Mengenai Infrastruktur Kesehatan dari PODES Dimensi Indikator-indikator 1. Ketersediaan dan Tersedia tiga indikator: Aksesibilitas Fisik ∙∙ Jumlah fasilitas per 10.000 penduduk ∙∙ Persentase masyarakat yang dapat mencapai fasilitas dengan mudah ∙∙ Jarak ke fasilitas terdekat Untuk tipe fasilitas berikut: ∙∙ Rumah Sakit ∙∙ Poliklinik ∙∙ Rumah Bersalin ∙∙ Puskesmas ∙∙ Puskesmas Pembantu 6| ∙∙ Poskesdes ∙∙ Polindes ∙∙ Tempat praktek dokter ∙∙ Tempat praktek bidan 2. Tenaga kerja Kesehatan ∙∙ Dokter: jumlah dalam desa dan jarak ke/kemudahan menjangkau tempat praktek berikut. ∙∙ Bidan: jumlah dalam desa dan jarak ke/kemudahan menjangkau tempat praktek terdekat. ∙∙ Dokter gigi: jumlah dalam desa ∙∙ Perawat dan tenaga kesehatan lainnya: jumlah dalam desa 3. Pelayanan dan Peralatan Sensus infrastruktur memberikan informasi menyangkut ketersediaan layanan- layanan berikut (pada fasilitas-fasilitas yang disensus): ∙∙ layanan rawat inap ∙∙ layanan dokter gigi ∙∙ periksa kehamilan ∙∙ kelahiran dengan bantuan dokter/bidan ∙∙ layanan imunisasi ∙∙ layanan KB ∙∙ laboratorium ∙∙ layanan timbang ∙∙ penyediaan vitamin A ∙∙ penyediaan pil zat besi ∙∙ ketersediaan inkubator ∙∙ perlengkapan penyimpanan vaksin 4. Karakteristik Bangunan Aliran listrik Sumber air Jenis serta kondisi atap dan tembok Table II.2: Informasi Mengenai Infrastruktur Pendidikan dari PODES Dimensi Indikator-indikator Ketersediaan Fisik ∙∙ Jumlah fasilitas per 10.000 penduduk (negeri dan swasta) ∙∙ Jarak ke fasilitas berikut Murid dan Guru ∙∙ Rasio guru-murid (untuk sekolah negeri) ∙∙ Jumlah murid per kelas ∙∙ Persentase guru tetap/S1 Karakteristik Fasilitas dan ∙∙ Perpustakaan Ruangan yang Tersedia ∙∙ Laboratorium (untuk sekolah negeri) ∙∙ Aliran listrik ∙∙ Sumber air ∙∙ Jenis serta kondisi atap dan tembok 7| II.2. Metodologi Bagian ini secara umum menjelaskan langkah- menengah pertama, tersedia di tingkat kecamatan; langkah utama yang dilakukan dalam analisis, yakni (ii) program-program pembangunan berbasis metodologi dan implementasinya. Penjelasan komunitas yang menonjol di Indonesia menjadikan yang lebih terperinci ada pada apendiks-apendiks wilayah kecamatan sebagai target; dan (iii) lebih yang bersifat teknis, sementara bab-bab dalam besar kemungkinan untuk mendapatkan informasi laporan ini hanya akan berisi temuan-temuan yang akurat dan detil pada tingkat kecamatan. utama. Informasi yang tersedia dari kedua sensus, Tujuan pokok, sekaligus tantangan dari analisis ini berdasarkan pada set data kecamatan, dieksplorasi adalah sedapat mungkin menggunakan infomasi guna mendapatkan indikator yang paling cocok yang berlimpah dari PODES, untuk memberikan untuk menggambarkan kesiapan suplai kesehatan sebuah penjelasan yang terpercaya dan dapat dan pendidikan. Seleksi atas indikator-indikator juga dijangkau luas mengenai keadaan infrastruktur mengacu pada perangkat statistik yang digunakan, di pedesaan Indonesia. Di satu pihak, kami ingin seperti variasi indikator-indikator secara nasional memberikan penjelasan yang komprehensif atas dan korelasi di antara indikator yang berbeda. Kami berbagai aspek suplai pelayanan di tingkat lokal. Di berkonsultasi dengan ahli dan mempertimbangkan pihak lain, kami bermasud memadatkan informasi target resmi Pemerintah ketika menentukan realitas yang tersedia ke dalam indikator-indikator yang lokal dan prioritas kebijakan yang paling diwaliki 8| ringkas agar memudahkan orang memahami oleh indikator-indikator tersebut. Aturan umumnya: laporan ini. Dengan pertimbangan-pertimbangan indikator-indikator kesiapan suplai mendapatkan tersebut, analisis kesiapan suplai infrastruktur bobot nilai antara 0 dan 1, yang menggambarkan dilakukan dalam tiga fase utama: (i) menentukan tingkat penyebaran penduduk, fasilitas atau indikator-indikator utama dan menganalisis wilayah geografis yang memenuhi ketentuan atau distribusi indikator-indikator tersebut secara batas kesiapan suplai. Kami memilih sedikitnya geografis; (ii) membuat sebuah indeks komposit dua indikator untuk setiap dimensi pada sektor berdasarkan indikator-indikator terpilih; dan (iii) kesehatan dan pendidikan. Hasilnya, secara menghitung kesenjangan suplai. keseluruhan kami mendapatkan tujuh indikator untuk masing-masing sektor tersebut. Dan meskipun data Seleksi indikator-indikator utama mengenai infrastruktur transportasi dari PODES tidak selengkap informasi untuk sektor kesehatan dan Data hasil sensus desa dari PODES utama dan pendidikan, data-data tersebut tetap bisa dipakai sensus infrastruktur digabungkan agar semua untuk mendapatkan beberapa indikator kesiapan informasi yang tersedia dapat dimanfaatkan. Agar suplai. menjadi satu set data yang tunggal, sebelum digabungkan dengan data PODES, terlebih dahulu Analisis atas perangkat statistik indikator-indikator informasi dari sensus infrastruktur mengenai level tersebut, hingga batas tertentu, memungkinkan fasilitas diubah ke dalam indikator-indikator tingkat adanya pengujian validitas data. Secara khusus kami desa. Indikator-indikator infrastruktur kesehatan, mengevaluasi korelasi antar indikator, baik pada sektor pendidikan dan transformasi di tingkat lokal ini yang sama atau pun lintas sektor, untuk menemukan juga disatukan pada level kecamatan, kabupaten pola-pola umum dalam data. Evaluasi ini memberikan dan provinsi. Studi ini mengutamakan analisis kami sebuah ukuran mengenai konsistensi data, atas data-data pada level kecamatan, dengan sekaligus sebuah indikator tingkat kepercayaan dari tiga alasan utama: (i) banyak institusi kesehatan peringkat relatif infrastruktur pedesaan di seluruh dan pendidikan, seperti Puskesmas atau sekolah negeri. Kemudian, kami menghubungkan indikator- indikator kesiapan suplai yang terpilih dengan Pertama, bobot-bobot kami dasarkan pada output-output aktual dari sistem kesehatan dan preferensi kebijakan yang eksplisit. Skema pendidikan --- ini cara kami (yang agak kasar) pembobotan yang demikian memang sangat untuk menguji validasi eksternal data PODES. arbitrer, namun hal ini menguntungkan karena Tapi untuk mengukur akurasi tingkat absolut pilihan-pilihan yang tersedia secara eksplisit kesiapan suplai, data PODES tetap saja perlu merefleksikan prioritas kebijakan yang berbeda dibandingkan dengan data mengenai infrastruktur dan terbuka untuk diselidiki dan didebat. Di sini, dasar pedesaan hasil sensus kuantitaif lain, atau kami mengusulkan tiga skema pembobotan yang dengan kajian kualitifatif di lapangan. Meski tidak secara prinsip besifat arbitrer: masuk dalam analisis ini, perbandingan dengan data yang sedang dikumpulkan oleh Pemerintah i. Bobot yang relatif lebih besar bagi indikator- Indonesia dan pihak lain akan menjadi pelengkap indikator pada dimensi ketersediaan fisik, yang sangat bermanfaat bagi studi ini. untuk memberikan tekanan pada pentingnya peran ketersediaan fasilitas bagi pelayanan Penyusunan indeks-indeks komposit kesehatan dan pendidikan. untuk kesehatan dan pendidikan ii. Bobot yang seimbang bagi semua dimensi Indeks komposit kesiapan suplai untuk setiap aksesibilitas. Karena jumlah indikator di sektor pada dasarnya menunjukkan bobot rata- masing-masing dimensi bisa berbeda, bobot rata dari indikator-indikator terpilih. Karena itu setiap indikator pun tak akan sama. bobot untuk indeks ini pun dibatasi antara 0 dan 1. Nilai lebih tinggi menunjukkan tingkat kesiapan iii. Bobot yang sama untuk tujuh indikator suplai yang lebih tinggi, meski sebenarnya kesiapan suplai. interpretasi atas nilai itu juga tergantung pada bobot yang melekat pada setiap indikator. Kedua, bobot ditentukan menggunakan Analisis 9| Indeks komposit, dengan demikian, lebih cocok Komponen Prinsipil (Principal Components digunakan untuk membandingkan performa Analysis/PCA), sebuah metode statistik untuk relatif, daripada performa absolut kabupaten- merangkum informasi dari sejumlah besar variabel kabupaten. Perlu dicatat bahwa kami tidak yang saling terhubung.4 Kami menentukan membuat indeks komposit untuk infrastruktur komponen prinsipal pertama, yakni kombinasi transportasi, karena terbatasnya jumlah indikator. linear dari indikator-indikator terpilih yang paling menggambarkan variasi dalam data, dan Memilih metode untuk menentukan bobot menggunakan eigenvectors komponen pertama merupakan sebuah langkah yang krusial, dan tersebut sebagai bobot pembanding untuk indeks diakui bersifat arbitrer, dalam menyusun indeks komposit. Keunggulan PCA, dia tidak begitu komposit kesiapan infrastuktur di Indonesia. Hal arbitrer karena itu kami membiarkan kovarian ini penting lantaran bobot menentukan pengaruh dalam data menentukan prioritas-prioritas relatif dari setiap indikator utama indeks komposit. kebijakan. Meski demikian, bobot-bobot yang Dan dikatakan arbitrer karena pemberian bobot ditentukan melalui PCA sulit untuk diinterpretasi mau tidak mau melibatkan sebuah proses dan dikaitkan dengan prioritas-prioritas kebijakan. penentuan nilai. Karena itu argumentasi dan metode yang digunakan dalam pembobotan harus transparan. Kami mempertimbangkan tiga metode yang berbeda untuk menetapkan bobot, masing-masing dengan pilihan, argumentasi dan intuisi yang secara implisit berbeda. Tentu saja kami juga bertekad untuk menjaga agar motode- metode tersebut tidak terlalu berbelit-belit. 4 Aplikasi PCA yang terkenal adalah indeks aset, di mana informasi mengenai kepemilikan sejumlah item diringkas menjadi indeks tunggal. Ketiga, dalam menilai hasil aktual sistem pada kesenjangan yang teridentifikasi untuk kesehatan dan pendidikan, seperti pemanfaatan menghitung ketimpangan dalam pembiayaan, layanan kesehatan oleh mereka yang berpotensi demi memastikan suplai infratruktur di seluruh menjadi pasien atau rata-rata nilai Ujian Nasional Indonesia berada pada tingkatan yang bisa (UN), kami menghubungkan skema pembobotan diterima. Kami membuat beberapa skenario untuk indikator-indikator kesiapan suplai dengan berbeda dengan menggunakan asumsi dan tujuan-tujuan eksplisit dari setiap kebijakan. Dua acuan yang tidak sama. Secara khusus, kami metode digunakan untuk mengukur nilai penting membedakan antara level kekurangan absolut relatif dari indikator suplai yang berbeda untuk dan kekuarangan relatif dalam hal akses ke hasil-hasil sektor kesehatan dan pendidikan: infrastruktur-infrastruktur dasar. i. Bobot ditentukan berdasarkan kontribusi Secara umum, dua pendekatan yang berbeda indikator-indikator suplai terhadap nilai mungkin digunakan untuk mengidentifikasi absolut dari output sektor pendidikan dan prioritas-prioritas yang menjadi target. Pertama, kesehatan, dengan mengunakan regresi OLS intervensi kebijakan dapat tertuju pada wilayah- atas indikator-indikator terpilih pada variabel wilayah yang sebagian besar penduduk, fasilitas, hasil di tingkat kabupaten. Koefisien-koefisien atau desa-desanya kekurangan infrastruktur yang dihitung kemudian digunakan untuk tertentu. Salah satu target kebijakan yang menentukan bobot-bobot tersebut. mungkin dibuat dengan pendekatan ini, adalah meningkatkan kesiapan suplai di semua ii. Penetapan bobot didasarkan pada kecamatan di Indonesia hingga mencapai sebuah kontribusi indikator-indikator suplai terhadap nilai, katakanlah 0,75. Karena daerah kecamatan ketidakseimbangan varibel-variabel hasil yang paling tertinggal kebanyakan terletak di sektor kesehatan atau pendidikan. Kami pedesaan dengan tingkat kepadatan penduduk menghitung ketidakseimbangan dengan yang rendah, relatif hanya sedikit penduduk 10 | menggunakan sebuah indeks terpadu, yang yang akan mendapat manfaat dari perbaikan kami urai menjadi indeks-indeks individual infrastruktur di daerah-daerah ini. yang menjelaskan kontribusi ketujuh indikator suplai. Kontribus-kontribusi individual ini Pilihan lain, prioritas investasi dapat ditentukan merupakan produk dari (i) daya tanggap berdasarkan jumlah absolut penduduk yang (elastisitas) dari variabel-variabel hasil dengan memiliki akses terbatas ke layanan-layanan dasar. memperhatikan indikator-indikator suplai, dan Dengan pendekatan kedua ini, fokus akan beralih, (ii) ketidaksetaraan dalam distribusi indikator- setidaknya sebagian, dari daerah pedalaman indikator suplai antar kabupaten. Uraian detil berpenduduk jarang yang hanya memiliki sedikit mengenai ketidaksetaraan ada di Appendix 1. infrastuktur, ke daerah yang lebih ramai dengan penduduk yang lebih padat dan secara umum Menghitung kesenjangan yang ada memiliki tingkat kesiapan suplai yang lebih tinggi, tapi secara absolut jumlah penduduk yang Kekurangan-kekurangan dalam kesiapan suplai tidak memiliki akses kepada pelayanan tertentu infrastuktur saat ini dan kebutuhan akan suplai lebih besar. Kami akan mengidentifikasi luasnya yang berhubungan dengan itu, kemudian kesenjangan, juga menentukan daerah-daerah dihitung berdasarkan indikator-indikator utama. yang paling tepat untuk mendapatkan investasi Kesenjangan suplai ditunjukkan oleh selisih dari infrastruktur berdasarkan kedua pendekatan nilai maksimum 1. Akhirnya, nilai biaya diberikan tersebut. III. INFRASTRUKTUR KESEHATAN 11 | III.1. Seleksi Indikator-indikator Kesiapan Suplai PODES Utama dan Sensus Infrastruktur 1.000). Oleh sebab itu, dibuat sebuah indikator memungkinkan pengkategorian informasi “mudah dijangkau”, berdasarkan penilaian para yang tersedia ke dalam empat dimensi utama. kepala desa tentang seberapa mudah sebuah Kami menggunakan tujuh indikator untuk fasilitas kesehatan dapat dicapai dari desa.5 menggambarkan aspek-aspek yang beragam dari Model indikator “mudah dijangkau” di tingkat suplai perawatan kesehatan. Berikut penjelasan desa bernilai 1 jika sebuah fasilitas a) ditemukan mengenai pemilihan indikator-indikator tersebut. ada di dalam desa atau b) “sangat mudah” atau “mudah” dicapai (menurut pendapat kepala Ketersediaan dan Aksesibilitas Fisik desa/responden utama). Mengukur persentase penduduk kecamatan yang dapat menjangkau Ketiga indikator yang telah ada (jumlah fasilitas fasilitas tertentu dengan mudah, indikator ini per kapita (“berdasarkan jumlah penduduk”), secara tidak langsung turut menentukan penilaian berdasarkan jarak, berdasarkan akses) atas jarak dan infrastruktur transportasi. Korelasi memberikan gambaran yang berbeda-beda indikator-indikator ini dengan indikator-indikator mengenai ketersediaan fasilitas kesehatan. berbasiskan jarak yang umumnya sangat tinggi, Indikator berdasarkan jumlah penduduk sekitar 0,60, mengkonfirmasi tingginya tingkat cenderung bernilai lebih rendah di daerah yang kehandalan indikator ini. padat penduduk dan lebih tinggi di daerah 12 | yang penduduknya jarang, dan karena itu Kami mengelompokkan sembilan jenis fasilitas tidak menggambarkan ketersediaan layanan yang dimaksud ke dalam tiga indikator untuk yang sesungguhnya. Korelasi antara indikator- menangkap berbagai fungsi yang berbeda dari indikator ini dengan indikator-indikator kesiapan sistem layanan kesehatan: infrastruktur lainnya biasanya rendah bahkan negatif, terutama disebabkan oleh besarnya • Akses ke Layanan Tingkat Primer: pengaruh jumlah penduduk yang menjadi faktor Persentase penduduk yang dapat dengan penentu pada indikator-indikator tersebut. mudah mencapai sebuah poliklinik, Lantaran bisa menyebabkan bias dalam pemetaan Puskesmas, Puskesmas Pembantu, atau ketersediaan infrastruktur, indikator-indikator tempat praktek dokter. yang berdasarkan pada jumlah penduduk tidak disertakan pada sektor kesehatan maupun sektor • Akses ke Layanan Tingkat Sekunder: pendidikan. Meski demikian, kami menghitung Persentase penduduk yang dapat dengan kepadatan penduduk manakala mengukur tingkat mudah mencapai sebuah rumah sakit. kesenjangan infrastruktur yang ada. • Akses ke Fasilitas Melahirkan: Persentase Indikator yang lebih terpercaya untuk mengukur penduduk yang dapat dengan mudah aksesibilitas perawatan kesehatan adalah “jarak ke mencapai rumah sakit, rumah sakit bersalin, fasilitas terdekat”. Akan tetapi, cukup banyak nilai Puskesmas, Polindes atau tempat praktek yang tidak tersedia pada indikator ini (Data Tidak bidan. Tersedia untuk sejumlah kecamatan, bisa sampai 5 Bagi kesembilan jenis fasilitas kesehatan, kepala desa/responden PODES utama memberikan penilaiannya apakah “sangat mudah”, “mudah”, “sulit”, atau “sangat sulit” untuk mencapai fasilitas sejenis yang terdekat (jika fasilitas tersebut tak tersedia di desanya). Indikator pertama dimaksudkan untuk mengukur Organisasi Kesehaan Dunia (WHO) mengusulkan tingkat askes ke layanan kesehatan dasar, indikator jumlah tenaga ahli kesehatan per 10.000 khususnya fasilitas-fasilitas kesehatan yang penduduk, untuk mengukur kepadatan tenaga dipilih untuk diikutkan dalam analisis. Untuk kesehatan (WHO, 2011). Bagaimanapun juga, perbandingan kami menyiapkan definisi alternatif penggunaan indikator-indikator berdasarkan yang lebih luas dari perawatan tingkat primer, jumlah penduduk masih memiliki masalah, untuk yakni semua jenis fasilitas selain rumah sakit alasan yang telah disebutkan di atas. Performa (fasilitas pelayanan tingkat kedua) dan Posyandu indikator yang diusulkan WHO ternyata buruk, (tidak menyediakan pelayanan kesehatan utama). lantaran (i) korelasi yang sangat rendah atau bahkan negatif dengan semua indikator kesiapan Tenaga Kerja Kesehatan suplai lain; dan (ii) tidak dapat memberikan penjelasan yang meyakinkan, manakala indikator Kami memiliki informasi mengenai jumlah dokter, tersebut dipakai untuk menilai faktor-faktor bidan dan pelayan di setiap desa dan jumlah yang menentukan pemanfaatan suatu layanan masing-masing mereka di setiap jenis fasilitas. kesehatan. Performa sedikit lebih baik ditunjukkan Kami mengusulkan dua indikator untuk mengukur oleh indikator yang berbasiskan jumlah dokter tingkat pencapaian target-target yang ditetapkan per 10.000 penduduk – digunakan juga sebagai Pemerintah Indonesia. indikator alternatif untuk menilai kondisi tenaga kerja kesehatan (lihat Apendiks 2 untuk deskripsi • Dokter di Puskesmas: Pada setiap yang lebih detil mengenai indikator-indikator Puskesmas, setidaknya harus ada satu orang tenaga kerja kesehatan berdasarkan jumlah dokter. Kami menghitung jumlah Puskesmas penduduk). dalam sebuah kecamatan yang memenuhi persyaratan ini. Layanan dan Peralatan 13 | • Bidan di Desa: Kehadiran bidan sangat Informasi yang tersedia dari Sensus Infrastruktur penting untuk pelayanan ibu hamil dan mengenai layanan dan peralatan, bermasalah persalinan. Kami menghitung jumlah penduduk untuk tiga alasan. Pertama, informasi ini hanya kecamatan yang tinggal di desa-desa yang mengenai fasilitas-fasilitas yang dijangkau oleh memiliki setidaknya seorang bidan. Sensus Infrastruktur, indikator-indikator ini pun tidak memasukkan layanan yang tersedia di Tabel III.1: Gambaran Umum Mengenai Indikator-indikator Kesehatan yang Terpilih Indikator Deskripsi Akses ke Layanan Tingkat Persentase penduduk yang dapat dengan mudah mencapai sebuah poliklinik, Primer Puskesmas, Puskesmas Pembantu, atau tempat praktek dokter. Akses ke Layanan Tingkat Persentase penduduk yang dapat dengan mudah mencapai sebuah rumah Kedua sakit. Akses ke Fasilitas Melahirkan Persentase penduduk yang dengan mudah dapat mencapai rumah sakit, rumah sakit bersalin, Puskesmas, Polindes, atau tempat praktek bidan. Dokter di Puskesmas Persentase Puskesmas yang setidaknya memiliki satu orang dokter. Bidan di Desa Persentase penduduk yang tinggal di desa yang ada bidannya. Suplai Air Bersih di Puskesmas Jumlah Puskesmas yang memiliki instalasi air bersih sendiri, atau jaraknya ke instalasi air bersih terdekat paling jauh 10 menit jalan kaki. Aliran Listrik Jumlah fasilitas kesehatan yang memiliki aliran listrik (tidak termasuk Posyandu) rumah sakit atau poliklinik juga di tempat-tempat memiliki akses ke air bersih dalam lingkungan praktek dokter dan bidan. Kedua, bila ada layanan Puskesmas itu sendiri, atau paling jauh 500 yang tidak tersedia di dalam sebuah desa, meter dari pusat layanan kesehatan itu. namun tidak ada informasi mengenai fasilitas Lantaran informasi mengenai jarak ke sumber terdekat yang menawarkan pelayanan serupa. air terdekat tidak tersedia, kami menggunakan Ketiga, kategori-kategori layanan dan informasi sebuah model yang memberikan bobot 1 bagi mengenai peralatan yang tersedia didefinisikan Puskesmas yang jaraknya ke jaringan air bersih secara relatif lebih luas, dan dengan demikian terdekat dapat dicapai dalam waktu 10 menit tidak begitu cocok untuk menilai kualitas suplai berjalan kaki atau kurang dari itu. (contohnya, pengaruh sebuah laboratorium secara krusial bergantung kepada peralatan dan • Aliran Listrik: Indikator kedua mengukur jenis pemeriksaan yang tersedia). Oleh karena level fasilitas kesehatan di kecamatan (tidak itu kami tidak memasukkan informasi mengenai termasuk Posyandu) dari sisi ketersediaan layanan dan peralatan ke dalam indeks. aliran listrik. Karakteristik Bangunan Kami tidak menggunakan indikator bahan bangunan, karena indikator ini juga dapat Sebagai gantinya, kualitas fasilitas kesehatan menggambarkan perbedaan gaya bangunan diukur menggunakan dua indikator yang berkaitan antar daerah, dan bukannya kualitas infrastruktur dengan kebutuhan-kebutuhan dasar antar wilayah. Tabel III.1 memberikan sebuah gambaran umum mengenai indikator-indikator • Suplai Air Bersih di Puskesmas: Salah yang dipilih untuk mengukur kesiapan suplai satu target resmi untuk Puskesmas adalah kesehatan. 14 | III.2. Deskripsi Pola Nasional Ketersediaan Infrastruktur Statistik Deskriptif untuk ketujuh indikator tersebut yang dengan mudah dapat mencapai rumah sakit ditampilkan pada Tabel III.2. Bobot ketujuh dari desa-desa tempat mereka tinggal. Fasilitas indikator itu dibatasi antara 0 dan 1, di mana nilai melahirkan, secara umum, sulit dijangkau oleh yang lebih besar menunjukkan tingkat kesiapan sekitar 10% penduduk kecamatan. Nilai rata- suplai yang lebih tinggi. Secara rata-rata, 92,6% rata Indikator-indikator tenaga kesehatan dan penduduk di 6.771 kecamatan memiliki akses ke karakteristik bangunan, hampir sama di seluruh layanan kesehatan tingkat primer sebagaimana kecamatan, yakni 0,81 untuk fasilitas kesehatan dijelaskan dalam Tabel III.1. Namun bila akses ke yang memiliki aliran listrik dan 0,86 untuk Polindes, Poskesdes dan tempat praktek bidan Puskesmas yang memiliki seorang dokter. ikut dipertimbangkan, rata-rata ini akan naik menjadi 95,5%. Meski secara umum layanan Tabel III.3 memperlihatkan korelasi antar indikator, kesehatan dasar telah tersedia di banyak daerah yang nilainya berkisar antara 0,30 dan 0,62 di Indonesia, ada perbedaan tingkat layanan (kecuali akses ke fasilitas melahirkan dan akses yang cukup signifikan antar wilayah. Hal ini akan ke pelayanan tingkat primer yang nilai korelasinya didiskusikan kemudian. mencapai: 0,78). Korelasi positif yang signifikan dan seragam ini menunjukan adanya pola kesiapan 15 | Akses ke layanan kesehatan tingkat kedua lebih suplai yang hampir sama di semua dimensi. Hal terbatas. Hanya dua per tiga penduduk kecamatan ini sekaligus mengkofirmasi konsistensi dari Tabel III.2: Indikator-indikator Kesehatan: Statistik Deskriptif Statistik Deskriptif Obs. Nilai Tengah SD Min Maks Akses ke Pelayanan Primer 6771 0,926 0,173 0 1 Akses ke Pelayanan Sekunder 6771 0,673 0,407 0 1 Akses ke Fasilitas Melahirkan 6771 0,899 0,22 0 1 Dokter di Puskesmas 6771 0,858 0,339 0 1 Bidan di Desa 6771 0,848 0,251 0 1 Suplai Air Bersih di Puskesmas 6771 0,848 0,345 0 1 Aliran Listrik 6771 0,814 0,267 0 1 Tabel III.3: Indikator-indikator Kesehatan: Korelasi-korelasi Tingkat Tingkat Air Korelasi-korelasi Melahirkan Dokter Bidan Primer Sekunder Bersih Akses ke Layanan Tingkat 0,54 1 Sekunder Akses ke Fasilitas 0,78 0,62 1 Melahirkan Dokter di Puskesmas 0,42 0,36 0,47 1 Bidan di Desa 0,6 0,53 0,65 0,5 1 Suplai Air Bersih di 0,37 0,3 0,4 0,49 0,43 1 Puskesmas Aliran Listrik 0,47 0,45 0,51 0,44 0,54 0,38 indikator-indikator terpilih. Adanya variasi-variasi oleh setidaknya satu orang dokter. Di tingkat desa, yang substansial dari indikator-indikator tersebut keragaman yang tinggi tampak pada indikator di seluruh kecamatan, juga menguatkan bahwa ketersediaan bidan. Tingkat ketersediaan bidan perangkat statistik ini mampu menghasilkan amat rendah di 1.136 kecamatan. Tidak sampai penilaian yang cukup lengkap mengenai 50% desa di masing-masing kecamatan itu yang ketersediaan infrastruktur kesehatan dasar pada memiliki bidan. Gambaran yang kurang lebih tingkat lokal di Indonesia. sama terlihat pada dua indikator fasilitas-fasilitas dasar. Suplai air bersih tersedia di hampir semua Sebelum beralih ke pola spasial suplai layanan Puskesmas, namun ada masalah dengan aliran kesehatan, sebuah penjelasan grafis mengenai listrik di fasilitas-fasilitas. Secara umum, hanya distribusi ketujuh indikator terpilih diberikan sekitar 45% dari seluruh kecamatan di Indonesia dalam Gambar III.1. Ada kesenjangan yang amat yang seluruh fasilitas kesehatannya memiliki akses besar antara akses ke layanan rumah sakit dan ke aliran listrik. akses layanan kesehatan tingkat primer seperti Puskesmas. Layanan kesehatan tingkat primer Berikut ini, peta ketujuh indikator menampilkan pola tersedia di hampir semua daerah, tapi akses ke regional kesiapan suplai infrastruktur. Klasifikasi layanan rumah sakit masih sangat terbatas, hanya yang sama digunakan untuk semua peta indikator tersedia bagi penduduk yang tinggal di sekitar (juga peta indeks komposit di bagian berikut) 20% dari total kecamatan. Baiknya, lebih dari untuk menyederhanakan perbandingan di antara 80 kecamatan memiliki Puskesmas yang dilayani aspek-aspek suplai kesehatan yang berbeda.6 Gambar III.1: Distribusi Indikator-indiator Kesiapan Suplai Kesehatan 80 80 80 16 | 60 60 60 40 40 40 Persen 20 20 20 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Ind. 1: Akses ke layanan Tingkat Primer Ind. 2: Akses ke layanan Tingkat Sekunder Ind. 3: Akses ke Fasilitas Melahirkan 80 80 60 60 40 40 Persen 20 20 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Ind. 4: Persentase Puskesmas yang Ind. 5: Bidan di Desa memiliki Dokter 80 80 60 60 40 40 Persen 20 20 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Ind. 6: Ketersediaan Air Bersih di Ind. 7: Aliran Listrik Puskesmas 6 Data dari PODES 2011 tidak (belum) sepenuhnya cocok dengan sistem pengkodean yang digunakan untuk membuat peta-peta kecamatan terbaru. Karena itu ada 38 kecamatan yang tidak dapat diwakili oleh peta-peta yang dibuat berdasarkan data PODES tersebut. Di luar sedikit ketidakcocokan antara kode-kode PODES dan perangkat pemetaan terbaru, data untuk semua indikator yang dipakai dalam analisis ini, tersedia bagi seluruh kecamatan yang masuk dalam survei PODES 2011. Dimensi 1: Aksesibilitas Dan tingkat primer . Kesenjangan yang amat besar Ketersediaan Fisik dalam hal akses ke layanan kesehatan dasar terjadi pada kecamatan-kecamatan di pedalaman Gambar III.2 menunjukkan adanya akses yang luas Papua (rata-rata tingkat akses kecamatan hanya ke layanan kesehatan tingkat primer di sebagian 62%) dan, sedikit lebih baik, di Papua Barat (77%) besar pulau Jawa (akses tersedia bagi rata-rata serta Maluku (87%). Lampiran 3 memberikan 98% penduduk kecamatan), Bali (100%) dan NTB gambaran umum mengenai semua indikator di (98%). Tingkat ketersediaan layanan kesehatan tingkat kabupaten. yang lebih rendah terlihat di daerah-daerah pedesaan7 Kalimantan, Sumatera dan Sulawesi. Kontras dengan akses ke layanan kesehatan Secara berurutan, rata-rata 10%, 7% dan 7% dari tingkat primer yang secara umum tergolong baik, penduduk kecamatan di ketiga pulau tersebut akses ke layanan tingkat sekunder di rumah sakit tidak memiliki akses mudah ke layanan kesehatan ternyata tidak tersedia secara mudah bagi warga Gambar III.2: Peta – Persentase Penduduk yang Memiliki Akses ke Layanan Tingkat Primer 17 | Gambar III.3:Peta – Persentase Penduduk yang Memiliki Akses ke Layanan Tingkat Sekunder 7 Sebuah kecamatan diklasifikasikan sebagai daerah perkotaan jika setidaknya ada satu desa/pemukiman dalam kecamatan tersebut dikodekan sebagai daerah perkotaan (total ada 2.763 kecamatan). Sebaliknya sebuah kecamatan (secara eksklusif) digolongkan sebagai daerah pedesaan bila semua desa di kecamatan tersebut dikodekan sebagai daerah pedesaan (4.008 kecamatan). di sebagian besar wilayah negara ini. Selain memiliki akses terbatas ke fasilitas melahirkan. Papua dan Papua Barat (rata-rata tingkat askes Rata-rata 19% penduduk di 3.377 kecamatan di kecamatan 18%) dan kepulauan Maluku (37%), di luar Jawa yang masuk klasifikasi daerah tingkat akses yang rendah juga teramati di NTB pedesaan, tidak memiliki akses yang mudah dan NTT (51%), Kalimantan (53%), Sulawesi ke fasilitas melahirkan. Sementara, penduduk (62%) dan Sumatera (71%). Perbedaan kota-desa yang sulit mengakses fasilitas melahirkan di 631 sangat besar. Prosentase penduduk kecamatan kecamatan di pulau Jawa yang masuk kategori di daerah perkotaan yang memiliki akses mudah pedesaan, hanya 2%. ke rumah sakit mencapai 91%. Sebaliknya, hanya 51% penduduk kecamatan yang terletak jauh dari Dimensi 2: Tenaga Kerja Kesehatan kota, di seluruh Indonesia, yang memiliki askes mudah ke rumah sakit. Karena kebanyakan kecamatan di Indonesia hanya memiliki satu Puskesmas, data mengenai Ketersediaan fasilitas melahirkan sedikit banyak jumlah Puskesmas yang memiliki minimal seorang mengikuti pola yang teramati dalam hal akses dokter hampir merupakan sebuah indikator biner. ke layanan kesehatan. Khususnya di daerah Lagi, kesenjangan sangat nyata terlihat di wilayah pedesaan luar Jawa, sejumlah besar penduduk Papua. Banyak kecamatan bahkan sama sekali Gambar III.4: Peta – Persentase Penduduk yang Memiliki Akses ke Fasilitas Bersalin 18 | Gambar III.5: Peta – Persentase Puskesmas yang Memiliki Sedikitnya Seorang Dokter tidak memiliki Puskesmas. Secara umum, satu bahwa dalam definisi kami, dukun beranak bukan perempat dari kecamatan-kecamatan di daerah seorang bidan. Bila dukun beranak atau dukun pedesaan luar Jawa tidak menyediakan dokter di bayi dihitung sebagai bidan, maka jumlah desa Puskesmas. Angka ini meningkat menjadi 40% di daerah pedesaan yang tidak memiliki bidan di kepulauan Maluku dan 69% di Papua/Papua berkurang menjadi rata-rata hanya 11% – kecuali Barat. di Papua/Papua Barat yang masih jauh di atas 10% (47%). Sama dengan pola umum ketersediaan layanan kesehatan, ketersediaan bidan pun terbatas Dimensi 3: Karakteristik Bangunan bagi daerah pedesaan dan pedalaman. Secara keseluruhan bidan tersedia di 96% komunitas Mirip dengan indikator ketersediaan dokter perkotaan, namun prosentase ketersediaan di Puskesmas, indikator menyangkut jumlah bidan di pedesaan hanya di 78%. Angka Puskesmas yang memiliki suplai air bersih, baik akses daerah pedesaan ini terendah di provinsi di dalam fasilitas itu maupun dalam jarak 10 Sulawesi Utara (61%), Maluku (54%), Kalimantan menit berjalan kaki dari fasilitas tersebut, hampir Timur (51%), Maluku Utara (50%), Papua (30%) merupakan sebuah distribusi biner. Di luar dan Papua Barat (27%). Penting untuk dicatat Jawa dan Bali, dengan mengecualikan Papua/ Gambar III.6: Peta – Persentase Penduduk di Desa yang Memiliki Bidan 19 | Gambar III.7: Peta – Persentase Puskesmas yang Memiliki Instalasi Air Bersih Papua Barat, tampak gambaran yang seragam: Ketersediaan aliran listrik pada fasilitas kesehatan Puskesmas di sekitar 10% kecamatan di daerah sangat bervariasi baik antar wilayah maupun antar perkotaan dan 20% kecamatan di pedesaan, jenis fasilitas. Fasilitas kesehatan di Papua/Papua tidak memiliki instalasi air bersih. Di Papua/Papua Barat (52%), kepulauan Maluku (66%), dan NTT/ Barat, jumlah Puskesmas di kecamatan pada NTB (70%) tampaknya tidak memiliki akses ke daerah perkotaan yang tidak memiliki instalasi air aliran listrik. Sebaliknya aliran listrik menjangkau bersih hampir sama dengan kebanyakan daerah hampir seluruh fasilitas kesehatan di Jawa (97%) lain, yakni 12%. Tapi angka ini meningkat tajam dan Bali (96%). Pada Tabel III.4, angka-angka menjadi 61% bagi kecamatan-kecamatan di ini dipisahkan menurut jenis fasilitas kesehatan. daerah pedesaan. Dengan mengabaikan Papua/Papua Barat, rata- rata Puskesmas yang teraliri listrik di seluruh Indonesia mencapai 90%. Akses ke aliran listrik di Puskesmas Pembantu, Poskesdes, dan Polindes jauh kecil, dengan rata-rata tingkat keteraliran yang hampir sama di dalam setiap wilayah. Gambar III.8: Peta – Persentase Fasilitas Kesehatan yang Memiliki Aliran Listrik (tidak termasuk Posyandu) 20 | Tabel III.4: Persentase Fasilitas Kesehatan yang Memiliki Aliran Listrik – Menurut Wilayah dan Jenis Fasilitas Region Puskesmas P. Pembantu Poskesdes Polindes Sumatera 97,4 83,3 82,2 85,5 Jawa & Bali 100 96,4 95,3 97,4 NTT & NTB 94,2 69,1 70,5 61,4 Kalimantan 98,1 75 74,8 73,1 Sulawesi 94,7 80,4 69,8 68,8 Maluku & Maluku Utara 90,5 64,3 60,6 53,6 Papua & Papua Barat 72,3 50,3 30 39 III.3. Indeks-indeks Komposit Kesiapan Suplai Kesehatan Informasi dari ketujuh indikator, selanjutnya korelasi positif, antara 0,55 dan 0,65, memperkuat disatukan ke dalam (i) sub indeks untuk setiap dugaan bahwa ada pola yang cukup konsisten dimensi, juga (ii) indeks-indeks komposit mengenai kesiapan suplai, di semua dimensi berdasarkan pada semua indikator. Dengan data infrastruktur kesehatan. yang amat padat ini, dapat dilakukan penilaian umum atas kesiapan suplai di tingkat lokal, dan Setelah itu, kami menggabungkan informasi dari identifikasi wilayah-wilayah perlu diprioritaskan ketujuh indikator tersebut ke dalam satu indeks untuk mendapat intervensi kebijakan di waktu global mengenai kesiapan suplai kesehatan. mendatang. Secara umum pulau Jawa dan provinsi Sebagaimana didiskusikan dalam bagian II.2, Bali adalah yang terbaik, sementara kesenjangan kami mengajukan enam skema pembobotan terbesar dalam hal kesiapan suplai infrastruktur yang berbeda untuk indeks komposit, agar bisa ditemukan di wilayah Papua, kepulauan Maluku, diperbandingkan dan supaya mendapatkan hasil NTT, juga di pedalaman Kalimantan. Hanya yang lebih terpercaya. Pertama, bobot ditentukan sekitar 19% kecamatan di Indonesia yang boleh berdasarkan pada preferensi kebijakan, dengan dibilang siap memberikan pelayanan dengan skor memberikan (i) bobot total 60% untuk ketiga maksimum 100%. Sedangkan ketimpangan yang indikator ketersediaan fisik; (ii) bobot yang sama 21 | cukup besar ditemukan pada satu per empat dari untuk ketiga dimensi yakni aksesibilitas, tenaga seluruh kecamatan, ditunjukkan oleh skor mereka kerja, dan karakteristik bangunan; dan (iii) bobot yang tidak mencapai 75%.8 Sebelum membahas yang sama untuk ketujuh indikator kesiapan lebih jauh mengenai pola-pola spasial suplai suplai. pelayanan kesehatan dasar, pada bagian ini akan dijelaskan konstruksi berbagai indeks komposit. Kedua, PCA digunakan untuk menentukan bobot bagi ketujuh indikator. Tabel III.6 menampilkan Sebagai permulaan, Tabel III.5 menunjukkan nilai nilai eigenvectors dan bobot untuk setiap indikator tengah dan korelasi pairwise setiap sub indeks yang merupakan hasil analisis PCA. Tampak pada tiga dimensi utama: ketersediaan fisik, ketujuh indikator kesiapan suplai kesehatan tenaga kesehatan, dan karakteristik bangunan. memiliki bobot yang cukup seimbang. Sub-sub indeks tersebut dihitung sebagai rata- rata sederhana dari setiap indikator dari masing- Ketiga, kami menghubungkan indikator-indikator masing dimensi. Nilai tengah yang mirip dan Tabel III.5: Sub-sub Indeks Kesehatan – Nilai Tengah dan Korelasi Sub-Indeks Nilai Tengah Korelasi Ketersediaan Tengah Kerja Bangunan Ketersediaan Fisik 0,833 1 Tenaga Kerja Kesehatan 0,853 0,63 1 Karakteristik Bangunan 0,831 0,55 0,65 1 8 These statistics are based on version A of the composite health index, where particular weight is given to the indicators of physical availability. kesiapan suplai dengan hasil aktual dari sistem OLS dan bobot yang dihasilkan untuk indeks kesehatan, yakni pemanfaatan layanan kesehatan komposit. oleh calon pasien. Angka pemanfaatan fasilitas rawat jalan – yang merupakan variabel dependen Kolom 1 menunjukan bahwa tingkat pemanfaatan dalam model regresi kami – mengukur jumlah rawat jalan berkorelasi positif dan kuat dengan penduduk yang menggunakan layanan rawat semua indikator kesiapan suplai. Ini menguatkan jalan selama satu bulan terakhir, dari antara para validitas eksternal indikator-indikator terpilih. responden yang dilaporkan sakit. Karena data Untuk menilai korelasi-korelasi ini lebih jauh, kami variabel yang diturunkan dari Susenas 2010 ini menjalankan regresi OLS sederhana atas angka hanya tersedia untuk tingkat kabupaten, kami pemanfaatan rawat jalan, dan mendapatkan menggabungkan ketujuh indikator kesiapan suplai koefisien regresi yang positif untuk tiga indikator pada tingkat kabupaten. Tabel III.7 menampilkan akses dan dua indikator karakteristik bangunan korelasi antara angka pemanfaatan fasilitas rawat (kolom 2). Sebagai pembanding, kami mengganti jalan dan ketujuh indikator, juga perkiraan regresi “Dokter di Puskesmas” dengan indikator “Skor Tabel III.6: Analisis Komponen Prinsipal Indikator-indikator Kesehatan Indikator Eigenvector Bobot Akses ke Layanan Tingkat 0,408 0,155 Primer Akses ke Layanan Tingkat 0,366 0,139 Sekunder Akses ke Fasilitas Melahirkan 0,432 0,164 Dokter di Puskesmas 0,345 0,131 22 | Bidan di Desa 0,41 0,156 Suplai Air Bersih di Puskesmas 0,31 0,118 Aliran Listrik 0,361 0,137 2,631 1,000 Tabel III.7: Hasil Regresi OLS: Faktor-faktor Penentu Tingkat Pemanfaatan Fasilitas Rawat Jalan Indikator j Korelasi k OLS I l OLS II m Bobot Akses ke Layanan Tingkat 0,47 0,02 0,02 0,031 Primer -0,867 -0,854 Akses ke layanan Tingkat 0,51 0,09*** 0,09*** 0,169 Sekunder -0,002 -0,002 Akses ke Fasilitas Melahirkan 0,52 0,24** 0,24** 0,438 -0,015 -0,016 Dokter di Puskesmas 0,37 0 -0,917 -0,09* -0,09* Bidan di Desa 0,41 -0,061 -0,053 Ketenagaan: Skor Dokter 0,13 0 -0,949 Suplai Air Bersih di 0,09* 0,09* 0,43 0,158 Puskesmas -0,093 -0,093 0,11*** 0,11*** Aliran Listrik 0,49 0,204 -0,006 -0,005 Pengamatan: 497 497 R2: 0,319 0,319 Nilai-P di dalam kurung. Signifikansi statistik: pada 10%; ** pada 5%; *** pada 1%. Termasuk konstanta. Dokter” (untuk detil lihat Apendiks 2). Karena bernilai positif (kolom 2), menunjukkan bahwa hasil regresi tidak meningkat (kolom 3), kami suplai pelayanan kesehatan relatif berlimpah di memutuskan untuk tetap menggunakan ketujuh kabupaten yang lebih makmur. indikator utama. Bobot untuk indeks komposit diturunkan dari koefisien regresi OLS I, di mana Lantaran semua indeks konsentrasi bernilai positif, indikator-indikator yang memiliki koefisien negatif kontribusi setiap kovarian terhadap kesenjangan mendapatkan bobot kosong dan lima indikator secara umum ditentukan oleh tanda koefisien yang tersisa diskala ulang sehingga bobot- regresi dan elastisitas yang mengikutinya. Adanya bobot mereka berjumlah 1 (kolom 4). Selain komponen residual yang sangat besar menunjukan merupakan cara sederhana untuk menilai faktor- bahwa indeks suplai hanya menjelaskan faktor utama yang menentukan pemanfaatan sebagian kecil dari ketidakseimbangan pada layanan kesehatan, hasil-hasil yang diperoleh dari tingkat pemanfaatan fasilitas. Meski demikian, ini perhitungan ini bisa menjadi sebuah pendekatan bukanlah sesuatu yang tidak terduga mengingat alternatif untuk menentukan bobot indikator- nilai R-kuadrat regresi OLS yang relatif rendah. indikator. Ketika mentransfer hasil-hasil ini menjadi bobot, indikator-indikator dengan kontribusi negatif Alternatif kedua untuk menentukan bobot dengan diberikan bobot kosong, sementara semua bantuan variabel output kesehatan adalah: kontribusi yang lain dinilai ulang sehingga jumlah menilai kontribusi indikator-indikator suplai mereka menjadi 1. terhadap ketidakseimbangan dalam pemanfaatan layanan kesehatan, dengan menggunakan indeks Ini memberikan kami enam alternatif skema konsentrasi (deskripsi yang lebih detil mengenai pembobotan untuk indeks komposit kesiapan metode ini lihat Apendiks 1). Tabel III.8 menunjukan suplai infrastruktur kesehatan. Tabel III.9 hasil dari pendekatan ini. Kami memulai dengan merangkum bobot tujuh indikator untuk keenam regresi OSL I atas tujuh indikator suplai pada indeks altenatif tersebut. Berbeda dengan indeks 23 | angka pemanfaatan fasilitas rawat jalan. Indeks komposit A hingga D yang menggunakan ketujuh konsentrasi untuk angka pemanfaatan rawat jalan indikator secara penuh, versi E dan F hanya adalah 0,029. Data ini mengindikasikan adanya berdasarkan pada regresi angka pemanfaatan distribusi pro orang kaya dalam pemanfaatan rawat jalan, sehingga mengesampingkan indikator fasilitas ini oleh mereka yang dilaporkan sakit. tenaga kesehatan. Adapun indeks konsentrasi semua kovarian Tabel III.10 dan III.11 memaparkan statistik Tabel III.8: Indikator-indikator Kesehatan: Dekomposisi Indeks Konsentrasi Indikator j Koefisien k CI l Kontribusi m Persen n Bobot Akses ke Layanan Tingkat 0,017 0,028 0,001 3,8 0,019 Primer Akses ke Layanan Tingkat 0,094 0,099 0,017 56,9 0,286 Sekunder Akses ke Fasilitas 0,242 0,038 0,021 71,3 0,36 Melahirkan Dokter di Puskesmas -0,004 0,042 0 -1,4 Bidan di Desa -0,087 0,053 -0,01 -33,4 Instalasi Air Bersih 0,087 0,03 0,006 19,6 0,098 Aliran Listrik 0,113 0,061 0,014 46,8 0,236 Residual -0,048 -163,6 Total 0,029 100 1 deskriptif dan korelasi pairwise ketujuh indikator distribusi indeks komposit. Ini ditunjukan oleh indeks komposit, secara berurutan. Seperti korelasi yang amat tinggi antara indeks-indeks indikator-indikator utama, bobot indeks komposit komposit yang berbeda. Versi A hingga D hampir dibatasi antara 0 dan 1, di mana nilai lebih tinggi identik, lantaran bobot yang mirip dan korelasi menunjukkan kesiapan suplai yang lebih tinggi. positif di antara ketujuh sub-indikator. Meski Rata-rata kecamatan di Indonesia mendapat skor pada saat indikator-indikator tenaga kesehatan sekitar 0,84 atau 84%, tergantung pada skema disingkirkan, dalam skema pembobotan pembobotan yang digunakan. Menggunakan berdasarkan regresi (versi E dan F), angka korelasi indeks komposit A sebagai referensi, perolehan tetap di atas 0,95 (dengan pengecualian pada skor tertinggi 1 (1.291 kecamatan) maupun skor versi B dan E). terendah 0 (35 kecamatan) sama-sama diamati. Akhirnya, kemiripan di antara indikator komposit Cukup menarik, skema pembobotan alternatif yang berbeda dikuatkan oleh distribusi mereka tenyata hanya memiliki sedikit pengaruh terhadap Tabel III.9: Gambaran Umum Mengenai Bobot Indeks-indeks Komposit Kesehatan Indeks Primer Sekunder Melahirkan Dokter Bidan Air Listrik A Fokus pada 0,2 0,2 0,2 0,1 0,1 0,1 0,1 Akses B Dimensi 0,111 0,111 0,111 0,166 0,166 0,166 0,166 Seimbang C Indikator 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 0,143 Seimbang D PCA 0,155 0,139 0,164 0,131 0,156 0,118 0,137 24 | E Pemanfaatan 0,031 0,169 0,438 0,158 0,204 OLS F Pemanfaatan 0,019 0,286 0,36 0,098 0,236 CI Tabel III.10: Indeks Komposit Kesehatan: Statistik Deskriptif Descriptif N Nilai Tengah SD Min Maks Indeks A: Fokus pada Akses 6771 0,836 0,212 0 1 Indeks B: Bobot Dimensi-dimensi 6771 0,839 0,214 0 1 yang Berimbang Indeks C: Bobot Indikator- 6771 0,838 0,212 0 1 indikator yang Berimbang Indeks D: PCA 6771 0,841 0,209 0 1 Indeks E: Pemanfaatan OLS 6771 0,836 0,218 0 1 Indeks F: Pemanfaatan CI 6771 0,809 0,235 0 1,00 Tabel III.11: Indeks Komposit Kesehatan: Korelasi-korelasi Korelasi-Korelasi A B C D E Indeks B: Bobot Dimensi yang 0.97 1.00 Seimbang Index C: Bobot Indikator yang 0.99 1.00 1.00 Seimbang Indeks D: PCA 0.99 0.99 1.00 1.00 Indeks E: Pemanfaatan OLS 0.98 0.95 0.96 0.97 1.00 Indeks F: Pemanfaatan CI 0.97 0.92 0.95 0.95 0.99 yang nyaris identik (Gambar III.9). Calon mencapai level kesiapan suplai kesehatan yang pengguna indeks-indeks tersebut dapat memilih sangat tinggi. Sedangkan skor rata-rata yang skema pembobotan mana saja yang diinginkan, lebih rendah teramati untuk Sumatera (0,87), tapi pilihan tersebut tidak akan mengubah hasil Sulawesi (0,82), Kalimantan (0,80), dan NTT/NTB analisis secara substansial. (0,77), kepulauan Maluku (0,68). Papua/Papua Barat (0,42) tetap tertinggal jauh di belakang. Kemiripan indeks-indeks komposit yang berbeda Secara umum kesenjangan antara kecamatan di menyebabkan terbentuknya pola spasial yang perkotaan (0,96) dan di pedesaan (0,75) sangat hampir sama. Gambar III.10 memetakan distribusi besar, khususnya di wilayah-wilayah dengan spasial indeks A, yang mewakili distribusi tingkat kesiapan suplai infrastruktur yang rendah. pada semua indeks komposit. Kecamatan- kecamatan di Bali (0,99) dan Jawa (0,96) telah Gambar III.9: Distribusi Indeks Komposit Alternatif untuk Kesiapan Suplai Kesehatan 40 40 40 30 30 30 20 20 20 Persen 10 10 10 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 A: Fokus pada Akses B: Bobot Dimensi yang Seimbang C: Bobot Indikator yang Seimbang 25 | 40 40 40 30 30 30 20 20 20 Persen 10 10 10 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 D: PCA E: Pemanfaatan OLS F: Pemanfaatan CI Gambar III.10: Peta – Indeks Komposit Kesiapan Suplai Kesehatan (Indeks A) III.4. Menghitung Kebutuhan Investasi Investasi yang dibutuhkan untuk mencapai level 1. Aksesibilitas dan Ketersediaan paling bawah ketersediaan infrastruktur kesehatan Fisik di seluruh Indonesia, dihitung berdasarkan ketujuh indikator kesiapan suplai kesehatan. Jarak nilai Untuk ketiga indikator ketersediaan fisik, dihitung setiap indikator ke nilai maksimalnya, yakni 1, jumlah penduduk yang tidak memiliki akses dihitung per kecamatan dan diinterpretasikan mudah ke layanan tertentu. Diperkirakan 6,2 juta sebagai kesenjangan. Tabel III.12 memberikan orang di Indonesia tidak memiliki akses mudah gambaran mengenai kesenjangan secara ke layanan kesehatan tingkat primer. Sebanyak nasional untuk setiap indikator, diperoleh dengan 80% dari mereka tinggal di kecamatan yang cara menjumlahkan kesenjangan-kesenjangan terletak di daerah pedesaan. Total 383 atau 6% yang terjadi di setiap kecamatan. dari seluruh kecamatan tidak memiliki sebuah Tabel III.12: Kesenjangan Kesiapan Suplai Kesehatan secara Keseluruhan, per Indikator Indikator Jenis Kesenjangan Total Kesenjangan Nasional 26 | Akses ke Layanan Tingkat Jumlah penduduk tanpa akses 6,23 Juta Primer Jumlah kecamatan tanpa Puskesmas 383 (populasi: 1,41 Juta) Akses ke Layanan Tingkat Jumlah penduduk tanpa akses 35,97 Juta Sekunder Jumlah kabupaten tanpa rumah sakit 42 (populasi: 4,73 Juta) Akses ke Fasilitas Jumlah penduduk tanpa akses 6,77 Juta Melahirkan Jumlah kecamatan tanpa fasilitas 222 melahirkan Dokter di Puskesmas Jumlah Puskesmas tanpa dokter 732 (8%) Bidan di Desa Jumlah desa tanpa bidan 14,842 (populasi: 11,82 Juta) Suplai Air Bersih di Jumlah Puskesmas tanpa instalasi air 852 (9%) Puskesmas bersih Aliran Listrik Jumlah fasilitas kesehatan tanpa aliran 10.629 (14%) listrik Puskesmas 305 (3%) Puskesmas Pembantu 3.855 (17%) Poskesdes 4.229 (15%) Polindes 2.198 (15%) Kesenjangan relatif di tingkat fasilitas dinyatakan dalam kurung. Puskesmas pun. Kecamatan-kecamatan ini juta penduduk. Tabel III.13 memberikan sebuah sebagian besar (60%) terdapat di Papua atau gambaran umum mengenai distribusi regional Papua Barat, dan 40% lainnya tersebar merata dari (i) kecamatan dengan tingkat akses di di daerah-daerah pedesaan luar Jawa. Angka- bawah 75%; dan (ii) jumlah penduduk yang tidak angka ini menunjukkan betapa secara umum memiliki akses mudah ke layanan tingkat primer, level suplai pelayanan kesehatan di Indonesia layanan tingkat sekunder dan layanan bersalin. masih amat rendah. Namun di balik itu ada fakta Angka-angka tersebut mengungkapkan distribusi lain: kebanyakan kecamatan tanpa Puskesmas kesenjangan relatif dan absolut yang berbeda- tampaknya muncul baru-baru ini sebagai beda. Dari 694 kecamatan dengan tingkat akses implikasi dari pemekaran wilayah kabupaten dan di bawah 75%, 42% di antaranya terletak di kecamatan selama proses desentralisasi. Papua dan 17% di Sumatera. Meski demikian, dari 6,23 juta penduduk yang tidak memiliki akses Pada 694 kecamatan, penduduk dapat dengan ke layanan tingkat primer, ‘hanya’ 15% tinggal di mudah mencapai layanan kesehatan tingkat Papua atau di Papua Barat, sementara 29 dan primer yang tersedia tidak sampai 75%.Kebijakan 27% dari penduduk tanpa akses, ditemukan yang bertujuan untuk menaikkan tingkat masing-masing di Jawa dan Sumatera. minimum akses ke layanan kesehatan tingkat primer di semua kecamatan menjadi 75%, mesti menyediakan akses ke layanan tersebut bagi 1,31 Tabel III.13: Akses ke Layanan Kesehatan – Kesenjangan Absolut dan Relatif Pelayanan Tingkat Wilayah Pelayanan Tingkat Sekunder Fasilitas Melahirkan Primer 27 | Persentase Persentas Persentase di Persentase Persentase Persentase Kecamatan penduduk Kecamatan di Penduduk Kecamatan Penduduk di bawah bawah 0,75 di bawah 0,75 0,75 Sumatera 16,7 25,6 25,5 28,5 14,4 25,9 Jawa & Bali 5,2 28,5 11,2 29,5 1,8 8,7 NTT & NTB 9,2 7,9 9,3 8,8 8,7 10,5 Kalimantan 10,2 10,4 12,7 11,7 12,8 15,3 Sulawesi 10,8 9,3 16,5 12,3 12,6 16,9 Maluku & Maluku 5,8 3,4 5,4 3,2 6,5 5 Utara Papua & Papua 42,1 14,9 19,5 5,7 40,2 17,7 Barat Angka Absolut 694 6,23 Juta. 2.578 35,97 Juta. 956 6,77Juta. Persentase Kecamatan di bawah 0,75’ menunjukkan distribusi regional dari 694 kecamatan yang memiliki skor indikator di bawah 0,75 (misalnya 16,7% dari 694 kecamatan ditemukan di Sumatera). ‘Persentase Penduduk’ menunjukkan distribusi regional dalam bentuk jumlah total penduduk yang tidak memiliki akses. Peta III.11 menjelaskan jumlah absolut penduduk Perbedaan yang mirip antara kesenjangan relatif yang tidak memiliki akses ke layanan tingkat dan absolut juga teramati pada dua indikator primer di kecamatan-kecamatan. Di Papua, ketersediaan fisik lain. Khususnya, pola indikator sebagai contoh, lebih dari 5.000 penduduk tanpa ketersediaan layanan bersalin serupa dengan akses ditemukan di total 42 kecamatan (setara pola indikator akses ke layanan tingkat primer. dengan 7% dari total kecamatan di provinsi Sebanyak 40% dari kecamatan dengan akses tersebut). Sebanyak 46 kecamatan yang seperti di bawah 75% terletak di Papua/Papua Barat, itu terletak di Jawa Barat, 35 di Jawa Tengah, sementara hanya 18% atau 1,20 juta dari 6,77 29 di Sumatera Utara, 25 di Jawa Timur, 27 di juta orang tanpa akses tinggal di wilayah ini. Kalimantan Barat, dan 20 masing-masing di NTT Jumlah penduduk tanpa akses yang terbesar dan Banten. ada di Sumatera, yakni satu per empat dari seluruh penduduk yang tidak memiliki akses. Gambar III.12 memperlihatkan distribusi spasial kesenjangan absolut menyangkut akses ke fasilitas kesehatan. Gambar III.11: Peta – Jumlah Penduduk Tanpa Akses ke Layanan Kesehatan Tingkat Primer 28 | Gambar III.12: Peta – Jumlah Penduduk tanpa Akeses ke Fasilitas Bersalin Penduduk yang tak memiliki akses mudah ke 2. Tenaga Kerja Kesehatan layanan rumah sakit ternyata jauh lebih besar. Sebagaimana tertuang dalam Tabel III.13, banyak Mengenai indikator tenaga kesehatan, kami kecamatan dengan tingkat akses kurang dari menemukan bahwa ada 732 Puskesmas yang 75% ditemukan di semua wilayah di negara ini. tidak memiliki seorang dokter pun. Kebanyakan Sebanyak 30% dari 36 juta penduduk tanpa Puskesmas tanpa dokter tersebut terletak di akses tinggal di Jawa, 29% di Sumatera. Provinsi Papua (109), NTT (67), Papua Barat (55), Maluku dengan kesenjangan absolut paling tinggi (52), dan Sulawesi Tenggara (51). Jika pemerintah adalah Jawa Barat (5,0 juta orang), Jawa Timur hendak menyediakan pusat kesehatan (2,6 juta), Sumatera Utara (2,3 juta), NTT (2,2 masyarakat di 383 kecamatan yang saat ini tidak juta), dan Kalimantan Barat (2,0 juta). Gambar memiliki Puskesmas, maka perlu direkrut 1.049 III.13 memberikan sebuah paparan mengenai orang dokter untuk memenuhi target satu orang kesenjangan di tingkat kecamatan, dalam bentuk dokter di setiap Puskesmas. grafik. Target Pemerintah Indonesia untuk memiliki satu bidan di setiap desa juga belum terpenuhi di 14.148 desa, atau 27% dari seluruh desa di Indonesia, yang memiliki penduduk sejumlah 11,82 juta orang. Berdasarkan provinsi, yang paling banyak tidak memiliki akses ke bidan, berturut-turut adalah penduduk di desa-desa Papua (1,33 juta orang), NTT (0,99 juta), NAD (0,79 juta), Sumatera Utara (0,72 juta), Jawa Barat (0,65 juta), Kalimantan Barat (0,59 juta), dan Sulawesi Utara (0,59 juta). Gambar III.14 29 | memperlihatkan pola spasial ini. Gambar III.13: Peta – Jumlah Penduduk Tanpa Akses ke Layanan Kesehatan Tingkat Sekunder 3. Karakteristik Bangunan Penilaian atas kesenjangan karateristik bangunan lebih mudah. Kami menemukan 852 Puskesmas tidak memiliki suplai air bersih dalam jarak 10 menit berjalan kaki dari fasilitas-fasilitas tersebut. Sementara fasilitas kesehatan yang tidak memiliki aliran listrik ada 10.629 buah.9 Dalam kaitan dengan karakteristik bangunan, tindakan yang perlu segera dilakukan adalah menyediakan aliran listrik bagi 305 Puskesmas, 93 di antaranya terletak di Papua, 34 di Sulawesi Tenggara, 27 di NTT, dan 20 di Sumatera Utara. Gambar III.14: Peta – Jumlah Penduduk yang Tinggal di Desa Tanpa Bidan 30 | 9 Ini termasuk Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskesdes, Polindes. IV. INFRASTRUKTUR PENDIDIKAN 31 | IV.1. Seleksi Indikator-indikator Kesiapan Suplai Mirip dengan analisis kesiapan suplai sektor Kami tidak menggunakan jarak ke Sekolah Dasar kesehatan, informasi yang tersedia mengenai (SD) terdekat sebagai indikator untuk mengukur infrastruktur pendidikan dikategorikan ke dalam kesiapan suplai di tingkat nasional, lantaran data tiga dimensi, lalu tujuh indikator digunakan untuk menunjukkan bahwa akses ke pendidikan dasar mengukur berbagai aspek yang berbeda dalam tersedia di hampir semua wilayah. Bukan berarti sistem sekolah. data mengenai penduduk yang tidak memiliki akses ke SD dalam jarak 1 km dari desa, misalnya 1. Aksesibilitas dan Ketersediaan di kecamatan-kecamatan di Aceh (rata-rata 11%), Fisik Papua Barat (16%), dan Papua (41%), tidak digunakan. Data-data ini tetap dapat digunakan, Dua jenis indikator yang tersedia (berdasarkan khususnya untuk menetapkan sasaran-sasar pada jumlah penduduk dan jarak) memberikan lokal. gambaran yang berbeda mengenai ketersediaan fasilitas pendidikan. Sebagaimana telah dibahas 2. Kualitas Pengajaran sebelumnya, ukuran per kapita cenderung lebih ditentukan oleh faktor jumlah penduduk dan tidak Sensus infrastruktur menyediakan data yang detil merefleksikan tingkat kepadatan suplai. Karena pada level sekolah, termasuk informasi mengenai itu jarak ke fasilitas terdekat merupakan ukuran jumlah pelajar dan jumlah serta kualifikasi guru. 32 | yang lebih handal untuk menilai askesibilitas Sebenarnya data-data ini dapat dipakai untuk pendidikan, dan kami fokus pada dua indikator:10 menghitung indikator yang sering digunakan, (i) akses ke fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini seperti rasio guru-murid dan jumlah rata-rata (PAUD), dan; (ii) akses ke Sekolah Menengah murid per kelas. Tapi kami tidak menyertakan Pertama (SMP): variabel-variabel tersebut dalam indeks karena beberapa alasan berikut. Jumlah rata-rata 1. Akses ke PAUD: Indikator ini terdiri dari dua pelajar per kelas sangat berhubungan dengan variabel di tingkat desa: (i) adanya sebuah kepadatan penduduk dan tidak cukup kuat untuk fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di menggambarkan kualitas pendidikan. Nyatanya, desa; dan (ii) adanya sebuah Taman Kanak- kami menemukan korelasi positif antara rata- Kanak di desa atau dalam jarak 1 km dari rata ukuran kelas dengan semua indikator desa. Indikator “Akses ke PAUD” mengukur kesiapan suplai lain yang digunakan untuk indeks. persentase penduduk kecamatan yang tinggal Begitu pula, rasio guru-murid yang rendah di sebuah desa, di mana setidaknya satu dari khususnya di sekolah-sekolah kecil, lebih sering kedua kondisi tersebut terpenuhi. mengindikasikan jumlah guru yang berlebih, bukan menunjukkan kondisi belajar mengajar 2. Akses ke SMP: Persentase penduduk yang amat baik (Bank Dunia, 2010). Sebagai kecamatan yang tinggal di desa yang memiliki contoh, target SPM untuk SD adalah memiliki sebuah SMP dalam jarak 6 km, sesuai setidaknya satu guru per 32 murid. Ini terpenuhi target yang telah ditetapkan dalam Standar di 97% kecamatan. Indikator yang demikian tidak Pelayanan Minimum (SPM) untuk daerah- akan bisa memberikan penjelasan yang memadai, daerah pedalaman. Sebagai pembanding, dan sama sekali tidak memiliki kekuatan statistik. indikator yang sama dibuat untuk ketersediaan SMP dalam jarak maksimum 3 km dari desa.11 10 Karena informasi mengenai kemudahan menjangkau fasiltias pendidikan tidak tersedia dalam data PODES utama, sementara data menyangkut jarak ke sekolah terdekat tersedia untuk semua kecamatan, maka indikator-indikator jarak digunakan untuk menilai ketersediaan fisik fasilitas-fasilitas pendidikan. 11 Data mengenai jarak ke SMP terdekat tidak tersedia di 84 kecamatan (1 di Sumatera Utara, 7 di Papua Barat, 76 di Papua), karena sama sekali tidak ada SMP di kecamatan-kecamatan tersebut. Untuk kecamatan-kecamatan tersebut, indikator “Akses ke SMP” diberi bobot nol. Oleh karena itu kami memilih untuk fokus pada • Laboratorium di SMP: Menurut SPM, setiap kualifikasi guru, diukur dengan menghitung SMP harus menyediakan sebuah laboratorium jumlah guru yang memiliki gelar sarjana (S1). ilmu alam untuk para pelajarnya. Kami Berdasarkan pada SPM untuk sekolah dasar dan mengukur target ini dengan cara menghitung sekolah menengah pertama, kami merancang jumlah SMP yang memiliki laboratorium di dua indikator berikut: kecamatan-kecamatan.12 1. Kualifikasi Guru SD: Menurut MSS, setiap Akhirnya, karakteristik bangunan sekolah dinilai sekolah dasar (SD) harus mempekerjakan melalui dua indikator, yakni aliran listrik dan suplai setidaknya dua guru dengan kualifikasi air bersih: S1. Kami menghitung jumlah SD di tingkat kecamatan yang memenuhi kondisi ini. 1. Aliran Listrik: Persentase sekolah yang memiliki aliran listrik 2. Kualifikasi Guru SMP: Target MSS lainnya menetapkan bahwa 70% guru di sekolah 2. Suplai Air Bersih: Persentase sekolah yang menengah pertama (SMP) harus berijazah S1. menyediakan air bersih di kamar mandi murid. Indikator ini mengukur rata-rata persentase guru dengan gelar S1 pada SMP-SMP di Penting untuk dicatat bahwa indikator kualifikasi kecamatan-kecamatan. guru dan karakteristik fasilitas diperoleh dari sensus infrastruktur, dan karena itu hanya 3. Ketersediaan Ruangan dan berdasarkan pada informasi dari sekolah negeri. Karakteristik Fasilitas Adapun indikator mengenai aksesibilitas diperoleh dari PODES utama yang menggabungkan data Sensus sekolah memberikan informasi mengenai mengenai fasilitas di sekolah negeri dan sekolah ruangan dan fasilitas di setiap sekolah, dan kami swasta. Tabel IV.1 menyajikan sebuah gambaran 33 | memasukan satu indikator mengenai ketersediaan umum dari tujuh indikator kesiapan suplai fasilitas sekolah: pendidikan yang dipilih. Tabel IV.1: Gambaran Umum Mengenai Indikator-indikator Pendidikan yang Terpilih Indikator Deskripsi Akses ke PAUD Persentase penduduk yang tinggal di desa yang memiliki fasilitas Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-Kanak dalam jarak 1 km dari desa Akses ke SMP Persentase penduduk yang tinggal di desa yang memiliki SMP dalam jarak 6 (3) km Kualifikasi Guru SD Persentase SD yang memiliki setidaknya 2 guru berijazah S1 Kualifikasi Guru SMP Rata-rata persentase guru SMP yang memiliki ijazah S1 Laboratorium di SMP Persentase SMP yang memiliki laboratorium Aliran Listrik Persentase sekolah yang memiliki aliran listrik Suplai Air Bersih Persentase sekolah yang memiliki air bersih di kamar mandi murid 12 Sebagai alternatif, dapat digunakan persentase SMP yang memiliki setidaknya 70% guru berijazah S1. Mengingat jumlah SMP di setiap kecamatan hanya sedikit, ini akan menjadi indikator yang kuat dengan perbedaan nilai yang hanya sedikit. Persentase guru lulusan S1 di antara guru-guru SMP di kecamatan dengan demikian lebih cocok untuk dijadikan indikator karena bisa mencerminkan seluruh distribusi kualifikasi guru secara lebih baik. IV.2. Deskripsi Pola Nasional Ketersediaan Infrastruktur Sama dengan pada indikator-indikator infrastruktur Ini berarti seluruh indikator berkorelasi positif kesehatan (dan transportasi), bobot ketujuh indikator (Tabel IV.3), dengan nilai korelasi merentang pendidikan juga dibatasi antara 0 dan 1, di mana antara 0,44 dan 0,68. Serupa dengan nilai yang lebih besar menunjukkan kesiapan suplai hasil analisis untuk sektor kesehatan, kami yang lebih tinggi. Statistik deskriptif pada Tabel IV.2 menemukan pola kesiapan infrastruktur yang memperlihatkan bahwa rata-rata satu per lima dari konsisten pada setiap dimensi yang berbeda penduduk kecamatan tidak memiliki akses ke fasilitas dari suplai pendidikan: wilayah dengan tingkat PAUD terdekat. Rata-rata 89 penduduk kecamatan kepadatan fasilitas yang tinggi tampaknya bisa bisa mengakses sekolah menengah pertama dalam menyediakan lebih banyak tenaga pengajar jarak 6 km dari desa, tapi penduduk yang tinggal berpendidikan tinggi, dan memiliki perlengkapan dalam jarak 3 km dari SMP terdekat hanya sebanyak yang lebih baik di sekolah-sekolah mereka. 79%. Nilai rata-rata indikator kualifikasi guru dan karakteristik bangunan di tingkat kecamatan ternyata Gambar IV.1 menyajikan sebuah tinjauan serupa (antara 0,73 sampai 0,80). Namun prosentasi grafis mengenai distribusi indikator-indikator rata-rata ketersediaan laboratorium di SMP di setiap pendidikan. Sebanyak 49% kecamatan memiliki kecamatan, hanya 62%. akses penuh ke fasilitas PAUD, sementara di 34 | 1.057 kecamatan warga yang memiliki akses ke pelayanan ini kurang dari 50%. Di daerah perkotaan, komunitas yang memiliki fasilitas Tabel IV.2: Indikator-indikator Pendidikan: Statistik Deskriptif Nilai Statistik Deskriptif Obs. SD Min Maks Tengah Akses ke PAUD 6771 0,81 0,297 0 1 Akses ke SMP (6 km) 6771 0,887 0,216 0 1 Akses ke SMP (3 km) 6771 0,789 0,242 0 1 Kualifikasi Guru SD 6771 0,728 0,333 0 1 Kualifikasi Guru SMP 6771 0,756 0,25 0 1 Laboratorium di SMP 6771 0,621 0,365 0 1 Aliran Listrik 6771 0,795 0,295 0 1 Air di Kamar Mandi 6771 0,751 0,265 0 1 Tabel IV.3: Indikator-indikator Pendidikan: Korelasi-korelasi SMP SMP Korelasi-korelasi PAUD S1 SD S1 SMP Lab SMP Listrik 6km 3km Akses ke SMP (6 km) 0,68 1 Akses ke SMP (3 km) 0,68 0,87 1 Kualifikasi Guru SD 0,66 0,57 0,56 1 Kualifikasi Guru SMP 0,57 0,58 0,52 0,59 1 Laboratorium di SMP 0,5 0,44 0,42 0,55 0,54 1 Aliran Listrik 0,65 0,58 0,55 0,68 0,55 0,54 1 Air di Kamar Mandi 0,67 0,57 0,55 0,6 0,53 0,52 0,63 sekolah menengah pertama dalam radius 3 km sekolah menengah pertama negeri yang memiliki mencapai 96%, namun di daerah pedesaan ijazah S1 kurang dari 50%; di sepertiga dari hanya 71%. Target SPM bahwa harus ada seluruh kecamatan rata-ratanya mencapai lebih minimal satu SMP dalam jarak 6 km dari desa dari 90%. di daerah terpencil, terpenuhi pada 86% desa di pedesaan. Meski demikian, masih ada 173 Pada aras yang sama, 16% kecamatan kecamatan yang desa-desanya sama sekali tidak tidak memiliki satu pun SMP yang dilengkapi memiliki kemudahan akses ke sekolah menengah laboratorium. Sebaliknya ada 37 kecamatan pertama. yang seluruh SMP-nya memiliki laboratorium. Ketersediaan aliran listrik dan air di kamar mandi Variasi pada rata-rata tingkat kualifikasi guru murid pun tersebar tidak merata di seluruh negeri. memberikan bukti yang malah lebih penting. Pada 44% kecamatan semua sekolah negeri Di satu sisi, pada 32% kecamatan, setiap SD memiliki akses ke aliran listrik; tapi pada saat yang mmenuhi target yakni memiliki sedikitnya 2 orang sama, di 998 kecamatan, rata-rata sekolah yang guru berijazah S1. Tapi di sisi lain, terdapat 577 memiliki aliran listrik bahkan tidak mencapai 50%. kecamatan yang sama sekali tidak memiliki sekolah dasar dengan guru lulusan S1. Kesenjangan yang Peta ketujuh indikator berikut menyajikan pola besar juga terlihat pada persentase guru SMP regional kesiapan suplai infrastruktur. Demi yang memiliki ijazah S1: pada 877 atau 13% dari menyederhanakan perbandingan, klasifikasi yang seluruh kecamatan, rata-rata tenaga pengajar di sama juga digunakan pada indikator kesehatan. Gambar IV.1: Distribusi Indikator Kesiapan Suplai Pendidikan 50 50 50 40 40 40 35 | 30 30 30 20 20 20 Persen 10 10 10 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Persentase desa yang memiliki PAUD Persentase desa yang memiliki fasilitas Persentase desa yang memiliki fasilitas SMP dalam radius 6 km SMP dalam radius 3 km 50 50 40 40 30 30 20 20 Persen 10 10 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Persentase SD dengan sedikitnya 2 orang Persentasi jumlah gru berijazah S1 di SMP guru berijazah S1 50 50 50 40 40 40 30 30 30 20 20 20 Persen 10 10 10 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 Persentase desa yang memiliki fasilitas Persentase desa yang memiliki fasilitas Persentase desa yang memiliki fasilitas PAUD SMP dalam radius 6 km SMP dalam radius 3 km Dimensi 1: Ketersediaan dan yang memiliki akeses mudah ke fasilitas PAUD Aksesibilitas Fisik tidak mencapai 50%. Fasilitas pendidikan usia dini banyak tersedia Sebagaimana pada fasilitas untuk pendidikan di daerah-daerah perkotaan (98% lingkungan anak usia dini, hampir seluruh penduduk di perkotaan memiliki akses ini), namun fasilitas daerah perkotaan juga memiliki akses ke sekolah ini sangat jarang di daerah pedesaan, dengan menengah pertama. Pada 99% dari 13.361 karakteristik yang jauh berbeda antar wilayah. pemukiman di daerah perkotaan Indonesia, Tersedia dalam prosentase yang tinggi di Jawa sebuah SMP tersedia dalam jarak 6 km, dan 96% dan Bali (95% di daerah pedesaan), fasilitas ini pada jarak 3 km. Target SPM satu SMP dalam sangat sedikit di Sumatera (64%), Kalimantan jarak 6 km bagi penduduk di daerah terpencil tidak (64%), NTT (63%), Maluku/Maluku Utara (49%), terpenuhi di 14% daerah pedesaan Indonesia. dan Papua/Papua Barat (16%). Variasi yang Kesenjangan terbesar terjadi di provinsi Maluku lebih substansial terjadi di dalam suatu wilayah (20%), Kalimantan (26%), dan Papua/Papua Barat dan provinsi. Sebagai contoh, perbedaan yang (52%). Suplai yang cukup merata ditemukan pada mencolok dalam hal ketersediaan fasilitas PAUD daerah pedesaan di Sulawesi (dengan tingkat ditemukan antara pemukiman di daerah pedesaan kesenjangan 9%) dan Sumatera (11%), yang amat Sumatera Utara (48%) dan Sumatera Barat (96%). jauh berbeda dengan provinsi lain di wilayah- Ini juga terjadi di provinsi Sulawesi Selatan. Hanya wilayah itu. Rata-rata kesenjangan bahkan lebih setengah dari kecamatan di wilayah ini yang kecil untuk wilayah pedesaan di Jawa (4%) dan semua penduduknya memiliki akses ke fasilitas Bali (5%). Namun gambaran berubah manakala PAUD. Malah di 13% kecamatannya, penduduk batas 3 km diterapkan: hanya 81% pedesaan di Gambar IV.2: Peta – Persentase Pendudukan yang Memiliki Akses ke Fasilitas PAUD 36 | Gambar IV.3: Peta – Persentase Penduduk dengan SMP dalam Jarak 6 km dari Desa Jawa dan 75 di Bali yang menyediakan akses daerah perkotaan memenuhi target MSS, namun ke fasilitas pendidikan SMP dalam jarak 3 km. di daerah pedesaan SD yang memenuhi target Yang menarik, kepadatan suplai yang relatif tinggi hanya 78%. terlihat di daerah pedesaan Sumatera Barat (84%), Sulawesi Utara (85%), Gorontalo (86%), Pada tiga dari empat SMP, setidaknya 70% guru dan NTB (92%). memiliki ijazah S1, sesuai target MSS. Manakala informasi ini digabungkan untuk level kecamatan, Dimensi 2: Kualifikasi Guru rata-rata persentase guru SMP yang memiliki ijazah S1 lebih tinggi di kecamatan-kecamatan Secara keseluruhan, 84% dari 134.290 SD perkotaan (85% berbanding 61% di daerah Negeri yang terjangkau oleh sensus infrastruktur pedesaan). Dan meskipun nilai tengah untuk memiliki sedikitnya dua orang guru berijazah S1. seluruh kecamatan di Jawa mencapai 91%, di Target SPM ini paling banyak terpenuhi di Bali Jawa Barat dan Banten rata-rata SMP yang (99%), provinsi-provinsi di Jawa (96%), Sulawesi memiliki guru berijazah S1 berturut-turut hanya Selatan (94%), dan NTB (92%). SD yang tingkat 86% dan 73%. Rata-rata yang secara komparatif ketersediaan dua guru bergelar sarjana paling cukup tinggi juga terekam di kecamatan- rendah ditemukan di Kalimantan Barat (47%), kecamatan di Kalimantan Selatan (88%) dan Maluku (41%), NTT (32%), Papua Barat (30%), Sulawesi Selatan (85%), sedang yang terendah Maluku Utara (30%), dan Papua (29%). Ini berarti ada di NTT (45%), Papua Barat (40%), Kalimantan ada perbedaan yang substansial antara daerah Barat (38%), Maluku (24%), dan Papua (16%). pedesaan dan perkotaan: sebanyak 97% SD di Gambar IV.4: Peta – Persentase SD yang Memiliki Sedikitnya Dua Guru Lulusan S1 37 | Gambar IV.5: Peta –Rata-rata Persentase Guru SMP Berijazah S1 Dimensi 3: Karakteristik Fasilitas Tingkat ketersediaan aliran listrik di sekolah- sekolah berbeda jauh antar wilayah, dengan Dari semua indikator kesiapan suplai, yang nilai distribusi spasial secara umum mirip pola rata-ratanya paling rendah adalah indikator yang teramati pada indikator kesiapan suplai ketersediaan laboratorium di SMP, yakni hanya pendidikan lainnya. Sekolah-sekolah di daerah 64% dari 21.486 sekolah negeri menyediakan perkotaan biasanya memiliki akses ke aliran laboratorium bagi para pelajarnya. Sekolah- listrik (99%), sedangkan hanya 82% sekolah sekolah SMP di wilayah perkotaan memiliki di daerah pedesan yang mendapatkan suplai peralatan belajar yang cukup lengkap (90% di listrik. Di semua wilayah, angka elektrifikasi antaranya memiliki laboratorium), sementara sekolah dasar merupakan yang terendah, dan fasilitas di sekolah-sekolah pedesaan tertinggal sekolah menengah atas yang tertinggi. Tabel amat jauh (hanya 55% memiliki laboratorium). IV.4 menyajikan gambaran umum mengenai Variasi di dalam wilayah juga cenderung lebih persentase sekolah yang memiliki aliran listrik dan besar dibandingkan dengan variasi antar air bersih di kamar mandi murid, seturut wilayah kelompok pulau. Di Jawa, misalnya, jumlah dan tipe sekolah. SMP yang memiliki laboratorium di Jawa Tengah lumayan banyak (86%), kontras dengan Banten yang hanya 54%. Gambar IV.6: Peta - Persentase SMP yang Memiliki Laboratorium 38 | Gambar IV.7: Peta – Persentase Sekolah yang Memiliki Aliran Listrik Distribusi serupa terjadi pada indikator kedua dari Pada tingkat provinsi, suplai air bersih yang karakteristik bangunan di seluruh wilayah dan rendah ditemukan di sekolah-sekolah negeri di jenis sekolah: Air bersih tersedia di kamar mandi daerah pedesaan Aceh (67%), Sumatera Barat murid pada 82% dari 164.561 sekolah negeri, (60%), Banten (66%), Sulawesi Tengah (67%), yang meliputi 95% sekolah negeri di daerah Sulawesi Barat (63%), dan terutama di Kepulauan perkotaan dan 76% sekolah negeri di daerah Maluku (53%) dan Papua/Papua Barat (38%). pedesaan. Suplai air bersih secara umum lebih rendah daripada suplai listrik, kecuali pada SD di beberapa wilayah (khususnya di Kalimantan) tren ini terbalik. Tabel IV.4: Persentase Sekolah yang Memiliki Aliran Listrik dan Suplai Air Bersih – Menurut Wilayah dan Jenis Sekolah Wilayah Aliran Listrik Air Bersih di Kamar Mandi Murid SD SMP SMA SMK SD SMP SMA SMK Sumatera 80,7 86,8 95,1 90,7 73,7 79,6 88,7 84,1 Jawa & Bali 98,3 99,3 100 99,8 87,9 95,3 98,6 96,9 NTT & NTB 70,6 78,4 90,5 92,5 73,9 79,7 86,1 85 Kalimantan 68,7 82,7 92,4 93 80,7 86 92,9 93,8 Sulawesi 71,7 83,5 91,7 91,4 75,3 80,6 84 83,1 Maluku & Maluku 58,7 64,2 77,3 76 56,2 60 59,9 61 Utara Papua & Papua 47,3 64,1 78,9 84 39,7 51,5 61,3 62,7 39 | Barat Gambar IV.8: Peta – Persentase Sekolah yang Memiliki Air Bersih di Kamar Mandi Murid IV.3. Sebuah Indeks Komposit Kesiapan Suplai Pendidikan Untuk merangkum informasi dari ketujuh suplai pendidikan. Kami kembali menggunakan indikator, kami menggabungkan informasi- tiga metode yang dipakai ketika menganalisis informasi tersebut ke dalam beberapa sub data sektor kesehatan, untuk menentukan bobot indeks untuk setiap dimensi, dan indeks-indeks ketujuh indikator tersebut dalam penyusunan komposit berdasarkan semua indikator. Secara indeks komposit. Pertama, bobot ditentukan umum, pola suplai layanan pendidikan dasar per berdasarkan preferensi kebijakan dengan tiga wilayah di Indonesia serupa dengan hasil yang skema pembobotan yang secara prinsip arbitrer: ditemukan untuk sektor kesehatan. Pulau Jawa (i) fokus yang khusus pada ketersediaan fasilitas, dan Bali merupakan yang terbaik. Dan Papua, di mana dua indikator akses mewakili 50% indeks lagi-lagi, tertinggal jauh di belakang dengan komposit dan lima indikator lainnya masing-masing hanya 25% kecamatan yang berhasil mencapai mewakili 10%; dan (ii) bobot yang seimbang untuk skor kesiapan suplai 95% atau lebih, sementara ketiga dimensi yakni aksesibilitas, kualifikasi guru 30% kecamatan mendapatkan skor di bawah dan karakteristik fasilitas. Sebagai pembanding, 75%.13 Sebelum membahas indeks komposit digunakan indikator alternatif ketersediaan SMP, kesiapan suplai pendidikan secara lebih detil, namun batas minimal jarak tempuh ke fasilitas ini berikut deskripsi singkat tentang perhitungan- dikurangi dari 6 km menjadi 3 km. 40 | perhitungan yang dilakukan. Kedua, bobot ditentukan menggunakan Tabel IV.5 menampilkan nilai tengah dan metode PCA atas ketujuh indikator. Tabel IV.6 korelasi pairwise dari sub-sub indeks untuk tiga menampilkan eigenvectors dari komponen dimensi ketersediaan fisik, kualifikasi guru, dan prinsipal yang pertama dan bobot yang dihasilkan. karakteristik fasilitas. Sub-sub indeks dihitung Lantaran bobot yang diperoleh masing-masing sebagai rata-rata sederhana dari masing-masing indikator hampir sama, kami tidak menyertakan indikator di setiap dimensi. Korelasi yang amat indeks komposit tambahan yang bobotnya sama positif di antara sub-sub indeks menegaskan di semua indikator (sebagaimana yang dilakukan adanya pola yang cukup konsisten dari kesiapan pada sektor kesehatan) suplai pada berbagai dimensi sistem sekolah. Terakhir, kami juga menghubungkan indikator- Mirip dengan indeks komposit kesiapan indikator kesiapan suplai dengan hasil aktual dari suplai kesehatan (lihat bagian III.3), kami sistem pendidikan; di sini kami menggunakan nilai mengkombinasikan informasi dari ketujuh rata-rata Ujian Nasional (UN) SMP 2010 di tingkat indikator ke dalam satu indeks global kesiapan kabupaten. Lagi-lagi, dua metode digunakan Tabel IV.5: Sub Indeks Pendidikan – Nilai Tengah dan Korelasi Sub-Indeks Nilai Tengah Korelasi Ketersediaan Tenaga Kerja Bangunan Ketersediaan Fisik 0,823 1 Tenaga Kerja Kesehatan 0,742 0,74 1 Karakteristik Bangunan 0,722 0,73 0,77 1 13 Statistik ini berdasarkan pada versi A indeks kesehatan komposit, di mana bobot tertentu diberikan pada indikator- indikator ketersediaan fisik. untuk mengukur nilai penting relatif indikator- regresi OLS ini, indeks konsentrasi dipakai untuk indikator suplai yang berbeda menyangkut menghitung kontribusi indikator-indikator pada prestasi pelajar SMP dalam ujian nasional: (i) ketidakseimbangan hasil pendidikan. Tabel IV.7 regresi OLS ketujuh indikator dilakukan pada nilai mempresentasikan hubungan antara hasil ujian ujian rata-rata di level kabupaten, dan koefisien- dan ketujuh indikator, juga perkiraan regresi OLS koefisien yang dihasilkan digunakan sebagai dan bobot yang dihasilkan bagi indeks komposit. bobot; dan (ii) berbasis pada hasil regresi- Tabel IV.6: Analisis Komponen Prinsipal (Pincipal Component Analysis/PCA) Indikator-indikator Pendidikan Indikator Eigenvector Bobot Akses ke PAUD 0,401 0,152 Akses ke SMP (6 km) 0,372 0,141 Kualifikasi Guru SD 0,394 0,149 Kualifikasi Guru SMP 0,365 0,138 Laboratorium di SMP 0,339 0,128 Aliran Listrik 0,391 0,148 Air Bersih di Kamar Mandi 0,381 0,144 2,824 1 Tabel IV.7: Hasil Regresi OLS: Faktor-faktor Penentu dari Nilai Rata-rata UN (SMP) 41 | Indikator 1. Korelasi 2. OLS I 3. OLS II 4. Bobot Akses ke PAUD 0,29 -5,58*** -5,86*** (0,001) (0,000) Akses ke SMP (6 km) 0,37 7,66*** 7,18*** 0,302 (0,000) (0,000) Kualifikasi Guru SD 0,47 6,96*** 6,53*** 0,275 (0,000) (0,000) Kualifikasi Guru SMP 0,35 -2,17 (0,267) Laboratorium di SMP 0,46 6,29*** 6,08*** 0,256 (0,000) (0,000) Aliran Listrik 0,43 3,98** 3,95** 0,166 (0,010) (0,011) Air Bersih di Kamar Mandi 0,27 -7,61*** -7,74*** (0,000) (0,000) Observasi: 479 479 R2: 0,320 0,319 Nilai-P di dalam kurung. Signifikasi statistik: * pada: 10%; ** pada 5%; *** pada 1%. Termasuk konstanta. Kolom 1 menunjukkan korelasi positif yang kovarian seluruhnya menghasilkan nilai yang signifikan antara indikator-indikator kesiapan positif (kolom 2), di mana kabupaten-kabupaten suplai pendidikan dan nilai rata-rata UN. Ini yang lebih makmur mendapatkan nilai rata-rata menunjukkan bahwa indikator-indikator yang yang relatif lebih tinggi. dipilih sudah tepat. Dengan maksud menganalisis korelasi positif ini lebih jauh, kami menjalankan Karena semua indeks konsentrasi bernilai regreasi OLS sederhana pada nilai rata-rata positif, kontribusi setiap kovarian terhadap ujian di tingkat kabupaten dan mendapatkan ketimpangan hasil ujian secara umum ditentukan koefisien regresi yang positif pada empat dari oleh tanda koefisien regresi dan elastisitas yang tujuh variabel kontrol/indikator (kolom 2). Pada mengikutinya. Komponen residual yang relatif kolom 3, indikator kualifikasi guru yang tidak kecil menunjukkan bahwa indeks suplai berhasil signifikan tidak diikutsertakan dan bobot untuk menjelaskan sebagian besar ketimpangan dalam indeks-indeks komposit diturunkan dari koefisien- hasil pendidikan. Ketika mengkonversi hasil yang koefisien terhitung (kolom 4).14 Selain merupakan diperoleh menjadi bobot, indikator yang bernilai cara yang sederhana untuk mencari tahu faktor negatif diberi nilai kosong, sedangkan indikator penentu hasil-hasil pendidikan, hitungan ini lainnya diskala ulang sehingga jumlah nilai mereka bisa digunakan sebagai cara alternatif dalam menjadi 1. penetapan bobot. Ini memberikan kami enam skema pembobotan Alternatif kedua dalam menentukan bobot alternatif untuk indeks komposit kesiapan suplai berdasarkan perkiraan-perkiraan regresi adalah infrastruktur pendidikan. Tabel IV.9 menampilkan menggunakan konsep indeks konsentrasi untuk bobot ketujuh indikator untuk masing-masing menilai kontribusi setiap indikator terhadap dari keenam indeks alternatif tersebut. Jika ketimpangan dalam hasil ujian (penjelasan yang indeks komposit A sampai C menggunakan lebih rinci mengenai metode ini ada pada Apendiks ketujuh indikator yang tersedia, versi D dan 42 | 1). Tabel IV.8 mempresentasikan hasil-hasil yang E yang menggunakan regresi nilai hasil UN diperoleh dari pendekatan ini. Kami memulai mengenyampingkan tiga indikator. dengan regresi OLS II dari ketujuh indikator suplai pada nilai rata-rata UN SMP. Indeks konsentrasi Tabel IV.10 dan IV.11 menampilkan statistik untuk tingkat utilisasi oleh pasien rawat jalan deskriptif dan korelasi pairwise keenam indeks setara 0,0064, mengindikasikan sebuah distribusi komposit, secara berurutan. Seperti pada nilai ujian (yang lebih tinggi) agak pro orang indikator-indikator utama, nilai indeks komposit kaya. Penguraian atas indeks konsentrasi semua dibatasi antara 0 dan 1, di mana nilai yang lebih Tabel IV.8: Indikator-indikator Pendidikan: Dekomposisi Indeks Konsenstrasi Indikator 1. Koefisien 2. CI 3. Kontribusi 4. Persen 5. Bobot Akses ke PAUD -5,86 0,0833 -0,0055 -86,4 Akses ke SMP (6 km) 7,18 0,0425 0,0038 59,1 0,194 Kualifikasi Guru SD 6,53 0,1088 0,0072 112,3 0,367 Kualifikasi Guru SMP Laboratorium di SMP 6,08 0,1026 0,0054 84,4 0,276 Aliran Listrik 3,95 0,0733 0,0032 50,2 0,163 Air Bersih di Kamar -7,74 0,0858 -0,007 -109,6 Mandi Sisa -0,0007 -10 Total 0,0064 100 1 14 Mirip dengan pendekatan yang dipakai untuk indeks kesehatan, indikator yang nilai koefisien regresinya negatif mendapat bobot nol, sementara koefisien lain yang tersisa diskala ulang agar jumlah bobot mereka menjadi 1. tinggi menunjukkan tingkat kesiapan yang lebih yang berbeda. Versi A sampai C hampir identik, tinggi pula. Kebanyakan kecamatan di Indonesia lantaran ketujuh sub indikator memiliki bobot mendapatkan skor 0,77 atau 77%, tergantung yang hampir sama dan korelasi yang positif. skema pembobotan yang digunakan.15 Bahkan bila jumlah indikator utama dikurangi Menggunakan indeks komposit A sebagai (versi D dan E), koefisien korelasinya tetap di atas referensi, baik yang berpeluang mendapatkan 0,92. Terakhir, kemiripan dari indikator-indikator skor tertinggi 1 (36 kecamatan) dan skor terendah komposit yang berbeda dikuatkan oleh distribusi 0 (99 kecamatan) diamati. mereka yang nyaris identik (Gambar IV.9). Skema-skema pembobotan alternatif berpengaruh sangat kecil terhadap distribusi indeks komposit. Ini dibuktikan oleh korelasi yang amat tinggi antara berbagai indeks komposit Tabel IV.9: Gambaran Umum Mengenai Bobot Indeks-indeks Komposit Pendidikan Kamar Indeks PAUD SMP 6km S1 SD S1 SMP Lab SMP Listrik Mandi A Fokus pada Akses 0,250 0,250 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 A1 SMP Berjarak 3 km 0,250 0,250 (3km) 0,100 0,100 0,100 0,100 0,100 B Dimensi yang 0,166 0,166 0,166 0,166 0,111 0,111 0,111 Setara C PCA 0,152 0,141 0,149 0,138 0,128 0,148 0,144 D Pemanfaatan OLS 0,302 0,275 0,256 0,166 43 | E Pemanfaatan CI 0,194 0,367 0,276 0,163 Tabel IV.10: Indeks Komposit Pendidikan: Statistik Deskriptif Deskriptif Obs. Nilai Tengah SD Min Maks A: Fokus pada Akses 6771 0,789 0,227 0 1 A1: SMP Berjarak 3 km 6771 0,765 0,231 0 1 B: Dimensi Setara 6771 0,771 0,230 0 1 C: PCA 6771 0,766 0,231 0 1 D: Pemanfaatan OLS 6771 0,759 0,245 0 1,00 E: Pemanfaatan CI 6771 0,740 0,260 0 1 Tabel IV.11: Indeks Komposit Pendidikan: Korelasi-korelasi Korelasi-korelasi A A1 B C D A1: SMP Berjarak 3 km 0,99 1 B: Dimensi Seimbang 0,99 0,98 1 C: PCA 0,99 0,98 1 1 D: Pemanfaatan OLS 0,95 0,94 0,97 0,97 1 E: Pemanfaatan CI 0,93 0,92 0,96 0,96 1 15 Skor rata-rata pada indeks E sedikit lebih rendah karena bobot yang relatif lebih besar diberikan pada indeks kualifikasi guru SD dan ketersediaan laboratorium di SMP, padahal nilai rata-rata keduanya relatif rendah. Gambar IV.9: Distribusi Indeks Komposit: Alternatif Kesiapan Suplai Pendidikan 25 25 25 20 20 20 15 15 15 10 10 10 Persen 5 5 5 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 A: Fokus pada Akses A1: SMP Berjarak 3 km B: Dimensi yang Setara 25 25 25 20 20 20 15 15 15 10 10 10 Persen 5 5 5 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 C: PCA D: Pemanfaatan OLS E: Pemanfaatan CI Gambar IV.10: Peta – Indeks Komposit Kesiapan Suplai Pendidikan (Indeks A) 44 | Kemiripan di antara indeks-indeks komposit Rata-rata kecamatan di Bali (0,96) dan Jawa menghasilkan pola spasial yang serupa. Gambar (0,94) memiliki level kesiapan suplai pendidikan IV.10 memetakan distribusi spasial indeks A. tertinggi. Setelah itu Sulawesi (0,81), Sumatera (0,80), Kalimantan (0,74) serta NTT & NTB (0,72). Tertinggal jauh di belakang adalah Kepulauan Maluku (0,60) dan Papua/Papua Barat (0,30). Secara umum kesenjangan antara kecamatan di daerah perkotaan (0,93) dan kecamatan di pedesaan (0,70) juga amat tinggi. IV.4. Menghitung Kebutuhan Investasi Kami menggunakan ketujuh indikator kesiapan informasi tentang jumlah anak per kelompok suplai pendidikan untuk memperkirakan usia di setiap desa tidak tersedia, tidak dapat kesenjangan yang terjadi dalam suplai pelayanan dibuat perkiraan jumlah anak-anak yang “berhak“ pendidikan. Selisih antara skor suatu kecamatan namun tidak memiliki akses. Menggunakan data dengan nilai maksimum 1 kami interpretasikan jumlah total penduduk sebagai pengganti, kami sebagai kesenjangan pada sektor pendidikan. menemukan 16,6 juta penduduk tidak memiliki Kami juga menghitung tingkat ketimpangan akses mudah ke fasilitas pendidikan anak usia secara nasional setiap indikator. dini. Dari 19.052 desa yang tidak memiliki fasilitas PAUD, baik di dalam desa itu sendiri maupun 1. Ketersediaan dan Aksesibilitas dalam jarak 1 kilometer dari desa tersebut, Fisik 99% berada di daerah pedesaan. Ketimpangan yang serupa antara daerah perkotaaan dan Untuk kedua indikator ketersediaan fisik, dihitung pedesaan juga tampak pada indikator akses ke jumlah penduduk yang tidak memiliki akses sekolah menengah pertama, di mana bagi 99% mudah ke pelayanan-pelayanan terkait. Karena pemukiman di perkotaan setidaknya sebuah SMP tersedia dalam jarak 6 km (3 km). 45 | Tabel IV.12: Gambaran Umum mengenai Kesenjangan dalam Kesiapan Suplai Pendidikan, per Indikator Total Kesenjangan secara Indicator Jenis Kesenjangan Nasional Akses ke PAUD Jumlah penduduk tanpa akses 16,64 juta Jumlah desa tanpa fasilitas PAUD 19,052 juta Akses ke SMP Jumlah penduduk tanpa akses 9,46 juta (sekolah dalam jarak 6 km) Jumlah kecamatan tanpa SMP 230 (population: 2,39 juta) Kualifikasi Guru SD Jumlah tambahan guru ‘S1’ yang dibutuhkan 32.586 di SD (untuk mencapai target 2 guru S1 di setiap sekolah) Kualifikasi Guru SMP Jumlah tambahan guru ‘S1’ yang ditbutuhkan 26.086 di SMP untuk mencapai 70% di setiap sekolah 14.675 Jumlah tambahan guru tetap berijazah ‘S1’ yang dibutuhkan di SMP untuk mencapai 70% Laboratorium di SMP Jumlah SMP yang tidak memiliki laboratorium 7.796 (36%) Aliran Listrik Jumlah Sekolah Negeri yang Tidak Memiliki 21.653 (13%) Aliran Listrik 18.610 (14%) SD 2.537 (12%) SMP 338 (5%) SMA 168 (7%) SMK Air Bersih di Kamar Mandi Jumlah Sekolah Negeri yang Tidak Memiliki 30.207 (18%) Jaringan Air Bersih di WC Murid SD 25.896 (19%) SMP 3.355 (16%) SMA 642 (10%) SMK 314 (12%) Kesenjangan relatif di tingkat fasilitas dinyatakan dalam kurung Tabel IV.13 memberikan sebuah gambaran umum pendidikan usia dini di bawah 75% berada di tentang distribusi regional dari (i) kecamatan Sumatera (34% dari 1.770 kecamatan) dan dengan tingkat akses di bawah 75%; dan (ii) Papua (28%). Tapi gambaran umum ini berubah jumlah orang tanpa akses mudah ke fasilitas manakala yang ditelaah adalah jumlah absolut pendidikan usia dini dan SMP. Kebanyakan penduduk yang tidak memiliki akses mudah (yang kecamatan dengan tingkat akses ke fasilitas berarti memperhitungkan kepadatan penduduk), Tabel IV.13: Akses ke Fasilitas Pendidikan – Kesenjangan Absolut dan Relatif Wilayah Akses ke PAUD SMP dalam jarak 6 km Persentase di Persentase Persentase Persentase Kecamatan di Penduduk diKecamatan di Penduduk Bawah 0,75 Bawah 0,75 Sumatera 34,2 41,2 16,3 27,7 Java & Bali 3,1 13,7 3,6 26,4 NTT & NTB 7,6 8,4 7,5 6,6 Kalimantan 11,4 12,4 18,8 14,7 Sulawesi 9,6 8,2 6,3 7,6 Maluku & Maluku Utara 6,2 4,1 4,1 2,3 Papua & Papua Barat 28,1 12 43,5 14,6 Angka Absolut 1.770 16,64 juta 978 9,46 juta ‘Persentase Kecamatan di bawah 0,75’ menunjukkan distribusi pada tingkat regional dari 694 kecamatan yang memiliki satu skor indikator di bawah 0,75. ‘Persentase Penduduk’ merujuk kepada distribusi penduduk yang tidak memiliki 46 | akses di tingkat regional. di mana 41% dari mereka tinggal di Sumatera, Pola ketersediaan sebuah SMP dalam jarak 6 km tapi hanya 12% di provinsi-provinsi di Papua. dari desa secara umum sama. Di Papua, ada 44% kecamatan di berbagai provinsi yang memiliki Gambar IV.11 memperlihatkan jumlah penduduk tingkat akses kurang dari 75% (Tabel IV.13), tapi per kecamatan yang tidak memiliki akses ke dari segi jumlah absolut, prosentase mereka PAUD. Sebagian besar kecamatan yang lebih dari hanya 15% dari 9,46 juta penduduk Indonesia, 10.000 penduduk desanya tidak memiliki akses kebanyakan penduduk yang tidak memiliki akses ke fasilitas PAUD berada di Sumatera Utara (83), ke sekolah menengah pertama dalam jarak 6 Sumatera Selatan (52), Kalimantan Barat (51), km, justru tinggal di pulau Jawa dan Sumatera, Papua (41), Banten (30), juga NAD (28) dan NTT dengan nilai absolut tertinggi ditemukan di (28). Sekali lagi, kami menemukan perbedaan provinsi Papua (1,23 juta), Sumatera Utara (0,84 yang signifikan antara kesenjangan relatif dan juta), Jawa Barat (0,77 juta), Jawa Tengah (0,76 absolut di Papua, disebabkan oleh skor relatif juta), Jawa Timur (0,71 juta), Kalimantan Barat yang rendah dan kepadatan penduduk yang juga (0,68 juta), and Sumatera Selatan (0,60 juta). rendah. Gambar IV.11: Peta – Jumlah Penduduk tanpa Akses ke Fasilitas PAUD 47 | Gambar IV.12: Peta – Jumlah Penduduk Tanpa Akses ke SMP dalam Jarak 6 km 2. Kualifikasi Guru 3. Karakteristik Bangunan Beralih ke indikator kualifikasi guru, kami Kami menemukan 21.653 sekolah negeri tidak menghitung jumlah guru lulusan S1 yang memiliki aliran listrik dan 30.207 sekolah tidak dibutuhkan untuk mencapai target (i) setidaknya menyediakan air bersih di kamar mandi murid. ada dua guru berijazah ’S1’ di setiap SD, dan Kebanyakan sekolah tersebut – 86% dari semua (ii) sedikitnya ada 70% guru lulusan S1 di setiap sekolah yang tidak beraliran listrik dan tidak SMP. Dengan asumsi jumlah tenaga pengajar menyediakan air di kamar mandi – adalah sekolah tidak berubah, maka 32.586 guru SD dan 26.086 dasar. Sebagian besar sekolah tanpa aliran listrik guru SMP harus mendapatkan gelar sarjana, atau terdapat di Sumatera (7.337), Sulawesi (4.701) diganti dengan guru lain yang memiliki kualifikasi dan Kalimantan (4.010). Sedangkan 10.256 tersebut, agar target bisa tercapai. Namun sekolah negeri di Sumatera, 8.276 di Jawa, untuk dua alasan, jumlah tersebut bisa dianggap 4.379 di Sulawesi dan 2.574 di Kalimantan tidak sebagai batas atas. Alasan pertama, di sini kami menyediakan air bersih di kamar mandi murid. juga memperhitungkan guru-guru tidak tetap. Sebagai contoh, jika target 70% dibatasi hanya untuk para pengajar tetap, maka tambahan guru lulusan S1 yang dibutuhkan untuk SMP berkurang menjadi hanya 14.675 orang. Kedua, penelitian-penelitian terbaru menemukan adanya kelebihan suplai guru, terutama di sekolah- sekolah kecil di daerah pedesaan (Bank Dunia, 2010). Hal ini menyebabkan asumsi utama bahwa jumlah tenaga pengajar adalah konstan dapat dipertanyakan. 48 | Meski demikian, angka-angka tersebut memberikan gambaran tentang distribusi spasial kualifikasi guru. Dari tambahan 32.856 orang guru SD lulusan S1 yang dibutuhkan, 11,1% harus direkrut di Sumatera Utara, 10,4% di Kalimantan Barat, 9,6% di NTT, 7,5% di Maluku dan 6,4% di provinsi-provinsi di Papua. Pada tingkat SMP, target untuk memiliki sedikitnya 70% guru lulusan S1 akan membutuhkan peningkatan kualifikasi/ penggantian 2.180 ’guru tanpa ijazah S1’ di provinsi Sumatera Utara, 2.094 di NAD, 2.012 di Jawa Barat, 1.832 di Kalimantan Barat, 1.739 di NTT dan 1.713 di Maluku. V. INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI 49 | V.1. Seleksi Indikator-indikator Kesiapan Suplai Analisis infrastruktur transportasi dilakukan Karakteristik Jembatan atas modul PODES utama, yang memberikan beberapa informasi mengenai ketersediaan fisik Sensus pedesaan juga menanyakan kepada dan aksesibilitas infrastruktur tersebut. Pada kepala desa kondisi jembatan-jembatan di desa dimensi ini kami membedakan tiga kategori dan saat sensus dilakukan, dan apakah ada kebutuhan enam indikator. akan jembatan-jembatan baru, dengan indikator- indikator berikut: Karakteristik Jalan-jalan Utama • Kondisi Jembatan: Persentase desa-desa Informasi mengenai karakteristik jalan merupakan yang memiliki jembatan dalam keadaan “baik” hasil penilaian subjektif atas jenis dan kualitas atau hanya mengalami sedikit kerusakan jalanan utama di sebuah desa. (berlawanan dengan yang mengalami cukup banyak atau pun banyak kerusakan).16 • Permukaan Jalan Utama: Indikator ini menunjukkan persentase jalan utama di desa- • Kebutuhan Jembatan Baru: Persentase desa desa yang sudah dikeraskan menggunakan yang membutuhkan jembatan-jembatan baru. aspal/beton atau kerikil/batu. Jalan utama didefinisikan sebagai jalan terlebar yang Ketersediaan Transportasi Publik 50 | mengarah ke jalur bebas hambatan menuju kantor kepala kabupaten terdekat. Akhirnya, kami menggunakan informasi mengenai ketersediaan transportasi publik dari kantor desa • Kondisi Jalan Utama: Persentase desa-desa menuju (i) kantor kecamatan; dan (ii) kantor yang jalan utamanya tergolong “baik”, artinya bupati atau wali kota. Kami hanya fokus pada tidak ada kerusakan sama sekali pada jalan- transportasi publik yang memiliki rute tetap. jalan tersebut atau hanya mengalami sedikit kerusakan (berlawanan dengan kondisi jalan • Transportasi Publik ke Kantor Kecamatan: yang rusak di sebagian besar atau seluruh Persentase desa-desa yang memiliki angkutan badan jalan) pedesaan dengan rute tetap menuju kantor kecamatan. • Transportasi Publik ke Kantor Bupati/Wali Kota: Persentase desa-desa yang memiliki angkutan pedesaan dengan rute tetap menuju kantor bupati atau wali kota. Keenam indikator kesiapan suplai infrastruktur diurutkan pada Tabel V.1 berikut. 16 Hanya desa-desa yang memiliki setidaknya satu jembatan yang dihitung untuk indikator ini, sehingga indikator ini tidak kami hitung pada 301 kecamatan yang tidak memiliki satu jembatan pun. Tabel V.1: Informasi tentang Infrastruktur Transportasi dari PODES Dimensi Indikator Deskripsi 1 Karakteristik Jalan Utama Permukaan Jalan Utama Persentase desa-desa yang jalan utamanya diaspal/dibeton atau dilapisi kerikil/batu Kondisi Jalan Utama Persentase desa-desa yang jalan utamanya masih bagus atau hanya mengalami kerusakan- kerusakan kecil 2 Karakteristik Jembatan Kondisi Jembatan Persentase desa-desa yang jembatannya masih baik atau hanya mengalami kerusakan-kerusakan kecil Kebutuhan akan Persentase desa-desa yang menyatakan tidak Jembatan Baru membutuhkan jembatan baru 3 Ketersediaan Transportasi Transportasi Publik ke Persentase desa-desa yang memiliki transportasi Publik Kantor Kecamatan pedesaan dengan rute tetap menuju kantor kecamatan Transportasi Publik ke Persentase desa-desa yang memiliki transportasi Kantor Bupati/Wali kota pedesaan dengan rute tetap menuju kantor bupati/wali kota 51 | V.2. Pola Nasional Ketersediaan Infrastruktur Dalam statistik deskriptif yang dipaparkan pada jembatan baru. Sementara prosentase desa Tabel V.2, lagi-lagi semua indikator diberi nilai dalam kecamatan-kecamatan, yang memiliki antara 0 dan 1. Rata-rata, 86% desa di setiap transportasi publik pedesaan dengan rute tetap kecamatan mempunyai jalan utama yang sudah ke kantor kecamatan dan kantor bupati/wali kota dilapisi aspal atau beton, atau pemukaannya terdekat, berturut-turut 34% dan 60%. dikeraskan menggunakan kerikil/batu. Tapi prosentase desa yang jalan-jalan utamanya Profil geografis karakteristik jalan dan jembatan, dianggap masih dalam kondisi bagus hanya dan ketersediaan transportasi publik, digambarkan sedikit di atas 50%. Skor rata-rata kondisi dalam Gambar V.1 hingga V.3. Gambar V.1 jembatan lebih baik. Sebanyak 83% dari semua memperlihatkan bahwa pada semua kecamatan desa (yang memiliki jembatan) melaporkan di Jawa hampir setiap desa memiliki jalan utama bahwa jembatan mereka dalam keadaan bagus, beraspal atau dikeraskan dengan kerikil/batu. dan paling-paling hanya mengalami kerusakan Di Sumatera dan Sulawesi skor kecamatan- kecil. Sekitar seperempat dari desa-desa yang kecamatan untuk fasilitas ini juga rata-rata di disensus menyatakan mereka membutuhkan atas 90%. Meski demikian masih ada sejumlah Tabel V.2: Indikator-indikator Transportasi: Statistik Deskriptif 52 | Descriptive Statistics Obs. Nilai Tengah SD Min Maks Jalan Utama: Aspal atau Kerikil/ 6703 0,858 0,277 0 1 Batu Kondisi Jalan Utama Baik 6671 0,577 0,318 0 1 Kondisi Jembatan Baik 6470 0,832 0,207 0 1 Tidak Membutuhkan Jembatan 6771 0,226 0,262 0 1 Baru Transportasi Publik ke Kantor 6771 0,344 0,365 0 1 Kecamatan Transportasi Publik ke Kantor 6767 0,6 0,402 0 1 Bupati/Wali Kota Gambar V.1: Peta – Persentase Desa yang Memiliki Jalan Utama Beraspal atau Dikeraskan dengan Kerikil/Batu kecil kecamatan yang hanya memiliki nilai antara menemukan variasi yang lebih besar dibandingkan 0,5 dan 0,9. Bahkan secara kebetulan, kami di Jawa, namun masih berada pada kisaran skala menemukan kecamatan-kecamatan yang kurang 0 dan 1. Variasi yang besar juga ditemukan di dari setengah desa-desanya memiliki jalan utama Kalimantan, NTB, NTT, dan Maluku, namun nilai dengan permukaan yang sudah dikeraskan. Kami rata-ratanya lebih rendah, kebanyakan di bawah menemukan variasi yang besar antar kecamatan 0,5. berkaitan dengan fasilitas ini di Kalimantan, NTB dan NTT. Kecamatan-kecamatan di Maluku, dan Gambar V.3 menunjukkan perbedaan yang besar terutama di Papua, mendapatkan skor amat antar wilayah dan antara daerah di dalam sebuah rendah, kebanyakan di bawah 0,5 dan beberapa wilayah geografis, menyangkut ketersediaan bahkan di bawah 0,25. transportasi publik. Di Jawa ketersediaan transportasi publik dengan rute tetap merupakan Persentase desa di kecamatan-kecamatan yang norma. Tapi skor transportasi yang diperoleh tidak membutuhkan jembatan baru, ditunjukkan desa-desa di kalimantan dan Papua kebanyakan dalam Gambar V.2. Di Jawa, sebagian besar desa di bawah 0,25. Sumatera, NTB, NTT dan Maluku menyatakan tidak memerlukan jembatan baru, secara rata-rata juga mendapatkan skor rendah, meski terdapat beberapa situasi yang berbeda namun ada beberapa variasi dalam wilayah yang antar kecamatan. Di Sumatera dan Papua, kami lebih luas. Gambar V.2: Peta – Persentase Desa yang Tidak Membutuhkan Jembatan Baru 53 | Gambar V.3: Peta – Persentase Desa yang Memiliki Transportasi Publik Menuju Kantor Bupati/ Wali kota V.3. Menghitung Kebutuhan Investasi Kesenjangan akses ke infrastruktur transportasi mereka. Sejumlah besar desa yang lain, diperlihatkan pada Tabel V.3, yang menunjukkan mencapai 35.048, melaporkan kerusakan berat ketimpangan berdasarkan jumlah desa yang pada jembatan di sepanjang jalan utama desa, melaporkan adanya kekurangan infrastruktur. Dari sementara 17.450 desa menyatakan mereka 78.600 desa yang disensus, 9.735 menyatakan membutuhkan tambahan jembatan. Akses memiliki jalan utama dengan permukaan yang transportasi umum dengan rute menuju kantor belum dikeraskan. Tapi ada lebih banyak desa, kecamatan dan kantor bupati/wali kota tidak ada mencapai 31.309, yang melaporkan adanya di masing-masing 51.316 dan 31.026 desa. kerusakan amat berat pada jalan utama desa Tabel V.3: Kesenjangan Secara Umum dalam Infrastruktur Transportasi Dimensi Jenis Kesenjangan Total Kesenjangan Karakteristik Jalan Utama Desa Jumlah desa yang jalan utamanya tidak 9.735 diaspal atau berlapis kerikil Jumlah desa yang jalan utamanya rusak 31.309 berat 54 | Karakteristik Jembatan Jembatan yang rusak berat 35.048 Jumlah desa yang membutuhkan 17.450 tambahan jembatan Ketersediaan Transportasi Publik Jumlah desa tanpa transportasi publik 51.316 dengan rute tetap ke kantor kecamatan Jumlah penduduk tanpa transportasi 31.026 publik dengan jalur tetap menuju kantor bupati/wali kota V.4. Perbandingan dengan Kesiapan Suplai Kesehatan dan Pendidikan Terdapat korelasi positif yang jelas antara kualitas jalan dan jembatan, dan ketersediaan transportasi dengan indikator-indikator jembatan yang cukup, koefisien korelasi juga ketersediaan kesehatan dan pendidikan, bernilai positif meski sedikit lebih rendah, berkisar sebagaimana ditunjukkan pada Tabel V.4. Ini dari 0,20 hingga 0,41. Rentang nilai korelasi mengindikasikan ada faktor penentu yang sama positif yang hampir sama dengan indikator- untuk investasi pada infrastruktur-infrastruktur indikator kesehatan dan pendidikan juga terlihat lokal di semua sektor. Korelasi ini terutama kuat pada indikator ketersediaan transportasi publik untuk jalan yang mengalami pengerasan, dengan lokal. koefisien korelasi antara 0,54 hingga 0,63. Untuk Tabel V.4: Korelasi Antara Transportasi dengan Indikator-indikator Ketersediaan Layanan Kesehatan dan Pendidikan Indikator-indikator Jalan Utama Jembatan Transportasi Publik Ketersediaan Fisik: Aspal atau Dalam Dalam Tidak Menuju Menuju Kesehatan dan Kerikil/ Kondisi Kondisi Membutuhkan Kantor Kantor Pendidikan Batu Baik Baik Jembatan Kecamatan Bupati/ Tambahan Wali kota 55 | Akses ke Layanan Tingkat 0,55 0,2 0,32 0,21 0,22 0,29 Primer Akese ke Layanan Tingkat 0,54 0,41 0,38 0,36 0,42 0,3 Sekunder Akses ke Fasilitas Bersalin 0,63 0,31 0,36 0,29 0,3 0,33 Akses ke PAUD 0,61 0,29 0,37 0,27 0,33 0,34 Akses ke SMP 0,61 0,25 0,34 0,24 0,27 0,33 56 | VI. RANGKUMAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 57 | VI.1. Pola Nasional Kesiapan Suplai Infrastruktur Analisis atas data sensus PODES 2011 Meski interpretasi atas nilai-nilai absolut “meta- menghasilkan gambaran yang konsisten mengenai indeks” yang mengkombinasikan 14 sub- suplai layanan-layanan dasar di Indonesia. Pola indikator tidak sederhana, peta yang dihasilkan regional yang sama terungkap untuk indikator- merangkum hasil-hasil utama dari analisa yang indikator infrastruktur kesehatan, pendidikan dan dilakukan, yang merefleksikan ketimpangan transportasi. Sebagai contoh, indeks komposit relatif secara geografis dalam hal kesiapan suplai untuk kesehatan dan pendidikan menunjukkan infrastruktur secara keseluruhan. Pada umumnya, korelasi yang tinggi – antara 0,80 hingga 0,85, pulau Jawa dan provinsi Bali memiliki performa tergantung pada skema pembobotan yang paling baik dalam hal kuantitas dan kualitas digunakan. Gambar VI.1 menggabungkan indeks infrastruktur. Meski demikian, dan di luar hasil rata- komposit kesehatan dan pendidikan menjadi rata yang bagus tersebut, tetap ada kebutuhan sebuah “meta indeks”17, dengan maksud untuk lokal untuk investasi, terutama di provinsi Jawa menggambarkan distribusi spasial secara umum Barat dan Banten. Kesenjangan terbesar dalam dari (kesenjangan dalam) penyelengaraan layanan kesiapan suplai infrastruktur ditemukan di wilayah sosial. Papua, kepulauan Maluku, NTT dan pedalaman Kalimantan. 58 | Gambar VI.1: Peta – Gabungan Indeks Kesehatan dan Pendidikan 17 Kami menggunakan indeks-indeks komposit untuk kesehatan dan pendidikan dengan fokus khusus pada ketersediaan fisik (versi A), dan menghitung rata-rata kedua indeks ini untuk ‘meta-indeks’. Untuk sektor kesehatan, nilai rata-rata terendah terbaik. Sebaliknya Kalimantan Barat (64%), ditemukan di provinsi Kalimantan Barat (75%)18, Maluku Utara (61%), Maluku (60%), Papua Barat NTT (71%), Maluku Utara (69%) Maluku (66%), (40%) dan Papua (26%) memiliki skor rata- Papua Barat (50%) dan Papua (39%). Adapun rata di tingkat kecamatan yang paling rendah. rata-rata tertinggi untuk tingkat kesiapan suplai Sampai batas tertentu, pola semacam ini juga kesehatan ditemukan di semua provinsi di Jawa ditemukan pada indikator-indikator infrastruktur (mulai dari 99% di DI Yogyakarta sampai 92% di transportasi. Namun, lepas dari tren umum yang Banten), kemudian Bali (99%), Bangka Belitung konsisten tersebut, kami menemukan variasi yang (95%), Sumatera Barat (92%), dan NTB (90%). substasial antar daerah di dalam wilayah dan di dalam provinsi. Salah satu penjelasan untuk Pola yang mirip ditemukan pada peringkat rata- ketimpangan di level lokal ini adalah perbedaan rata kesiapan suplai layanan pendidikan, di mana yang sangat besar antara wilayah perkotaan dan DKI Jakarta (98%), DI Yogyakarta (97%), Jawa perdesaaan, bukan hanya pada aksesibilitas, Tengah (96%) dan Bali (96%) merupakan yang namun juga pada kualitas layanan yang tersedia. 59 | 18 Skor-skor yang dilaporkan merepresentasikan rata-rata skor kecamatan per provinsi (berdasarkan pada indeks- indeks komposit dengan fokus khusus pada ketersediaan fisik). Tabel A.3 dan A.4 menampilkan skor alternatif yang dihitung pada tingkat provinsi. VI.2. Rekomendasi Kebijakan Sensus infrastruktur PODES 2011 memberikan • Memberikan dasar untuk analisis lanjutan informasi yang terperinci dan terbaru tentang dan pengawasan yang terus-menerus ketersediaan dan kualitas infrastruktur dasar di terhadap kesiapan suplai infrastruktur: Indonesia. Oleh karena itu berbagai indikator yang Penilaian atas suplai lokal layanan-layanan dikembangkan dalam analisis ini, dapat menjadi dasar ini memberikan beragam peluang untuk perangkat yang berguna bagi pemerintah lokal analisis-analisis lanjutan. dan nasional, organisasi-organisasi internasional, lembaga swadaya masyarakat dan organisasi • Hasil-hasil dari data PODES harus nirlaba lainnya, untuk memahami kebutuhan diperbandingkan dengan sensus lain investasi infrastruktur yang berbeda-beda di menyangkut infrastruktur kesehatan dan setiap wilayah. Data-data ini antara lain dapat pendidikan di tingkat lokal, untuk menguji digunakan untuk: lebih jauh reliabilitas dari data tersebut, dan bila mungkin menggabungkan semua • Meningkatkan sasaran PNPM dan informasi yang tersedia. Penilaian atas program-program pemerintah yang lain: kualitas indikator-indikator mungkin dapat Karena memiliki gambaran yang lengkap dilengkapi dengan penelitian kualitatif di dan komprehensif mengenai defisit dalam lapangan. ketersediaan infrastruktur dasar, indikator- 60 | indikator tersebut dapat membantu perbaikan • Bila data tentang besaran biaya tersedia, target PNPM dan program-program pemerintah maka hasil-hasil yang diperoleh juga yang lain. dapat digunakan untuk memperkirakan kesenjangan pembiayaan dalam upaya • Membantu penyediaan, penilaian, dan mengatasi defisit infrastruktur di tingkat perbaikan pelayanan sosial di Indonesia: nasional, regional dan lokal. Penyebaran data-data tersebut secara aktif dapat mempercepat pemanfaatannya • Mengkombinasikan indikator-indikator oleh berbagai kelompok masyarakat, dan PODES dengan data sosial-ekonomi, akan pihak swasta pemangku kepentingan yang menunjang penelitian yang bertujuan untuk terlibat dalam penyediaan layanan sosial di mengetahui faktor-faktor penentu suplai Indonesia. Tersedianya data ini menghindarkan layanan lokal, permintaan dan hasilnya. penggunakan data-data sejenis yang memerlukan biaya mahal. • Untuk tujuan ini, bukan cuma sensus PODES utama yang perlu dilakukan secara regular, • Mendukung usaha-usaha memperbaiki tapi sensus infrastruktur juga harus diulang transparansi dan akuntabilitas di tingkat di kemudian hari, sehingga memungkinkan lokal: Kesenjangan di tingkat lokal dan pengawasan yang berkesinambungan regional dapat diidentifikasi dengan adanya atas kuantitas dan kualitas infrastruktur analisis pada level kecamatan. Penyebaran desa. Mengikuti perubahan-perubahan indikator-indikator tersebut kepada publik yang terjadi seiring berjalannya waktu, bisa membantu meningkatkan transparansi, memungkinkan evaluasi yang lebih teliti atas dan dengan demikian juga meningkatkan program-program sosial. akuntabilitas politik di tingkat lokal. Seandainya sensus infrastruktur akan kembali lebih terperinci. Secara khusus, informasi lebih dilakukan, kami mengusulkan beberapa lanjut tentang peralatan, suplai dan perawatan perubahan dan amandemen sebagai berikut: medis akan menjadi pelengkap yang penting dalam menilai kualitas pelayanan. • Sensus kesehatan mencakup seluruh jenis fasilitas kesehatan. Dengan memperhatikan • Sensus pendidikan hanya dibatasi pada ketersediaan dana, fasilitas publik dan swasta fasilitas-fasilitas publik. Lagi-lagi tergantung lain seperti rumah sakit dan poliklinik sebaiknya dana, mengikutkan fasilitas swasta dalam disertakan dalam sensus agar diperoleh data sensus akan bermanfaat, khususnya yang yang lebih lengkap. menyangkut sekolah menengah karena di level ini jumlah sekolah swasta cukup banyak. Juga, • Informasi mengenai layanan yang disediakan tidak ada informasi menyangkut fasilitas untuk oleh fasilitas-fasilitas kesehatan bisa pendidikan usia dini. dikembangkan dan, sebagian, dibuat secara 61 | REFERENSI • Olken B., J. Onishi dan S. Wong (2011), “Indonesia’s PNPM Generasi Program: Final Impact Evaluation Report”, Draf yang belum diterbitkan. • Bank Dunia (2011), “Program Keluarga Harapan: Impact Evaluation Report of Indonesia’s Household Conditional Cash Transfer Program”, Kantor Bank Dunia Jakarta, Draf yang belum diterbitkan. • Bank Dunia (2010), “Transforming Indonesia’s Teaching Force, Volume 1: Executive Summary”, Laporan No. 53732-ID, Kantor Bank Dunia Jakarta • World Health Organization (2011), “Measuring Service Availability and Readiness: Service Availability Indicators’, Jenewa. 62 | LAMPIRAN Lampiran 1: Dekomposisi Indeks- Sementara koefisien regresi menjelaskan faktor- indeks Konsentrasi faktor yang menentukan rata-rata tingkat pemanfaatan layanan kesehatan, CI yang telah Salah satu metode alternatif untuk menentukan terurai menerangkan seberapa besar faktor-faktor bobot adalah menilai prioritas kebijakan berbagai penentu ini berkontribusi terhadap ketimpangan indeks berkaitan dengan kontribusi mereka dalam pemanfaatan layanan kesehatan di terhadap ketidaksetaraan akses ke layanan setiap kabupaten. Kontribusi ini merupakan kesehatan dan pendidikan. Selanjutnya kami produk dari (1) kemampuan merespon (atau akan menjelaskan metode untuk menentukan elastisitas) pemanfaatan layanan kesehatan, bobot bagi indeks komposit kesehatan. Mengikuti dengan mempertimbangkan berbagai jenis suplai metode tersebut, indeks komposit pendidikan pelayanan kesehatan, dan (2) ketimpangan dalam ditentukan menggunakan skor ujian nasional, distribusi suplai pelayanan kesehatan ini di semua bukan tingkat utilisasi sebagai variabel hasil. kabupaten. Sebagai contoh, variabel x mungkin Ketidaksetaraan dalam pemanfaatan layanan merupakan sebuah alat prediksi yang baik dalam kesehatan dapat dinyatakan sebagai sebuah pemanfaatan layanan kesehatan, namun x indeks konsentrasi: hanya akan berpengaruh terhadap ketimpangan pemanfaatan pelayanan kesehatan jika dia tidak terdistribusi secara merata. Jadi, jika x terdistribusi 63 | secara merata di semua kabupaten, efek dari Di mana h adalah pemanfaatan layanan perubahan x akan serupa di setiap kabupaten. kesehatan, μ nilai tengah dari h, dan r merupakan peringkat kabupaten secara nasional dalam hal Lampiran 2: Indikator-indikator distribusi beberapa ukuran kesejahteraan. Alternatif Tenaga Kesehatan Faktor-faktor penentu pemanfaatan layanan Sebagai perbandingan, berikut dijelaskan secara kesehatan dapat dinilai menggunakan sebuah singkat empat indikator tenaga kerja kesehatan regresi linear: yang berbasis jumlah penduduk: 1. Jumlah dokter per 10.000 penduduk [Target: 1 dokter per 10.000] 2. Jumlah bidan per 10.000 penduduk Ketidaksetaraan dalam pemanfaatan layanan 3. Jumlah perawat per 10.000 penduduk kesehatan dengan demikian dapat terurai menjadi 4. Jumlah tenaga profesional medis yang utama kontribusi satu per satu faktor penentu tersebut: (dokter, bidan, perawat) per 10.000 penduduk [Target WHO: 23] Tabel A.1 menampilkan statistik deskriptif Kesan yang demikian dikuatkan oleh tampilan untuk keenam indikator. Umumnya kecamatan- grafis dari indikator-indikator berbasiskan jumlah kecamatan memiliki 1,6 dokter, 7,2 bidan, 9,5 penduduk. Gambar A.1 dan A.2 menjelaskan perawat per 10.000 penduduk, yang berarti ada distribusi spasial dari dua indikator utama 18,3 tenaga profesional kesehatan utama untuk tentang tenaga kesehatan. Peta-peta tersebut setiap 10.000 penduduk. Kami menghitung memperlihatkan bahwa indikator-indikator skor indikator-indikator untuk ketersediaan berbasiskan penduduk sangat dipengaruhi oleh dokter dan tenaga profesional kesehatan yang jumlah penduduk sebagai denominator, sehingga utama, menggunakan 1 dokter dan 23 tenaga daerah dengan jumlah penduduk yang lebih sedikit profesional kesehatan yang utama per 10.000 seperti Papua dan Kalimantan mendapatkan nilai penduduk sebagai target. Tabel A.2 melaporkan yang tinggi, sementara daerah-daerah padat korelasi antara indikator-indikator berbasiskan penduduk di Jawa mendapatkan nilai yang secara jumlah penduduk dengan ketujuh indikator relatif lebih buruk. Pola geografis yang serupa utama yang dipilih untuk indeks. Korelasi negatif secara umum juga terjadi pada indikator-indikator atau yang tidak signifikan memperlihatkan berbasiskan perhitungan per kapita. Karena itu sebuah gambaran mengenai layanan suplai kami tidak menggunakan indikator jenis ini demi kesehatan yang diperoleh dari indikator-indikator menghindari terjadinya bias dalam penilaian atas berbasiskan penduduk, yang secara struktural infrastruktur dasar yang tersedia. berbeda dengan hasil dari ketujuh indikator utama tentang kesiapan suplai kesehatan. Tabel A.1: Indikator-indikator Tenaga Kesehatan Alternatif: Statistik Deskripsi Deskriptif n Nilai Tengah SD Min Maks 64 | Dokter per 10.000 Penduduk 6771 1,6 2,7 0 52,1 Bidan per 10.000 Penduduk 6771 7,2 7 0 208,5 Perawat per 10.000 Penduduk 6771 9,5 13,1 0 300,8 Tenaga Kesehatan Utama per 6771 18,3 17,9 0 433,2 10.000 Penduduk Skor Tenaga Kesehatan Utama 6771 0,621 0,289 0 1 (23=100) Skor Dokter (maks=1)* 6771 0,637 0,415 0 1 Skor dokter bernilai 1 untuk kecamatan-kecamatan yang memenuhi target 1 doker per 10.000 penduduk. Dalam kasus yang khusus ini, indikator tersebut merepresentasikan sebuah versi yang tidak lengkap (truncated) dari indikator dokter per 10.000 penduduk. Tabel A.2: Indikator-indikator Tenaga Kesehatan Alternatif: Korelasi dengan Indikator Utama Korelasi dengan Primer Sekunder Melahirkan Dokter Bidan Air Listrik Variabel-variabel Indeks yang Lain Dokter per 10.000 0,07 0,11 0,07 0,16 0,02 0,08 0,1 Penduduk Bidan per 10.000 0,03 -0,13 -0,04 -0,03 0,05 -0,05 -0,04 Penduduk Perawat per 10.000 -0,08 -0,31 -0,21 -0,13 -0,3 -0,09 -0,17 Penduduk Tenaga Profesional -0,04 -0,26 -0,16 -0,09 -0,2 -0,08 -0,12 Kesehatan Utama per 10.000 penduduk Skor Tenaga Profesional 0,06 -0,23 -0,08 -0,02 -0,16 -0,02 -0,12 Kesehatan Utama Skor Dokter 0,26 0,24 0,27 0,42 0,24 0,27 0,24 Gambar A.1: Peta – Tenaga Profesional Medis Utama per 10.000 Penduduk – Skor (Target: 23) 65 | Gambar A.2: Peta – Dokter per 10.000 Penduduk – Skor (Target: 1) 66 | Apendiks 3: Gambaran Umum Tingkat Provinsi dan Kabupaten Tabel A.3: Indikator-indikator Kesehatan dan Indeks-indeks Komposit – Skor Tingkat Provinsi19 Provinsi Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk, Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Nanggroe Aceh Darussalam 0,97 0,74 0,96 0,89 0,97 0,83 0,90 0,85 0,91 0,88 0,89 0,89 0,89 0,89 0,90 0,88 Sumatera Utara 0,96 0,83 0,95 0,91 0,92 0,95 0,93 0,89 0,85 0,87 0,91 0,90 0,91 0,91 0,90 0,88 Sumatera Barat 0,99 0,87 0,99 0,95 0,98 0,99 0,99 0,91 0,90 0,90 0,95 0,95 0,95 0,95 0,94 0,92 Riau 0,98 0,77 0,96 0,90 0,98 0,98 0,98 0,86 0,80 0,83 0,90 0,90 0,90 0,91 0,88 0,86 Jambi 0,98 0,77 0,97 0,91 0,94 0,95 0,94 0,87 0,80 0,83 0,90 0,89 0,90 0,90 0,89 0,86 Sumatera Selatan 0,95 0,78 0,96 0,90 0,89 0,96 0,92 0,90 0,82 0,86 0,89 0,89 0,89 0,90 0,89 0,87 Bengkulu 0,97 0,82 0,97 0,92 0,92 0,88 0,90 0,78 0,82 0,80 0,89 0,87 0,88 0,89 0,88 0,87 Lampung 0,97 0,77 0,98 0,91 0,97 0,97 0,97 0,92 0,77 0,84 0,91 0,91 0,91 0,91 0,89 0,86 Kepulauan Bangka Belitung 1,00 0,92 1,00 0,97 1,00 0,97 0,99 0,95 0,93 0,94 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 Kepulauan Riau 1,00 0,89 0,99 0,96 0,97 0,98 0,98 0,96 0,88 0,92 0,95 0,95 0,95 0,95 0,94 0,93 DKI Jakarta 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,98 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Jawa Barat 0,99 0,88 0,99 0,96 0,98 0,99 0,98 0,94 0,96 0,95 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,95 Jawa Tengah 0,98 0,95 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,98 0,95 0,96 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,97 DI Yogyakarta 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 0,96 0,98 0,97 0,99 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 Jawa Timur 0,99 0,93 1,00 0,97 0,98 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Banten 0,98 0,88 0,98 0,95 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,95 Bali 1,00 0,98 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,97 0,96 0,97 0,99 0,98 0,99 0,99 0,99 0,98 Nusa Tenggara Barat 0,99 0,80 0,97 0,92 0,97 0,92 0,95 0,97 0,92 0,94 0,93 0,94 0,94 0,94 0,93 0,91 Nusa Tenggara Timur 0,91 0,53 0,88 0,77 0,80 0,79 0,80 0,83 0,59 0,71 0,76 0,76 0,76 0,76 0,75 0,71 Kalimantan Barat 0,92 0,58 0,90 0,80 0,83 0,87 0,85 0,87 0,67 0,77 0,80 0,81 0,81 0,81 0,79 0,75 Kalimantan Tengah 0,96 0,64 0,89 0,83 0,86 0,86 0,86 0,88 0,73 0,80 0,83 0,83 0,83 0,83 0,82 0,78 Kalimantan Selatan 0,97 0,81 0,97 0,92 0,98 0,92 0,95 0,87 0,91 0,89 0,92 0,92 0,92 0,92 0,91 0,90 Kalimantan Timur 0,98 0,80 0,94 0,90 0,96 0,90 0,93 0,95 0,83 0,89 0,91 0,91 0,91 0,91 0,89 0,87 Sulawesi Utara 0,98 0,83 0,96 0,92 0,95 0,75 0,85 0,95 0,87 0,91 0,91 0,90 0,90 0,90 0,92 0,90 Sulawesi Tengah 0,96 0,66 0,92 0,85 0,81 0,86 0,83 0,91 0,73 0,82 0,84 0,83 0,84 0,84 0,84 0,80 Sulawesi Selatan 0,97 0,81 0,94 0,91 0,94 0,95 0,94 0,93 0,84 0,88 0,91 0,91 0,91 0,91 0,89 0,87 Sulawesi Tenggara 0,96 0,62 0,94 0,84 0,79 0,80 0,79 0,86 0,59 0,72 0,81 0,79 0,79 0,80 0,80 0,76 Gorontalo 0,97 0,75 0,95 0,89 0,96 0,79 0,88 0,84 0,82 0,83 0,88 0,87 0,87 0,87 0,88 0,85 Sulawesi Barat 0,92 0,66 0,87 0,81 0,89 0,90 0,90 0,75 0,75 0,75 0,82 0,82 0,82 0,82 0,79 0,77 Maluku 0,93 0,57 0,87 0,79 0,68 0,83 0,76 0,74 0,63 0,68 0,76 0,74 0,75 0,76 0,75 0,72 Maluku Utara 0,90 0,55 0,87 0,77 0,72 0,68 0,70 0,87 0,71 0,79 0,76 0,75 0,76 0,76 0,78 0,74 Papua Barat 0,91 0,62 0,85 0,79 0,56 0,69 0,62 0,77 0,69 0,73 0,75 0,72 0,73 0,73 0,77 0,74 Papua 0,71 0,40 0,63 0,58 0,60 0,54 0,57 0,68 0,45 0,57 0,57 0,57 0,57 0,57 0,56 0,53 19 Skor-skor indikator yang dilaporkan dihitung pada level provinsi, misalnya menghitung persentase penduduk provinsi yang memiliki akses mudah ke layanan kesehatan tingkat pertama. Skor- skor ini berbeda dengan skor rata-rata kecamatan per provinsi, di mana bobot yang sama diberikan kepada setiap kecamatan tanpa memperhitungkan jumlah penduduk. Tabel A.4: Indikator-indikator Pendidikan dan Indeks-indeks Komposit – Skor Tingkat Provinsi20 Provinsi Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk, Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Nanggroe Aceh Darussalam 0,73 0,96 0,85 0,74 0,72 0,73 0,62 0,96 0,71 0,76 0,80 0,77 0,78 0,78 0,81 0,78 Sumatera Utara 0,82 0,94 0,88 0,72 0,75 0,73 0,59 0,82 0,69 0,70 0,79 0,77 0,77 0,76 0,77 0,74 Sumatera Barat 0,99 0,98 0,98 0,89 0,83 0,86 0,65 0,93 0,77 0,78 0,90 0,89 0,88 0,87 0,86 0,85 Riau 0,92 0,95 0,94 0,80 0,73 0,76 0,59 0,72 0,79 0,70 0,83 0,82 0,80 0,79 0,78 0,76 Jambi 0,93 0,96 0,94 0,76 0,78 0,77 0,61 0,74 0,73 0,69 0,83 0,82 0,80 0,79 0,78 0,75 Sumatera Selatan 0,82 0,92 0,87 0,71 0,78 0,75 0,63 0,75 0,82 0,73 0,80 0,78 0,78 0,78 0,76 0,74 Bengkulu 0,82 0,95 0,88 0,86 0,80 0,83 0,56 0,79 0,70 0,69 0,81 0,78 0,80 0,79 0,80 0,78 Lampung 0,93 0,97 0,95 0,81 0,72 0,77 0,67 0,79 0,81 0,76 0,85 0,83 0,82 0,82 0,82 0,80 Kepulauan Bangka Belitung 0,94 0,92 0,93 0,73 0,81 0,77 0,72 0,95 0,94 0,87 0,88 0,85 0,86 0,86 0,82 0,80 Kepulauan Riau 0,96 0,98 0,97 0,72 0,74 0,73 0,56 0,92 0,87 0,78 0,87 0,85 0,83 0,83 0,79 0,76 DKI Jakarta 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,96 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Jawa Barat 0,98 0,98 0,98 0,96 0,86 0,91 0,76 0,98 0,84 0,86 0,93 0,92 0,92 0,91 0,92 0,91 Jawa Tengah 0,99 0,98 0,99 0,94 0,91 0,93 0,86 1,00 0,96 0,94 0,96 0,94 0,95 0,95 0,94 0,94 DI Yogyakarta 1,00 1,00 1,00 0,99 0,86 0,92 0,97 1,00 0,99 0,99 0,98 0,97 0,97 0,97 0,99 0,99 Jawa Timur 0,99 0,98 0,98 0,98 0,93 0,96 0,82 0,97 0,87 0,89 0,95 0,93 0,94 0,94 0,94 0,93 Banten 0,93 0,99 0,96 0,96 0,79 0,87 0,54 0,98 0,76 0,76 0,88 0,87 0,86 0,86 0,86 0,85 Bali 0,99 0,97 0,98 0,99 0,89 0,94 0,81 1,00 0,96 0,92 0,95 0,93 0,95 0,95 0,94 0,94 Nusa Tenggara Barat 0,96 0,99 0,98 0,92 0,85 0,89 0,58 0,90 0,78 0,75 0,89 0,89 0,87 0,86 0,85 0,84 Nusa Tenggara Timur 0,74 0,88 0,81 0,32 0,66 0,49 0,36 0,57 0,73 0,55 0,67 0,64 0,62 0,61 0,54 0,48 Kalimantan Barat 0,71 0,85 0,78 0,47 0,60 0,53 0,46 0,62 0,82 0,63 0,69 0,67 0,65 0,65 0,61 0,57 Kalimantan Tengah 0,86 0,87 0,86 0,73 0,78 0,76 0,48 0,58 0,75 0,61 0,76 0,75 0,74 0,73 0,68 0,66 Kalimantan Selatan 0,95 0,95 0,95 0,81 0,86 0,84 0,68 0,91 0,87 0,82 0,89 0,86 0,87 0,87 0,83 0,82 Kalimantan Timur 0,95 0,94 0,94 0,73 0,80 0,77 0,49 0,83 0,85 0,72 0,84 0,83 0,81 0,80 0,75 0,72 Sulawesi Utara 0,96 0,98 0,97 0,69 0,72 0,71 0,62 0,92 0,81 0,78 0,86 0,85 0,82 0,82 0,80 0,76 Sulawesi Tengah 0,92 0,93 0,93 0,57 0,76 0,67 0,50 0,70 0,69 0,63 0,79 0,77 0,74 0,73 0,68 0,64 Sulawesi Selatan 0,93 0,96 0,95 0,94 0,88 0,91 0,65 0,85 0,81 0,77 0,89 0,86 0,88 0,86 0,86 0,85 Sulawesi Tenggara 0,86 0,96 0,91 0,58 0,77 0,68 0,52 0,53 0,74 0,60 0,77 0,75 0,73 0,71 0,67 0,63 Gorontalo 0,97 0,99 0,98 0,75 0,68 0,72 0,49 0,88 0,84 0,73 0,85 0,84 0,81 0,80 0,77 0,74 Sulawesi Barat 0,88 0,93 0,90 0,73 0,83 0,78 0,44 0,51 0,66 0,54 0,77 0,75 0,74 0,72 0,68 0,66 Maluku 0,76 0,92 0,84 0,41 0,48 0,45 0,37 0,64 0,59 0,53 0,67 0,66 0,61 0,60 0,59 0,54 Maluku Utara 0,72 0,91 0,81 0,30 0,65 0,47 0,37 0,60 0,56 0,51 0,65 0,64 0,60 0,59 0,55 0,48 Papua Barat 0,72 0,81 0,76 0,29 0,70 0,50 0,43 0,65 0,51 0,53 0,64 0,62 0,60 0,59 0,54 0,49 Papua 0,39 0,58 0,48 0,30 0,55 0,42 0,35 0,48 0,41 0,41 0,45 0,43 0,44 0,44 0,43 0,40 20 Skor-skor indikator yang dilaporkan dihitung pada level provinsi, misalnya menghitung persentase penduduk provinsi yang memiliki akses mudah ke layanan kesehatan tingkat pertama (fasilitas pendidikan). Skor-skor ini berbeda dengan skor rata-rata kecamatan per provinsi, di mana bobot yang sama diberikan kepada setiap kecamatan tanpa memperhitungkan jumlah penduduk. 67 | 68 | Tabel A.5: Indikator-indikator Kesehatan dan Indeks-indeks Komposit – Skor Tingkat Kabupaten21 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk, Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Nanggroe Aceh Derussalam 0,97 0,74 0,96 0,89 0,97 0,83 0,90 0,85 0,91 0,88 0,89 0,89 0,89 0,89 0,90 0,88 Simeulue 1101 0,99 0,53 0,74 0,75 0,75 0,80 0,78 0,75 0,88 0,81 0,77 0,78 0,78 0,78 0,74 0,72 Aceh Singkil 1102 0,96 0,56 0,91 0,81 0,91 0,86 0,88 0,82 0,80 0,81 0,82 0,83 0,83 0,83 0,81 0,77 Aceh Selatan 1103 0,97 0,71 0,95 0,88 0,95 0,77 0,86 0,67 0,74 0,71 0,84 0,81 0,82 0,83 0,82 0,80 Aceh Tenggara 1104 0,98 0,75 0,98 0,91 0,89 0,74 0,82 0,79 0,86 0,83 0,87 0,85 0,86 0,86 0,89 0,87 Aceh Timur 1105 0,93 0,53 0,94 0,80 0,92 0,86 0,89 0,85 0,95 0,90 0,84 0,86 0,85 0,86 0,86 0,81 Aceh Tengah 1106 0,93 0,62 0,98 0,84 1,00 0,88 0,94 0,79 0,92 0,85 0,86 0,88 0,87 0,88 0,87 0,84 Aceh Barat 1107 0,95 0,74 0,93 0,87 1,00 0,72 0,86 0,77 0,77 0,77 0,85 0,83 0,84 0,84 0,84 0,82 Aceh Besar 1108 0,99 0,85 0,99 0,94 1,00 0,86 0,93 0,92 0,96 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,95 0,94 Pidie 1109 0,99 0,85 0,99 0,94 1,00 0,67 0,83 0,88 0,97 0,93 0,92 0,90 0,91 0,90 0,94 0,93 Bireuen 1110 0,95 0,77 0,97 0,90 1,00 0,90 0,95 0,94 0,98 0,96 0,92 0,93 0,93 0,93 0,93 0,91 Aceh Utara 1111 0,97 0,46 0,95 0,80 1,00 0,69 0,84 0,79 0,91 0,85 0,82 0,83 0,82 0,83 0,83 0,78 Aceh Barat Daya 1112 1,00 0,86 0,99 0,95 0,92 0,88 0,90 0,77 0,94 0,85 0,92 0,90 0,91 0,91 0,92 0,92 Gayo Lues 1113 0,94 0,57 0,90 0,80 1,00 0,93 0,97 1,00 0,89 0,94 0,86 0,90 0,89 0,89 0,86 0,81 Aceh Tamiang 1114 0,96 0,91 0,99 0,95 1,00 0,97 0,99 1,00 0,98 0,99 0,97 0,98 0,97 0,97 0,98 0,96 Nagan Raya 1115 0,97 0,79 0,98 0,91 1,00 0,73 0,86 0,85 0,94 0,89 0,90 0,89 0,89 0,89 0,92 0,90 Aceh Jaya 1116 0,98 0,78 0,99 0,92 1,00 0,84 0,92 0,88 0,65 0,76 0,89 0,87 0,87 0,88 0,87 0,84 Bener Meriah 1117 0,95 0,68 0,96 0,86 1,00 0,88 0,94 0,90 0,97 0,93 0,89 0,91 0,90 0,91 0,90 0,87 Pidie jaya 1118 0,99 0,94 0,99 0,97 1,00 0,86 0,93 0,90 0,95 0,93 0,96 0,94 0,95 0,95 0,96 0,96 Banda Aceh 1171 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,98 0,91 1,00 0,95 0,99 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Sabang 1172 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Langsa 1173 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 0,99 Lhokseumawe 1174 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,83 0,99 0,91 0,98 0,97 0,97 0,98 0,97 0,98 Subulussalam 1175 0,88 0,39 0,89 0,72 1,00 0,97 0,98 0,80 0,82 0,81 0,79 0,84 0,82 0,83 0,78 0,72 Sumatera Utara 0,96 0,83 0,95 0,91 0,92 0,95 0,93 0,89 0,85 0,87 0,91 0,90 0,91 0,91 0,90 0,88 Nias 1201 0,69 0,31 0,53 0,51 0,63 0,36 0,49 0,63 0,39 0,51 0,51 0,50 0,50 0,50 0,48 0,45 Mandailing natal 1202 0,88 0,68 0,94 0,83 0,88 0,93 0,90 0,85 0,90 0,87 0,85 0,87 0,86 0,87 0,87 0,84 Tapanuli Selatan 1203 0,89 0,67 0,95 0,84 0,88 0,93 0,90 0,88 0,89 0,88 0,86 0,87 0,87 0,87 0,88 0,85 Tapanuli Tengah 1204 0,96 0,73 0,98 0,89 0,90 0,97 0,94 0,81 0,87 0,84 0,89 0,89 0,89 0,89 0,89 0,86 Tapanuli Utara 1205 0,90 0,63 0,92 0,82 1,00 0,96 0,98 0,89 0,94 0,92 0,87 0,91 0,89 0,89 0,87 0,84 Toba Samosir 1206 0,87 0,74 0,90 0,84 1,00 0,98 0,99 0,89 0,97 0,93 0,89 0,92 0,91 0,91 0,88 0,87 Labuhan Batu 1207 0,98 0,82 0,97 0,92 0,92 0,99 0,96 0,85 0,52 0,68 0,88 0,85 0,86 0,87 0,83 0,81 Asahan 1208 0,97 0,87 0,94 0,93 1,00 0,99 0,99 1,00 0,90 0,95 0,95 0,96 0,95 0,95 0,93 0,92 Simalungun 1209 0,98 0,87 0,98 0,94 1,00 0,99 0,99 0,91 0,81 0,86 0,94 0,93 0,93 0,94 0,92 0,90 Dairi 1210 0,97 0,64 0,91 0,84 0,89 0,97 0,93 0,83 0,76 0,80 0,85 0,86 0,85 0,86 0,82 0,79 21 Skor-skor indikator yang dilaporkan dihitung pada tingkat kabupaten, misalnya menghitung persentase penduduk kabupaten yang memiliki akses mudah ke layanan kesehatan tingkat pertama. Skor-skor ini berbeda dengan skor rata-rata kecamatan per kabupaten, di mana bobot yang sama diberikan kepada setiap kecamatan tanpa memperhitungkan jumlah penduduk Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Karo 1211 0,99 0,92 0,97 0,96 0,95 1,00 0,97 0,95 0,98 0,96 0,96 0,97 0,96 0,97 0,96 0,96 Deli Serdang 1212 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,97 0,92 0,94 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,97 Langkat 1213 0,98 0,86 0,97 0,94 1,00 0,99 1,00 0,93 0,88 0,91 0,94 0,95 0,95 0,95 0,93 0,92 Nias Selatan 1214 0,75 0,33 0,64 0,57 0,28 0,34 0,31 0,52 0,24 0,38 0,48 0,42 0,44 0,45 0,49 0,44 Humbang Hasundutan 1215 0,86 0,46 0,76 0,69 1,00 1,00 1,00 0,83 0,97 0,90 0,80 0,86 0,84 0,84 0,77 0,73 Pakpak Bharat 1216 0,96 0,63 0,84 0,81 0,88 0,96 0,92 1,00 0,77 0,89 0,85 0,87 0,86 0,86 0,82 0,78 Samosir 1217 0,79 0,50 0,83 0,71 1,00 0,98 0,99 0,75 0,98 0,86 0,80 0,85 0,83 0,84 0,79 0,76 Serdang Bedagai 1218 1,00 0,90 0,99 0,96 1,00 0,99 0,99 0,85 0,93 0,89 0,96 0,95 0,95 0,96 0,94 0,94 Batu Bara 1219 1,00 0,73 0,99 0,91 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,93 0,95 0,94 0,95 0,93 0,89 Padang Lawas Utara 1220 0,79 0,43 0,82 0,68 0,93 0,82 0,88 0,87 0,72 0,79 0,74 0,78 0,77 0,77 0,74 0,69 Padang Lawas 1221 0,94 0,78 0,94 0,89 0,91 0,80 0,86 0,82 0,93 0,87 0,88 0,87 0,87 0,88 0,89 0,88 Labuhan Batu Selatan 1222 0,97 0,74 0,98 0,90 1,00 0,99 0,99 1,00 0,63 0,82 0,90 0,90 0,90 0,90 0,87 0,83 Labuhan Batu Utara 1223 0,99 0,65 0,96 0,86 1,00 1,00 1,00 0,94 0,56 0,75 0,87 0,87 0,87 0,87 0,82 0,77 Nias Utara 1224 0,86 0,20 0,70 0,59 0,82 0,48 0,65 0,82 0,45 0,63 0,61 0,62 0,62 0,62 0,59 0,51 Nias Barat 1225 0,66 0,13 0,49 0,43 0,83 0,31 0,57 0,67 0,56 0,61 0,49 0,54 0,52 0,51 0,48 0,42 Sibolga 1271 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Tanjung Balai 1272 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,88 0,84 0,86 0,97 0,95 0,96 0,96 0,95 0,95 Pematang Siantar 1273 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Tebing Tinggi 1274 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 1,00 0,94 1,00 0,98 0,99 0,99 0,98 0,98 0,98 1,00 0,99 Medan 1275 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Binjai 1276 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Padangsidimpuan 1277 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,99 0,98 0,98 0,99 0,98 0,97 Gunungsitoli 1278 0,83 0,76 0,79 0,80 0,25 0,69 0,47 0,75 0,42 0,59 0,69 0,62 0,64 0,65 0,71 0,69 Sumatera Barat 0,99 0,87 0,99 0,95 0,98 0,99 0,99 0,91 0,90 0,90 0,95 0,95 0,95 0,95 0,94 0,92 Kepulauan Mentawai 1301 0,72 0,10 0,61 0,48 0,57 0,81 0,69 0,86 0,67 0,76 0,58 0,64 0,62 0,62 0,58 0,50 Pesisir Selatan 1302 0,99 0,63 1,00 0,88 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,91 0,94 0,93 0,93 0,91 0,87 Solok 1303 0,98 0,90 0,97 0,95 1,00 1,00 1,00 0,83 0,88 0,85 0,94 0,93 0,94 0,94 0,92 0,91 Sijunjung 1304 0,99 0,76 0,98 0,91 1,00 1,00 1,00 0,92 0,90 0,91 0,93 0,94 0,94 0,94 0,92 0,89 Tanah Datar 1305 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,95 0,89 0,98 0,96 0,97 0,97 0,96 0,97 Padang Pariaman 1306 0,99 0,95 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 0,83 0,97 0,90 0,97 0,96 0,96 0,97 0,96 0,96 Agam 1307 1,00 0,88 0,98 0,95 1,00 1,00 1,00 0,95 0,96 0,96 0,96 0,97 0,97 0,97 0,95 0,94 Lima Puluh Kota 1308 1,00 0,85 1,00 0,95 0,95 1,00 0,98 0,95 0,82 0,89 0,94 0,94 0,94 0,94 0,93 0,91 Pasaman 1309 1,00 0,83 1,00 0,94 1,00 1,00 1,00 0,81 0,85 0,83 0,93 0,93 0,93 0,93 0,91 0,90 Solok Selatan 1310 1,00 0,74 1,00 0,91 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,94 0,95 0,95 0,95 0,93 0,90 Dharmasraya 1311 0,98 0,80 0,95 0,91 1,00 1,00 1,00 0,92 0,93 0,92 0,93 0,94 0,94 0,94 0,92 0,90 69 | 70 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Pasaman Barat 1312 0,99 0,85 0,99 0,94 0,94 1,00 0,97 0,88 0,86 0,87 0,93 0,93 0,93 0,94 0,92 0,91 Padang 1371 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,95 0,91 0,93 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,97 Solok 1372 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,75 0,94 0,85 0,97 0,95 0,96 0,96 0,95 0,96 Sawah Lunto 1373 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 0,95 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Padang Panjang 1374 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,96 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 Bukittinggi 1375 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 1,00 0,94 1,00 0,85 0,92 0,97 0,95 0,96 0,96 0,97 0,96 Payakumbuh 1376 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 0,90 0,95 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Pariaman 1377 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Riau 0,98 0,77 0,96 0,90 0,98 0,98 0,98 0,86 0,80 0,83 0,90 0,90 0,90 0,91 0,88 0,86 Kuantan Singingi 1401 0,99 0,78 0,96 0,91 0,91 0,97 0,94 0,91 0,79 0,85 0,90 0,90 0,90 0,91 0,89 0,87 Indragiri Hulu 1402 0,96 0,67 0,96 0,86 1,00 0,97 0,99 0,79 0,84 0,81 0,88 0,89 0,88 0,89 0,86 0,83 Indragiri Hilir 1403 0,97 0,47 0,88 0,78 0,92 0,98 0,95 0,80 0,75 0,77 0,81 0,83 0,83 0,83 0,78 0,73 Pelalawan 1404 0,96 0,72 0,92 0,87 1,00 0,99 1,00 0,83 0,70 0,77 0,87 0,88 0,88 0,88 0,83 0,80 Siak 1405 0,98 0,92 0,98 0,96 1,00 0,99 0,99 0,93 0,92 0,93 0,96 0,96 0,96 0,96 0,95 0,95 Kampar 1406 0,99 0,80 0,98 0,92 1,00 0,98 0,99 0,89 0,73 0,81 0,91 0,91 0,91 0,91 0,88 0,86 Rokan Hulu 1407 0,99 0,91 0,98 0,96 1,00 0,99 1,00 0,90 0,79 0,85 0,94 0,93 0,94 0,94 0,92 0,91 Bengkalis 1408 0,99 0,84 0,96 0,93 1,00 0,97 0,99 0,91 0,82 0,87 0,93 0,93 0,93 0,93 0,90 0,89 Rokan Hilir 1409 0,98 0,62 0,99 0,86 0,94 0,98 0,96 0,88 0,86 0,87 0,88 0,90 0,89 0,90 0,88 0,84 Kepulauan Meranti 1410 0,89 0,38 0,89 0,72 1,00 0,94 0,97 0,63 0,72 0,67 0,76 0,79 0,78 0,79 0,73 0,68 Pekanbaru 1471 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,96 Dumai 1473 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 1,00 0,67 0,92 0,79 0,95 0,93 0,94 0,95 0,93 0,94 Jambi 0,98 0,77 0,97 0,91 0,94 0,95 0,94 0,87 0,80 0,83 0,90 0,89 0,90 0,90 0,89 0,86 Kerinci 1501 0,98 0,80 0,98 0,92 1,00 0,71 0,86 1,00 0,84 0,92 0,91 0,90 0,90 0,90 0,92 0,90 Merangin 1502 0,96 0,74 0,98 0,89 0,95 0,97 0,96 0,79 0,80 0,80 0,89 0,88 0,88 0,89 0,87 0,85 Sarolangun 1503 0,92 0,63 0,97 0,84 0,92 0,95 0,93 0,92 0,76 0,84 0,86 0,87 0,87 0,87 0,86 0,82 Batang Hari 1504 1,00 0,64 0,94 0,86 1,00 0,99 0,99 1,00 0,71 0,86 0,89 0,90 0,90 0,90 0,85 0,81 Muaro Jambi 1505 0,98 0,76 0,97 0,90 1,00 0,97 0,99 1,00 0,94 0,97 0,93 0,95 0,94 0,94 0,93 0,90 Tanjung Jabung Timur 1506 0,98 0,44 0,91 0,78 0,71 0,99 0,85 0,65 0,65 0,65 0,76 0,76 0,76 0,77 0,74 0,69 Tanjung Jabung Barat 1507 1,00 0,57 0,92 0,83 0,94 0,99 0,97 0,75 0,66 0,70 0,83 0,83 0,83 0,84 0,78 0,74 Tebo 1508 0,99 0,76 0,99 0,91 0,93 1,00 0,96 0,86 0,91 0,88 0,92 0,92 0,92 0,92 0,91 0,89 Bungo 1509 1,00 0,98 0,99 0,99 0,94 0,97 0,96 0,78 0,75 0,76 0,94 0,90 0,92 0,92 0,91 0,91 Jambi 1571 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,98 0,97 0,95 1,00 0,98 0,99 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Sungai Penuh 1572 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 0,62 0,81 0,83 0,93 0,88 0,93 0,89 0,91 0,91 0,95 0,96 Sumatera Selatan 0,95 0,78 0,96 0,90 0,89 0,96 0,92 0,90 0,82 0,86 0,89 0,89 0,89 0,90 0,89 0,87 Ogan Komering Ulu 1601 0,99 0,81 0,96 0,92 0,87 1,00 0,93 0,93 0,85 0,89 0,92 0,91 0,92 0,92 0,91 0,89 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Ogan Komering Ilir 1602 0,83 0,56 0,87 0,75 0,84 0,95 0,90 0,96 0,78 0,87 0,81 0,84 0,83 0,83 0,81 0,77 Muara Enim 1603 0,95 0,84 0,98 0,92 0,91 0,98 0,94 0,77 0,91 0,84 0,91 0,90 0,91 0,91 0,91 0,90 Lahat 1604 0,97 0,88 0,98 0,94 0,84 0,81 0,83 0,84 0,81 0,82 0,90 0,86 0,88 0,88 0,90 0,90 Musi Rawas 1605 0,97 0,78 0,97 0,91 0,96 0,97 0,97 0,89 0,83 0,86 0,91 0,91 0,91 0,91 0,90 0,87 Musi Banyuasin 1606 0,95 0,79 0,94 0,89 1,00 0,98 0,99 0,80 0,83 0,81 0,90 0,90 0,90 0,90 0,87 0,85 Banyu Asin 1607 0,92 0,60 0,94 0,82 0,97 0,99 0,98 0,97 0,85 0,91 0,87 0,90 0,89 0,89 0,87 0,82 Ogan Kom, Ulu Selatan 1608 0,86 0,47 0,88 0,74 0,33 0,82 0,58 0,87 0,70 0,78 0,71 0,70 0,70 0,71 0,77 0,72 Ogan Kom, Ulu Timur 1609 0,93 0,63 0,97 0,85 0,86 1,00 0,93 1,00 0,78 0,89 0,87 0,89 0,88 0,88 0,88 0,83 Ogan Ilir 1610 0,93 0,77 0,98 0,89 0,83 0,96 0,90 1,00 0,87 0,93 0,90 0,91 0,91 0,91 0,92 0,89 Empat Lawang 1611 0,99 0,78 0,99 0,92 1,00 0,65 0,83 0,75 0,57 0,66 0,85 0,80 0,82 0,82 0,83 0,81 Palembang 1671 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,85 0,95 0,90 0,98 0,96 0,97 0,97 0,96 0,97 Prabumulih 1672 1,00 1,00 1,00 1,00 0,86 1,00 0,93 0,86 0,85 0,85 0,96 0,93 0,94 0,94 0,94 0,95 Pagar Alam 1673 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Lubuklinggau 1674 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,97 0,98 1,00 0,89 0,94 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,97 Bengkulu 0,97 0,82 0,97 0,92 0,92 0,88 0,90 0,78 0,82 0,80 0,89 0,87 0,88 0,89 0,88 0,87 Bengkulu Selatan 1701 1,00 0,82 0,98 0,93 0,93 0,96 0,95 1,00 0,80 0,90 0,93 0,93 0,93 0,93 0,92 0,89 Rejang Lebong 1702 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 0,93 0,96 0,76 0,92 0,84 0,95 0,93 0,94 0,94 0,94 0,95 Bengkulu Utara 1703 0,96 0,68 0,92 0,86 0,90 0,88 0,89 0,76 0,70 0,73 0,84 0,83 0,83 0,84 0,81 0,79 Kaur 1704 0,97 0,68 0,95 0,87 0,94 0,64 0,79 0,63 0,77 0,70 0,82 0,78 0,80 0,80 0,82 0,80 Seluma 1705 0,93 0,69 0,95 0,86 0,90 0,78 0,84 0,95 0,68 0,82 0,85 0,84 0,84 0,84 0,85 0,81 Mukomuko 1706 0,97 0,60 0,98 0,85 1,00 0,93 0,96 0,88 0,87 0,87 0,87 0,89 0,89 0,89 0,87 0,83 Lebong 1707 0,95 0,91 0,95 0,93 0,71 0,77 0,74 0,79 0,98 0,88 0,88 0,85 0,86 0,87 0,92 0,93 Kepahiang 1708 0,94 0,92 0,95 0,94 0,86 0,82 0,84 0,71 0,90 0,81 0,89 0,86 0,87 0,88 0,90 0,90 Bengkulu Tengah 1709 0,94 0,79 0,98 0,90 0,95 0,91 0,93 0,60 0,81 0,71 0,87 0,85 0,85 0,86 0,85 0,84 Bengkulu 1771 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,99 0,97 0,76 0,95 0,86 0,97 0,94 0,95 0,96 0,95 0,96 Lampung 0,97 0,77 0,98 0,91 0,97 0,97 0,97 0,92 0,77 0,84 0,91 0,91 0,91 0,91 0,89 0,86 Lampung Barat 1801 0,91 0,47 0,90 0,76 0,89 0,79 0,84 0,79 0,70 0,74 0,77 0,78 0,78 0,78 0,77 0,72 Tanggamus 1802 0,96 0,77 0,95 0,89 1,00 0,93 0,96 0,86 0,72 0,79 0,89 0,88 0,88 0,89 0,86 0,83 Lampung Selatan 1803 0,99 0,83 0,99 0,94 0,96 0,99 0,97 1,00 0,92 0,96 0,95 0,96 0,95 0,96 0,95 0,93 Lampung Timur 1804 0,99 0,79 1,00 0,93 0,97 0,99 0,98 0,81 0,79 0,80 0,91 0,90 0,90 0,91 0,89 0,87 Lampung Tengah 1805 0,98 0,77 1,00 0,91 0,97 0,99 0,98 1,00 0,86 0,93 0,93 0,94 0,94 0,94 0,93 0,90 Lampung Utara 1806 0,95 0,74 0,95 0,88 0,96 0,97 0,97 0,92 0,72 0,82 0,89 0,89 0,89 0,89 0,86 0,83 Way Kanan 1807 0,95 0,64 0,95 0,85 1,00 0,93 0,97 1,00 0,70 0,85 0,87 0,89 0,88 0,88 0,86 0,81 Tulangbawang 1808 0,98 0,64 0,98 0,87 1,00 0,98 0,99 0,94 0,74 0,84 0,89 0,90 0,90 0,90 0,87 0,82 Pesawaran 1809 0,97 0,82 0,98 0,92 1,00 0,94 0,97 0,83 0,80 0,81 0,91 0,90 0,91 0,91 0,89 0,88 71 | 72 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Pringsewu 1810 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 0,98 0,99 1,00 0,66 0,83 0,96 0,94 0,94 0,95 0,92 0,91 Mesuji 1811 0,92 0,25 0,98 0,72 1,00 0,98 0,99 0,56 0,71 0,63 0,75 0,78 0,77 0,79 0,73 0,66 Tulang Bawang Barat 1812 0,96 0,67 0,99 0,87 0,80 0,99 0,90 1,00 0,65 0,83 0,87 0,86 0,87 0,87 0,87 0,82 Bandar Lampung 1871 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,87 0,91 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,96 Metro 1872 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,99 0,98 0,99 0,99 0,98 0,97 Kepulauan Bangka Belitung 1,00 0,92 1,00 0,97 1,00 0,97 0,99 0,95 0,93 0,94 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 Bangka 1901 0,99 0,94 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 0,93 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,96 Belitung 1902 1,00 0,95 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 0,89 0,94 0,91 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,96 Bangka Barat 1903 0,99 0,70 0,99 0,89 1,00 0,95 0,97 1,00 0,95 0,97 0,92 0,95 0,94 0,94 0,93 0,90 Bangka Tengah 1904 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,96 0,99 0,98 0,99 0,99 0,98 0,97 Bangka Selatan 1905 1,00 0,89 1,00 0,96 1,00 0,97 0,99 0,88 0,95 0,91 0,96 0,95 0,95 0,96 0,95 0,94 Belitung Timur 1906 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 1,00 0,91 0,96 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 Pangkal Pinang 1971 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 0,89 0,90 0,89 0,97 0,95 0,96 0,96 0,96 0,96 Kepulauan Riau 1,00 0,89 0,99 0,96 0,97 0,98 0,98 0,96 0,88 0,92 0,95 0,95 0,95 0,95 0,94 0,93 Karimun 2101 1,00 0,84 0,98 0,94 1,00 1,00 1,00 1,00 0,83 0,91 0,95 0,95 0,95 0,95 0,93 0,91 Bintan 2102 0,99 0,88 1,00 0,96 1,00 0,99 0,99 1,00 0,88 0,94 0,96 0,96 0,96 0,96 0,95 0,94 Natuna 2103 0,98 0,44 0,95 0,79 0,92 0,78 0,85 0,85 0,84 0,84 0,81 0,83 0,82 0,83 0,83 0,77 Lingga 2104 1,00 0,58 0,99 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,87 0,86 0,86 0,86 0,86 0,86 0,87 0,83 Kepulauan Anambas 2105 0,97 0,24 0,88 0,70 1,00 0,93 0,97 1,00 0,88 0,94 0,80 0,87 0,84 0,84 0,79 0,71 Batam 2171 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Tanjung Pinang 2172 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,81 0,91 0,98 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 DKI Jakarta 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,98 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Kepulauan Seribu 3101 1,00 0,24 1,00 0,75 1,00 1,00 1,00 0,83 1,00 0,92 0,83 0,89 0,87 0,88 0,85 0,77 Jakarta Selatan 3171 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Jakarta Timur 3172 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 1,00 0,99 0,98 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Jakarta Pusat 3173 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Jakarta Barat 3174 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,99 0,97 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Jakarta Utara 3175 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 1,00 0,99 0,96 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 Jawa Barat 0,99 0,88 0,99 0,96 0,98 0,99 0,98 0,94 0,96 0,95 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,95 Bogor 3201 0,99 0,91 1,00 0,97 1,00 0,99 0,99 0,93 0,98 0,95 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Sukabumi 3202 0,96 0,74 0,98 0,89 0,93 0,98 0,96 0,97 0,91 0,94 0,91 0,93 0,92 0,93 0,92 0,89 Cianjur 3203 0,95 0,67 0,97 0,86 0,98 0,97 0,98 0,98 0,93 0,95 0,90 0,93 0,92 0,92 0,91 0,87 Bandung 3204 1,00 0,95 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,92 0,96 0,94 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 Garut 3205 0,98 0,68 0,99 0,89 0,78 0,97 0,87 0,91 0,92 0,91 0,89 0,89 0,89 0,90 0,91 0,88 Tasikmalaya 3206 0,98 0,73 0,99 0,90 1,00 1,00 1,00 0,90 0,98 0,94 0,93 0,95 0,94 0,94 0,93 0,90 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Ciamis 3207 0,99 0,78 0,99 0,92 0,98 1,00 0,99 0,90 0,98 0,94 0,94 0,95 0,95 0,95 0,94 0,92 Kuningan 3208 0,99 0,93 0,99 0,97 0,95 1,00 0,97 0,97 0,96 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Cirebon 3209 1,00 0,96 1,00 0,99 0,98 0,99 0,99 0,96 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Majalengka 3210 0,99 0,95 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 0,97 0,97 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Sumedang 3211 0,99 0,94 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 0,94 0,92 0,93 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,96 Indramayu 3212 1,00 0,92 1,00 0,97 0,98 0,99 0,98 0,94 0,91 0,93 0,97 0,96 0,96 0,97 0,96 0,95 Subang 3213 0,98 0,85 1,00 0,94 1,00 1,00 1,00 0,98 0,98 0,98 0,96 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 Purwakarta 3214 0,97 0,85 0,98 0,94 1,00 0,98 0,99 0,95 0,96 0,96 0,95 0,96 0,96 0,96 0,95 0,94 Karawang 3215 0,99 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Bekasi 3216 0,98 0,93 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 0,92 0,98 0,95 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Bandung Barat 3217 0,97 0,78 1,00 0,92 1,00 0,99 1,00 0,81 0,95 0,88 0,92 0,93 0,93 0,93 0,92 0,90 Bogor 3271 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,91 0,95 1,00 1,00 1,00 0,99 0,98 0,99 0,98 1,00 1,00 Sukabumi 3272 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Bandung 3273 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 0,89 1,00 0,94 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,99 Cirebon 3274 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Bekasi 3275 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Depok 3276 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,97 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Cimahi 3277 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Tasikmalaya 3278 1,00 0,94 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 0,90 0,96 0,93 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Banjar 3279 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 1,00 0,95 1,00 1,00 1,00 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 1,00 Jawa Tengah 0,98 0,95 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,98 0,95 0,96 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,97 Cilacap 3301 0,97 0,87 1,00 0,94 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 0,96 0,98 0,97 0,97 0,97 0,95 Banyumas 3302 0,98 0,98 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,92 0,97 0,95 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Purbalingga 3303 0,99 0,93 1,00 0,97 0,95 1,00 0,98 1,00 0,97 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Banjarnegara 3304 0,98 0,94 1,00 0,97 1,00 1,00 1,00 0,91 0,97 0,94 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Kebumen 3305 0,96 0,94 0,98 0,96 1,00 0,99 0,99 0,97 0,95 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Purworejo 3306 0,96 0,90 1,00 0,95 1,00 0,89 0,95 0,96 0,94 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,96 0,95 Wonosobo 3307 0,96 0,81 0,98 0,92 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 0,94 0,96 0,95 0,95 0,94 0,92 Magelang 3308 0,99 0,99 1,00 0,99 0,97 0,99 0,98 1,00 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Boyolali 3309 0,97 0,91 0,99 0,96 1,00 0,99 0,99 0,97 0,94 0,95 0,96 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 Klaten 3310 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,94 0,95 0,99 0,98 0,99 0,99 0,98 0,98 Sukoharjo 3311 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 Wonogiri 3312 1,00 0,94 0,99 0,98 0,97 1,00 0,99 0,94 0,90 0,92 0,97 0,96 0,96 0,96 0,95 0,95 Karanganyar 3313 0,99 0,97 0,99 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,98 0,98 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 Sragen 3314 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 73 | 74 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Grobogan 3315 0,97 0,92 1,00 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,95 Blora 3316 0,97 0,89 0,99 0,95 1,00 0,98 0,99 0,96 1,00 0,98 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Rembang 3317 0,98 0,93 0,97 0,96 1,00 0,96 0,98 0,94 0,99 0,96 0,96 0,97 0,97 0,97 0,96 0,96 Pati 3318 0,99 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,97 0,96 0,96 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Kudus 3319 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Jepara 3320 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,95 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Demak 3321 0,97 0,92 1,00 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,87 0,93 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,94 Semarang 3322 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Temanggung 3323 0,98 0,93 1,00 0,97 0,91 0,99 0,95 1,00 0,98 0,99 0,97 0,97 0,97 0,97 0,98 0,97 Kendal 3324 0,98 0,90 1,00 0,96 0,97 0,99 0,98 1,00 0,95 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Batang 3325 0,99 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Pekalongan 3326 0,96 0,91 1,00 0,96 1,00 0,99 0,99 0,96 0,94 0,95 0,96 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 Pemalang 3327 0,99 0,94 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 0,95 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Tegal 3328 0,99 0,98 1,00 0,99 0,93 1,00 0,96 0,93 0,95 0,94 0,97 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 Brebes 3329 0,98 0,92 1,00 0,97 0,97 1,00 0,99 1,00 0,86 0,93 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,94 Magelang 3371 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 0,95 0,98 1,00 0,94 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Surakarta 3372 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,95 1,00 1,00 1,00 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 1,00 Salatiga 3373 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Semarang 3374 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,87 0,93 0,97 1,00 0,99 0,98 0,97 0,98 0,98 0,99 0,99 Pekalongan 3375 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Tegal 3376 1,00 1,00 1,00 1,00 0,86 1,00 0,93 1,00 1,00 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 1,00 1,00 DI Yogyakarta 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 0,96 0,98 0,97 0,99 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 Kulon Progo 3401 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,86 0,98 0,92 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,98 Bantul 3402 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,99 0,98 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Gunung Kidul 3403 1,00 0,97 0,99 0,99 1,00 0,98 0,99 1,00 0,95 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 Sleman 3404 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Yogyakarta 3471 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,78 0,89 0,94 1,00 0,97 0,97 0,95 0,96 0,96 0,99 0,99 Jawa Timur 0,99 0,93 1,00 0,97 0,98 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Pacitan 3501 0,97 0,77 1,00 0,91 1,00 0,98 0,99 1,00 0,99 1,00 0,95 0,97 0,96 0,96 0,96 0,93 Ponorogo 3502 0,99 0,96 1,00 0,99 1,00 0,99 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 Trenggalek 3503 0,97 0,78 0,99 0,92 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 0,95 0,97 0,96 0,96 0,95 0,93 Tulungagung 3504 1,00 0,99 1,00 0,99 1,00 0,99 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Blitar 3505 1,00 0,96 1,00 0,99 0,92 1,00 0,96 0,96 0,99 0,97 0,98 0,97 0,97 0,98 0,98 0,98 Kediri 3506 1,00 0,99 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,89 0,97 0,93 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,98 Malang 3507 0,99 0,94 1,00 0,98 0,95 0,99 0,97 1,00 0,97 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Lumajang 3508 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Jember 3509 1,00 0,99 1,00 1,00 0,98 1,00 0,99 0,98 0,96 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 Banyuwangi 3510 1,00 0,94 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 0,98 0,99 0,98 0,99 0,98 0,97 Bondowoso 3511 0,99 0,94 0,97 0,97 0,92 1,00 0,96 1,00 0,99 0,99 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 Situbondo 3512 0,98 0,93 1,00 0,97 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,98 0,99 0,98 0,98 0,98 0,97 Probolinggo 3513 0,98 0,94 1,00 0,97 0,91 0,98 0,94 0,94 0,99 0,96 0,97 0,96 0,96 0,96 0,98 0,97 Pasuruan 3514 0,99 0,95 1,00 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 Sidoarjo 3515 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Mojokerto 3516 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Jombang 3517 1,00 0,98 1,00 0,99 0,97 0,99 0,98 0,97 0,98 0,98 0,99 0,98 0,98 0,99 0,99 0,99 Nganjuk 3518 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,95 0,99 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 Madiun 3519 1,00 0,97 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,92 0,98 0,95 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Magetan 3520 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Ngawi 3521 1,00 0,97 1,00 0,99 0,96 1,00 0,98 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Bojonegoro 3522 0,99 0,92 1,00 0,97 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,98 0,99 0,98 0,98 0,98 0,97 Tuban 3523 1,00 0,98 1,00 0,99 0,88 0,99 0,93 0,97 0,99 0,98 0,98 0,97 0,97 0,97 0,99 0,99 Lamongan 3524 0,98 0,90 0,99 0,96 0,97 1,00 0,98 1,00 0,99 0,99 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,96 Gresik 3525 1,00 0,85 1,00 0,95 0,97 0,99 0,98 0,97 1,00 0,98 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 0,95 Bangkalan 3526 0,96 0,76 0,99 0,91 0,95 0,99 0,97 0,91 0,96 0,93 0,93 0,94 0,93 0,94 0,93 0,91 Sampang 3527 0,90 0,59 0,99 0,83 0,95 0,99 0,97 0,95 0,98 0,97 0,88 0,92 0,91 0,91 0,91 0,87 Pamekasan 3528 0,96 0,84 1,00 0,93 0,95 0,99 0,97 0,95 0,99 0,97 0,95 0,96 0,95 0,96 0,96 0,95 Sumenep 3529 0,95 0,58 0,98 0,84 1,00 1,00 1,00 0,97 0,92 0,94 0,89 0,93 0,91 0,91 0,90 0,85 Kediri 3571 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 Blitar 3572 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Malang 3573 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Probolinggo 3574 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Pasuruan 3575 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Mojokerto 3576 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 Madiun 3577 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Surabaya 3578 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 1,00 0,99 0,96 0,99 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Batu 3579 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Banten 0,98 0,88 0,98 0,95 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,96 0,96 0,96 0,96 0,95 Pandeglang 3601 0,90 0,55 0,94 0,79 0,92 0,91 0,91 0,94 0,98 0,96 0,85 0,89 0,88 0,88 0,88 0,84 Lebak 3602 0,92 0,64 0,93 0,83 1,00 0,90 0,95 0,93 0,99 0,96 0,88 0,91 0,90 0,90 0,89 0,86 Tangerang 3603 0,99 0,95 1,00 0,98 0,98 0,99 0,98 0,98 0,94 0,96 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,97 75 | 76 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Serang 3604 0,98 0,90 1,00 0,96 0,97 0,95 0,96 1,00 0,94 0,97 0,96 0,96 0,96 0,96 0,97 0,95 Tangerang 3671 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Cilegon 3672 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 1,00 0,94 1,00 0,92 0,96 0,98 0,97 0,97 0,97 0,98 0,98 Serang 3673 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Tangerang Selatan 3674 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Bali 1,00 0,98 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,97 0,96 0,97 0,99 0,98 0,99 0,99 0,99 0,98 Jembrana 5101 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Tabanan 5102 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 0,95 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Badung 5103 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Gianyar 5104 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Klungkung 5105 1,00 0,76 1,00 0,92 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 0,94 0,96 0,95 0,95 0,94 0,91 Bangli 5106 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 0,91 0,95 0,93 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 Karang Asem 5107 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,84 0,92 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,96 Buleleng 5108 1,00 0,96 1,00 0,98 1,00 0,97 0,98 0,95 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Denpasar 5171 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,99 0,95 1,00 1,00 1,00 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 1,00 Nusa Tenggara Barat 0,99 0,80 0,97 0,92 0,97 0,92 0,95 0,97 0,92 0,94 0,93 0,94 0,94 0,94 0,93 0,91 Lombok Barat 5201 1,00 0,91 0,99 0,96 1,00 0,90 0,95 0,93 0,92 0,93 0,95 0,95 0,95 0,95 0,95 0,94 Lombok Tengah 5202 0,99 0,77 0,97 0,91 1,00 0,95 0,97 1,00 0,94 0,97 0,94 0,95 0,95 0,95 0,93 0,91 Lombok Timur 5203 0,99 0,92 0,98 0,97 1,00 0,84 0,92 1,00 0,97 0,98 0,96 0,96 0,96 0,96 0,97 0,96 Sumbawa 5204 0,98 0,69 0,93 0,87 0,88 0,96 0,92 0,92 0,91 0,91 0,89 0,90 0,89 0,90 0,88 0,85 Dompu 5205 0,97 0,70 0,95 0,87 1,00 0,97 0,98 0,89 0,84 0,87 0,89 0,91 0,90 0,91 0,88 0,85 Bima 5206 0,99 0,59 0,94 0,84 0,95 0,98 0,97 1,00 0,87 0,93 0,88 0,91 0,90 0,90 0,88 0,83 Sumbawa Barat 5207 0,98 0,28 0,95 0,74 1,00 0,97 0,98 0,89 0,93 0,91 0,82 0,88 0,86 0,86 0,83 0,75 Lombok Utara 5208 0,97 0,57 1,00 0,85 1,00 0,99 0,99 1,00 0,98 0,99 0,91 0,94 0,93 0,93 0,92 0,87 Mataram 5271 1,00 0,98 1,00 0,99 1,00 0,95 0,97 1,00 0,98 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Bima 5272 1,00 0,91 0,95 0,95 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,97 0,98 0,98 0,98 0,96 0,95 Nusa Tenggara Timur 0,91 0,53 0,88 0,77 0,80 0,79 0,80 0,83 0,59 0,71 0,76 0,76 0,76 0,76 0,75 0,71 Sumba Barat 5301 0,87 0,61 0,92 0,80 1,00 0,75 0,87 1,00 0,52 0,76 0,81 0,81 0,81 0,81 0,80 0,74 Sumba Timur 5302 0,91 0,43 0,85 0,73 0,80 0,82 0,81 0,85 0,57 0,71 0,74 0,75 0,75 0,75 0,73 0,67 Kupang 5303 0,96 0,47 0,77 0,73 0,70 0,83 0,76 0,78 0,46 0,62 0,72 0,70 0,71 0,71 0,66 0,61 Timor Tengah Selatan 5304 0,81 0,33 0,84 0,66 0,67 0,70 0,68 0,74 0,47 0,60 0,65 0,65 0,65 0,66 0,66 0,60 Timor Tengah Utara 5305 0,93 0,73 0,98 0,88 0,52 0,89 0,71 0,80 0,66 0,73 0,82 0,77 0,79 0,80 0,84 0,81 Belu 5306 0,91 0,56 0,94 0,80 0,48 0,89 0,69 0,78 0,54 0,66 0,75 0,72 0,73 0,74 0,77 0,72 Alor 5307 0,83 0,46 0,77 0,69 0,73 0,65 0,69 0,82 0,43 0,62 0,67 0,67 0,67 0,67 0,66 0,61 Lembata 5308 0,92 0,74 0,91 0,86 1,00 0,82 0,91 0,89 0,77 0,83 0,86 0,87 0,86 0,86 0,85 0,83 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Flores Timur 5309 0,96 0,52 0,98 0,82 0,89 0,68 0,79 0,79 0,69 0,74 0,80 0,78 0,79 0,79 0,81 0,76 Sikka 5310 0,94 0,72 0,96 0,87 0,95 0,98 0,97 0,86 0,68 0,77 0,87 0,87 0,87 0,88 0,85 0,82 Ende 5311 0,87 0,62 0,90 0,80 0,96 0,65 0,81 1,00 0,46 0,73 0,79 0,78 0,78 0,78 0,78 0,72 Ngada 5312 0,94 0,80 0,95 0,90 0,80 0,77 0,78 0,80 0,77 0,79 0,85 0,82 0,83 0,84 0,86 0,85 Manggarai 5313 0,93 0,62 0,87 0,80 1,00 0,86 0,93 0,82 0,58 0,70 0,81 0,81 0,81 0,81 0,76 0,72 Rote Ndao 5314 0,94 0,31 0,67 0,64 0,92 0,69 0,80 0,92 0,89 0,90 0,72 0,78 0,76 0,76 0,70 0,65 Manggarai Barat 5315 0,78 0,19 0,69 0,55 0,83 0,77 0,80 0,83 0,48 0,66 0,62 0,67 0,65 0,65 0,59 0,51 Sumba Tengah 5316 0,94 0,30 0,95 0,73 0,83 0,66 0,75 0,67 0,60 0,63 0,71 0,70 0,71 0,72 0,72 0,65 Sumba Barat Daya 5317 0,92 0,38 0,89 0,73 0,80 0,86 0,83 0,60 0,51 0,56 0,72 0,71 0,71 0,72 0,68 0,63 Nagekeo 5318 0,97 0,48 0,95 0,80 1,00 0,79 0,89 1,00 0,85 0,93 0,84 0,87 0,86 0,86 0,86 0,80 Manggarai Timur 5319 0,86 0,32 0,82 0,67 0,90 0,59 0,75 0,85 0,47 0,66 0,68 0,69 0,69 0,69 0,67 0,60 Sabu Raijua 5320 0,89 0,29 0,82 0,67 0,83 0,57 0,70 0,67 0,30 0,48 0,64 0,62 0,63 0,63 0,60 0,53 Kupang 5371 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,99 0,90 0,98 0,94 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Kalimantan Barat 0,92 0,58 0,90 0,80 0,83 0,87 0,85 0,87 0,67 0,77 0,80 0,81 0,81 0,81 0,79 0,75 Sambas 6101 0,98 0,53 0,97 0,83 0,89 0,96 0,93 0,96 0,89 0,93 0,87 0,89 0,88 0,89 0,88 0,83 Bengkayang 6102 0,91 0,71 0,89 0,84 0,53 0,86 0,70 0,71 0,56 0,63 0,77 0,72 0,74 0,75 0,77 0,74 Landak 6103 0,93 0,54 0,92 0,79 0,81 0,84 0,83 0,81 0,47 0,64 0,77 0,75 0,76 0,77 0,75 0,69 Pontianak 6104 0,99 0,81 0,99 0,93 0,86 0,98 0,92 0,71 0,87 0,79 0,90 0,88 0,89 0,90 0,89 0,88 Sanggau 6105 0,92 0,50 0,86 0,76 1,00 1,00 1,00 0,94 0,57 0,76 0,81 0,84 0,83 0,83 0,76 0,70 Ketapang 6106 0,88 0,37 0,82 0,69 0,77 0,77 0,77 0,81 0,73 0,77 0,72 0,74 0,74 0,74 0,73 0,67 Sintang 6107 0,78 0,34 0,84 0,65 0,81 0,61 0,71 0,76 0,63 0,69 0,67 0,68 0,68 0,68 0,70 0,63 Kapuas Hulu 6108 0,82 0,36 0,77 0,65 0,74 0,70 0,72 1,00 0,56 0,78 0,69 0,72 0,71 0,70 0,70 0,63 Sekadau 6109 0,93 0,39 0,90 0,74 0,92 0,82 0,87 0,83 0,59 0,71 0,76 0,77 0,77 0,77 0,74 0,67 Melawi 6110 0,72 0,30 0,68 0,57 1,00 0,58 0,79 0,70 0,58 0,64 0,63 0,67 0,65 0,65 0,60 0,55 Kayong Utara 6111 0,92 0,43 0,94 0,77 0,86 0,93 0,89 0,86 0,76 0,81 0,80 0,82 0,81 0,82 0,80 0,74 Kubu Raya 6112 0,96 0,59 0,91 0,82 0,80 0,99 0,89 0,90 0,80 0,85 0,84 0,85 0,85 0,85 0,83 0,79 Pontianak 6171 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,98 0,95 1,00 0,97 0,99 0,99 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Singkawang 6172 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 1,00 0,64 0,82 0,96 0,93 0,94 0,94 0,93 0,91 Kalimantan Tengah 0,96 0,64 0,89 0,83 0,86 0,86 0,86 0,88 0,73 0,80 0,83 0,83 0,83 0,83 0,82 0,78 Kotawaringin Barat 6201 0,98 0,74 0,96 0,90 1,00 0,97 0,99 0,93 0,91 0,92 0,92 0,93 0,93 0,93 0,91 0,88 Kotawaringin Timur 6202 0,96 0,69 0,90 0,85 0,85 0,81 0,83 1,00 0,77 0,88 0,85 0,85 0,85 0,85 0,86 0,82 Kapuas 6203 0,91 0,58 0,85 0,78 0,83 0,84 0,83 0,74 0,76 0,75 0,79 0,79 0,79 0,79 0,77 0,74 Barito Selatan 6204 0,97 0,69 0,92 0,86 0,80 0,90 0,85 0,80 0,60 0,70 0,83 0,80 0,81 0,82 0,80 0,77 Barito Utara 6205 0,99 0,56 0,87 0,81 0,67 0,96 0,81 1,00 0,76 0,88 0,82 0,83 0,83 0,83 0,82 0,77 Sukamara 6206 1,00 0,60 0,97 0,86 1,00 0,89 0,95 1,00 0,80 0,90 0,88 0,90 0,90 0,90 0,88 0,83 77 | 78 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Lamandau 6207 1,00 0,63 0,92 0,85 0,89 0,87 0,88 0,78 0,79 0,78 0,84 0,84 0,84 0,84 0,82 0,79 Seruyan 6208 0,95 0,71 0,90 0,85 0,91 0,73 0,82 0,73 0,71 0,72 0,82 0,80 0,80 0,81 0,80 0,78 Katingan 6209 0,98 0,30 0,87 0,71 0,80 0,83 0,81 0,80 0,67 0,74 0,74 0,75 0,75 0,76 0,72 0,65 Pulang Pisau 6210 0,93 0,32 0,87 0,71 0,82 0,87 0,84 0,91 0,84 0,87 0,77 0,81 0,79 0,80 0,78 0,71 Gunung Mas 6211 0,87 0,50 0,75 0,71 0,92 0,74 0,83 0,92 0,53 0,73 0,74 0,75 0,75 0,74 0,69 0,64 Barito Timur 6212 0,99 0,85 0,94 0,93 1,00 0,82 0,91 0,91 0,63 0,77 0,89 0,87 0,88 0,88 0,86 0,84 Murung raya 6213 0,97 0,50 0,68 0,72 0,75 0,81 0,78 0,83 0,57 0,70 0,73 0,73 0,73 0,73 0,66 0,62 Palangka Raya 6271 1,00 0,99 1,00 0,99 0,90 0,99 0,95 1,00 0,90 0,95 0,98 0,96 0,97 0,97 0,98 0,97 Kalimantan Selatan 0,97 0,81 0,97 0,92 0,98 0,92 0,95 0,87 0,91 0,89 0,92 0,92 0,92 0,92 0,91 0,90 Tanah Laut 6301 1,00 0,71 0,99 0,90 1,00 0,99 1,00 1,00 0,95 0,97 0,93 0,96 0,95 0,95 0,94 0,90 Kota Baru 6302 0,94 0,45 0,92 0,77 1,00 0,79 0,89 0,77 0,80 0,78 0,80 0,82 0,81 0,81 0,79 0,74 Banjar 6303 0,95 0,83 0,96 0,91 1,00 0,90 0,95 0,96 0,85 0,90 0,92 0,92 0,92 0,92 0,91 0,90 Barito Kuala 6304 0,96 0,57 0,96 0,83 1,00 0,92 0,96 0,84 0,92 0,88 0,87 0,89 0,88 0,89 0,87 0,83 Tapin 6305 0,91 0,87 0,93 0,90 1,00 0,94 0,97 0,54 0,90 0,72 0,88 0,86 0,87 0,88 0,85 0,86 Hulu Sungai Selatan 6306 0,99 0,92 0,98 0,96 1,00 0,95 0,98 0,85 0,89 0,87 0,95 0,94 0,94 0,94 0,93 0,93 Hulu Sungai Tengah 6307 0,99 0,96 0,99 0,98 0,74 0,96 0,85 0,79 0,94 0,87 0,93 0,90 0,91 0,92 0,95 0,95 Hulu Sungai Utara 6308 0,99 0,78 0,98 0,92 1,00 0,72 0,86 0,92 0,97 0,94 0,91 0,91 0,91 0,91 0,93 0,91 Tabalong 6309 0,97 0,76 0,99 0,91 1,00 0,95 0,98 0,87 0,92 0,89 0,92 0,93 0,93 0,93 0,92 0,90 Tanah Bumbu 6310 0,92 0,71 0,95 0,86 1,00 0,86 0,93 0,86 0,85 0,86 0,87 0,88 0,88 0,88 0,87 0,85 Balangan 6311 0,95 0,83 0,98 0,92 1,00 0,77 0,89 0,91 0,97 0,94 0,92 0,92 0,92 0,92 0,94 0,93 Banjarmasin 6371 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 Banjar Baru 6372 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,92 0,90 0,98 0,97 0,97 0,97 0,96 0,97 Kalimantan Timur 0,98 0,80 0,94 0,90 0,96 0,90 0,93 0,95 0,83 0,89 0,91 0,91 0,91 0,91 0,89 0,87 Paser 6401 0,94 0,66 0,91 0,84 1,00 0,91 0,95 0,88 0,83 0,86 0,87 0,88 0,88 0,88 0,85 0,82 Kutai Barat 6402 0,94 0,52 0,77 0,74 0,83 0,55 0,69 0,88 0,66 0,77 0,74 0,73 0,74 0,73 0,73 0,69 Kutai Kartanegara 6403 0,98 0,70 0,90 0,86 1,00 0,91 0,95 1,00 0,90 0,95 0,90 0,92 0,91 0,91 0,89 0,85 Kutai Timur 6404 0,95 0,45 0,84 0,74 0,95 0,72 0,83 0,89 0,87 0,88 0,79 0,82 0,81 0,81 0,79 0,74 Berau 6405 1,00 0,67 0,87 0,84 1,00 0,95 0,98 0,94 0,81 0,88 0,88 0,90 0,89 0,89 0,84 0,80 Malinau 6406 0,93 0,64 0,80 0,79 0,77 0,64 0,70 1,00 0,81 0,91 0,80 0,80 0,80 0,79 0,81 0,78 Bulungan 6407 0,99 0,65 0,97 0,87 1,00 0,92 0,96 1,00 0,72 0,86 0,89 0,90 0,89 0,89 0,87 0,82 Nunukan 6408 0,93 0,48 0,86 0,75 1,00 0,61 0,81 0,92 0,70 0,81 0,78 0,79 0,78 0,78 0,77 0,72 Penajam Paser Utara 6409 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 0,97 0,99 0,91 0,89 0,90 0,97 0,96 0,96 0,97 0,96 0,96 Tana Tidung 6410 1,00 0,00 0,76 0,59 1,00 0,89 0,94 0,67 0,90 0,78 0,70 0,77 0,75 0,75 0,65 0,57 Balikpapan 6471 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 Samarinda 6472 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Tarakan 6473 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 Bontang 6474 1,00 1,00 1,00 1,00 0,67 0,86 0,77 1,00 1,00 1,00 0,95 0,92 0,93 0,94 1,00 1,00 Sulawesi Utara 0,98 0,83 0,96 0,92 0,95 0,75 0,85 0,95 0,87 0,91 0,91 0,90 0,90 0,90 0,92 0,90 Bolaang Mongondow 7101 0,98 0,76 0,97 0,90 1,00 0,72 0,86 1,00 0,91 0,96 0,91 0,91 0,91 0,90 0,93 0,90 Minahasa 7102 0,98 0,94 0,98 0,97 1,00 0,70 0,85 1,00 0,85 0,93 0,94 0,91 0,92 0,92 0,95 0,94 Kepulauan Sangihe 7103 0,93 0,59 0,89 0,80 0,94 0,57 0,75 1,00 0,86 0,93 0,82 0,83 0,82 0,82 0,85 0,81 Kepulauan Talaud 7104 0,94 0,67 0,86 0,82 0,68 0,62 0,65 0,84 0,79 0,82 0,79 0,76 0,77 0,77 0,81 0,79 Minahasa Selatan 7105 0,99 0,91 1,00 0,97 1,00 0,73 0,87 1,00 0,85 0,93 0,94 0,92 0,93 0,92 0,95 0,94 Minahasa Utara 7106 0,97 0,81 0,95 0,91 1,00 0,84 0,92 0,90 0,82 0,86 0,90 0,89 0,90 0,90 0,89 0,87 Bolaang Mong, Utara 7107 0,98 0,54 0,98 0,83 1,00 0,70 0,85 0,88 0,89 0,88 0,84 0,85 0,85 0,85 0,87 0,82 Siau Tagulandang Biaro 7108 0,92 0,49 0,87 0,76 1,00 0,62 0,81 0,75 0,92 0,83 0,78 0,80 0,80 0,80 0,80 0,76 Minahasa Tenggara 7109 0,99 0,88 0,96 0,94 1,00 0,57 0,78 1,00 0,92 0,96 0,92 0,90 0,90 0,90 0,95 0,93 Bolaang Mong, Selatan 7110 0,96 0,28 0,91 0,72 0,80 0,64 0,72 1,00 0,95 0,98 0,77 0,80 0,79 0,79 0,83 0,75 Bolaang Mong, Timur 7111 0,98 0,66 0,96 0,87 1,00 0,56 0,78 1,00 0,97 0,98 0,87 0,88 0,88 0,87 0,92 0,88 Manado 7171 1,00 0,99 1,00 0,99 1,00 0,83 0,91 1,00 0,85 0,92 0,96 0,94 0,95 0,95 0,97 0,96 Bitung 7172 0,96 0,83 0,95 0,91 1,00 0,85 0,92 1,00 0,86 0,93 0,92 0,92 0,92 0,92 0,92 0,90 Tomohon 7173 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 0,93 0,96 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Kotamobagu 7174 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 1,00 0,93 0,96 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 Sulawesi Tengah 0,96 0,66 0,92 0,85 0,81 0,86 0,83 0,91 0,73 0,82 0,84 0,83 0,84 0,84 0,84 0,80 Banggai Kepulauan 7201 0,90 0,27 0,77 0,65 0,80 0,55 0,68 0,87 0,56 0,71 0,67 0,68 0,67 0,67 0,66 0,59 Banggai 7202 0,99 0,74 0,98 0,90 0,71 0,81 0,76 0,86 0,64 0,75 0,84 0,80 0,82 0,83 0,85 0,82 Morowali 7203 0,95 0,56 0,84 0,78 0,65 0,84 0,74 0,88 0,63 0,76 0,77 0,76 0,76 0,77 0,76 0,72 Poso 7204 1,00 0,85 0,98 0,94 0,85 0,98 0,91 0,95 0,80 0,87 0,92 0,91 0,92 0,92 0,92 0,90 Donggala 7205 0,97 0,61 0,88 0,82 0,86 0,90 0,88 1,00 0,85 0,93 0,85 0,87 0,87 0,86 0,85 0,81 Toli-Toli 7206 0,98 0,68 0,96 0,87 0,86 0,90 0,88 0,79 0,63 0,71 0,84 0,82 0,83 0,84 0,82 0,79 Buol 7207 0,97 0,80 0,95 0,91 0,82 0,77 0,79 0,73 0,69 0,71 0,85 0,81 0,82 0,83 0,84 0,83 Parigi Moutong 7208 0,95 0,36 0,95 0,76 0,79 0,87 0,83 1,00 0,86 0,93 0,80 0,84 0,83 0,83 0,84 0,76 Tojo Una-Una 7209 0,88 0,60 0,72 0,73 0,69 0,69 0,69 1,00 0,72 0,86 0,75 0,76 0,76 0,75 0,75 0,71 Sigi 7210 0,94 0,82 0,94 0,90 0,93 0,89 0,91 0,93 0,81 0,87 0,90 0,89 0,90 0,90 0,89 0,87 Palu 7271 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 79 | 80 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Sulawesi Selatan 0,97 0,81 0,94 0,91 0,94 0,95 0,94 0,93 0,84 0,88 0,91 0,91 0,91 0,91 0,89 0,87 Selayar 7301 0,99 0,50 0,81 0,76 0,77 0,83 0,80 1,00 0,74 0,87 0,79 0,81 0,80 0,80 0,78 0,72 Bulukumba 7302 1,00 0,71 0,98 0,89 0,94 0,99 0,97 0,83 0,78 0,81 0,89 0,89 0,89 0,90 0,87 0,84 Bantaeng 7303 0,98 0,87 0,98 0,94 1,00 0,98 0,99 0,75 0,93 0,84 0,93 0,93 0,93 0,93 0,92 0,92 Jeneponto 7304 1,00 0,90 0,99 0,96 0,83 0,97 0,90 0,94 0,76 0,85 0,93 0,91 0,91 0,92 0,92 0,90 Takalar 7305 1,00 0,97 0,97 0,98 1,00 0,97 0,99 1,00 0,91 0,95 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,96 Gowa 7306 1,00 0,81 0,97 0,93 0,91 0,98 0,95 0,91 0,73 0,82 0,91 0,90 0,90 0,91 0,89 0,86 Sinjai 7307 1,00 0,76 0,92 0,89 0,80 1,00 0,90 0,93 0,73 0,83 0,88 0,88 0,88 0,88 0,86 0,83 Maros 7308 0,97 0,82 0,90 0,90 1,00 0,98 0,99 0,79 0,77 0,78 0,89 0,89 0,89 0,90 0,85 0,84 Pangkajene Dan Kep, 7309 0,95 0,70 0,86 0,83 0,95 0,98 0,97 1,00 0,93 0,97 0,89 0,92 0,91 0,91 0,87 0,84 Barru 7310 1,00 0,86 0,99 0,95 0,90 0,98 0,94 1,00 0,84 0,92 0,94 0,94 0,94 0,94 0,94 0,92 Bone 7311 0,96 0,67 0,90 0,84 0,83 0,86 0,85 0,92 0,72 0,82 0,84 0,84 0,84 0,84 0,83 0,79 Soppeng 7312 1,00 0,94 0,99 0,98 1,00 1,00 1,00 0,94 0,93 0,93 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 0,96 Wajo 7313 0,98 0,78 0,95 0,90 0,96 0,92 0,94 0,96 0,95 0,95 0,92 0,93 0,93 0,93 0,92 0,90 Sidenreng Rappang 7314 0,99 0,87 0,99 0,95 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,97 0,96 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 Pinrang 7315 0,97 0,88 0,95 0,93 1,00 0,99 0,99 1,00 0,93 0,96 0,95 0,96 0,96 0,96 0,94 0,93 Enrekang 7316 0,99 0,49 0,87 0,78 1,00 0,93 0,96 0,92 0,96 0,94 0,85 0,90 0,88 0,88 0,83 0,79 Luwu 7317 0,90 0,67 0,82 0,80 0,95 0,99 0,97 0,90 0,80 0,85 0,84 0,87 0,86 0,86 0,81 0,78 Tana Toraja 7318 0,83 0,58 0,80 0,74 0,84 0,85 0,85 0,89 0,73 0,81 0,77 0,80 0,79 0,79 0,76 0,73 Luwu Utara 7322 0,94 0,76 0,91 0,87 1,00 0,95 0,98 0,92 0,84 0,88 0,89 0,91 0,90 0,90 0,87 0,85 Luwu Timur 7325 1,00 0,78 0,95 0,91 1,00 0,99 1,00 1,00 0,83 0,91 0,93 0,94 0,94 0,94 0,91 0,88 Toraja Utara 7326 0,85 0,55 0,79 0,73 0,91 0,86 0,89 0,91 0,83 0,87 0,79 0,83 0,81 0,81 0,78 0,74 Makassar 7371 1,00 0,98 0,99 0,99 1,00 0,93 0,96 0,97 0,92 0,95 0,98 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 Pare-Pare 7372 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 0,99 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 Palopo 7373 0,99 0,97 0,99 0,98 1,00 0,97 0,99 0,90 0,89 0,89 0,97 0,95 0,96 0,96 0,95 0,95 Sulawesi Tenggara 0,96 0,62 0,94 0,84 0,79 0,80 0,79 0,86 0,59 0,72 0,81 0,79 0,79 0,80 0,80 0,76 Buton 7401 0,99 0,46 0,95 0,80 0,97 0,86 0,91 0,94 0,55 0,74 0,81 0,82 0,82 0,82 0,78 0,71 Muna 7402 0,96 0,59 0,90 0,81 0,59 0,79 0,69 0,71 0,59 0,65 0,76 0,72 0,73 0,74 0,75 0,72 Konawe 7403 0,93 0,68 0,92 0,85 0,80 0,62 0,71 0,80 0,62 0,71 0,79 0,75 0,77 0,77 0,80 0,77 Kolaka 7404 0,98 0,67 0,95 0,87 0,86 0,92 0,89 1,00 0,62 0,81 0,86 0,85 0,86 0,86 0,85 0,80 Konawe Selatan 7405 0,96 0,63 0,95 0,85 0,82 0,52 0,67 0,86 0,67 0,77 0,79 0,76 0,77 0,77 0,82 0,78 Bombana 7406 0,85 0,21 0,83 0,63 0,81 0,70 0,76 0,81 0,49 0,65 0,66 0,68 0,67 0,67 0,65 0,57 Wakatobi 7407 1,00 0,52 0,98 0,83 0,53 0,96 0,74 0,88 0,35 0,62 0,77 0,73 0,75 0,76 0,76 0,69 Kolaka Utara 7408 0,96 0,33 0,93 0,74 0,75 0,92 0,84 1,00 0,82 0,91 0,79 0,83 0,82 0,82 0,82 0,74 Buton Utara 7409 0,93 0,00 0,87 0,60 0,78 0,69 0,73 0,78 0,35 0,57 0,62 0,63 0,63 0,64 0,60 0,49 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Konawe Utara 7410 0,89 0,43 0,89 0,74 1,00 0,46 0,73 0,83 0,60 0,72 0,73 0,73 0,73 0,73 0,74 0,68 Kendari 7471 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 0,93 0,66 0,79 0,96 0,93 0,94 0,94 0,92 0,91 Bau-Bau 7472 1,00 1,00 1,00 1,00 0,69 0,97 0,83 0,81 0,60 0,71 0,91 0,85 0,87 0,88 0,89 0,89 Gorontalo 0,97 0,75 0,95 0,89 0,96 0,79 0,88 0,84 0,82 0,83 0,88 0,87 0,87 0,87 0,88 0,85 Boalemo 7501 0,99 0,50 0,94 0,81 1,00 0,80 0,90 0,90 0,79 0,85 0,83 0,85 0,85 0,85 0,83 0,77 Gorontalo 7502 0,97 0,78 0,93 0,89 1,00 0,85 0,92 0,90 0,83 0,87 0,89 0,89 0,89 0,89 0,88 0,86 Pohuwato 7503 0,97 0,72 0,97 0,88 0,94 0,71 0,82 0,69 0,78 0,73 0,84 0,81 0,82 0,83 0,84 0,82 Bone Bolango 7504 0,94 0,80 0,96 0,90 0,94 0,71 0,83 0,72 0,73 0,73 0,85 0,82 0,83 0,83 0,85 0,83 Gorontalo Utara 7505 0,98 0,56 0,96 0,83 0,92 0,51 0,72 1,00 0,83 0,92 0,83 0,82 0,82 0,82 0,87 0,82 Gorontalo 7571 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,98 1,00 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Sulawesi Barat 0,92 0,66 0,87 0,81 0,89 0,90 0,90 0,75 0,75 0,75 0,82 0,82 0,82 0,82 0,79 0,77 Majene 7601 0,97 0,93 0,96 0,96 0,78 0,94 0,86 1,00 0,83 0,92 0,93 0,91 0,92 0,92 0,94 0,93 Polewali Mandar 7602 0,91 0,81 0,87 0,86 0,95 0,94 0,95 0,80 0,80 0,80 0,87 0,87 0,87 0,87 0,83 0,83 Mamasa 7603 0,85 0,26 0,61 0,57 0,88 0,68 0,78 0,69 0,74 0,71 0,64 0,69 0,67 0,67 0,60 0,55 Mamuju 7604 0,90 0,58 0,91 0,80 0,86 0,90 0,88 0,72 0,67 0,69 0,79 0,79 0,79 0,80 0,78 0,74 Mamuju Utara 7605 0,99 0,51 0,92 0,81 1,00 0,93 0,96 0,64 0,76 0,70 0,82 0,82 0,82 0,83 0,78 0,74 Maluku 0,93 0,57 0,87 0,79 0,68 0,83 0,76 0,74 0,63 0,68 0,76 0,74 0,75 0,76 0,75 0,72 Maluku Tenggara Barat 8101 0,94 0,59 0,82 0,78 0,45 0,70 0,58 0,91 0,43 0,67 0,72 0,68 0,69 0,70 0,72 0,67 Maluku Tenggara 8102 0,96 0,52 0,86 0,78 0,69 0,89 0,79 0,69 0,44 0,56 0,74 0,71 0,72 0,73 0,70 0,65 Maluku Tengah 8103 0,97 0,59 0,93 0,83 0,78 0,93 0,86 0,72 0,74 0,73 0,82 0,81 0,81 0,82 0,80 0,77 Buru 8104 0,94 0,67 0,88 0,83 0,89 0,84 0,87 1,00 0,85 0,93 0,86 0,87 0,87 0,87 0,86 0,83 Kepulauan Aru 8105 0,87 0,46 0,78 0,70 0,70 0,59 0,65 0,45 0,47 0,46 0,64 0,60 0,62 0,63 0,61 0,58 Seram Bagian Barat 8106 0,97 0,27 0,96 0,73 0,50 0,93 0,71 0,88 0,66 0,77 0,74 0,74 0,74 0,75 0,77 0,68 Seram Bagian Timur 8107 0,83 0,14 0,66 0,54 0,36 0,51 0,43 0,64 0,57 0,61 0,53 0,53 0,53 0,54 0,56 0,49 Maluku Barat Daya 8108 0,68 0,04 0,50 0,40 0,78 0,58 0,68 0,67 0,35 0,51 0,48 0,53 0,51 0,51 0,42 0,35 Buru Selatan 8109 0,66 0,22 0,53 0,47 0,75 0,41 0,58 0,63 0,40 0,51 0,50 0,52 0,51 0,51 0,47 0,42 Ambon 8171 1,00 1,00 1,00 1,00 0,82 0,97 0,89 0,91 0,92 0,92 0,96 0,94 0,95 0,95 0,97 0,97 Tual 8172 0,99 0,82 0,94 0,91 0,60 0,91 0,76 0,80 0,46 0,63 0,83 0,77 0,79 0,80 0,80 0,78 81 | 82 | Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Maluku Utara 0,90 0,55 0,87 0,77 0,72 0,68 0,70 0,87 0,71 0,79 0,76 0,75 0,76 0,76 0,78 0,74 Halmahera Barat 8201 0,92 0,58 0,93 0,81 1,00 0,70 0,85 0,90 0,65 0,77 0,81 0,81 0,81 0,81 0,81 0,76 Halmahera Tengah 8202 1,00 0,21 0,78 0,66 0,88 0,92 0,90 1,00 0,79 0,89 0,76 0,82 0,80 0,80 0,73 0,64 Kepulauan Sula 8203 0,81 0,32 0,69 0,60 0,62 0,53 0,57 0,77 0,60 0,68 0,61 0,62 0,62 0,62 0,62 0,57 Halmahera Selatan 8204 0,81 0,42 0,89 0,71 0,30 0,51 0,40 0,83 0,51 0,67 0,64 0,59 0,61 0,62 0,72 0,66 Halmahera Utara 8205 0,92 0,73 0,86 0,84 1,00 0,68 0,84 0,82 0,75 0,79 0,83 0,82 0,82 0,82 0,81 0,79 Halmahera Timur 8206 0,88 0,09 0,81 0,60 0,86 0,67 0,77 1,00 0,75 0,87 0,69 0,74 0,72 0,72 0,71 0,61 Pulau Morotai 8207 0,82 0,32 0,67 0,60 1,00 0,62 0,81 0,80 0,85 0,82 0,69 0,75 0,73 0,72 0,67 0,63 Ternate 8271 0,99 0,95 0,99 0,98 1,00 0,79 0,90 0,88 0,95 0,91 0,95 0,93 0,93 0,93 0,96 0,96 Tidore Kepulauan 8272 1,00 0,64 1,00 0,88 0,71 0,87 0,79 0,86 0,94 0,90 0,87 0,86 0,86 0,87 0,90 0,87 Papua Barat 0,91 0,62 0,85 0,79 0,56 0,69 0,62 0,77 0,69 0,73 0,75 0,72 0,73 0,73 0,77 0,74 Fakfak 9101 0,95 0,73 0,87 0,85 0,89 0,79 0,84 0,89 0,62 0,75 0,83 0,81 0,82 0,82 0,80 0,77 Kaimana 9102 0,81 0,07 0,63 0,50 0,57 0,64 0,60 0,86 0,79 0,83 0,59 0,64 0,62 0,62 0,61 0,53 Teluk Wondama 9103 0,97 0,02 0,84 0,61 0,67 0,44 0,55 0,83 0,68 0,76 0,63 0,64 0,64 0,64 0,67 0,57 Teluk Bintuni 9104 0,90 0,19 0,79 0,63 0,61 0,65 0,63 0,83 0,65 0,74 0,65 0,67 0,66 0,66 0,67 0,59 Manokwari 9105 0,90 0,78 0,88 0,86 0,59 0,71 0,65 0,77 0,59 0,68 0,78 0,73 0,75 0,76 0,79 0,78 Sorong Selatan 9106 0,84 0,46 0,80 0,70 0,27 0,35 0,31 0,55 0,46 0,50 0,58 0,50 0,53 0,54 0,63 0,59 Sorong 9107 0,92 0,67 0,85 0,81 0,35 0,75 0,55 0,76 0,73 0,75 0,75 0,70 0,72 0,73 0,78 0,76 Raja Ampat 9108 0,83 0,25 0,66 0,58 0,50 0,45 0,48 0,72 0,79 0,76 0,60 0,61 0,60 0,60 0,64 0,58 Tambrauw 9109 0,55 0,00 0,51 0,35 0,50 0,28 0,39 0,75 0,63 0,69 0,43 0,48 0,46 0,45 0,49 0,41 Maybrat 9110 0,75 0,08 0,58 0,47 0,50 0,21 0,36 0,50 0,67 0,58 0,47 0,47 0,47 0,47 0,51 0,45 Sorong 9171 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 0,91 0,96 1,00 0,97 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,98 Papua 0,71 0,40 0,63 0,58 0,60 0,54 0,57 0,68 0,45 0,57 0,57 0,57 0,57 0,57 0,56 0,53 Merauke 9401 0,98 0,68 0,80 0,82 0,75 0,97 0,86 0,88 0,54 0,71 0,81 0,80 0,80 0,80 0,74 0,71 Jayawijaya 9402 0,72 0,44 0,73 0,63 1,00 0,43 0,72 0,83 0,17 0,50 0,62 0,62 0,62 0,61 0,58 0,52 Jayapura 9403 0,93 0,56 0,90 0,80 0,70 0,66 0,68 0,75 0,86 0,81 0,78 0,76 0,77 0,77 0,81 0,78 Nabire 9404 0,95 0,82 0,88 0,88 0,44 0,87 0,66 0,89 0,56 0,72 0,81 0,76 0,77 0,78 0,81 0,79 Kepulauan Yapen 9408 0,93 0,57 0,82 0,77 0,75 0,66 0,70 0,63 0,26 0,44 0,69 0,64 0,66 0,67 0,64 0,60 Biak Numfor 9409 0,92 0,71 0,87 0,83 0,59 0,75 0,67 0,76 0,82 0,79 0,79 0,76 0,77 0,78 0,82 0,80 Paniai 9410 0,37 0,22 0,44 0,34 0,40 0,29 0,34 0,50 0,18 0,34 0,34 0,34 0,34 0,34 0,36 0,32 Puncak Jaya 9411 0,29 0,14 0,27 0,23 0,38 0,23 0,30 0,38 0,20 0,29 0,26 0,28 0,27 0,27 0,25 0,23 Mimika 9412 0,91 0,85 0,89 0,88 0,54 0,77 0,65 0,92 0,53 0,73 0,81 0,75 0,77 0,78 0,81 0,79 Boven Digoel 9413 0,78 0,18 0,75 0,57 0,38 0,65 0,52 0,54 0,59 0,56 0,56 0,55 0,55 0,57 0,59 0,53 Mappi 9414 0,59 0,29 0,47 0,45 0,60 0,34 0,47 1,00 0,65 0,83 0,53 0,58 0,56 0,55 0,56 0,51 Asmat 9415 0,46 0,13 0,33 0,31 1,00 0,62 0,81 0,89 0,71 0,80 0,51 0,64 0,59 0,57 0,47 0,42 Provinsi Kode BPS Ketersediaan Fisik Tenaga Kesehatan Karakteristik Bangunan Indeks-Indeks Komposit Primer Sekunder Melahirkan Sub Indeks GP Pusk. Bidan Sub Indeks Air Listrik Sub Indeks Akses Setara D Setara I PCA OLS CI Yahukimo 9416 0,53 0,01 0,24 0,26 0,27 0,12 0,19 0,45 0,09 0,27 0,25 0,24 0,24 0,24 0,21 0,16 Pegunungan Bintang 9417 0,18 0,09 0,15 0,14 0,75 0,10 0,43 0,50 0,19 0,35 0,24 0,30 0,28 0,26 0,20 0,18 Tolikara 9418 0,48 0,21 0,41 0,37 0,44 0,18 0,31 0,22 0,19 0,21 0,32 0,30 0,31 0,31 0,30 0,28 Sarmi 9419 0,85 0,12 0,78 0,58 0,57 0,47 0,52 0,71 0,71 0,71 0,60 0,61 0,60 0,61 0,64 0,57 Keerom 9420 0,94 0,75 0,88 0,86 0,88 0,79 0,83 1,00 0,88 0,94 0,87 0,88 0,88 0,87 0,88 0,86 Waropen 9426 0,69 0,02 0,60 0,44 0,25 0,39 0,32 0,50 0,65 0,57 0,44 0,44 0,44 0,45 0,50 0,44 Supiori 9427 0,95 0,70 0,91 0,85 0,60 0,39 0,50 1,00 0,72 0,86 0,78 0,74 0,75 0,75 0,85 0,81 Mamberamo Raya 9428 0,59 0,00 0,30 0,30 0,50 0,20 0,35 0,75 0,20 0,47 0,34 0,37 0,36 0,35 0,31 0,24 Nduga 9429 0,90 0,00 0,51 0,47 0,50 0,21 0,36 0,63 0,22 0,42 0,44 0,42 0,42 0,43 0,39 0,31 Lanny Jaya 9430 0,50 0,01 0,39 0,30 0,40 0,53 0,47 0,30 0,24 0,27 0,33 0,35 0,34 0,35 0,29 0,24 Mamberamo Tengah 9431 0,54 0,00 0,66 0,40 1,00 0,71 0,86 0,60 0,07 0,34 0,48 0,53 0,51 0,51 0,41 0,32 Yalimo 9432 0,89 0,20 0,48 0,52 1,00 0,67 0,83 0,67 0,35 0,51 0,58 0,62 0,61 0,61 0,45 0,39 Puncak 9433 0,24 0,03 0,23 0,17 0,57 0,41 0,49 0,29 0,25 0,27 0,25 0,31 0,29 0,29 0,21 0,18 Dogiyai 9434 0,65 0,00 0,53 0,39 0,29 0,27 0,28 0,57 0,21 0,39 0,37 0,35 0,36 0,36 0,39 0,31 Intan Jaya 9435 0,20 0,00 0,19 0,13 0,60 0,18 0,39 0,40 0,33 0,37 0,23 0,30 0,27 0,26 0,22 0,19 Deiyai 9436 0,79 0,00 0,81 0,53 0,57 0,78 0,68 0,71 0,14 0,43 0,54 0,55 0,54 0,56 0,52 0,41 Jayapura 9471 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,85 0,89 1,00 0,86 0,93 0,96 0,94 0,95 0,95 0,97 0,97 83 | 84 | Tabel A.6: Indikator-indikator Pendidikan dan Indeks-indeks Komposit - Skor Tingkat Kabupaten22 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Nanggroe Aceh Derussalam 0,73 0,96 0,85 0,74 0,72 0,73 0,62 0,96 0,71 0,76 0,80 0,77 0,78 0,78 0,81 0,78 Simeulue 1101 0,72 0,96 0,84 0,16 0,55 0,36 0,73 0,85 0,56 0,71 0,71 0,68 0,64 0,65 0,66 0,59 Aceh Singkil 1102 0,75 0,91 0,83 0,65 0,80 0,73 0,68 0,89 0,58 0,72 0,78 0,75 0,76 0,75 0,78 0,75 Aceh Selatan 1103 0,75 0,97 0,86 0,62 0,61 0,61 0,55 0,95 0,69 0,73 0,77 0,74 0,73 0,74 0,76 0,72 Aceh Tenggara 1104 0,68 0,97 0,82 0,74 0,83 0,79 0,64 0,91 0,47 0,67 0,77 0,74 0,76 0,75 0,81 0,79 Aceh Timur 1105 0,50 0,90 0,70 0,69 0,68 0,69 0,59 0,92 0,59 0,70 0,70 0,65 0,70 0,70 0,77 0,74 Aceh Tengah 1106 0,85 0,91 0,88 0,65 0,73 0,69 0,52 0,91 0,67 0,70 0,79 0,76 0,76 0,76 0,74 0,71 Aceh Barat 1107 0,74 0,94 0,84 0,55 0,74 0,64 0,55 0,94 0,71 0,73 0,77 0,73 0,74 0,74 0,73 0,69 Aceh Besar 1108 0,83 0,98 0,90 0,88 0,72 0,80 0,76 0,98 0,86 0,87 0,87 0,85 0,86 0,86 0,90 0,88 Pidie 1109 0,59 0,98 0,78 0,87 0,73 0,80 0,73 0,99 0,63 0,78 0,79 0,75 0,79 0,79 0,89 0,87 Bireuen 1110 0,63 0,99 0,81 0,88 0,73 0,80 0,55 0,99 0,80 0,78 0,80 0,77 0,80 0,80 0,85 0,83 Aceh Utara 1111 0,70 0,96 0,83 0,85 0,66 0,76 0,51 0,99 0,73 0,75 0,79 0,74 0,78 0,78 0,82 0,80 Aceh Barat Daya 1112 0,70 0,99 0,84 0,74 0,70 0,72 0,68 1,00 0,73 0,80 0,81 0,79 0,79 0,79 0,84 0,82 Gayo Lues 1113 0,45 0,88 0,67 0,52 0,79 0,65 0,71 0,91 0,52 0,71 0,68 0,65 0,68 0,68 0,74 0,71 Aceh Tamiang 1114 0,91 0,99 0,95 0,85 0,79 0,82 0,61 0,98 0,90 0,83 0,89 0,86 0,87 0,87 0,85 0,83 Nagan Raya 1115 0,63 0,94 0,78 0,49 0,59 0,54 0,71 0,96 0,70 0,79 0,74 0,69 0,70 0,72 0,76 0,71 Aceh Jaya 1116 0,86 0,94 0,90 0,29 0,79 0,54 0,43 0,91 0,78 0,71 0,77 0,74 0,72 0,72 0,62 0,56 Bener Meriah 1117 0,81 0,97 0,89 0,64 0,76 0,70 0,58 0,95 0,74 0,75 0,81 0,77 0,78 0,78 0,77 0,74 Pidie jaya 1118 0,70 0,99 0,85 0,93 0,74 0,83 0,50 1,00 0,61 0,70 0,80 0,78 0,80 0,79 0,85 0,83 Banda Aceh 1171 0,95 1,00 0,98 0,99 0,84 0,91 0,91 1,00 0,98 0,96 0,96 0,96 0,95 0,95 0,97 0,97 Sabang 1172 0,80 0,94 0,87 0,97 0,89 0,93 0,67 1,00 0,93 0,87 0,88 0,83 0,89 0,89 0,89 0,88 Langsa 1173 0,95 0,98 0,97 1,00 0,77 0,88 0,93 1,00 0,93 0,96 0,95 0,94 0,94 0,94 0,98 0,98 Lhokseumawe 1174 1,00 0,99 0,99 0,98 0,72 0,85 0,71 0,97 0,84 0,84 0,92 0,91 0,89 0,89 0,91 0,90 Subulussalam 1175 0,81 0,89 0,85 0,77 0,66 0,71 0,46 0,87 0,54 0,62 0,75 0,73 0,73 0,72 0,74 0,72 Sumatera Utara 0,82 0,94 0,88 0,72 0,75 0,73 0,59 0,82 0,69 0,70 0,79 0,77 0,77 0,76 0,77 0,74 Nias 1201 0,48 0,93 0,70 0,22 0,51 0,37 0,16 0,41 0,45 0,34 0,53 0,48 0,47 0,45 0,45 0,37 Mandailing natal 1202 0,58 0,90 0,74 0,80 0,74 0,77 0,66 0,83 0,40 0,63 0,71 0,67 0,71 0,70 0,80 0,78 Tapanuli Selatan 1203 0,61 0,84 0,72 0,59 0,81 0,70 0,62 0,72 0,53 0,63 0,69 0,66 0,68 0,67 0,70 0,67 Tapanuli Tengah 1204 0,80 0,95 0,87 0,57 0,82 0,70 0,59 0,77 0,53 0,63 0,77 0,73 0,73 0,72 0,72 0,68 Tapanuli Utara 1205 0,39 0,90 0,64 0,46 0,80 0,63 0,52 0,72 0,57 0,60 0,63 0,60 0,62 0,62 0,65 0,60 Toba Samosir 1206 0,67 0,88 0,77 0,43 0,74 0,59 0,58 0,87 0,64 0,70 0,71 0,67 0,69 0,69 0,68 0,63 Labuhan Batu 1207 0,85 0,96 0,91 0,84 0,82 0,83 0,65 0,81 0,75 0,74 0,84 0,81 0,83 0,82 0,82 0,81 Asahan 1208 0,88 0,93 0,90 0,77 0,86 0,82 0,68 0,97 0,96 0,87 0,88 0,84 0,86 0,87 0,83 0,81 Simalungun 1209 0,71 0,85 0,78 0,77 0,73 0,75 0,73 0,84 0,68 0,75 0,76 0,73 0,76 0,76 0,79 0,78 Dairi 1210 0,64 0,91 0,77 0,33 0,75 0,54 0,67 0,90 0,67 0,75 0,72 0,68 0,69 0,69 0,68 0,63 22 Skor-skor indikator yang dilaporkan dihitung pada tingkat kabupaten, misalnya menghitung persentase penduduk kabupaten yang memiliki akses mudah ke layanan kesehatan tingkat pertama. Skor-skor ini berbeda dengan skor rata-rata kecamatan per kabupaten, di mana bobot yang sama diberikan kepada setiap kecamatan tanpa memperhitungkan jumlah penduduk. Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Karo 1211 0,66 0,83 0,75 0,77 0,70 0,74 0,77 0,78 0,60 0,72 0,74 0,70 0,73 0,73 0,79 0,78 Deli Serdang 1212 0,94 0,98 0,96 0,98 0,88 0,93 0,79 0,97 0,92 0,89 0,93 0,92 0,93 0,93 0,93 0,93 Langkat 1213 0,87 0,91 0,89 0,91 0,85 0,88 0,66 0,89 0,79 0,78 0,86 0,83 0,85 0,84 0,84 0,84 Nias Selatan 1214 0,19 0,88 0,54 0,16 0,34 0,25 0,20 0,35 0,36 0,31 0,41 0,37 0,36 0,35 0,42 0,34 Humbang Hasundutan 1215 0,91 0,93 0,92 0,65 0,78 0,72 0,77 0,86 0,86 0,83 0,85 0,79 0,82 0,82 0,80 0,77 Pakpak Bharat 1216 0,88 0,47 0,67 0,38 0,86 0,62 0,53 0,83 0,69 0,68 0,67 0,67 0,66 0,66 0,52 0,51 Samosir 1217 0,47 0,91 0,69 0,70 0,88 0,79 0,76 0,94 0,56 0,75 0,73 0,68 0,74 0,74 0,82 0,80 Serdang Bedagai 1218 0,94 0,97 0,95 0,93 0,87 0,90 0,76 0,88 0,86 0,83 0,91 0,87 0,90 0,89 0,89 0,88 Batu Bara 1219 0,99 0,97 0,98 0,81 0,91 0,86 0,73 0,97 0,87 0,86 0,92 0,89 0,90 0,89 0,86 0,84 Padang Lawas Utara 1220 0,35 0,76 0,55 0,66 0,78 0,72 0,42 0,71 0,40 0,51 0,57 0,55 0,59 0,58 0,63 0,62 Padang Lawas 1221 0,53 0,90 0,72 0,83 0,75 0,79 0,33 0,88 0,44 0,55 0,68 0,64 0,68 0,67 0,73 0,71 Labuhan Batu Selatan 1222 0,93 0,91 0,92 0,88 0,88 0,88 0,42 0,80 0,51 0,58 0,81 0,80 0,79 0,77 0,76 0,75 Labuhan Batu Utara 1223 0,91 0,91 0,91 0,75 0,71 0,73 0,63 0,74 0,61 0,66 0,80 0,78 0,77 0,76 0,77 0,75 Nias Utara 1224 0,32 0,92 0,62 0,14 0,47 0,31 0,10 0,36 0,46 0,31 0,46 0,41 0,41 0,40 0,40 0,32 Nias Barat 1225 0,30 0,95 0,63 0,22 0,57 0,39 0,20 0,50 0,44 0,38 0,51 0,46 0,47 0,45 0,48 0,40 Sibolga 1271 1,00 1,00 1,00 1,00 0,84 0,92 0,75 1,00 0,98 0,91 0,96 0,96 0,94 0,94 0,94 0,93 Tanjung Balai 1272 1,00 1,00 1,00 0,79 0,90 0,84 0,92 0,98 1,00 0,97 0,96 0,96 0,94 0,94 0,92 0,90 Pematang Siantar 1273 0,96 1,00 0,98 0,98 0,84 0,91 1,00 0,99 0,97 0,98 0,97 0,97 0,96 0,96 0,99 0,99 Tebing Tinggi 1274 1,00 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 0,92 1,00 0,99 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 Medan 1275 1,00 1,00 1,00 0,98 0,87 0,92 0,79 1,00 0,98 0,92 0,96 0,96 0,95 0,95 0,94 0,93 Binjai 1276 0,98 1,00 0,99 0,97 0,87 0,92 1,00 1,00 0,99 1,00 0,98 0,98 0,97 0,97 0,99 0,99 Padangsidimpuan 1277 0,89 0,99 0,94 0,99 0,81 0,90 0,85 1,00 0,83 0,89 0,92 0,90 0,91 0,91 0,95 0,95 Gunungsitoli 1278 0,63 0,94 0,78 0,52 0,67 0,59 0,20 0,76 0,55 0,50 0,66 0,63 0,63 0,61 0,60 0,55 Sumatera Barat 0,99 0,98 0,98 0,89 0,83 0,86 0,65 0,93 0,77 0,78 0,90 0,89 0,88 0,87 0,86 0,85 Kepulauan Mentawai 1301 0,87 0,45 0,66 0,28 0,82 0,55 0,21 0,50 0,39 0,37 0,55 0,54 0,53 0,51 0,35 0,33 Pesisir Selatan 1302 1,00 1,00 1,00 0,94 0,82 0,88 0,52 0,85 0,65 0,67 0,88 0,87 0,85 0,83 0,84 0,82 Solok 1303 0,98 0,99 0,99 0,90 0,82 0,86 0,64 0,90 0,69 0,74 0,89 0,88 0,86 0,85 0,86 0,85 Sijunjung 1304 0,99 0,95 0,97 0,85 0,87 0,86 0,56 0,96 0,73 0,75 0,88 0,87 0,86 0,85 0,82 0,80 Tanah Datar 1305 1,00 0,99 1,00 0,96 0,82 0,89 0,76 0,99 0,85 0,87 0,94 0,93 0,92 0,91 0,93 0,92 Padang Pariaman 1306 0,99 1,00 1,00 0,84 0,83 0,83 0,63 0,95 0,68 0,75 0,89 0,88 0,86 0,85 0,85 0,83 Agam 1307 0,99 0,99 0,99 0,91 0,82 0,87 0,81 0,96 0,78 0,85 0,92 0,92 0,90 0,90 0,92 0,91 Lima Puluh Kota 1308 0,99 0,96 0,98 0,95 0,83 0,89 0,73 0,98 0,80 0,84 0,92 0,90 0,90 0,90 0,90 0,90 Pasaman 1309 0,97 0,99 0,98 0,82 0,85 0,84 0,68 0,86 0,77 0,77 0,89 0,88 0,86 0,85 0,84 0,82 Solok Selatan 1310 0,98 1,00 0,99 0,86 0,84 0,85 0,45 0,89 0,63 0,66 0,86 0,86 0,83 0,81 0,80 0,78 Dharmasraya 1311 0,99 0,89 0,94 0,96 0,85 0,91 0,66 0,95 0,91 0,84 0,90 0,87 0,89 0,89 0,86 0,86 85 | 86 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Pasaman Barat 1312 0,99 1,00 0,99 0,79 0,86 0,82 0,42 0,87 0,77 0,69 0,87 0,87 0,83 0,82 0,77 0,74 Padang 1371 0,99 1,00 1,00 0,95 0,79 0,87 0,81 1,00 0,91 0,91 0,94 0,94 0,93 0,93 0,94 0,93 Solok 1372 1,00 1,00 1,00 0,98 0,85 0,91 1,00 0,98 0,96 0,98 0,98 0,98 0,96 0,97 0,99 0,99 Sawah Lunto 1373 1,00 0,95 0,98 1,00 0,92 0,96 0,80 1,00 1,00 0,93 0,96 0,94 0,96 0,96 0,93 0,94 Padang Panjang 1374 1,00 1,00 1,00 1,00 0,85 0,92 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,98 0,97 0,98 1,00 1,00 Bukittinggi 1375 0,95 1,00 0,98 1,00 0,87 0,94 0,80 1,00 1,00 0,93 0,96 0,96 0,95 0,95 0,95 0,94 Payakumbuh 1376 0,99 1,00 1,00 1,00 0,81 0,90 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,97 0,97 0,97 1,00 1,00 Pariaman 1377 0,95 0,99 0,97 0,99 0,82 0,91 0,92 1,00 0,75 0,89 0,93 0,90 0,92 0,92 0,97 0,97 Riau 0,92 0,95 0,94 0,80 0,73 0,76 0,59 0,72 0,79 0,70 0,83 0,82 0,80 0,79 0,78 0,76 Kuantan Singingi 1401 0,91 0,96 0,94 0,87 0,75 0,81 0,74 0,87 0,86 0,82 0,88 0,86 0,86 0,85 0,86 0,85 Indragiri Hulu 1402 0,80 0,86 0,83 0,81 0,77 0,79 0,75 0,67 0,70 0,71 0,79 0,76 0,78 0,77 0,79 0,78 Indragiri Hilir 1403 0,73 0,96 0,84 0,60 0,61 0,61 0,46 0,34 0,65 0,48 0,69 0,68 0,64 0,62 0,63 0,59 Pelalawan 1404 0,85 0,88 0,86 0,70 0,77 0,73 0,48 0,69 0,79 0,65 0,77 0,76 0,75 0,74 0,69 0,67 Siak 1405 0,99 0,95 0,97 0,92 0,82 0,87 0,69 0,90 0,86 0,81 0,90 0,89 0,88 0,88 0,86 0,86 Kampar 1406 0,96 0,93 0,95 0,92 0,80 0,86 0,65 0,83 0,81 0,77 0,88 0,86 0,86 0,85 0,84 0,83 Rokan Hulu 1407 1,00 0,94 0,97 0,68 0,69 0,69 0,43 0,67 0,78 0,63 0,81 0,79 0,76 0,75 0,69 0,66 Bengkalis 1408 0,99 0,98 0,99 0,86 0,74 0,80 0,58 0,79 0,85 0,74 0,88 0,87 0,84 0,83 0,81 0,80 Rokan Hilir 1409 0,94 0,97 0,95 0,75 0,70 0,73 0,47 0,74 0,74 0,65 0,82 0,81 0,78 0,76 0,74 0,72 Kepulauan Meranti 1410 0,88 0,95 0,92 0,75 0,55 0,65 0,49 0,62 0,74 0,62 0,77 0,76 0,73 0,72 0,72 0,70 Pekanbaru 1471 0,99 1,00 1,00 0,99 0,79 0,89 0,85 0,99 0,97 0,94 0,96 0,95 0,94 0,94 0,96 0,96 Dumai 1473 0,99 0,99 0,99 0,94 0,74 0,84 0,63 0,94 0,96 0,84 0,92 0,91 0,89 0,89 0,88 0,86 Jambi 0,93 0,96 0,94 0,76 0,78 0,77 0,61 0,74 0,73 0,69 0,83 0,82 0,80 0,79 0,78 0,75 Kerinci 1501 0,89 0,98 0,93 0,80 0,74 0,77 0,67 0,89 0,70 0,75 0,85 0,83 0,82 0,81 0,83 0,81 Merangin 1502 0,85 0,90 0,87 0,62 0,67 0,65 0,57 0,75 0,60 0,64 0,76 0,73 0,72 0,71 0,71 0,68 Sarolangun 1503 0,96 0,97 0,97 0,58 0,77 0,67 0,48 0,61 0,67 0,59 0,80 0,76 0,74 0,72 0,68 0,64 Batang Hari 1504 0,91 0,96 0,94 0,88 0,77 0,83 0,60 0,70 0,76 0,69 0,84 0,81 0,82 0,80 0,80 0,79 Muaro Jambi 1505 0,91 0,96 0,93 0,87 0,85 0,86 0,57 0,88 0,78 0,74 0,86 0,83 0,85 0,84 0,82 0,80 Tanjung Jabung Timur 1506 0,99 0,90 0,95 0,83 0,84 0,84 0,53 0,54 0,80 0,62 0,83 0,81 0,80 0,78 0,73 0,71 Tanjung Jabung Barat 1507 0,92 0,96 0,94 0,72 0,75 0,74 0,43 0,43 0,71 0,52 0,77 0,77 0,73 0,71 0,67 0,64 Tebo 1508 0,93 0,94 0,93 0,76 0,79 0,77 0,70 0,79 0,75 0,75 0,85 0,82 0,82 0,81 0,80 0,78 Bungo 1509 0,89 0,95 0,92 0,64 0,85 0,74 0,63 0,74 0,68 0,68 0,81 0,80 0,78 0,77 0,75 0,71 Jambi 1571 0,99 1,00 1,00 0,96 0,83 0,90 1,00 0,99 0,97 0,98 0,97 0,97 0,96 0,96 0,99 0,98 Sungai Penuh 1572 0,95 0,99 0,97 0,91 0,71 0,81 1,00 0,98 0,65 0,88 0,91 0,90 0,89 0,88 0,97 0,96 Sumatera Selatan 0,82 0,92 0,87 0,71 0,78 0,75 0,63 0,75 0,82 0,73 0,80 0,78 0,78 0,78 0,76 0,74 Ogan Komering Ulu 1601 0,79 0,93 0,86 0,95 0,85 0,90 0,62 0,86 0,84 0,78 0,84 0,82 0,85 0,84 0,85 0,84 Ogan Komering Ilir 1602 0,73 0,89 0,81 0,69 0,67 0,68 0,50 0,73 0,83 0,69 0,75 0,72 0,73 0,72 0,71 0,68 Muara Enim 1603 0,72 0,86 0,79 0,74 0,83 0,79 0,62 0,86 0,81 0,76 0,78 0,75 0,78 0,78 0,76 0,75 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Lahat 1604 0,72 0,95 0,84 0,62 0,82 0,72 0,49 0,81 0,75 0,68 0,77 0,73 0,75 0,74 0,72 0,68 Musi Rawas 1605 0,79 0,90 0,84 0,59 0,75 0,67 0,58 0,65 0,82 0,68 0,76 0,72 0,73 0,73 0,69 0,66 Musi Banyuasin 1606 0,78 0,82 0,80 0,66 0,80 0,73 0,71 0,73 0,88 0,77 0,78 0,74 0,77 0,77 0,73 0,71 Banyu Asin 1607 0,72 0,87 0,80 0,70 0,80 0,75 0,57 0,60 0,87 0,68 0,75 0,71 0,74 0,73 0,70 0,68 Ogan Komering Ulu Selatan 1608 0,64 0,89 0,77 0,47 0,62 0,54 0,47 0,50 0,63 0,53 0,65 0,61 0,61 0,60 0,60 0,56 Ogan Komering Ulu Timur 1609 0,92 0,93 0,93 0,72 0,83 0,77 0,83 0,75 0,82 0,80 0,86 0,81 0,83 0,83 0,82 0,80 Ogan Ilir 1610 0,95 0,98 0,97 0,77 0,80 0,78 0,48 0,67 0,81 0,65 0,84 0,81 0,80 0,78 0,74 0,71 Empat Lawang 1611 0,52 0,95 0,73 0,46 0,67 0,56 0,66 0,70 0,61 0,66 0,68 0,65 0,65 0,65 0,70 0,65 Palembang 1671 0,99 1,00 0,99 0,99 0,82 0,90 0,98 0,98 0,97 0,98 0,97 0,97 0,96 0,96 0,99 0,99 Prabumulih 1672 1,00 0,96 0,98 0,99 0,95 0,97 0,92 0,99 0,92 0,94 0,97 0,95 0,96 0,96 0,96 0,96 Pagar Alam 1673 0,89 0,92 0,90 0,96 0,92 0,94 1,00 0,91 0,79 0,90 0,91 0,88 0,92 0,91 0,95 0,96 Lubuklinggau 1674 0,91 0,99 0,95 0,97 0,92 0,95 0,93 0,94 0,97 0,95 0,95 0,93 0,95 0,95 0,96 0,96 Bengkulu 0,82 0,95 0,88 0,86 0,80 0,83 0,56 0,79 0,70 0,69 0,81 0,78 0,80 0,79 0,80 0,78 Bengkulu Selatan 1701 0,93 0,97 0,95 0,94 0,81 0,87 0,61 0,82 0,75 0,73 0,87 0,83 0,85 0,84 0,84 0,84 Rejang Lebong 1702 0,70 0,98 0,84 0,84 0,82 0,83 0,59 0,89 0,76 0,75 0,81 0,80 0,81 0,80 0,83 0,81 Bengkulu Utara 1703 0,84 0,92 0,88 0,83 0,73 0,78 0,54 0,70 0,70 0,65 0,79 0,75 0,77 0,76 0,76 0,75 Kaur 1704 0,82 0,95 0,88 0,77 0,74 0,75 0,53 0,63 0,57 0,58 0,77 0,74 0,74 0,72 0,74 0,72 Seluma 1705 0,72 0,94 0,83 0,89 0,77 0,83 0,43 0,70 0,66 0,60 0,76 0,71 0,75 0,74 0,76 0,74 Mukomuko 1706 0,87 0,92 0,90 0,89 0,86 0,88 0,52 0,82 0,67 0,67 0,83 0,78 0,82 0,80 0,79 0,78 Lebong 1707 0,62 0,98 0,80 0,75 0,85 0,80 0,56 0,86 0,68 0,70 0,77 0,75 0,77 0,76 0,79 0,76 Kepahiang 1708 0,76 0,94 0,85 0,85 0,83 0,84 0,61 0,93 0,72 0,75 0,82 0,79 0,82 0,81 0,83 0,81 Bengkulu Tengah 1709 0,69 0,89 0,79 0,86 0,86 0,86 0,42 0,73 0,58 0,58 0,74 0,70 0,74 0,72 0,73 0,72 Bengkulu 1771 1,00 1,00 1,00 0,98 0,82 0,90 0,93 0,98 0,99 0,97 0,97 0,96 0,95 0,96 0,97 0,97 Lampung 0,93 0,97 0,95 0,81 0,72 0,77 0,67 0,79 0,81 0,76 0,85 0,83 0,82 0,82 0,82 0,80 Lampung Barat 1801 0,73 0,93 0,83 0,70 0,67 0,69 0,48 0,68 0,68 0,61 0,74 0,71 0,71 0,70 0,71 0,68 Tanggamus 1802 0,81 0,94 0,88 0,71 0,64 0,68 0,60 0,69 0,71 0,67 0,78 0,75 0,74 0,73 0,75 0,73 Lampung Selatan 1803 0,93 0,98 0,96 0,87 0,77 0,82 0,69 0,93 0,89 0,84 0,89 0,88 0,87 0,87 0,87 0,85 Lampung Timur 1804 1,00 0,98 0,99 0,93 0,82 0,87 0,77 0,92 0,94 0,87 0,93 0,91 0,91 0,91 0,90 0,89 Lampung Tengah 1805 0,98 0,98 0,98 0,81 0,76 0,78 0,77 0,95 0,94 0,89 0,91 0,89 0,88 0,89 0,87 0,85 Lampung Utara 1806 0,82 0,94 0,88 0,71 0,70 0,70 0,68 0,66 0,68 0,67 0,78 0,74 0,75 0,74 0,76 0,74 Way Kanan 1807 0,88 0,90 0,89 0,82 0,83 0,82 0,84 0,62 0,73 0,73 0,83 0,79 0,82 0,80 0,82 0,81 Tulangbawang 1808 0,92 0,94 0,93 0,82 0,61 0,71 0,40 0,59 0,67 0,56 0,77 0,75 0,73 0,71 0,71 0,69 Pesawaran 1809 0,91 0,97 0,94 0,82 0,68 0,75 0,56 0,73 0,63 0,64 0,81 0,80 0,78 0,76 0,78 0,76 Pringsewu 1810 0,97 0,98 0,98 0,80 0,76 0,78 0,88 0,89 0,90 0,89 0,91 0,90 0,88 0,89 0,89 0,87 Mesuji 1811 0,95 0,95 0,95 0,72 0,54 0,63 0,37 0,35 0,70 0,47 0,74 0,72 0,69 0,66 0,64 0,61 87 | 88 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Tulang Bawang Barat 1812 1,00 0,98 0,99 0,74 0,68 0,71 0,70 0,74 0,74 0,73 0,86 0,84 0,81 0,80 0,80 0,78 Bandar Lampung 1871 1,00 1,00 1,00 0,98 0,80 0,89 0,97 1,00 0,96 0,98 0,97 0,97 0,96 0,96 0,99 0,99 Metro 1872 1,00 1,00 1,00 0,98 0,81 0,90 1,00 1,00 0,97 0,99 0,98 0,97 0,96 0,97 0,99 0,99 Kepulauan Bangka Belitung 0,94 0,92 0,93 0,73 0,81 0,77 0,72 0,95 0,94 0,87 0,88 0,85 0,86 0,86 0,82 0,80 Bangka 1901 1,00 0,94 0,97 0,65 0,75 0,70 0,83 0,96 0,94 0,91 0,90 0,85 0,86 0,87 0,83 0,80 Belitung 1902 0,94 0,91 0,93 0,68 0,83 0,76 0,77 0,94 0,97 0,89 0,88 0,87 0,86 0,86 0,82 0,79 Bangka Barat 1903 0,81 0,90 0,86 0,77 0,83 0,80 0,69 0,92 0,92 0,84 0,84 0,81 0,83 0,84 0,82 0,80 Bangka Tengah 1904 0,94 0,87 0,91 0,71 0,86 0,78 0,79 0,95 0,91 0,88 0,88 0,83 0,86 0,86 0,82 0,80 Bangka Selatan 1905 0,88 0,86 0,87 0,88 0,83 0,86 0,44 0,95 0,92 0,77 0,84 0,81 0,83 0,83 0,77 0,77 Belitung Timur 1906 0,97 0,88 0,93 0,75 0,82 0,78 0,71 0,97 0,96 0,88 0,88 0,84 0,86 0,87 0,81 0,80 Pangkal Pinang 1971 0,99 1,00 0,99 0,76 0,77 0,77 1,00 0,99 0,98 0,99 0,95 0,95 0,92 0,93 0,93 0,91 Kepulauan Riau 0,96 0,98 0,97 0,72 0,74 0,73 0,56 0,92 0,87 0,78 0,87 0,85 0,83 0,83 0,79 0,76 Karimun 2101 0,93 1,00 0,97 0,84 0,66 0,75 0,57 0,91 0,95 0,81 0,88 0,85 0,84 0,85 0,83 0,81 Bintan 2102 0,98 0,94 0,96 0,81 0,83 0,82 0,50 0,85 0,83 0,72 0,86 0,84 0,84 0,83 0,77 0,75 Natuna 2103 0,95 0,90 0,93 0,59 0,64 0,62 0,59 0,94 0,82 0,78 0,82 0,80 0,78 0,78 0,74 0,71 Lingga 2104 0,81 0,91 0,86 0,54 0,67 0,61 0,36 0,78 0,73 0,63 0,74 0,70 0,70 0,69 0,65 0,60 Kepulauan Anambas 2105 0,81 0,91 0,86 0,41 0,81 0,61 0,33 0,97 0,74 0,68 0,76 0,74 0,72 0,72 0,63 0,58 Batam 2171 0,98 1,00 0,99 0,87 0,86 0,87 0,69 1,00 0,95 0,88 0,93 0,92 0,91 0,91 0,88 0,87 Tanjung Pinang 2172 1,00 1,00 1,00 0,92 0,68 0,80 0,87 1,00 0,99 0,95 0,95 0,95 0,92 0,93 0,94 0,93 DKI Jakarta 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,96 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Kepulauan Seribu 3101 1,00 1,00 1,00 1,00 0,86 0,93 0,80 1,00 0,83 0,88 0,95 0,95 0,94 0,93 0,95 0,94 Jakarta Selatan 3171 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,94 0,96 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Jakarta Timur 3172 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,95 1,00 1,00 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Jakarta Pusat 3173 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,95 1,00 0,95 0,97 0,98 0,98 0,97 0,97 0,99 0,99 Jakarta Barat 3174 1,00 0,99 0,99 1,00 0,92 0,96 0,98 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,98 0,98 0,99 0,99 Jakarta Utara 3175 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Jawa Barat 0,98 0,98 0,98 0,96 0,86 0,91 0,76 0,98 0,84 0,86 0,93 0,92 0,92 0,91 0,92 0,91 Bogor 3201 0,97 0,99 0,98 0,90 0,85 0,88 0,79 0,97 0,83 0,86 0,92 0,91 0,91 0,90 0,91 0,90 Sukabumi 3202 1,00 0,99 0,99 0,96 0,81 0,89 0,63 0,95 0,77 0,78 0,91 0,89 0,89 0,88 0,88 0,87 Cianjur 3203 0,93 0,90 0,92 0,91 0,83 0,87 0,73 0,97 0,75 0,82 0,88 0,85 0,87 0,86 0,87 0,87 Bandung 3204 0,99 0,99 0,99 0,99 0,88 0,93 0,77 0,98 0,82 0,85 0,94 0,93 0,93 0,92 0,93 0,93 Garut 3205 0,99 0,98 0,99 0,95 0,85 0,90 0,73 0,94 0,73 0,80 0,91 0,90 0,90 0,89 0,90 0,90 Tasikmalaya 3206 0,99 0,98 0,98 0,98 0,83 0,91 0,60 0,99 0,79 0,79 0,91 0,90 0,89 0,89 0,88 0,88 Ciamis 3207 0,99 0,97 0,98 0,97 0,87 0,92 0,82 1,00 0,86 0,89 0,94 0,92 0,93 0,93 0,94 0,93 Kuningan 3208 0,96 0,98 0,97 0,97 0,89 0,93 0,76 0,99 0,91 0,88 0,94 0,92 0,93 0,93 0,92 0,92 Cirebon 3209 0,94 0,99 0,97 0,98 0,91 0,95 0,86 1,00 0,86 0,90 0,94 0,93 0,94 0,94 0,95 0,95 Majalengka 3210 0,98 0,99 0,98 0,99 0,93 0,96 0,81 0,99 0,78 0,86 0,94 0,92 0,93 0,93 0,94 0,94 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Sumedang 3211 0,97 0,95 0,96 0,97 0,90 0,93 0,87 0,99 0,94 0,93 0,95 0,92 0,94 0,94 0,94 0,94 Indramayu 3212 1,00 0,98 0,99 0,95 0,87 0,91 0,78 1,00 0,91 0,90 0,95 0,92 0,93 0,93 0,93 0,92 Subang 3213 1,00 0,98 0,99 0,95 0,88 0,91 0,87 0,99 0,88 0,91 0,95 0,92 0,94 0,94 0,95 0,94 Purwakarta 3214 0,97 0,99 0,98 0,96 0,75 0,86 0,52 0,99 0,87 0,79 0,90 0,88 0,88 0,87 0,86 0,85 Karawang 3215 0,97 0,97 0,97 0,92 0,85 0,88 0,77 0,99 0,77 0,84 0,92 0,89 0,90 0,90 0,91 0,90 Bekasi 3216 1,00 0,98 0,99 0,95 0,89 0,92 0,74 1,00 0,93 0,89 0,95 0,94 0,93 0,93 0,91 0,90 Bandung Barat 3217 0,99 1,00 0,99 0,97 0,80 0,89 0,59 0,98 0,80 0,79 0,91 0,90 0,89 0,88 0,88 0,87 Bogor 3271 1,00 0,98 0,99 0,99 0,90 0,94 1,00 0,99 0,98 0,99 0,98 0,98 0,97 0,98 0,99 0,99 Sukabumi 3272 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,88 1,00 0,97 0,95 0,97 0,97 0,96 0,96 0,97 0,97 Bandung 3273 1,00 1,00 1,00 0,97 0,88 0,93 1,00 1,00 0,98 0,99 0,98 0,98 0,97 0,98 0,99 0,99 Cirebon 3274 1,00 1,00 1,00 0,99 0,91 0,95 0,92 1,00 0,96 0,96 0,98 0,98 0,97 0,97 0,98 0,97 Bekasi 3275 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,96 0,88 1,00 0,98 0,95 0,98 0,98 0,97 0,97 0,97 0,97 Depok 3276 1,00 1,00 1,00 1,00 0,88 0,94 0,83 1,00 1,00 0,94 0,97 0,97 0,96 0,96 0,96 0,95 Cimahi 3277 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,96 0,92 1,00 0,98 0,96 0,98 0,98 0,97 0,97 0,98 0,98 Tasikmalaya 3278 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,95 0,92 1,00 0,99 0,97 0,98 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 Banjar 3279 1,00 1,00 1,00 0,99 0,91 0,95 0,83 1,00 1,00 0,94 0,97 0,97 0,96 0,96 0,95 0,95 Jawa Tengah 0,99 0,98 0,99 0,94 0,91 0,93 0,86 1,00 0,96 0,94 0,96 0,94 0,95 0,95 0,94 0,94 Cilacap 3301 0,99 0,97 0,98 0,94 0,91 0,93 0,79 0,99 0,95 0,91 0,95 0,93 0,94 0,94 0,92 0,92 Banyumas 3302 1,00 0,99 0,99 0,99 0,94 0,96 0,88 1,00 0,97 0,95 0,97 0,95 0,97 0,97 0,96 0,96 Purbalingga 3303 1,00 0,99 1,00 0,96 0,92 0,94 0,90 1,00 0,97 0,96 0,97 0,95 0,96 0,96 0,96 0,96 Banjarnegara 3304 0,99 0,99 0,99 0,93 0,93 0,93 0,77 0,98 0,95 0,90 0,95 0,92 0,94 0,94 0,91 0,91 Kebumen 3305 1,00 0,97 0,99 0,83 0,88 0,85 0,88 1,00 0,98 0,95 0,95 0,92 0,93 0,94 0,91 0,90 Purworejo 3306 0,95 0,94 0,94 0,87 0,87 0,87 0,93 1,00 0,96 0,97 0,94 0,89 0,93 0,93 0,93 0,92 Wonosobo 3307 1,00 0,98 0,99 0,83 0,91 0,87 0,70 1,00 0,91 0,87 0,93 0,90 0,91 0,91 0,87 0,85 Magelang 3308 0,99 0,99 0,99 0,90 0,89 0,89 0,84 1,00 0,98 0,94 0,96 0,93 0,94 0,94 0,93 0,92 Boyolali 3309 1,00 0,97 0,99 0,98 0,88 0,93 0,85 0,99 0,98 0,94 0,96 0,93 0,95 0,95 0,95 0,94 Klaten 3310 1,00 0,91 0,95 0,94 0,89 0,91 0,88 1,00 0,97 0,95 0,94 0,91 0,94 0,94 0,92 0,93 Sukoharjo 3311 1,00 1,00 1,00 0,99 0,89 0,94 0,91 1,00 0,99 0,97 0,98 0,95 0,97 0,97 0,97 0,97 Wonogiri 3312 1,00 0,95 0,97 0,96 0,92 0,94 0,90 0,99 0,97 0,96 0,96 0,92 0,96 0,96 0,95 0,95 Karanganyar 3313 1,00 0,98 0,99 0,99 0,93 0,96 0,95 1,00 0,99 0,98 0,98 0,94 0,98 0,98 0,98 0,98 Sragen 3314 1,00 0,99 0,99 0,97 0,92 0,94 0,91 1,00 0,98 0,96 0,97 0,93 0,97 0,97 0,96 0,96 Grobogan 3315 1,00 0,99 1,00 0,95 0,93 0,94 0,71 1,00 0,93 0,88 0,95 0,93 0,94 0,94 0,91 0,90 Blora 3316 0,99 0,95 0,97 0,97 0,93 0,95 0,86 1,00 0,91 0,92 0,95 0,92 0,95 0,95 0,94 0,94 Rembang 3317 0,99 0,96 0,98 0,98 0,95 0,97 0,84 1,00 0,96 0,94 0,96 0,92 0,96 0,96 0,94 0,94 Pati 3318 0,99 0,97 0,98 0,97 0,93 0,95 0,96 1,00 0,96 0,97 0,97 0,94 0,97 0,97 0,97 0,97 89 | 90 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Kudus 3319 1,00 0,99 0,99 0,98 0,91 0,94 0,93 1,00 0,98 0,97 0,98 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 Jepara 3320 0,99 1,00 0,99 0,96 0,91 0,94 0,85 0,98 0,96 0,93 0,96 0,96 0,95 0,95 0,95 0,94 Demak 3321 1,00 0,99 0,99 0,97 0,94 0,95 0,90 1,00 0,97 0,96 0,97 0,96 0,97 0,97 0,96 0,96 Semarang 3322 1,00 0,99 0,99 0,96 0,91 0,94 0,90 1,00 0,99 0,96 0,97 0,95 0,96 0,97 0,96 0,95 Temanggung 3323 1,00 1,00 1,00 0,92 0,91 0,91 0,91 1,00 0,99 0,96 0,97 0,93 0,96 0,96 0,95 0,94 Kendal 3324 1,00 0,97 0,98 0,91 0,92 0,92 0,90 1,00 0,97 0,96 0,96 0,94 0,95 0,95 0,94 0,93 Batang 3325 1,00 0,97 0,98 0,89 0,89 0,89 0,94 1,00 0,96 0,97 0,96 0,93 0,95 0,95 0,94 0,94 Pekalongan 3326 0,98 0,97 0,98 0,85 0,93 0,89 0,71 0,97 0,88 0,86 0,92 0,90 0,91 0,90 0,87 0,85 Pemalang 3327 1,00 0,98 0,99 0,86 0,90 0,88 0,88 1,00 0,93 0,94 0,95 0,94 0,94 0,94 0,93 0,91 Tegal 3328 0,92 0,98 0,95 0,97 0,90 0,94 0,90 0,99 0,92 0,94 0,94 0,93 0,94 0,94 0,96 0,96 Brebes 3329 0,98 0,99 0,99 0,97 0,92 0,94 0,81 0,99 0,88 0,90 0,95 0,93 0,94 0,94 0,94 0,93 Magelang 3371 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 1,00 Surakarta 3372 1,00 1,00 1,00 1,00 0,89 0,95 0,97 1,00 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 0,98 0,99 0,99 Salatiga 3373 1,00 1,00 1,00 1,00 0,85 0,93 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,98 0,98 1,00 1,00 Semarang 3374 1,00 1,00 1,00 1,00 0,91 0,96 0,91 1,00 1,00 0,97 0,98 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 Pekalongan 3375 1,00 1,00 1,00 1,00 0,92 0,96 1,00 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Tegal 3376 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,96 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 DI Yogyakarta 1,00 1,00 1,00 0,99 0,86 0,92 0,97 1,00 0,99 0,99 0,98 0,97 0,97 0,97 0,99 0,99 Kulon Progo 3401 1,00 1,00 1,00 0,98 0,83 0,91 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,98 0,97 0,97 0,99 0,99 Bantul 3402 1,00 1,00 1,00 1,00 0,87 0,94 1,00 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,98 0,98 1,00 1,00 Gunung Kidul 3403 1,00 0,99 0,99 0,98 0,88 0,93 0,90 1,00 0,98 0,96 0,97 0,95 0,96 0,96 0,96 0,96 Sleman 3404 1,00 1,00 1,00 1,00 0,84 0,92 1,00 1,00 0,99 1,00 0,98 0,98 0,97 0,98 1,00 1,00 Yogyakarta 3471 1,00 0,98 0,99 1,00 0,86 0,93 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,98 0,97 0,98 0,99 1,00 Jawa Timur 0,99 0,98 0,98 0,98 0,93 0,96 0,82 0,97 0,87 0,89 0,95 0,93 0,94 0,94 0,94 0,93 Pacitan 3501 1,00 0,97 0,99 1,00 0,97 0,98 0,84 0,99 0,94 0,92 0,97 0,93 0,96 0,96 0,95 0,95 Ponorogo 3502 1,00 1,00 1,00 0,99 0,92 0,95 0,89 1,00 0,95 0,94 0,97 0,95 0,97 0,96 0,97 0,96 Trenggalek 3503 1,00 0,98 0,99 1,00 0,96 0,98 0,80 0,99 0,83 0,87 0,95 0,92 0,95 0,94 0,94 0,94 Tulungagung 3504 1,00 0,98 0,99 1,00 0,93 0,96 0,90 0,99 0,94 0,94 0,97 0,93 0,96 0,96 0,96 0,96 Blitar 3505 1,00 0,97 0,98 0,97 0,93 0,95 0,89 1,00 0,94 0,95 0,97 0,93 0,96 0,96 0,96 0,96 Kediri 3506 1,00 0,96 0,98 1,00 0,94 0,97 0,98 1,00 0,96 0,98 0,98 0,95 0,98 0,98 0,98 0,99 Malang 3507 1,00 0,99 0,99 1,00 0,92 0,96 0,74 0,99 0,94 0,89 0,96 0,95 0,95 0,94 0,93 0,92 Lumajang 3508 1,00 0,97 0,99 0,99 0,90 0,95 0,64 0,98 0,92 0,85 0,94 0,92 0,93 0,92 0,89 0,89 Jember 3509 1,00 0,98 0,99 0,98 0,90 0,94 0,75 0,97 0,85 0,86 0,94 0,93 0,93 0,92 0,92 0,91 Banyuwangi 3510 1,00 1,00 1,00 1,00 0,95 0,97 0,76 0,98 0,84 0,86 0,95 0,93 0,94 0,94 0,93 0,93 Bondowoso 3511 1,00 0,96 0,98 0,97 0,91 0,94 0,62 0,96 0,69 0,76 0,90 0,89 0,89 0,88 0,87 0,87 Situbondo 3512 0,99 0,98 0,99 0,97 0,95 0,96 0,73 0,97 0,71 0,81 0,93 0,91 0,92 0,91 0,91 0,91 Probolinggo 3513 0,99 0,98 0,99 0,97 0,87 0,92 0,65 0,93 0,72 0,77 0,91 0,89 0,89 0,88 0,88 0,88 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Pasuruan 3514 0,99 0,98 0,99 0,99 0,93 0,96 0,77 1,00 0,92 0,89 0,95 0,94 0,95 0,94 0,93 0,93 Sidoarjo 3515 1,00 0,99 1,00 1,00 0,94 0,97 0,92 1,00 0,97 0,96 0,98 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 Mojokerto 3516 1,00 0,99 0,99 1,00 0,96 0,98 0,95 1,00 0,97 0,97 0,99 0,97 0,98 0,98 0,98 0,99 Jombang 3517 1,00 0,98 0,99 1,00 0,97 0,98 0,88 1,00 0,95 0,94 0,97 0,96 0,97 0,97 0,96 0,96 Nganjuk 3518 1,00 0,99 0,99 1,00 0,94 0,97 0,93 0,99 0,96 0,96 0,98 0,95 0,97 0,97 0,98 0,98 Madiun 3519 1,00 0,97 0,98 1,00 0,95 0,97 0,92 1,00 0,92 0,95 0,97 0,94 0,97 0,97 0,97 0,97 Magetan 3520 1,00 0,99 1,00 1,00 0,93 0,96 0,94 1,00 0,96 0,97 0,98 0,95 0,98 0,98 0,98 0,98 Ngawi 3521 1,00 0,95 0,98 0,94 0,90 0,92 0,89 1,00 0,92 0,94 0,95 0,92 0,94 0,94 0,94 0,94 Bojonegoro 3522 1,00 0,97 0,98 0,99 0,95 0,97 0,82 0,97 0,83 0,87 0,95 0,91 0,94 0,93 0,93 0,93 Tuban 3523 1,00 0,96 0,98 1,00 0,96 0,98 0,83 1,00 0,89 0,91 0,96 0,92 0,95 0,95 0,94 0,94 Lamongan 3524 1,00 0,99 1,00 1,00 0,97 0,98 1,00 1,00 0,89 0,96 0,98 0,95 0,98 0,98 0,99 1,00 Gresik 3525 1,00 0,99 1,00 0,99 0,98 0,98 0,97 0,97 0,90 0,95 0,98 0,96 0,98 0,97 0,98 0,98 Bangkalan 3526 0,78 0,91 0,85 0,91 0,87 0,89 0,65 0,82 0,48 0,65 0,80 0,77 0,80 0,78 0,83 0,83 Sampang 3527 0,82 0,99 0,90 0,91 0,91 0,91 0,56 0,87 0,73 0,72 0,85 0,84 0,85 0,83 0,84 0,82 Pamekasan 3528 0,97 0,99 0,98 0,95 0,95 0,95 0,68 0,98 0,69 0,79 0,92 0,90 0,90 0,89 0,90 0,89 Sumenep 3529 0,97 0,93 0,95 0,85 0,95 0,90 0,78 0,75 0,54 0,69 0,86 0,83 0,85 0,83 0,84 0,83 Kediri 3571 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 Blitar 3572 1,00 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 0,80 1,00 0,99 0,93 0,97 0,97 0,97 0,96 0,95 0,94 Malang 3573 1,00 0,98 0,99 1,00 0,97 0,98 0,90 1,00 1,00 0,97 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,97 Probolinggo 3574 1,00 1,00 1,00 0,97 0,97 0,97 1,00 1,00 0,99 1,00 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 Pasuruan 3575 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 Mojokerto 3576 1,00 1,00 1,00 1,00 0,96 0,98 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 1,00 1,00 Madiun 3577 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 1,00 1,00 1,00 1,00 Surabaya 3578 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,97 1,00 1,00 0,99 1,00 0,99 0,98 0,99 0,99 1,00 1,00 Batu 3579 1,00 1,00 1,00 1,00 0,97 0,98 0,63 1,00 1,00 0,88 0,96 0,96 0,95 0,95 0,90 0,90 Banten 0,93 0,99 0,96 0,96 0,79 0,87 0,54 0,98 0,76 0,76 0,88 0,87 0,86 0,86 0,86 0,85 Pandeglang 3601 0,85 0,98 0,92 0,93 0,68 0,80 0,47 0,96 0,52 0,65 0,81 0,79 0,79 0,78 0,83 0,82 Lebak 3602 0,72 0,96 0,84 0,92 0,75 0,84 0,32 0,96 0,72 0,67 0,79 0,77 0,78 0,77 0,78 0,77 Tangerang 3603 0,96 0,99 0,98 0,99 0,87 0,93 0,73 1,00 0,88 0,87 0,93 0,93 0,93 0,92 0,93 0,92 Serang 3604 0,94 0,98 0,96 0,97 0,80 0,88 0,56 0,98 0,75 0,76 0,89 0,87 0,87 0,86 0,87 0,86 Tangerang 3671 1,00 1,00 1,00 1,00 0,94 0,97 0,89 1,00 0,97 0,96 0,98 0,98 0,97 0,97 0,97 0,97 Cilegon 3672 1,00 1,00 1,00 0,98 0,93 0,96 0,93 0,99 0,98 0,97 0,98 0,98 0,97 0,97 0,97 0,97 Serang 3673 0,98 1,00 0,99 0,99 0,89 0,94 0,68 0,99 0,87 0,85 0,94 0,93 0,92 0,92 0,91 0,90 Tangerang Selatan 3674 1,00 1,00 1,00 0,99 0,96 0,98 1,00 1,00 0,97 0,99 0,99 0,99 0,99 0,99 1,00 1,00 91 | 92 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Bali 0,99 0,97 0,98 0,99 0,89 0,94 0,81 1,00 0,96 0,92 0,95 0,93 0,95 0,95 0,94 0,94 Jembrana 5101 1,00 0,98 0,99 0,99 0,94 0,97 0,91 1,00 1,00 0,97 0,98 0,96 0,97 0,97 0,97 0,97 Tabanan 5102 1,00 0,98 0,99 1,00 0,91 0,96 0,86 1,00 0,99 0,95 0,97 0,93 0,97 0,97 0,96 0,96 Badung 5103 1,00 0,99 1,00 1,00 0,86 0,93 0,89 1,00 0,99 0,96 0,97 0,96 0,96 0,96 0,97 0,97 Gianyar 5104 1,00 1,00 1,00 0,99 0,85 0,92 0,90 1,00 0,98 0,96 0,97 0,95 0,96 0,96 0,97 0,97 Klungkung 5105 0,99 1,00 1,00 0,99 0,94 0,97 0,70 0,98 0,81 0,83 0,94 0,93 0,93 0,92 0,92 0,91 Bangli 5106 0,89 0,92 0,90 0,99 0,92 0,95 0,70 1,00 0,93 0,88 0,91 0,88 0,91 0,91 0,89 0,90 Karang Asem 5107 0,94 1,00 0,97 0,99 0,85 0,92 0,66 0,99 0,90 0,85 0,92 0,90 0,91 0,91 0,91 0,90 Buleleng 5108 0,99 0,95 0,97 0,98 0,88 0,93 0,86 1,00 0,97 0,94 0,95 0,91 0,95 0,95 0,94 0,94 Denpasar 5171 1,00 0,96 0,98 1,00 0,89 0,95 1,00 1,00 1,00 1,00 0,98 0,97 0,98 0,98 0,99 0,99 Nusa Tenggara Barat 0,96 0,99 0,98 0,92 0,85 0,89 0,58 0,90 0,78 0,75 0,89 0,89 0,87 0,86 0,85 0,84 Lombok Barat 5201 0,91 0,99 0,95 0,93 0,78 0,86 0,64 0,93 0,85 0,80 0,89 0,88 0,87 0,87 0,87 0,86 Lombok Tengah 5202 0,99 1,00 1,00 0,97 0,89 0,93 0,64 0,90 0,73 0,76 0,91 0,91 0,89 0,88 0,88 0,87 Lombok Timur 5203 0,94 1,00 0,97 0,99 0,91 0,95 0,56 0,95 0,76 0,75 0,90 0,90 0,89 0,88 0,87 0,86 Sumbawa 5204 0,96 0,96 0,96 0,84 0,84 0,84 0,55 0,88 0,85 0,76 0,88 0,86 0,85 0,85 0,81 0,79 Dompu 5205 0,96 1,00 0,98 0,78 0,82 0,80 0,52 0,75 0,65 0,64 0,84 0,84 0,81 0,79 0,77 0,75 Bima 5206 0,96 0,98 0,97 0,86 0,82 0,84 0,52 0,81 0,72 0,68 0,86 0,85 0,83 0,82 0,80 0,78 Sumbawa Barat 5207 0,99 0,95 0,97 0,93 0,95 0,94 0,43 0,95 0,88 0,75 0,90 0,87 0,89 0,88 0,81 0,80 Lombok Utara 5208 0,98 1,00 0,99 0,92 0,79 0,86 0,45 0,90 0,79 0,71 0,88 0,88 0,85 0,84 0,82 0,80 Mataram 5271 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,97 0,89 1,00 0,98 0,96 0,98 0,98 0,97 0,97 0,97 0,97 Bima 5272 0,99 1,00 1,00 0,99 0,81 0,90 0,75 0,98 0,90 0,88 0,94 0,94 0,92 0,92 0,93 0,92 Nusa Tenggara Timur 0,74 0,88 0,81 0,32 0,66 0,49 0,36 0,57 0,73 0,55 0,67 0,64 0,62 0,61 0,54 0,48 Sumba Barat 5301 1,00 0,91 0,95 0,29 0,72 0,50 0,38 0,47 0,87 0,57 0,75 0,73 0,68 0,66 0,53 0,46 Sumba Timur 5302 0,67 0,78 0,73 0,24 0,58 0,41 0,31 0,64 0,84 0,60 0,63 0,59 0,58 0,58 0,49 0,43 Kupang 5303 0,88 0,89 0,89 0,47 0,67 0,57 0,36 0,56 0,66 0,53 0,72 0,69 0,66 0,65 0,58 0,54 Timor Tengah Selatan 5304 0,82 0,86 0,84 0,34 0,50 0,42 0,23 0,47 0,78 0,49 0,65 0,63 0,58 0,58 0,49 0,43 Timor Tengah Utara 5305 0,86 0,91 0,88 0,36 0,72 0,54 0,26 0,59 0,73 0,52 0,71 0,68 0,65 0,64 0,54 0,48 Belu 5306 0,66 0,87 0,77 0,24 0,61 0,43 0,46 0,41 0,67 0,51 0,62 0,59 0,57 0,56 0,52 0,45 Alor 5307 0,79 0,85 0,82 0,25 0,63 0,44 0,38 0,63 0,69 0,57 0,67 0,64 0,61 0,61 0,53 0,47 Lembata 5308 0,95 0,93 0,94 0,23 0,60 0,42 0,30 0,72 0,84 0,62 0,74 0,71 0,66 0,66 0,54 0,47 Flores Timur 5309 0,93 0,90 0,91 0,27 0,58 0,43 0,40 0,72 0,75 0,62 0,73 0,70 0,65 0,65 0,57 0,50 Sikka 5310 0,82 0,91 0,87 0,37 0,68 0,53 0,36 0,73 0,81 0,63 0,73 0,69 0,67 0,67 0,59 0,53 Ende 5311 0,78 0,86 0,82 0,35 0,75 0,55 0,35 0,70 0,83 0,63 0,71 0,68 0,67 0,66 0,56 0,51 Ngada 5312 0,84 0,93 0,88 0,22 0,71 0,47 0,60 0,84 0,77 0,74 0,76 0,73 0,69 0,70 0,63 0,56 Manggarai 5313 0,47 0,89 0,68 0,36 0,69 0,53 0,30 0,43 0,60 0,44 0,58 0,53 0,55 0,54 0,52 0,46 Rote Ndao 5314 0,78 0,88 0,83 0,39 0,77 0,58 0,43 0,67 0,79 0,63 0,72 0,68 0,68 0,68 0,60 0,55 Manggarai Barat 5315 0,37 0,79 0,58 0,16 0,73 0,44 0,35 0,37 0,53 0,42 0,51 0,47 0,48 0,47 0,44 0,37 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Sumba Tengah 5316 0,99 0,87 0,93 0,28 0,69 0,48 0,30 0,49 0,76 0,52 0,72 0,69 0,64 0,63 0,50 0,43 Sumba Barat Daya 5317 0,68 0,88 0,78 0,20 0,61 0,41 0,50 0,47 0,67 0,55 0,64 0,60 0,58 0,57 0,53 0,46 Nagekeo 5318 0,75 0,92 0,84 0,23 0,80 0,51 0,43 0,76 0,78 0,65 0,72 0,69 0,67 0,67 0,58 0,51 Manggarai Timur 5319 0,22 0,78 0,50 0,12 0,64 0,38 0,24 0,27 0,55 0,36 0,43 0,38 0,41 0,40 0,37 0,30 Sabu Raijua 5320 0,77 0,77 0,77 0,34 0,65 0,50 0,40 0,45 0,76 0,54 0,65 0,58 0,60 0,60 0,50 0,46 Kupang 5371 1,00 1,00 1,00 1,00 0,78 0,89 0,80 1,00 0,96 0,92 0,95 0,95 0,94 0,94 0,95 0,94 Kalimantan Barat 0,71 0,85 0,78 0,47 0,60 0,53 0,46 0,62 0,82 0,63 0,69 0,67 0,65 0,65 0,61 0,57 Sambas 6101 0,91 0,97 0,94 0,80 0,66 0,73 0,70 0,93 0,96 0,86 0,87 0,83 0,84 0,85 0,84 0,82 Bengkayang 6102 0,58 0,78 0,68 0,51 0,59 0,55 0,37 0,71 0,77 0,62 0,64 0,61 0,62 0,62 0,59 0,56 Landak 6103 0,27 0,77 0,52 0,34 0,53 0,43 0,48 0,47 0,83 0,59 0,52 0,49 0,51 0,52 0,52 0,48 Pontianak 6104 0,94 0,98 0,96 0,84 0,77 0,80 0,59 0,93 0,93 0,81 0,88 0,88 0,86 0,86 0,83 0,81 Sanggau 6105 0,56 0,80 0,68 0,29 0,65 0,47 0,47 0,49 0,85 0,61 0,61 0,60 0,58 0,59 0,52 0,47 Ketapang 6106 0,77 0,76 0,76 0,30 0,53 0,41 0,28 0,54 0,72 0,51 0,62 0,60 0,56 0,56 0,47 0,42 Sintang 6107 0,45 0,60 0,52 0,40 0,64 0,52 0,44 0,49 0,68 0,54 0,53 0,50 0,53 0,53 0,49 0,46 Kapuas Hulu 6108 0,43 0,68 0,56 0,28 0,56 0,42 0,43 0,47 0,82 0,57 0,53 0,51 0,52 0,52 0,47 0,43 Sekadau 6109 0,64 0,86 0,75 0,36 0,65 0,50 0,40 0,40 0,90 0,57 0,64 0,63 0,61 0,60 0,53 0,47 Melawi 6110 0,42 0,71 0,56 0,34 0,41 0,38 0,26 0,45 0,65 0,45 0,49 0,47 0,46 0,47 0,45 0,41 Kayong Utara 6111 0,78 0,95 0,86 0,52 0,64 0,58 0,28 0,62 0,79 0,56 0,72 0,70 0,67 0,66 0,60 0,55 Kubu Raya 6112 0,85 0,98 0,91 0,65 0,58 0,61 0,39 0,81 0,84 0,68 0,79 0,78 0,74 0,74 0,71 0,67 Pontianak 6171 1,00 1,00 1,00 1,00 0,68 0,84 1,00 1,00 0,98 0,99 0,97 0,96 0,94 0,95 1,00 1,00 Singkawang 6172 0,92 1,00 0,96 0,88 0,73 0,81 0,75 0,97 0,99 0,90 0,91 0,91 0,89 0,90 0,90 0,88 Kalimantan Tengah 0,86 0,87 0,86 0,73 0,78 0,76 0,48 0,58 0,75 0,61 0,76 0,75 0,74 0,73 0,68 0,66 Kotawaringin Barat 6201 0,92 0,90 0,91 0,81 0,86 0,84 0,46 0,87 0,92 0,75 0,85 0,84 0,83 0,83 0,76 0,74 Kotawaringin Timur 6202 0,77 0,86 0,81 0,69 0,72 0,71 0,54 0,71 0,79 0,68 0,75 0,74 0,73 0,73 0,71 0,68 Kapuas 6203 0,80 0,88 0,84 0,79 0,82 0,81 0,41 0,46 0,70 0,52 0,74 0,72 0,72 0,70 0,67 0,65 Barito Selatan 6204 0,97 0,94 0,96 0,76 0,61 0,69 0,48 0,52 0,80 0,60 0,80 0,78 0,75 0,73 0,70 0,68 Barito Utara 6205 0,85 0,81 0,83 0,68 0,80 0,74 0,64 0,55 0,74 0,64 0,76 0,74 0,74 0,72 0,69 0,67 Sukamara 6206 0,90 0,73 0,81 0,85 0,87 0,86 0,50 0,81 0,81 0,71 0,79 0,77 0,79 0,79 0,72 0,72 Lamandau 6207 0,88 0,81 0,85 0,60 0,85 0,73 0,42 0,64 0,80 0,62 0,75 0,73 0,73 0,72 0,63 0,60 Seruyan 6208 0,85 0,81 0,83 0,52 0,75 0,63 0,27 0,58 0,64 0,50 0,69 0,68 0,65 0,64 0,55 0,52 Katingan 6209 0,81 0,83 0,82 0,52 0,85 0,69 0,40 0,61 0,73 0,58 0,72 0,70 0,70 0,68 0,60 0,56 Pulang Pisau 6210 0,89 0,93 0,91 0,93 0,79 0,86 0,63 0,61 0,81 0,68 0,83 0,81 0,82 0,80 0,80 0,79 Gunung Mas 6211 0,71 0,82 0,77 0,68 0,78 0,73 0,46 0,32 0,61 0,46 0,67 0,65 0,65 0,63 0,61 0,59 Barito Timur 6212 0,93 0,84 0,89 0,90 0,78 0,84 0,68 0,49 0,84 0,67 0,81 0,76 0,80 0,78 0,76 0,76 Murung raya 6213 0,92 0,78 0,85 0,55 0,71 0,63 0,46 0,31 0,56 0,44 0,68 0,67 0,64 0,61 0,55 0,53 Palangka Raya 6271 0,98 0,99 0,99 0,98 0,92 0,95 0,62 0,92 0,91 0,81 0,93 0,93 0,92 0,91 0,88 0,87 93 | 94 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Kalimantan Selatan 0,95 0,95 0,95 0,81 0,86 0,84 0,68 0,91 0,87 0,82 0,89 0,86 0,87 0,87 0,83 0,82 Tanah Laut 6301 1,00 0,96 0,98 0,91 0,93 0,92 0,58 0,95 0,89 0,80 0,91 0,86 0,90 0,89 0,85 0,83 Kota Baru 6302 0,89 0,77 0,83 0,51 0,87 0,69 0,64 0,75 0,71 0,70 0,76 0,73 0,74 0,73 0,66 0,63 Banjar 6303 0,93 0,95 0,94 0,77 0,87 0,82 0,57 0,88 0,81 0,75 0,86 0,82 0,84 0,83 0,79 0,77 Barito Kuala 6304 0,96 0,93 0,95 0,90 0,92 0,91 0,72 0,97 0,89 0,86 0,91 0,88 0,90 0,90 0,88 0,87 Tapin 6305 0,86 0,93 0,89 0,81 0,87 0,84 0,82 0,90 0,74 0,82 0,86 0,81 0,85 0,85 0,86 0,85 Hulu Sungai Selatan 6306 0,95 0,95 0,95 0,68 0,84 0,76 0,88 0,94 0,89 0,90 0,90 0,87 0,87 0,88 0,85 0,83 Hulu Sungai Tengah 6307 0,94 0,95 0,94 0,72 0,86 0,79 0,72 0,92 0,94 0,86 0,89 0,84 0,86 0,87 0,82 0,80 Hulu Sungai Utara 6308 0,93 1,00 0,96 0,96 0,86 0,91 0,73 0,96 0,93 0,87 0,92 0,91 0,91 0,91 0,91 0,90 Tabalong 6309 0,95 0,98 0,97 0,86 0,81 0,83 0,58 0,84 0,82 0,75 0,88 0,86 0,85 0,84 0,82 0,81 Tanah Bumbu 6310 0,96 0,93 0,95 0,80 0,79 0,79 0,50 0,95 0,93 0,79 0,87 0,83 0,84 0,84 0,78 0,77 Balangan 6311 0,87 0,94 0,91 0,88 0,81 0,85 0,65 0,88 0,84 0,79 0,86 0,81 0,85 0,84 0,84 0,83 Banjarmasin 6371 1,00 1,00 1,00 0,97 0,93 0,95 0,98 1,00 0,98 0,98 0,99 0,99 0,98 0,98 0,98 0,98 Banjar Baru 6372 1,00 1,00 1,00 1,00 0,93 0,97 0,79 1,00 1,00 0,93 0,97 0,97 0,96 0,96 0,94 0,94 Kalimantan Timur 0,95 0,94 0,94 0,73 0,80 0,77 0,49 0,83 0,85 0,72 0,84 0,83 0,81 0,80 0,75 0,72 Paser 6401 0,94 0,88 0,91 0,88 0,88 0,88 0,46 0,88 0,85 0,73 0,85 0,81 0,84 0,83 0,77 0,76 Kutai Barat 6402 0,76 0,72 0,74 0,27 0,54 0,40 0,30 0,64 0,74 0,56 0,62 0,60 0,57 0,57 0,47 0,42 Kutai Kartanegara 6403 0,95 0,95 0,95 0,89 0,74 0,81 0,51 0,85 0,90 0,75 0,86 0,84 0,84 0,83 0,80 0,79 Kutai Timur 6404 0,93 0,89 0,91 0,73 0,77 0,75 0,31 0,79 0,84 0,65 0,80 0,77 0,77 0,76 0,68 0,66 Berau 6405 0,96 0,80 0,88 0,52 0,88 0,70 0,80 0,86 0,82 0,83 0,83 0,82 0,80 0,81 0,73 0,71 Malinau 6406 0,71 0,85 0,78 0,53 0,74 0,63 0,30 0,69 0,63 0,54 0,68 0,67 0,65 0,64 0,59 0,55 Bulungan 6407 0,90 0,97 0,93 0,51 0,85 0,68 0,39 0,71 0,85 0,65 0,80 0,79 0,76 0,74 0,65 0,60 Nunukan 6408 0,74 0,87 0,80 0,42 0,78 0,60 0,24 0,68 0,70 0,54 0,68 0,67 0,65 0,64 0,55 0,50 Penajam Paser Utara 6409 0,99 0,92 0,96 0,96 0,93 0,94 0,63 0,92 0,92 0,82 0,91 0,88 0,91 0,90 0,86 0,85 Tana Tidung 6410 0,86 0,81 0,84 0,84 0,80 0,82 0,13 0,53 0,75 0,47 0,72 0,72 0,71 0,68 0,60 0,59 Balikpapan 6471 1,00 1,00 1,00 0,99 0,96 0,98 0,88 0,99 0,99 0,95 0,98 0,98 0,98 0,98 0,97 0,96 Samarinda 6472 1,00 1,00 1,00 0,98 0,92 0,95 0,77 0,99 0,95 0,91 0,96 0,96 0,95 0,95 0,93 0,93 Tarakan 6473 0,97 1,00 0,98 0,98 0,95 0,96 0,90 1,00 1,00 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,97 0,96 Bontang 6474 1,00 1,00 1,00 0,90 0,96 0,93 0,44 0,96 1,00 0,80 0,93 0,93 0,91 0,90 0,82 0,80 Sulawesi Utara 0,96 0,98 0,97 0,69 0,72 0,71 0,62 0,92 0,81 0,78 0,86 0,85 0,82 0,82 0,80 0,76 Bolaang Mongondow 7101 0,85 0,93 0,89 0,51 0,66 0,59 0,56 0,98 0,70 0,75 0,79 0,78 0,74 0,75 0,73 0,68 Minahasa 7102 0,98 1,00 0,99 0,72 0,73 0,73 0,71 0,79 0,93 0,81 0,88 0,87 0,84 0,84 0,81 0,78 Kepulauan Sangihe 7103 0,91 0,96 0,93 0,53 0,71 0,62 0,68 0,86 0,85 0,80 0,83 0,80 0,78 0,79 0,75 0,71 Kepulauan Talaud 7104 0,97 0,97 0,97 0,73 0,70 0,71 0,61 0,94 0,74 0,76 0,86 0,83 0,82 0,81 0,81 0,78 Minahasa Selatan 7105 0,99 0,96 0,97 0,85 0,77 0,81 0,55 0,92 0,81 0,76 0,88 0,87 0,85 0,84 0,82 0,80 Minahasa Utara 7106 0,99 0,99 0,99 0,75 0,82 0,79 0,50 0,89 0,93 0,77 0,88 0,88 0,85 0,84 0,78 0,75 Bolaang Mongondow Utara 7107 0,89 0,93 0,91 0,51 0,74 0,62 0,70 0,93 0,62 0,75 0,80 0,77 0,76 0,76 0,75 0,71 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Siau Tagulandang Biaro 7108 0,99 0,99 0,99 0,39 0,66 0,52 0,52 0,99 0,78 0,76 0,83 0,80 0,76 0,76 0,70 0,64 Minahasa Tenggara 7109 0,98 0,99 0,99 0,89 0,74 0,82 0,60 0,92 0,86 0,79 0,89 0,89 0,87 0,86 0,85 0,84 Bolaang Mongondow Selatan 7110 0,79 0,98 0,88 0,32 0,54 0,43 0,39 0,99 0,58 0,65 0,72 0,68 0,66 0,66 0,65 0,58 Bolaang Mongondow Timur 7111 0,84 0,96 0,90 0,77 0,57 0,67 0,53 0,95 0,45 0,64 0,78 0,77 0,74 0,73 0,79 0,77 Manado 7171 0,99 1,00 1,00 0,95 0,81 0,88 0,93 0,98 0,90 0,94 0,96 0,95 0,94 0,94 0,96 0,96 Bitung 7172 1,00 0,99 0,99 0,83 0,76 0,79 0,69 0,90 0,99 0,86 0,91 0,91 0,88 0,88 0,85 0,83 Tomohon 7173 1,00 1,00 1,00 0,95 0,90 0,93 1,00 1,00 1,00 1,00 0,99 0,99 0,98 0,98 0,99 0,98 Kotamobagu 7174 1,00 1,00 1,00 0,83 0,77 0,80 0,83 1,00 0,91 0,91 0,93 0,93 0,90 0,91 0,91 0,89 Sulawesi Tengah 0,92 0,93 0,93 0,57 0,76 0,67 0,50 0,70 0,69 0,63 0,79 0,77 0,74 0,73 0,68 0,64 Banggai Kepulauan 7201 0,83 0,90 0,87 0,59 0,65 0,62 0,34 0,50 0,75 0,53 0,72 0,69 0,67 0,66 0,61 0,57 Banggai 7202 0,86 0,88 0,87 0,64 0,81 0,72 0,42 0,67 0,75 0,61 0,76 0,74 0,74 0,72 0,66 0,63 Morowali 7203 0,89 0,84 0,87 0,49 0,77 0,63 0,49 0,59 0,70 0,59 0,74 0,70 0,70 0,68 0,61 0,57 Poso 7204 0,99 0,94 0,97 0,69 0,74 0,71 0,61 0,70 0,84 0,72 0,84 0,81 0,80 0,79 0,75 0,72 Donggala 7205 0,91 0,93 0,92 0,59 0,83 0,71 0,54 0,74 0,65 0,64 0,79 0,78 0,76 0,74 0,70 0,67 Toli-Toli 7206 0,84 0,96 0,90 0,56 0,77 0,67 0,54 0,60 0,76 0,63 0,77 0,77 0,73 0,72 0,68 0,64 Buol 7207 0,87 0,96 0,91 0,25 0,81 0,53 0,46 0,67 0,64 0,59 0,74 0,72 0,68 0,66 0,59 0,51 Parigi Moutong 7208 0,97 0,97 0,97 0,54 0,72 0,63 0,42 0,79 0,61 0,61 0,79 0,77 0,74 0,72 0,68 0,63 Tojo Una-Una 7209 0,89 0,92 0,91 0,39 0,71 0,55 0,50 0,74 0,58 0,61 0,75 0,72 0,69 0,68 0,64 0,58 Sigi 7210 0,92 0,93 0,93 0,64 0,77 0,70 0,50 0,81 0,51 0,61 0,79 0,76 0,75 0,73 0,72 0,69 Palu 7271 1,00 1,00 1,00 0,96 0,89 0,92 0,89 0,99 0,91 0,93 0,96 0,96 0,95 0,95 0,96 0,95 Sulawesi Selatan 0,93 0,96 0,95 0,94 0,88 0,91 0,65 0,85 0,81 0,77 0,89 0,86 0,88 0,86 0,86 0,85 Selayar 7301 0,99 0,97 0,98 0,75 0,80 0,77 0,56 0,71 0,80 0,69 0,85 0,82 0,81 0,80 0,76 0,73 Bulukumba 7302 0,99 0,97 0,98 0,94 0,85 0,90 0,62 0,80 0,83 0,75 0,89 0,87 0,88 0,86 0,84 0,83 Bantaeng 7303 0,89 0,85 0,87 1,00 0,91 0,96 0,89 0,88 0,80 0,85 0,88 0,85 0,89 0,89 0,91 0,92 Jeneponto 7304 0,98 0,98 0,98 0,96 0,96 0,96 0,64 0,72 0,65 0,67 0,88 0,87 0,87 0,84 0,84 0,84 Takalar 7305 0,93 0,98 0,95 0,93 0,87 0,90 0,74 0,94 0,78 0,82 0,90 0,87 0,89 0,89 0,90 0,89 Gowa 7306 0,95 0,99 0,97 0,92 0,87 0,90 0,55 0,85 0,81 0,73 0,88 0,86 0,87 0,85 0,83 0,82 Sinjai 7307 1,00 0,97 0,98 0,95 0,92 0,93 0,57 0,80 0,73 0,70 0,89 0,87 0,87 0,85 0,83 0,83 Maros 7308 0,90 0,97 0,93 0,98 0,92 0,95 0,74 0,87 0,79 0,80 0,90 0,88 0,90 0,89 0,90 0,90 Pangkajene Dan Kepulauan 7309 0,90 0,94 0,92 0,90 0,85 0,88 0,59 0,94 0,80 0,78 0,87 0,84 0,86 0,85 0,84 0,83 Barru 7310 0,98 0,99 0,99 0,98 0,91 0,94 0,73 0,77 0,81 0,77 0,91 0,89 0,90 0,89 0,88 0,88 Bone 7311 0,94 0,95 0,95 0,98 0,90 0,94 0,65 0,78 0,80 0,74 0,88 0,85 0,88 0,86 0,85 0,85 Soppeng 7312 0,98 0,95 0,97 0,96 0,89 0,92 0,84 0,94 0,95 0,91 0,94 0,92 0,93 0,93 0,92 0,92 Wajo 7313 0,96 0,96 0,96 0,97 0,88 0,93 0,59 0,86 0,81 0,75 0,89 0,86 0,88 0,87 0,85 0,85 Sidenreng Rappang 7314 0,97 0,95 0,96 0,98 0,93 0,96 0,87 0,93 0,87 0,89 0,94 0,91 0,93 0,93 0,93 0,94 95 | 96 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Pinrang 7315 0,95 0,96 0,95 0,98 0,92 0,95 0,72 0,89 0,85 0,82 0,91 0,89 0,91 0,90 0,89 0,89 Enrekang 7316 0,94 0,91 0,93 0,98 0,89 0,93 0,82 0,95 0,81 0,86 0,91 0,85 0,91 0,90 0,91 0,92 Luwu 7317 0,83 0,95 0,89 0,93 0,81 0,87 0,52 0,82 0,76 0,70 0,83 0,80 0,82 0,81 0,81 0,80 Tana Toraja 7318 0,72 0,92 0,82 0,91 0,77 0,84 0,45 0,78 0,75 0,66 0,77 0,73 0,77 0,76 0,77 0,76 Luwu Utara 7322 0,83 0,97 0,90 0,79 0,81 0,80 0,55 0,66 0,78 0,66 0,81 0,77 0,79 0,77 0,76 0,74 Luwu Timur 7325 0,96 0,91 0,93 0,91 0,90 0,91 0,69 0,87 0,88 0,81 0,89 0,86 0,88 0,88 0,85 0,84 Toraja Utara 7326 0,62 0,92 0,77 0,93 0,86 0,90 0,59 0,83 0,71 0,71 0,78 0,74 0,79 0,78 0,82 0,82 Makassar 7371 1,00 1,00 1,00 0,97 0,87 0,92 0,91 0,99 0,92 0,94 0,96 0,96 0,95 0,95 0,97 0,96 Pare-Pare 7372 1,00 1,00 1,00 1,00 0,90 0,95 0,80 1,00 0,96 0,92 0,97 0,97 0,96 0,96 0,95 0,94 Palopo 7373 0,89 0,96 0,93 0,98 0,94 0,96 0,79 0,92 0,95 0,89 0,92 0,90 0,92 0,92 0,91 0,91 Sulawesi Tenggara 0,86 0,96 0,91 0,58 0,77 0,68 0,52 0,53 0,74 0,60 0,77 0,75 0,73 0,71 0,67 0,63 Buton 7401 0,95 0,96 0,95 0,64 0,77 0,70 0,39 0,66 0,76 0,61 0,80 0,78 0,75 0,74 0,68 0,64 Muna 7402 0,84 0,98 0,91 0,65 0,84 0,74 0,52 0,52 0,73 0,59 0,78 0,76 0,74 0,72 0,69 0,65 Konawe 7403 0,75 0,96 0,86 0,42 0,79 0,61 0,60 0,48 0,66 0,58 0,72 0,69 0,68 0,66 0,64 0,59 Kolaka 7404 0,92 0,94 0,93 0,71 0,74 0,72 0,51 0,47 0,82 0,60 0,79 0,77 0,75 0,73 0,69 0,66 Konawe Selatan 7405 0,63 0,94 0,79 0,40 0,74 0,57 0,58 0,49 0,69 0,59 0,68 0,64 0,65 0,64 0,62 0,57 Bombana 7406 0,89 0,89 0,89 0,61 0,77 0,69 0,49 0,38 0,77 0,55 0,75 0,71 0,71 0,69 0,62 0,59 Wakatobi 7407 0,97 1,00 0,99 0,53 0,74 0,63 0,40 0,57 0,87 0,62 0,80 0,80 0,75 0,73 0,65 0,59 Kolaka Utara 7408 0,88 0,87 0,87 0,84 0,77 0,80 0,70 0,62 0,80 0,71 0,81 0,77 0,79 0,78 0,78 0,77 Buton Utara 7409 0,91 0,98 0,94 0,32 0,65 0,49 0,30 0,15 0,43 0,29 0,66 0,65 0,57 0,54 0,49 0,42 Konawe Utara 7410 0,45 0,92 0,68 0,26 0,70 0,48 0,34 0,14 0,53 0,34 0,54 0,50 0,50 0,47 0,46 0,39 Kendari 7471 0,96 1,00 0,98 0,91 0,93 0,92 0,91 0,97 0,93 0,94 0,96 0,95 0,95 0,95 0,95 0,94 Bau-Bau 7472 0,99 1,00 1,00 0,96 0,91 0,93 0,72 0,99 0,97 0,89 0,95 0,95 0,94 0,94 0,91 0,91 Gorontalo 0,97 0,99 0,98 0,75 0,68 0,72 0,49 0,88 0,84 0,73 0,85 0,84 0,81 0,80 0,77 0,74 Boalemo 7501 0,99 1,00 1,00 0,75 0,67 0,71 0,51 0,81 0,77 0,70 0,85 0,84 0,80 0,79 0,77 0,74 Gorontalo 7502 0,98 0,99 0,99 0,70 0,60 0,65 0,45 0,89 0,86 0,73 0,84 0,83 0,79 0,79 0,76 0,72 Pohuwato 7503 0,98 0,98 0,98 0,74 0,80 0,77 0,63 0,91 0,86 0,80 0,89 0,86 0,85 0,85 0,81 0,78 Bone Bolango 7504 0,95 0,95 0,95 0,75 0,80 0,78 0,53 0,89 0,84 0,75 0,86 0,83 0,83 0,82 0,78 0,75 Gorontalo Utara 7505 0,84 0,98 0,91 0,65 0,69 0,67 0,29 0,76 0,70 0,58 0,76 0,74 0,72 0,71 0,68 0,63 Gorontalo 7571 1,00 1,00 1,00 0,98 0,79 0,89 0,78 1,00 1,00 0,93 0,96 0,94 0,94 0,94 0,94 0,93 Sulawesi Barat 0,88 0,93 0,90 0,73 0,83 0,78 0,44 0,51 0,66 0,54 0,77 0,75 0,74 0,72 0,68 0,66 Majene 7601 0,92 0,95 0,94 0,90 0,88 0,89 0,73 0,84 0,83 0,80 0,89 0,87 0,87 0,87 0,86 0,85 Polewali Mandar 7602 0,86 0,95 0,90 0,91 0,88 0,90 0,45 0,67 0,75 0,62 0,82 0,80 0,81 0,79 0,76 0,75 Mamasa 7603 0,69 0,94 0,82 0,59 0,69 0,64 0,37 0,35 0,64 0,45 0,67 0,64 0,64 0,61 0,60 0,56 Mamuju 7604 0,95 0,90 0,93 0,60 0,85 0,72 0,39 0,36 0,51 0,42 0,73 0,72 0,69 0,65 0,60 0,56 Mamuju Utara 7605 0,88 0,91 0,90 0,75 0,85 0,80 0,32 0,42 0,71 0,48 0,75 0,73 0,73 0,70 0,63 0,61 Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Maluku 0,76 0,92 0,84 0,41 0,48 0,45 0,37 0,64 0,59 0,53 0,67 0,66 0,61 0,60 0,59 0,54 Maluku Tenggara Barat 8101 0,92 0,89 0,91 0,17 0,28 0,22 0,27 0,53 0,62 0,47 0,64 0,63 0,53 0,53 0,47 0,39 Maluku Tenggara 8102 0,76 0,81 0,78 0,26 0,55 0,41 0,32 0,58 0,52 0,47 0,62 0,60 0,56 0,55 0,50 0,44 Maluku Tengah 8103 0,87 0,96 0,91 0,52 0,45 0,49 0,56 0,84 0,68 0,69 0,76 0,75 0,70 0,70 0,71 0,67 Buru 8104 0,77 0,92 0,84 0,28 0,63 0,46 0,29 0,59 0,68 0,52 0,67 0,64 0,61 0,60 0,52 0,46 Kepulauan Aru 8105 0,39 0,70 0,55 0,26 0,42 0,34 0,21 0,32 0,25 0,26 0,42 0,40 0,38 0,37 0,39 0,34 Seram Bagian Barat 8106 0,52 0,96 0,74 0,35 0,55 0,45 0,45 0,63 0,60 0,56 0,63 0,62 0,58 0,58 0,61 0,54 Seram Bagian Timur 8107 0,37 0,95 0,66 0,33 0,68 0,51 0,23 0,42 0,39 0,35 0,54 0,50 0,50 0,48 0,51 0,44 Maluku Barat Daya 8108 0,65 0,70 0,68 0,06 0,30 0,18 0,10 0,31 0,44 0,28 0,46 0,44 0,38 0,37 0,30 0,24 Buru Selatan 8109 0,50 0,93 0,71 0,18 0,34 0,26 0,10 0,36 0,30 0,25 0,48 0,45 0,41 0,39 0,41 0,33 Ambon 8171 0,99 1,00 0,99 0,92 0,61 0,76 0,88 1,00 0,90 0,92 0,93 0,93 0,89 0,90 0,94 0,93 Tual 8172 0,86 0,99 0,93 0,33 0,54 0,44 0,60 0,71 0,54 0,62 0,74 0,72 0,66 0,65 0,66 0,60 Maluku Utara 0,72 0,91 0,81 0,30 0,65 0,47 0,37 0,60 0,56 0,51 0,65 0,64 0,60 0,59 0,55 0,48 Halmahera Barat 8201 0,72 0,96 0,84 0,18 0,51 0,34 0,29 0,71 0,39 0,46 0,63 0,61 0,55 0,54 0,53 0,45 Halmahera Tengah 8202 0,85 0,93 0,89 0,23 0,81 0,52 0,42 0,52 0,46 0,47 0,69 0,68 0,63 0,60 0,54 0,47 Kepulauan Sula 8203 0,53 0,92 0,73 0,09 0,48 0,29 0,38 0,43 0,61 0,47 0,56 0,55 0,50 0,49 0,47 0,39 Halmahera Selatan 8204 0,53 0,84 0,68 0,18 0,61 0,40 0,32 0,46 0,44 0,41 0,54 0,53 0,49 0,48 0,46 0,39 Halmahera Utara 8205 0,72 0,85 0,78 0,28 0,66 0,47 0,35 0,61 0,57 0,51 0,64 0,61 0,59 0,58 0,52 0,46 Halmahera Timur 8206 0,77 0,93 0,85 0,26 0,69 0,47 0,25 0,60 0,71 0,52 0,68 0,66 0,61 0,60 0,51 0,44 Pulau Morotai 8207 0,42 0,75 0,59 0,25 0,56 0,41 0,20 0,55 0,34 0,37 0,48 0,45 0,45 0,44 0,44 0,38 Ternate 8271 0,99 1,00 0,99 0,86 0,91 0,89 0,73 0,96 0,89 0,86 0,93 0,93 0,91 0,91 0,88 0,87 Tidore Kepulauan 8272 0,90 0,99 0,94 0,71 0,95 0,83 0,52 0,87 0,72 0,70 0,85 0,84 0,82 0,81 0,77 0,74 Papua Barat 0,72 0,81 0,76 0,29 0,70 0,50 0,43 0,65 0,51 0,53 0,64 0,62 0,60 0,59 0,54 0,49 Fakfak 9101 0,70 0,82 0,76 0,28 0,63 0,46 0,75 0,62 0,46 0,61 0,66 0,63 0,61 0,61 0,62 0,57 Kaimana 9102 0,64 0,63 0,64 0,16 0,61 0,39 0,36 0,69 0,53 0,53 0,55 0,55 0,52 0,52 0,44 0,39 Teluk Wondama 9103 0,52 0,63 0,58 0,15 0,70 0,43 0,33 0,47 0,21 0,34 0,47 0,43 0,45 0,43 0,40 0,35 Teluk Bintuni 9104 0,79 0,78 0,79 0,25 0,50 0,37 0,19 0,72 0,53 0,48 0,61 0,60 0,55 0,54 0,47 0,41 Manokwari 9105 0,77 0,82 0,80 0,33 0,79 0,56 0,57 0,54 0,57 0,56 0,68 0,65 0,64 0,63 0,58 0,53 Sorong Selatan 9106 0,38 0,57 0,47 0,21 0,85 0,53 0,18 0,45 0,37 0,33 0,44 0,42 0,45 0,43 0,35 0,31 Sorong 9107 0,73 0,83 0,78 0,39 0,74 0,56 0,63 0,79 0,59 0,67 0,70 0,68 0,67 0,67 0,65 0,60 Raja Ampat 9108 0,42 0,68 0,55 0,12 0,76 0,44 0,18 0,62 0,39 0,40 0,48 0,45 0,46 0,45 0,39 0,33 Tambrauw 9109 0,23 0,49 0,36 0,18 0,89 0,54 0,00 0,38 0,38 0,25 0,36 0,36 0,38 0,36 0,26 0,22 Maybrat 9110 0,21 0,57 0,39 0,08 0,72 0,40 0,75 0,48 0,09 0,44 0,41 0,37 0,41 0,40 0,47 0,43 Sorong 9171 0,94 0,99 0,97 0,70 0,69 0,69 0,88 0,97 0,85 0,90 0,89 0,89 0,85 0,86 0,88 0,85 97 | 98 | Kabupaten Kode BPS KETERSEDIAAN FISIK KUALIFIKASI GURU KARAKTERISTIK FASILITAS Indeks-Indeks Komposit PAUD SMP (6) Sub Indeks SD S1 SMP S1 Sub Indeks Lab SMP Listrik Air Sub Indeks Akses SMP 3 km Setara D, PCA OLS CI Papua 0,39 0,58 0,48 0,30 0,55 0,42 0,35 0,48 0,41 0,41 0,45 0,43 0,44 0,44 0,43 0,40 Merauke 9401 0,82 0,76 0,79 0,30 0,69 0,50 0,36 0,67 0,72 0,58 0,67 0,65 0,62 0,62 0,52 0,47 Jayawijaya 9402 0,26 0,58 0,42 0,22 0,50 0,36 0,29 0,13 0,23 0,22 0,35 0,31 0,33 0,31 0,33 0,30 Jayapura 9403 0,87 0,86 0,86 0,51 0,73 0,62 0,61 0,80 0,51 0,64 0,75 0,73 0,71 0,70 0,69 0,65 Nabire 9404 0,83 0,85 0,84 0,38 0,60 0,49 0,62 0,65 0,64 0,63 0,71 0,70 0,65 0,65 0,63 0,58 Kepulauan Yapen 9408 0,47 0,79 0,63 0,40 0,57 0,48 0,37 0,35 0,43 0,38 0,53 0,50 0,50 0,48 0,50 0,46 Biak Numfor 9409 0,65 0,93 0,79 0,35 0,51 0,43 0,29 0,74 0,48 0,51 0,63 0,61 0,58 0,57 0,57 0,51 Paniai 9410 0,08 0,46 0,27 0,19 0,52 0,36 0,00 0,17 0,07 0,08 0,23 0,19 0,23 0,21 0,22 0,19 Puncak Jaya 9411 0,05 0,22 0,14 0,24 0,37 0,30 0,00 0,45 0,38 0,28 0,21 0,19 0,24 0,25 0,21 0,20 Mimika 9412 0,80 0,86 0,83 0,55 0,72 0,63 0,24 0,63 0,45 0,44 0,67 0,67 0,63 0,61 0,57 0,53 Boven Digoel 9413 0,59 0,63 0,61 0,06 0,67 0,37 0,38 0,62 0,29 0,43 0,51 0,50 0,47 0,46 0,41 0,35 Mappi 9414 0,17 0,23 0,20 0,03 0,57 0,30 0,25 0,55 0,30 0,36 0,27 0,27 0,29 0,30 0,23 0,21 Asmat 9415 0,25 0,32 0,29 0,06 0,67 0,37 0,25 0,34 0,40 0,33 0,32 0,30 0,33 0,33 0,23 0,21 Yahukimo 9416 0,03 0,37 0,20 0,06 0,34 0,20 0,11 0,11 0,37 0,19 0,20 0,15 0,20 0,19 0,17 0,14 Pegunungan Bintang 9417 0,01 0,09 0,05 0,28 0,45 0,37 0,50 0,11 0,13 0,25 0,17 0,17 0,22 0,22 0,25 0,28 Tolikara 9418 0,01 0,18 0,09 0,15 0,18 0,17 0,14 0,26 0,04 0,15 0,12 0,11 0,14 0,14 0,18 0,17 Sarmi 9419 0,50 0,63 0,57 0,19 0,60 0,40 0,45 0,49 0,38 0,44 0,49 0,48 0,47 0,46 0,44 0,40 Keerom 9420 0,77 0,73 0,75 0,52 0,68 0,60 0,89 0,78 0,66 0,77 0,73 0,68 0,71 0,71 0,72 0,70 Waropen 9426 0,31 0,66 0,49 0,22 0,52 0,37 0,30 0,61 0,30 0,40 0,44 0,41 0,42 0,42 0,44 0,39 Supiori 9427 0,63 0,73 0,68 0,38 0,53 0,45 0,44 0,73 0,35 0,51 0,58 0,53 0,55 0,54 0,56 0,52 Mamberamo Raya 9428 0,11 0,30 0,20 0,09 0,37 0,23 0,00 0,07 0,03 0,03 0,16 0,16 0,15 0,14 0,13 0,10 Nduga 9429 0,11 0,17 0,14 0,22 0,08 0,15 0,50 0,18 0,55 0,41 0,22 0,22 0,23 0,25 0,27 0,28 Lanny Jaya 9430 0,00 0,55 0,27 0,13 0,36 0,24 0,46 0,11 0,14 0,24 0,26 0,20 0,25 0,24 0,34 0,30 Mamberamo Tengah 9431 0,00 0,36 0,18 0,20 0,57 0,39 0,20 0,04 0,15 0,13 0,21 0,16 0,23 0,21 0,22 0,20 Yalimo 9432 0,00 0,39 0,19 0,22 0,57 0,40 0,00 0,15 0,19 0,12 0,21 0,19 0,23 0,22 0,20 0,18 Puncak 9433 0,00 0,12 0,06 0,29 0,53 0,41 0,33 0,23 0,00 0,19 0,17 0,16 0,22 0,21 0,24 0,26 Dogiyai 9434 0,13 0,45 0,29 0,18 0,34 0,26 0,10 0,21 0,21 0,17 0,25 0,21 0,24 0,23 0,24 0,21 Intan jaya 9435 0,05 0,20 0,12 0,64 0,25 0,44 0,25 0,25 0,06 0,19 0,21 0,21 0,25 0,24 0,34 0,38 Deiyai 9436 0,00 0,64 0,32 0,14 0,61 0,38 0,50 0,17 0,00 0,22 0,30 0,21 0,31 0,28 0,39 0,34 Jayapura 9471 0,98 1,00 0,99 0,91 0,74 0,82 0,64 0,96 0,88 0,83 0,91 0,91 0,88 0,88 0,88 0,86 99 | Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat PNPM Support Facility Jl. Medan Merdeka Barat No. 3 Jl. Diponegoro No. 72 Menteng Jakarta Pusat 10110 Indonesia Jakarta Pusat 10310 Indonesia Phone (62-21) 3459077 Phone (62-21) 3148175 Fax (62-21) 3459077 Fax (62-21) 3190209 The original had problem with text extraction. pdftotext Unable to extract text.